• Tidak ada hasil yang ditemukan

VIDEO Penekanan

1. Pengetahuan Guru tentang Konteks dan Karakteristik Siswa a.Pengetahuan Guru A

Berdasarkan pengamatan selama penelitian dan hasil wawancara, terungkap beberapa pengetahuan guru tentang konteks dan karakteristik siswa yaitu guru mengetahui suasana kelas yang hidup, kelas terbagi menjadi dua bagian yaitu siswa yang pintar dan yang kurang pintar, guru hafal nama siswanya, guru mengetahui kelemahan siswa, dan guru mengetahui tempat tinggal dan orang tua siswa.

Dari hasil wawancara, guru berpendapat bahwa karakteristik siswa kelas XI IPA 1 adalah “hidup” dan “terbagi dua yang pinter-pinter banget, yang tidak-tidak, sehingga yang ambisius bagian depan (pecinan) yang jawa-jawa dibelakang cari aman, karena mereka merasa kalah dari segi otak, mereka guyonanya yang maju (Jawa).” Pernyataan guru tersebut sama dengan hasil pengamatan peneliti. Dalam penelitian terungkap, suasana kelas yang hidup, siswa aktif menjawab pertanyaan guru, siswa aktif mengerjakan soal yang guru berikan tanpa guru meminta secara langsung untuk maju ke depan kelas, adanya interaksi yang terjadi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa, serta adanya diskusi antara siswa dengan siswa saat mengerjakan soal.

Selain itu, peneliti juga melihat adanya dua kelompok di dalam kelas, yang duduk dibagian depan sebagian besar anak etnis Cina dan bagian belakang sebagian besar anak etnis Jawa. Hal tersebut nampak saat mengerjakan soal, siswa yang bagian depan mempunyai inisiatif sendiri maju mengerjakan di depan kelas. Berbeda dengan siswa yang duduk di bagian belakang, mereka kurang berani atau minder dengan kemampuan mereka sehingga guru harus memancing siswa atau menunjuk langsung untuk maju ke depan mengerjakan soal.

Dalam wawancara terungkap bagaimana cara guru mengatasi kondisi kelas yang terbagi menjadi dua kelompok, “Bagaimana fungsi kita (guru) menetralisir itu, bagaimana yang pinter ngajari, yang tidak pinter bertanya, maka kalau guru di depan terus mereka akan tersisih yang bodoh-bodoh tadi, maka dengan kita keliling seimbang suasananya, afeksi anak yang pinter siapa yang bisa, mereka maju.” Pernyataan tersebut terungkap dalam penelitian ini, guru selalu berkeliling dan mendekati siswanya baik pada saat menjelaskan materi maupun latihan soal seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.1. Guru berkeliling dan melakukan pendekatan-pendekatan ke siswa.

Dalam video rekaman pembelajaran tanggal 24 Juli 2009 menit 17, terungkap bahwa guru berusaha mencairkan suasana dengan berkeliling saat bertanya kepada siswa mengenai materi prasyarat yang diperlukan dalam mempelajari diagram bebas gaya jika dua buah gaya dihubungkan dengan tali. Guru berkeliling mendekati siswa dan bertanya secara individual. Tujuan guru berkeliling adalah “Saya kalau berkeliling itu lebih untuk memecah jarak antara guru dan siswa, dia (siswa) kita sama-sama belajar, kita tidak menjadi sesuatu yang supel, itu yang pertama, yang kedua memberikan perhatian lebih pada siswa, yang ketiga membuat siswa lebih berkonsentrasi, sehingga siswa tidak lepas”. Guru berusaha untuk lebih dekat dengan siswa dan menetralisir kelas yang terbagi menjadi dua kelompok. Hal itu juga terlihat dalam rekaman pembelajaran tanggal 25 Juli 2009 menit 10 (video 1 bagian 3), guru memberi kesempatan dan mengawasi siswanya saat ada siswa yang membantu temanya mengerjakan soal, dengan begitu guru berharap suasanan kelas menjadi seimbang.

Dalam penelitian terungkap cara guru mengatasi situasi kelas yang terbagi menjadi dua kelompok, cara tersebut ialah dengan mengubah posisi duduk siswa pada setiap pertemuan, guru membaurkan posisi duduk siswanya dengan harapan suasana kelas menjadi netral.

Selain hal di atas, pengetahuan guru tentang konteks dan karakteristik siswa yang terungkap dalam penelitian ini adalah guru mengetahui kelemahan siswa, guru mengetahui tempat tinggal siswa dan orang tua siswa.

Hal yang menguatkan peneliti bahwa guru mengetahui kelemahan siswanya adalah pada saat penelitian guru mengungkapkan kepada peneliti jika salah satu siswanya mempunyai kelemahan dalam menggambarkan diagram bebas gaya. Tindakan guru membantu siswanya dalam menggambar diagram bebas gaya terjadi pada pembelajaran 25 Juli 2009 Menit 26.40 (video 1 bagian 3) guru membimbing siswanya untuk menggambar diagram bebas gaya hingga siswa bisa menggambarnya.

Guru :”Terus gambar bendanya tegak lurus bidang miring, ya terus sejajar bidang miring (menggambar komponen gaya) kalau belum bisa pake satu penggaris pake 2 penggaris untuk menggambarnya sekarang gambar berat bendanya nie dari sini dari titik ini, kemana arahnya?”

Siswa :”Ke bawah sini.”

Guru :”Ya, terus sekarang dari ujung berat benda, sejajar bidang miring dari bidang vektor, nie sejajar bidang miring masih titik-titik gambarnya, terus kesana tegak lurus bidang miring, nah terus ditarik dari pusatnya tadi, memotong tadi sejajar bidang miring, ya tidak melebihi ingat semua catatan bu Nanik tidak ada yang melebihi semua, ini salah kalau melebihi, jangan beracuan pada rumus-rumus tetapi pada penjelasan bu Nanik kemarin, terus tarik dari pangkal sini sampai perpotonganya proyeksinya tegak lurus, sekarang kalau disini sudutnya α mana yang sama dengan α, sisi mana? (karena siswa bingung guru memberii petunjuk) antara ini 1, 2, 3, dan 4 mana yang α, ya itu α, kalau itu sudut α, yang ini namanya W (berat benda).”

Siswa : “Wcos α.”

Siswa :”Wsin α.”

Guru : “Gaya normalnya mana?” Siswa: “Kesini.”

Guru: “Ya (siswa menggambarnya) ya itu gaya normal, ingat ya jangan beracuan pada buku yang salah, ya.oke.”

Dari transkrip di atas dan pengamatan peneliti, siswa tersebut memang lemah dalam menggambar diagram bebas gaya, sehingga guru membimbing terus hingga siswa dapat menyelesaikan gambarnya.

Dalam rekaman pembelajaran tanggal 25 Juli 2009 menit 13, guru bercanda dengan siswa karena siswa lambat dalam mengerjakan soal, “mulane (makanya) koe ora usah kokean (kebanyakan) nonton dangdut neng Pura Wisata.” Lalu ”omah e neng cedak Pura Wisata.” Dari lelucon tersebut jelas terlihat kalau guru mengetahui tempat tinggal siswa.

Kemudian pada video rekaman tanggal 5 Agustus 2009 menit 12.18 guru menyebut nama orang tua siswa dengan bercanda “yo ngenteni koe dadi bose, kamu ngomong sama pak Arifin (bapaknya Rama)” lelucon tersebut mengindikasikan kalau guru mengetahui orang tua siswanya. Hal tersebut sesuai, karena pada peneliti guru mengungkapkan dasar dari guru mengatakan hal tersebut, kalau Rama adalah anaknya Pak Arifin.

b. Pengetahuan Guru B

Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil wawancara, terungkap pengetahuan guru tentang konteks dan karakteritik siswi yaitu guru hafal nama siswi, guru mengetahui kemampuan dan sifat siswinya.

Dalam penelitian ini terungkap bahwa Kitin siswa yang aktif dan mempunyai kemampuan yang cukup, Marla siswa yang pendiam dan mempunyai kemampuan kurang, Lulu siswa yang mempunyai kemampuan lebih dalam matematika, dan Arum siswa yang kemampuannya kurang dalam menyelesaikan persamaan.

Guru: Kalo Kitin itu...termasuk apa..siswi yang apa itu...trengginas menurut saya... Meskipun kemampuannya tidak terlalu..Mereka berusaha menjawab apa yang ditanyakan oleh guru. Yang si Kitin itu. Kalo Marla itu terlalu agak pendiam. Jadi saya coba..meskipun si Marla itu pernah jadi sekretaris tapi karena dia pendiam terus si Marla itu kemampuannya agak jauh dibawah Kitin. Jadi saya padukan dua-duanya. Meskipun saya juga hanya menggambil secara acak saja. Tapi yang apa.. tujuan saya sebenarnya itu ya...Marla itu agak malu..kalo yang Kitin itu memang agak biasanya dia aktif, cerewet dan jawabannya juga sering betul juga dia, si Kitin itu. Pertimbangannya itu., pendiam tho Marla itu. Kecil terus orangnya kan agak kecil itu kurus.”

Dari pernyataan guru tersebut, Kitin adalah siswa yang aktif dan mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan Marla yang pendiam. Hal tersebut terjadi dalam pembelajaran tanggal 22 Juli 2009 menit 18, guru memadukan kedua siswa untuk menggambarkan bentuk gelombang stasioner pada ujung terikat. Berdasarkan pengamatan, saat menggambar guru tidak memberii arahan terhadap Kitin berbeda dengan Marla, guru memberii arahan kepada Marla karena belum mengerti apa yang dimaksud guru. Arahan guru tersebut adalah :”Ya betul gambarkan dari kiri ke kanan...Betul begitu? selesai? Kamu tu lihatnya seperti apa? Kalau kamu gambarkan? ” dari penjelasan di atas guru pernyataan guru tentang kemampuan dan sifat dari Kitin dan Marla sesuai dengan hasil pengamatan peneliti.

Pernyataan guru :“Siapa ahli matematika?” tentang Lulu, peneliti menduga guru mengetahui kemampuan yang dimilki siswinya. Hal yang menguatkan jika guru mengetahui kemampuan siswinya adalah pada pembelajaran tanggal 22 Juli 2009 menit 28.56 dan 30 peneliti melihat Lulu dapat menjawab pertanyaan guru:

Guru :”Kalo ini jadi apa ini, apa Lu? (menunjuk ke persamaan gelombang pantul), y2= A sin (t- kx))+ atau +180 menjadi apa?”

Lulu : “A (-sin (t- kx)) ).” Dan

Guru :”Y = A sin (t+kx)) dikurangi atau ple min, langsung min ya…-A sin (t- kx)). A nya bisa kita keluarkan, tinggal yang di dalam sin (t+kx))- sin (t- kx)). Lagi lagi kita butuh matematika..Lulu lagi...Ini kan sama saja sin A-sin B. Jadinya apa?”

Lulu : “A kali 2 cos 2 1

jumlah ini.”

Dari transkrip di atas guru meminta Lulu untuk menjawab pertanyaan guru tentang persamaan matematika dan Lulu dapat menjawabnya. Dari pernyataan guru dan hasil pemgamatan peneliti, Lulu memang siswi yang mempunyai kemampuan lebih dalam matematika.

Dalam video pembelajaran tanggal 22 Juli 2009 menit 47.51, guru meminta salah satu siswinya untuk mengerjakan persamaan

) (

sin cos

2A kx t kl

yp    tentang gelombang stasioner pada ujung bebas. Peneliti menduga bahwa dasar guru meminta siswinya untuk mengerjakan persamaan tersebut adalah guru mengetahui kurangnya kemampuan Arum dalam menyelesaikan persamaan, hal tersebut terbukti selama Arum

melihat siswi selalu melihat ke arah guru dan temannya saat mengerjakan. Saat guru membimbing Arum dapat dilihat dari transkrip di bawah ini:

Guru :”Silahkan ditulis y1 sama dengan apa? .A sin t...ples atau min? kekiri?” Siswa :”Min..” .(beberapa siswa menjawab)

Guru :”Ke kiri?” Arum :”Ples.”

Guru :”Ples...ya..kemudian yang gelombang pantul ..sama tapi ke kanan, tidak ada pembalikan fase karena A nya sudah positif. Ya betul, sekarang diselesaikan. Superposisinya. Di hapus paling kanan. Ditulis superposisi atau penjumlahan (memberi arahan pada siswa yang maju.) Ya judulnya superposisi atau penjumlahan.”

Guru :”y sama dengan apa tadi ....ya yang tadi ditulis..dijumlahkan...ya..Anya dikeluarkan pake kurung kotak. Kalo tadi sin itu min sin itu. Sekarang sin A +sin B . Ya bantu temannya jadinya apa? (meminta siswa yang lain untuk membantu). A kali apa?”

(Karena Arum masih bingung guru membantu dengan memberi petunjuk.)

Guru : “Ya setengah jumlah apa gitunya, tingal cos apa sin, kalau sin a + sin b jadinya apa?”

( Arum masih bingung sehingga temannya membantu)

Guru :”Ya sin ½ apo dijumlah ya..disederhanakan jadinya, ya itulah persamaannya.” Dari transkrip rekaman video di atas, guru selalu membimbing Arum untuk menyelesaikan persamaan gelombang stasioner pada ujung bebas hingga Arum mampu menyelesaikannya. Hal tersebut membuktikan Arum adalah siswi yang kemampuannya kurang dalam menyelesaikan persamaan. 2. Pengetahuan Guru tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa

a. Pengetahuan Guru A

Dari pengamatan peneliti dan hasil wawancara, pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa dalam penelitian ini terungkap. Pengetahuan

tersebut ialah guru mengetahui siswanya mempunyai motivasi dan keaktifan yang cukup bagus dalam mempelajari fisika.

Dalam wawancara guru mengungkapkan ”anak-anak kelas XI mempunyai kesadaran belajar yang cukup bagus.” Pernyataan guru tersebut sama dengan hasil pengamatan peneliti. Peneliti melihat selama pembelajaran siswa sangat antusias mengikuti pelajaran fisika, banyak siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan guru, siswa dengan suka rela maju ke depan mengerjakan soal tanpa diminta oleh guru, saat pratikum siswa aktif dan dengan cepat menyelesaikan pratikum dan guru hanya mengawasi saja hingga selesai.

Walaupun siswanya mempunyai tingkat motivasi dan keaktifan yang cukup bagus, peneliti melihat guru melakukan tindakan untuk memotivasi dan mengaktifkan siswanya. Tindakan tersebut ialah: memberiikan pujian, memberiikan lelucon, membantu kesulitan yang dihadapi siswa (memotivasi siswa), melakukan tanya-jawab kepada siswa, dan memberikan soal latihan. 1) Memotivasi siswa

Memberiikan pujian terhadap hasil yang dicapai siswa. Kalimat-kalimat pujian yang guru berikan adalah

“bagus” (pembelajaran 24 Juli 2009 menit 3), “ya bener. Terus” (24 Juli 2009 menit 11.46) “ya betul” (25 Juli 2009 menit 10)

Kalimat-kalimat pujian yang guru berikan terhadap apa yang dicapai siswa membuat siswa menjadi percaya diri, merasa dihargai dan akhirnya

Guru juga memotivasi siswanya dengan memberi lelucon. Tujuan guru memberi lelucon adalah untuk mengambil perhatian siswa untuk fokus kembali pada pembelajaran fisika dan membangkitkan semangat siswa untuk belajar lebih giat. Hal tersebut dimungkinkan karena siswa terlihat lelah, pelajaran menjenuhkan dan siswa mengalami kesulitan.

Dalam rekaman video pembelajaran 25 Juli 2009 menit 13, terlihat guru mencoba memotivasi siswa saat mengerjakan soal di depan kelas karena siswa lama mengerjakannya. Dari data analisis terlihat guru dekat dengan siswa karena saat memberii lelucon guru memukul bahu siswa

Guru :”mulane (makanya) koe ora usah kokean(kebanyakan) nonton dangdut neng purawisata.”

Siswa :”ha ha.”(semua siswa tertawa) Guru :”omah e neng cedak purawisata.”

Reaksi yang dtimbulkan siswa setelah guru memotivasinya, siswa terlihat semangat mengerjakan soal hingga selesai karena siswa merasa ada dorongan dan perhatian dari gurunya.

Pemberian motivasi berupa membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok dalam penelitian ini juga terungkap. Guru dalam membantu kesulitan belajar siswa secara individual dengan mendekati siswa dan guru tidak langsung membantu siswa namun guru memberi pertanyaan-pertanyaan yang mengarah, sehingga siswa secara tidak langsung siswa sendirilah yang berpikir. Tujuan guru melakukan pendekatan secara individual adalah agar siswa merasa nyaman, kepercayaan diri siswa menjadi

lebih, merasa dihargai dan kalau salah tidak didengar oleh siswa lain. Hal itu terungkap dalam wawancara:

G :”dan kalau kita didekat siswa, kalau siswa menjawab salahkan cuma deket, sehinga untuk anak rasa percaya dirinya lebih. Dan dia merasa aman dan merasa dihargai karena kita dekati, itu Nampak di dalam refleksinya.”

Dengan membantu kesulitan yang dihadapi siswa baik secara individual maupun kelompok, siswa menjadi terdorong untuk belajar lebih giat karena merasa apa yang menjadi kesulitannya terbantu oleh guru.

Pada pembelajaran tanggal 24 Juli 2009 menit 23, guru membantu siswa untuk memahami konsep tegangan tali Hukum Newton III tentang aksi-reaksi. Guru membantu siswa memahami konsep tegangan tali dengan menarik tas di depan kelas.

Siswa mengalami kesulitan:

Siswa :”bu, T11 sama T21 (siswa menunjuk pada gambar) itu memang arahnya berbeda bu”?

Guru :”lha tadi kamu sepakat mau bergerak kemana.” Siswa :”ke bawah.”

Guru :”berarti kalau ini bergerak ke bawah (menunjuk pada gambar) tali ini menanggung bebannya ke atas atau ke bawah, tegangan kemana? ”

Siswa :” ke bawah..diatas wis.”

Karena siswa merasa ragu dengan jawabanya guru membantu siswa untuk memahami konsep tegangan tali dengan mengangkat tas di depan:

Guru :”ini bukan masalah perasaan..ini masalah logika…gimana, kamu kalau menjinjing tali, karena tidak ada tali aku pake tas wae (guru mengambil tas) (guru sambil mengangkat tas) berat dari masa ini (tas) kemana?”

Siswa :” ke bawah.”

Lalu siswa mencoba sendiri menarik tasnya

Guru :”tegangan talinya rasanya kemana ke atas atau ke bawah?” Siswa :”ke atas.Ooo.”

Guru :”maka kalau talinya tidak kuat apa yang terjadi?” Siswa :”putus.”

Guru :”jelas.” Siswa :”jelas.”

Setelah guru memberi contoh tegangan tali pada tas, siswa akhirnya mengerti dan kesulitan yang dihadapi siswa dapat teratasi. Saat guru membantu kesulitan yang dihadapi siswa, guru memberi contoh dan menjelaskan konsep tegangan tali di depan kelas. Tujuan guru adalah agar siswa yang lain dapat memperhatikan dan mengerti konsep tegangan tali.

Dalam video rekaman pembelajaran tanggal 25 Juli 2009 menit 26.40, Guru membantu kesulitan siswa dalam menggambar diagram bebas gaya.

Guru :”terus gambar bendanya tegak lurus bidang miring, ya terus sejajar bidang miring (menggambar komponen gaya) kalau belum bisa pake satu penggaris pake 2 penggaris untuk menggambarnya sekarang gambar berat bendanya nie dari sini dari titik ini, kemana arahnya?”

Siswa :”ke bawah sini.”

Guru :”ya, terus sekarang dari ujung berat benda, sejajar bidang miring dari bidang vektor, nie sejajar bidang miring masih titik-titik gambarnya, terus kesana tegak lurus bidang miring, nah terus ditarik dari pusatnya tadi, memotong tadi sejajar bidang miring, ya tidak melebihi ingat semua catatan bu Nanik tidak ada yang melebihi semua, ini salah kalau melebihi, jangan beracuan pada rumus-rumus tetapi pada penjelasan bu Nanik kemarin, terus tarik dari pangkal sini sampai perpotonganya proyeksinya tegak lurus, sekarang kalau disini sudutnya α mana yang sama dengan α, sisi mana? (karena siswa bingung guru memberi petunjuk) antara ini 1, 2, 3, dan 4 mana yang α, ya itu α, kalau itu sudut α, yang ini namanya w (berat benda).”

Siswa : “ w cos α.”

Guru : “Betul, yang komponen ini namanya apa?” Siswa :”w sin α.”

Guru : “Gaya normalnya mana?” Siswa: “Kesini.”

Guru: “Ya (siswa menggambarnya) ya itu gaya normal, ingat ya jangan beracuan pada buku yang salah, ya.oke.”

Dengan membantu kesulitan yang dihadapi siswa, siswa merasa dihargai dan diperhatikan sehingga siswa menjadi terdorong untuk belajar lebih giat. 2) Mengaktifkan siswa

Selain pemberian motivasi, guru dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dengan membuat pelajaran itu menjadi menantang, merangsang daya cipta untuk menemukan serta mengesankan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan sehingga proses belajar yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal khususnya dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah.

Dalam penelitian ini terungkap bagaimana cara guru mengaktifkan siswa di kelas. Guru melakukan tanya-jawab dengan siswa dengan tujuan untuk membuat siswanya aktif, sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan hidup. Dalam video pembelajaran tanggal 24 Juli, guru melakukan tanya-jawab kepada siswa untuk mengetahui konsep yang telah dipelajari. Banyak hal menunjukkan dalam pembelajaran guru menggunakan metode tanya-jawab untuk mengaktifkan siswa. Selama pembelajaran terlihat metode yang guru gunakan efektif dalam mengaktifkan siswa.

Selain itu, dalam rekaman video pembelajaran tanggal 24 Juli 2009 menit 9, guru mengaktifkan siswa dan membuat pelajaran menjadi lebih menantang dengan mengubah soal:

Soal awal

Guru :”misalkan diketahui massa bendanya 10 kg, kemudian percepatan grafitasinya 10 m/s2, koefisien gesek statisnya 0.2, ditarik gaya F1 =50N, coba diselidiki bendanya sudah bergerak atau belum”

Soal ubahan:

Guru :”pertanyaan yang ke dua sekarang, kalau gaya tarikanya 10 N, perhatikan pertanyaannya berapa besar gaya gesekan saat itu? ayo siapa?” (guru memberi tanda untuk siswa menjawab dengan mengacungkan tangan)

Guru :”siapa yang 20, lebih dari 20.” Siswa :”20.”

Guru memancing siswa untuk menjawab dengan cara guru mengangkat tangan, reaksi yang ditimbulkan sebagian besar siswa mengangkat tangan.

Gambar 3.3. Guru mengaktifkan siswa

Guru juga mengungkap dalam wawancara bahwa cara ini digunakan untuk mengaktifkan siswa:

P :”Lalu pada saat ibu memberi pertanyaan, misal berapa gaya gesek jika gaya yang diberiakan 10 N, lalu terlihat siswa banyak sekali yang ingin menjawab dengan mengacung.untuk membiasakan hal tersebut bagaimana bu?”

G : “lebih pada keaktifan siswa, karena yang mau belajar kan itu siswa, bukan gurunya, jadi kita harus berusaha siswa merasa butuh, aku (siswa) butuh ngerti, jangan segera

langsung kita kasih tau ini begini, begini itu nanti yang tambah pinter gurunya bukan muridnya kalau saya begitu.”

Dalam video rekaman pembelajaran tanggal 25 Juli 2009 menit 8, Guru A mengaktifkan siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas secara langsung tanpa melihat buku:

Guru :”karena bendanya tidak berubah bidangnya tetap jadi kekasaranya tetap, siapa yang mau maju ke depan? Rama? (nama siswa) ra sah gowo buku ma wong wis ono neng kene, siapa yang mau mencoba yang c (ada siswa yang maju) siapa yang mau mencoba no.2?”

Dengan cara meminta siswa untuk mengerjakan tanpa membawa buku, siswa menjadi merasa tertantang untuk berani mengerjakan soal dan siswa pun maju untuk mengerjakan soal.

b. Pengetahuan Guru B

Dari hasil pengamatan peneliti dan hasil wawancara, pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa dalam penelitian ini terungkap. Pengetahuan tersebut adalah guru mengetahui siswinya mempunyai motivasi dan keaktifan yang rendah dalam mempelajari fisika.

Menurut guru dalam wawancara :“kesulitan justru dimotivasi mereka (siswi)” dan ”Kesulitan, kayaknya kalau dibandingkan dengan sekolah campur, cewek-cowok, kalau di sini motivasi untuk maju, terutama untuk fisika itu agak susah, itu karena ceweknya itu saya kira. Kayaknya itu bukan pelajarannya dia gitu kan. Fisika itu mungkin anggapannya untuk

cowok-Dari pengamatan peneliti, selama pembelajaran siswi terlihat tidak terlalu aktif dalam mengikuti pembelajaran, tidak ada siswi yang mengerjakan soal secara suka rela untuk maju ke depan kelas, siswi akan maju jika guru yang meminta atau menunjuk secara langsung. Hal lain yang menunjukkan siswi mempunyai motivasi rendah adalah tidak adanya siswi yang bertanya secara langsung kepada guru selama pembelajaran dan siswi terlihat sibuk mencatat apa yang guru bicarakan dan guru tulis di papan tulis.

Guru berusaha menumbuhkan motivasi dan keaktifkan siswi dengan memberi lelucon, memberi pujian dan melakukan tanya-jawab dengan siswa, serta memberi latihan soal.

Rekaman video pembelajaran tanggal 22 Juli 2009 menit 1, menunjukkan metode tanya-jawab yang guru terapkan untuk mengaktifkan siswinya.