• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi pengetahuan guru fisika tentang siswanya pada 2 SMA di Yogyakarta sebagaimana terungkap melalui aktivitas guru dalam pembelajaran - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Identifikasi pengetahuan guru fisika tentang siswanya pada 2 SMA di Yogyakarta sebagaimana terungkap melalui aktivitas guru dalam pembelajaran - USD Repository"

Copied!
260
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan FISIKA

Oleh:

ALBERTUS WAHYU SUWIDO

NIM: 051424024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PADA 2 SMA DI YOGYAKARTA SEBAGAIMANA TERUNGKAP MELALUI

AKTIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Albetus Wahyu Suwido

NIM. 051424024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Karya yang sederhana ini kupersembahkan

untuk semua orang yang telah hadir dalam hidupku

(6)

v

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Juni 2010

Penulis

(7)

vi

Indentifikasi

Pengetahuan Guru Fisika Tentang Siswanya

Pada 2 SMA di

YOGYAKARTA sebagaimana Terungkap Melalui Aktivitas Guru dalam

Pembelajaran

Albertus Wahyu Suwido

Universitas Sanata Dharma

2010

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui pengetahuan guru tentang

konteks dan karakteritik siswa; (2) untuk mengetahui pengetahuan guru tentang motivasi

dan keaktifan siswa; (3) untuk mengetahui pengetahuan guru tentang miskonsepsi dan

kemampuan awal siswa; dan (4) untuk mengetahui pengetahuan guru tentang kesulitan

belajar siswa.

Penelitian dilakukan pada dua Sekolah Menengah Atas Swasta di Yogyakarta.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2009

11 September 2009 dan 22 Juli 2009

25 November 2009. Subyek dalam penelitian ini adalah guru fisika dari kedua sekolah

tersebut dan objek penelitian ini adalah PCK khususnya pengetahuan guru tentang siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan instrumen pengumpulan data

terdiri dari video hasil rekaman pada saat pembelajaran,

fieldnotes

, dan wawancara guru.

Video hasil rekaman dilihat berulang-ulang dan ditranskrip, lalu dicari hal-hal

yang unik baik yang umum maupun yang khusus dan berkaitan dengan pengetahuan guru

tentang siswa. Dari hal-hal unik yang sama dari kedua guru digabungkan dalam satu tema

atau kategori. Dari setiap peristiwa yang diambil sebagai data mengenai pengetahuan

guru tentang siswa tersebut dibahas dengan didukung oleh hasil wawancara.

Hasil penelitian guru A adalah: (1) guru mengetahui dan menyadari suasana kelas

yang hidup, selain itu kelas terbagi menjadi dua kelompok, guru mengetahui kemampuan,

serta guru hafal nama siswanya; (2) guru mengetahui dan menyadari motivasi dan

keaktifan siswanya cukup bagus dalam mempelajari fisika; (3) Miskonsepsi yang terjadi

pada siswa dalam penelitian ini tidak terungkap. Guru mengetahui konsep gaya normal,

gaya berat, dan gaya gesek merupakan kemampuan awal yang diperlukan siswanya untuk

mempelajari diagram bebas gaya jika dua benda dihubungkan oleh tali; (4) guru

mengetahui kesulitan siswanya dalam memahami konsep gaya gesek dan diagram bebas

gaya.

(8)

vii

Identification of Physics Teachers’ Knowledge about Students in 2 Senior High

Schools in Yogyakarta which is revealed through Their Teaching Activities.

Albertus Wahyu Suwido

Sanata Dharma University

2010

The goals of this research are: (1) to discover teachers’ knowledge about students’

context and characteristic; (2)

to discover teachers’ knowledge about students’

motivation and liveliness; (3) to discover teachers’ knowledge about students’

misconception and initial knowledge; (4) to discover teachers

’knowledge about

students’ learning difficulties.

The research was done in 2 private Senior High School in Yogyakarta. The research

was held on July 24

September 11, 2009 and July 22

November 25, 2009. The

subjects of research were Physics teachers from those 2 schools and the object of

research was PCK, especially teachers’ knowledge about students. This research

was a

qualitative descriptive research and the data collection instrument consisted of video

recordings during learning process, fieldnotes, and teacher interviews.

Video recording was watched repeatedly and analyzed, then it be sought the unique

things

either general or specific and related to teachers’ knowledge about students.

From the similar unique things from both teachers were combined into one theme or

category. From each event which was taken as data on teachers’ knowledge about

students was discussed and supported by results of interviews.

The research results of teacher A were: (1) teacher knew and realized the atmosphere of

a live classroom, other than that the class was divided into two groups, teachers knew

the ability of the students, and te

achers memorized their students’ name; (2) teacher

knew and realized the motivation and liveliness of their students was good enough in

learning Physics; (3) Misconception that occurred in students was not revealed in this

research. Teachers knew that the concept of normal force, gravity, and friction was the

initial ability required by the students to learn free diagram of force if two objects were

connected by a rope; (4) teacher knew the students’ difficulties in understanding the

concept of friction and free diagram of force.

(9)

viii

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Bapa di surga atas kekuatan dan

penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan di Program Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan

IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari ada banyak pihak yang

telah memberi bantuan berupa bimbingan dan dorongan kepada penulis dengan

segenap pikiran, waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku dosen pembimbing dan dosen

penguji, yang dengan segenap pikiran, waktu, dan tenaga memberikan

bimbingan dan arahan yang sangat berharga bagi penulis.

2.

Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku dosen penguji atas masukan yang

berharga yang telah diberikan.

3.

Romo Dr. Paul Suparno. S.J., M.S.T. selaku dosen penguji atas masukan

yang berharga yang telah diberikan.

4.

SMA KOLESE DE BRITO, SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA

dan Ibu Dra. M. Th. Nanik Ismarjiati serta Bapak Linus Karyanto, S.Pd.,

M.Si. yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk melakukan

(10)

ix

Pendidikan Fisika yang banyak berperan dalam proses belajar penulis di

Universitas Sanata Dharma.

6.

Bapak Sugeng, Mbak Heni, dan Mas Agus atas kerelaan dan kesabaran

dalam memberikan bantuan kepada penulis.

7.

Keluargaku tercinta: Bapak Agustinus Sugiyo, Ibu C. Sudarmi, mbak

Fransiska Wahyu Sriwinarti, mbak Maria Wahyu Noviyanti, Bang Timbul,

keponakku Audi dan Celi, atas cinta dan doa yang tiada batas, kesabaran,

perhatian, kesempatan yang diberikan baik material maupun spiritual

sehingga skripsi ini dapat selesai.

8.

Agatha Ferry Wahyu Susanti, terima kasih atas cinta, dukungan, doa,

nasehat, kebersamaan, dan bantuan selama penulisan skripsi.

9.

Saudara-saudaraku: Simbok, yu Ana, mas Heri, Riyan, Risal, lek Bud,

bulek Rose, Fembri, Penta, David, Bani, Danil, Handono dan Antok, atas

dukungan semangat yang diberikan kepada penulis.

10.

Teman-teman Kos gang Alternatif 136 C atas semangat dan kegembiraan

yang dihadirkan dalam hari-hari penulis.

11.

Teman-teman sep

erjuangan P.Fis’05: Cici, Prapti, Eni, Nita Kris, Nita

Cicil, Irene, Asih, Melly, Arun, Dinar, Helen, Agus, Nuning, Khoti, Tutik,

Nori, Maya, Yossy, Dini, Rita, Era, wega, Mas Wisnu, dan Ika, atas

warna-warni yang dihadirkan dalam perjalan panjang di Universitas Sanata

(11)

x

warna-warni dihadirkan dalam perjalanan di kota Yogyakarta ini.

13.

Danan, terima kasih atas bantuan pengambilan data selama penelitian.

14.

Teman-teman KMPKS (Keluarga Mahasiswa/i dan Pelajar Katolik

Sumatera bagian Selatan) khususnya KMPKS Voice atas penghiburan dan

warna-warni yang dihadirkan dalam perjalanan studi penulis.

15.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak

berperan dalam penulisan skripsi ini dan perjalanan studi penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan

skripsi ini. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi

banyak pihak.

Penulis

(12)

xi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

: Albertus Wahyu Suwido

Nomor Mahasiswa

: 051424024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Identifikasi Pengetahuan Guru Tentang Siswanya pada 2 SMA di Yogyakarta

Sebagaimana terungkap melalui Aktivitas Guru dalam Pembelajaran.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 12 Juni 2010

Yang menyatakan

(13)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Landasan teori ... 4

1. Pedagogical Content Knowledge ... 4

2. Pengetahuan Guru Tentang Siswa ... 13

3. Pengakategorian Pengetahuan Guru tentang Siswa ... 25

C. Perumusan Masalah ... 26

D. Tujuan Penelitian ... 26

(14)

xiii

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Subyek Penelitian ... 29

C. Waktu dan Pelaksanaan ... 29

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 29

E. Metode Pengumpulan Data ... 34

F. Metode Analisis Data ... 34

BAB III. DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Data ... 37

1. Deskripsi Penelitian ... 37

2. Hasil Penelitian ... 39

B. Analisis dan Pembahasan ... 43

1. Topik Data ... 44

2. Kategori Data ... 44

3. Analisis ... 45

4. Pembahasan ... 101

BAB IV. PENUTUP ... 134

A. Kesimpulan ... 134

B. Saran-saran ... 136

C. Keterbatasan Penelitian ... 138

D. Catatan ... 138

(15)

xiv

Lampiran 1. Fieldnotes Guru A ... 141

Lampiran 2. Fieldnotes Guru B ... 143

Lampiran 3. Transkrip Data Guru A ... 146

Lampiran 4. Transkrip Data Guru B ... 168

Lampiran 5. Data Wawancara Guru A ... 186

Lampiran 6. Data Wawancara Guru B ... 196

Lampiran 7. Topik Data Guru A ... 215

Lampiran 8. Topik Data Guru B ... 231

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ... 241

(16)

1

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Bangsa yang maju adalah bangsa yang pendidikanya unggul, mutu

pendidikan yang unggul dapat mengatasi perkembangan zaman globalisai dan

dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Berbicara mutu pendidikan

tentunya tidak terlepas dari berbagai aspek yang mempengaruhi di antaranya

ialah guru, siswa, kurikulum, buku pelajaran, sarana pembelajaran,

metodologi pembelajaran peraturan perundangan maupun berbagai input serta

kondisi proses lainnya (Vitalis, 2004:1). Untuk meningkatkan kualitas tenaga

pengajar yang professional dan memiliki kompetensi di bidang ilmu dan

pedagogis, pemerintah telah memulai proses sertifikasi tenaga pendidik lewat

pendidikan profesi (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 18, 2007).

Dalam kebijakan ini, secara tegas dipaparkan bahwa kualifikasi akademis dan

pedagogis merupakan komponen utama dalam pendidikan nasional. Guru

yang profesional harus memiliki dua keahlian, yaitu keahlian yang berkaitan

dengan materi pembelajaran sesuai bidang studi (matapelajaran) yang

diampunya (

content knowledge

) dan keahlian yang berkaitan dengan bidang

keguruan (

pedagogy knowledge

) (Kartika Budi, 2005). Guru harus menguasai

materi sesuai bidang studi yang diampunya, terampil dalam memilih metode

pembelajaran yang tepat dan mempunyai pemahaman serta kemampuan

(17)

siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Shulman (1986) menunjukkan adanya

suatu pengetahuan yang secara esensial sangat berperan menentukan tindakan

guru di dalam pembelajaran. Pengetahuan tersebut dikenal sebagai

Pedagogical Content Knowledge (PCK)

.

Shulman merumuskan

Pedagogical Content Knowledge (PCK)

sebagai

perpaduan dari pengetahuan tentang mata pelajaran dengan pengetahuan

pedagogis yang memungkinkan guru menyajikan suatu topic pelajaran secara

terorganisir dengan tujuan pembelajaran, tingkat perkembangan murid dan

situasi tempat pembelajaran berlangsung (Shulman, 1986, dalam Sarkim,

2005).

Pedagogical Content Knowledge (PCK)

mencakup pengetahuan

pengetahuan akan bahan ajar tapi juga merangkum pengetahuan pedagogis

untuk membelajarkan materi/bahan ajar tersebut. Menurut Shulman (1986)

PCK dikelompokkan dalam tiga kategori:

1.

Pengetahuan tentang kurikulum

2.

Pengetahuan tentang strategi pembelajaran

3.

Pengetahuan tentang para siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian bersama dengan dosen, sehingga

aspek-aspek yang membanguan PCK di bagi dalam penelitian ini. Peneliti

(18)

Pengetahuan tentang para siswa membantu guru untuk memutuskan

tindakan-tindakan mana yang sesuai diterapkan dalam kelas. Untuk membuat

keputusan yang baik, guru harus waspada pada banyak hal yang menjadi

pengembangan pembelajaran bagi murid dalam konteks pertumbuhan pikiran

, variasi cara belajar, pengaruh bahasa dan budaya, watak individu, hobi dan

pendekatan belajar (Forrest 2008)

.

Pengetahuan tentang pemahaman siswa bukan hanya pemahaman siswa

terdahulu tapi juga pengetahuan siswa secara umum, termasuk latar belakang

budaya mereka. Guru harus memiliki pengetahuan mengenai

karakteristik-karakteristik tertentu dari para siswanya dan melakukan pendekatan-

pedekatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Aspek-aspek karateristik

siswa bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar,

kemapuan berpikir, dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah

dimilikinya. Karakteristik siswa akan sangat mempengaruhi dalam pemilihan

strategi pembelajaran yang guru terapkan

.

Dengan memahami siswa, pembelajaran fisika akan sungguh mengena

pada siswa dan menyenangkan siswa. Semakin banyak guru memahami

setiap siswa, akan semakin kaya pengetahuan yang guru miliki sehingga guru

akan dapat membantu pembelajaran secara lebih kotekstual, sesuai dengan

karakter siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah guru

(19)

menggunakan metode kasus berbasis video. Sehingga peneliti mengambil

judul:

Identifikasi Pengetahuan Guru Fisika tentang Siswanya pada 2 SMA di

Yogyakarta Sebagaimana Terungkap melalui Aktivitas Guru dalam

Pembelajaran.

B.

LANDASAN TEORI

1.

Pedagogical Content Knowledge

Sebagai sebuah Konsep dari pengetahuan isi pedagogis (PCK) pada

awalnya diperkenalkan oleh Lee Shulman dalam 1986 di dalam artikelnya

yang berjudul: “

Those Who Understand: Growth of Knowledge in Teaching

(Mereka Yang Memahami: Pertumbuhan Pengetahuan dalam Pengajaran)

(Shulman, 1986). Di dalam artikel tersebut, ia menulis:

Jenis kedua dari pengetahuan isi adalah pengetahuan bersifat pendidikan,

yang melampaui pengetahuan tentang pokok bahasan dalam dirinya

menuju dimensi pengetahuan pokok untuk pengajaran (cetak miring sesuai

aslinya). Saya masih berbicara tentang pengetahuan isi di sini, tetapi dari

wujud khusus dari pengetahuan isi

yang membubuhkan aspek-aspek isi

paling erat hubungannya dengan kemampuan mengajar. (

Shulman, 1986:

9

, seperti dikutip dalam Sarkim, 2005)

Dari kutipan artikel di atas Shulman membedakan pengetahuan isi untuk

pengajaran, yang ia sebut pengetahuan isi bersifat pendidikan, dari

pengetahuan isi yang ada di dalam dirinya. Pengetahuan isi ini termasuk

pengetahuan tentang fakta-fakta, konsep-konsep dan struktur sintaktis dan

(20)

pada cara di mana konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar dari disiplin ilmu

itu diorganisir. Struktur sintaktik dari suatu disiplin ilmu adalah himpunan

dari cara dimana pertimbangan, validasi, atau penetapan ditetapkan (Schwab,

1964; Grossman, 1987, dalam Sarkim, 2005).

Sementara itu, pengetahuan isi untuk mengajar, menurut Shulman, adalah

pengetahuan yang berwujud aspek dari isi paling berhubungan erat kepada

sifat fleksibelnya untuk digunakan dalam mengajar. Menurutnya pengetahuan

ini termasuk: topik-topik yang paling sering diajarkan di dalam area materi

pokok, bentuk-bentuk paling bermanfaat dari berbagai representasi,

analogi-analogi yang paling kuat, dan penjelasan-penjelasan formal. Termasuk juga

disini pemahaman tentang apa yang membuat pembelajaran topik-topik

spesifik menjadi sulit ataupun mudah.

Setiap studi atau subyek pada prinsipnya mempunyai dua aspek: yang satu

untuk ilmuwan sebagai seorang ilmuwan; yang lain untuk guru sebagai

seorang guru. Dua aspek ini tidak dalam pengertian saling menentang

ataupun berlawanan. Tetapi tidak juga dengan seketika menjadi serupa

(Dewey, 1902, dalam Sarkim, 2005).

Menurut Dewey (1902, dalam Sarkim, 2005), Bagi seorang ilmuwan ilmu

pengetahuan lebih dipandang sebagai sebuah kebenaran dalam kerangka

memahami fakta-fakta, merumuskan permasalahan baru, memadu penelitian

(21)

tidak menaruh perhatian terhadap penambahan pengetahuan baru tentang

ilmu, juga perhatiannya bukan pada merumuskan permasalahan baru dan

melakukan penelitian terhadapnya. Akan tetapi, guru menaruh perhatian pada

merepresentasikan pengetahuan yang dipahaminya kepada para muridnya,

agar supaya dapat dipelajari dan dimengerti oleh para murid sesuai dengan

tingkat perkembangan psikologisnya dan dalam konteks pembelajaran yang

ada.

Menurut Deng, ide-ide utama dalam ilmu fisika sekolah menengah

mewakili struktur psikologis dari pokok materi, sedangkan ide-ide utama di

dalam disiplin ilmu fisika mewakili struktur formal logis (Deng, 2001, dalam

Sarkim, 2005). Deng (2001) membedakan antara pengetahuan isi/materi

dengan pengetahuan pedagogis.

Treagust dan Harrison, dalam Sarkim, 2005, membedakan antara

pengetahuan isi/materi dengan pengetahuan pedagogis melalui model-model

penjelasan. Treagust dan Harrison (1999) membagi penjelasan ke dalam tiga

kategori: penjelasan-penjelasan ilmiah, penjelasan-penjelasan pedagogis

efektif, dan penjelasan-penjelasan sehari-hari.

Penjelasan-penjelasan ilmiah, menurut Treagust dan Harrison, dikenali

lewat tiga fitur utama: nomologikal deduktif, statistik deduktif, dan statistik

induktif. Penjelasan-penjelasan nomologikal deduktif termasuk penalaran

(22)

deductive-statistical menggunakan penalaran deduktif di dalam situasi-situasi

yang memungkinkan. Di dalam penjelasan-penjelasan ini, interpretasi tidak

diambil dari data, justru data ditafsirkan di dalam langkah-langkah logis dan

masuk akal untuk menghasilkan pengetahuan yang paling sesuai.

Penjelasan-penjelasan statistik induktif berasal dari generalisasi data.

Sementara itu, penjelasan-penjelasan pedagogis ( Treagust & Harrison,

2000, dalam Sarkim, 2005) dirancang untuk membantu para siswa

mempelajari ilmu pengetahuan, untuk mengembangkan

pemahaman-pemahaman mereka dan untuk menimbulkan keingintahuan dan untuk

memberikan motivasi. Berlawanan dengan penjelasan yang ilmiah,

penjelasan-penjelasan pedagogis dipengaruhi oleh konteks-konteks di mana

para siswa belajar.

Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru.

(http://id.wikipedia.org/wiki/pedagogi) Pedagogi juga diartikan sebagai seni

dan ilmu pengetahuan tentang mendidik anak

anak dan sering digunakan

sebagai sebuah sinonim untuk suatu pengajaran. Lebih tepatnya, pedagogi

mewujudkan pendidikan yang berfokuskan guru. Dalam suatu model

pedagogi, guru memikul tanggung jawab untuk membuat keputusan tentang

apa yang akan dipelajari, dan kapan ia akan dipelajari. (http://klubhausbuku.

wordpress.com/2008/06/07/). Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang

memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses

(23)

Kemampuan pedagogi juga termasuk bagaimana mengatur kelas

kelas atau

bekerja dengan anak

anak secara efektif.

Menurut Sudulloh (2006) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari

masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia

“mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Jadi pedagog

ik

adalah Ilmu Pendidikan Anak. Langveld, 1980 dalam Sadulloh 2006,

membed

akan istilah “pedagogik” dengan istilah “pedagogi”. Pedagogik

diartikan dengan ilmu pendidikan, lebih menitik beratkan kepada pemikiran,

perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita

membimbing anak , mendidik anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti

pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek, menyangkut kegiatan

mendidik, kegiatan membimbing anak.

Guru bukan hanya sekedar terampil dalam menyampaikan bahan ajar,

namun disamping itu ia juga harus mampu mengembangkan pribadi anak,

mengembangkan watak anak, dan mengembangkan serta mempertajam hati

nurani anak. Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana

membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak

didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan

mendidik anak.

Kemudian di dalam artikel yang diterbitkan tahun 1987, Shulman tidak

(24)

malahan menggambarkannya sebagai satu penggabungan pengetahuan isi

dan pengetahuan bersifat pendidikan. Ia menulis:

It (PCK) represents the blending of content and pedagogy into an

understanding of how particular topics, problems, or issues are

organised, represented, and adapted to the diverse interests and abilities

of learners, and presented for instruction, (

Shulman 1987:8, seperti dikutip

dalam Sarkim, 2005)

PCK merepresentasikan campuran isi dan pedagogi ke dalam satu

pemahaman bagaimana topik-topik tertentu, permasalahan, atau isu-isu

diorganisir, direpresentasikan, dan disesuaikan dengan berbagai kepentingan

dan kemampuan-kemampuan yang berbeda dari para siswa, dan yang

diperkenalkan untuk instruksi.

Berdasarkan pada definisi diatas, PCK adalah suatu campuran dari dua

kategori pengetahuan: pengetahuan isi atau materi dan pengetahuan

pedagogis. Guru yang profesional harus memiliki dua kategori pengetahuan

dan mampu memadukanya. Hasil dari campuran itu adalah pemahaman

tentang pokok materi pengajaran. Pokok materi dipahami dalam konteks

pengajaran dan siap untuk dieksekusi dalam pengajaran.

Menurut Bromme, haruslah dicatat bahwa PCK adalah suatu konstruksi

psikologis dari pengetahuan guru (Bromme, 1995, dalam Sarkim, 2005). Ini

berarti bahwa perpaduan tersebut mengacu pada proses kognitif,

pengintegrasian atau perpaduan dari pengetahuan tentang isi dan pengetahuan

(25)

pengetahuan isi dan pengetahuan pedagogis adalah suatu adaptasi dari

pengetahuan ini menuju keadaan yang spesifik dari pekerjaan para guru.

Bromme mengidentifikasi proses adaptasi ini sebagai 'kontekstualisasi

pengetahuan'.

PCK mempunyai kaitan dengan cara para guru membuat pertimbangan

secara pedagogis. Dengan didasarkan pada kebijaksanaan praktis, PCK

melibatkan suatu pergeseran dramatis dalam pemahaman guru ''dari mampu

untuk memahami materi pokok untuk diri mereka, menuju kondisi mampu

untuk menerangkan materi pokok dalam cara yang baru, menyusun kembali

dan membagi, mengungkapkan dalam aktivitas dan emosi, di dalam

kiasan-kiasan dan latihan-latihan, dan di dalam contoh-contoh dan

demonstrasi-demonstrasi, sehingga dapat diserap oleh para siswa''

.

(Bollough, 2001:656).

PCK mengacu kepada interprestasi guru dan transformasi dari

pengetahuan

tentang

subyek-materi

dalam

konteks

memfasilitasi

pembelajaran siswa.(Driel, dkk., 1998:674)

PCK menyiratkan transformasi subjek-materi pengetahuan, sehingga

dapat digunakan secara efektif dan fleksibel dalam proses komunikasi antara

guru dan peserta didik selama praktek di kelas.(Driel dkk., 1998:675).

Dengan demikian, guru dapat memperoleh PCK dari praktek mengajar

(26)

penting, ketika berhadapan dengan materi pelajaran, tindakkan atau

keputusan guru ditentukan dari PCK mereka.

PCK dapat dipandang sebagai proses, hasil (pengetahuan), dan

ketrampilan. Sebagai Proses, PCK dimaknai

sebagai “the ways content and

pedagogy are blended into an understanding of how particular topic are

represented and adapted learners’ various interest and abilities”

(Shulman,

1986: 5)

Sebagai hasil (pengetahuan), PCK merupakan bangunan pengetahuan yang

terdiri dari topik-topik khusus yang dikemas sebagai materi pembelajaran

bagi siswa, yang merupakan integrasi materi dari materi pembelajaran dan

metode pembelajarannya, yang tercermin dalam bagaimana topik-topik, dan

masalah-masalah direpresentasikan dan diorganisasikan sesuai dengan minat

dan kemampuan siswa (Kartika Budi, 2005:104).

Sebagai kemampuan atau kete

rampilan, PCK merupakan „ teacher‟s

ability to convey the constructs underlying elements of the content knowledge

in manner that assesible to students” (Kartika Budi

, 2005: 104). Jadi PCK

merupakan kemampuan atau ketrampilan guru mengintegrasikan materi

pembelajaran dan ilmu keguruan untuk kepentingan pembelajaran bagi siswa

tertentu sesuai dengan kondisi dan kerangka berpikir siswa dan strategi

(27)

Parr, 1988 dalam

Bullough, 2001

menyatakan PCK: “ada

lah suatu

pengetahuan khusus pada setiap subyek yang masuk instruksi pengetahuan

khusus ini berbeda dari pengetahuan akademis. Perbedaanya ada dalam

tujuan, dalam hubungan dengan fakta-fakta berbagai hal, dan dalam cara

bagaimana itu diperolah pengetahuan khusus ini adalah pengetahuan

pedagogis.

Magnusson, Krajcik, dan Borko (1999) menyatakan:

Pedagogical content knowledge is a teacher’s understanding of how to

help students understand specific subject matter. It includes knowledge of

how particular subject matter topics, problems, and issues can be

organized, represented and adapted to the diverse interests and abilities of

learners, and then presented for instruction. . . .The defining feature of

pedagogical content knowledge is its conceptualization as the result of a

transformation of knowledge from other domains.

(Magnusson, Krajcik,

dan Borko, 1999:96, seperti yang dikutip dalam Ball, 2008:394)

PCK adalah pemahaman guru tentang bagaimana untuk membantu siswa

memahami mata pelajaran tertentu. Ini mencakup pengetahuan tentang

bagaimana topic subjek materi, masalah, dan masalah dapat diatur, diwakili

dan disesuaikan untuk berbagai kepentingan dan kemampuan peserta didik,

dan kemudian disajikan untuk instruksi. . . . Fitur yang menentukan bagian

dari PCK adalah konseptualisasinya sebagai hasil dari transformasi

pengetahuan dari domain lainnya.

PCK merupakan pengetahuan eksplisit keterampilan yang diperlukan

dalam rangka untuk mengajarkan kepada siswa (Chen, 2002; Rovegno, Chen

(28)

2.

PENGETAHUAN GURU TENTANG SISWA

PCK merupakan suatu konstruksi kognitif yang merepresentasikan suatu

penggabungan beberapa jenis pengetahuan yang diakibatkan oleh sebuah

pemahaman bahan-bahan pengajaran yang terkonstektualisasi (Brom, 1995,

dalam Sarkim, 2005 ). Dengan kata lain, PCK merupakan perubahan bentuk

beberapa komponen-komponen dari pengetahuan ke dalam suatu pengetahuan

yang secara langsung berdampak pada praktek pengajaran (Gess-Newsome,

1999, dalam Sarkim, 2005).

Shulman (1987) memperkenalkan pengkategorian yang berperan untuk

pembentukan PCK:

1.

Topik-topik yang diajarkan secara reguler;

2.

Bentuk-bentuk paling bermanfaat dari representasi;

3.

Analogi-analogi yang paling kuat, ilustrasi-ilustrasi,

contoh-contoh, penjelasan-penjelasan, dan demonstrasi-demonstrasi;

4.

Prasangka-prasangka siswa sebagai komponen-komponen PCK

(Shulman, 1986, dalam Sarkim, 2005).

Menurut Sarkim (2005), Komponen-komponen ini dapat digolongkan ke

dalam tiga kategori. Pertama adalah pengetahuan tentang kurikulum.

Pengetahuan ini termasuk pengetahuan tentang isi atau materi pokok dan

(29)

dimana perkara materi pokok diorganisir untuk tujuan pengajaran. Yang

kedua adalah pengetahuan tentang strategi pengajaran. Pengetahuan ini tidak

hanya terdiri dari pengetahuan prosedural atau teknis tentang presentasi isi

tetapi juga mencakup pengetahuan tentang teori-teori yang mendasari

prosedur-prosedur teknis. Sebagai contoh, pengetahuan tentang bagaimana

cara memeriksa pengetahuan terdahulu dari siswa didasarkan pada teori

kognitif. Kategori yang ketiga adalah pengetahuan tentang siswa.

Pengetahuan adalah informasi yang seseorang miliki dalam bidang tertentu

(Hamzah, 2006). Maksud dari pengetahuan (

knowledge

) adalah sesuatu yang

hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya

reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya.

Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan

pikiran-pikiran. Pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan

ia dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah (John

Dewey, 1986, dalam Sadulloh, 2006).

Von Glaserfeld dalam Suparno, 2007, menyatakan pengetahuan bukanlah

suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari

dunia kenyataan yang ada, tetapi selalu merupakan akibat dari suatu

konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang (Bettencourt, 1989,

dalam Suparno, 2007). Van Glasersfeld (1996) menjelaskan bahwa

pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang waktu seseorang

(30)

Jadi dapat disimpulkan Pengetahuan guru tentang siswa adalah

Pengetahuan akan suatu fakta atau kondisi mengetahui sesuatu dengan baik

yang didapat lewat pengalaman dan pelatihan dan dapat terlihat dari interaksi

guru dengan siswa saat pembelajaran.

Komponen-komponen pengetahuan guru tentang siswa adalah sebagai

berikut:

A.

Pengetahuan tentang konteks dan karakteristik siswa

Grossman (1990), mengidentifikasi pengetahuan tentang siswa

sebagai bagian dari pengetahuan tentang konteks. Menurutnya,

pengetahuan tentang konteks juga termasuk pengetahuan tentang sekolah,

komunitas, dan daerah. Lebih dari itu, dia juga berpendapat bahwa

pengetahuan tentang siswa tidak dibatasi pada pengetahuan tentang

pemahaman siswa terdahulu tentang pengajaran isi. Ini mencakup juga

pengetahuan tentang aspek yang berbeda dari pelajaran siswa (Grossman,

1990, dalam Sarkim, 2005)

Konteks pengajaran mempunyai beraneka aspek berbeda termasuk

fasilitas-fasilitas fisik, budaya, politis, dan sistem edukasi. Aspek-aspek

ini berpengaruh pada pengajaran pendidikan yang diterima di sekolah

melalui beberapa cara termasuk kebijakan-kebijakan edukasi seperti:

sasaran hasil edukasi, penilaian kurikulum dan pembelajaran.

(31)

pembelajaran, dan pengetahuan tentang sasaran hasil pengajaran dikenali

ketika tiga kategori-kategori pengetahuan yang khusus berperan untuk

PCK (Magnusson et al., 1999, dalam Sarkim, 2005).

Mengidentifikasi tingkah laku dan karakteristik siswa sangat perlu

dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan

sebagai

petunjuk

dalam

mendeskripsikan

startegi

pengelolaan

pembelajaran (Hamzah, 2006). Sebenarnya, begitu banyak karakteristik

yang bisa diidentifikasi dalam diri siswa yang dapat membawa pengaruh

pada pelaksanaan dan hasi pengajaran secara keseluruhan. Dalam

menyusun program pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya

guru kelas sudah memiliki data-data pribadi siswanya berkaitan dengan

karakteristik khusus, kemampuan dan kelemahanya, kompetensi yang

dimiliki dan tingkat perkembanganya. Aspek-aspek yang diungkap dalam

tingkah laku dan karakteristik siswa berupa bakat dan gaya belajar.

Pengetahuan tentang para siswa membantu guru untuk memutuskan

tindakan-tindakan mana yang sesuai diterapkan dalam kelas. Pengetahuan

tentang pemahaman siswa bukan hanya pemahaman siswa terdahulu tapi

juga pengetahuan siswa secara umum, termasuk latar belakang budaya

mereka. Guru harus miliki pengetahuan mengenai

karakteristik-karakteristik tertentu dari para siswanya dan melakukan pendekatan-

(32)

Untuk membuat keputusan yang baik menurut Forrest (2008), guru

harus waspada pada banyak hal yang menjadi pengembangan

pembelajaran bagi murid dalam konteks pertumbuhan pikiran , variasi cara

belajar, pengaruh bahasa dan budaya, watak individu, hobi dan pendekatan

belajar

.

Karakter-karakter murid seperti keterampilan, bakat, gaya

mengajar, tingkat perkembangan dan kesiapan untuk mempelajari hal baru

adalah sebagian dari pengetahuan penting yang harus guru miliki.

B.

Pengetahuan Motivasi dan Keaktifan siswa

Menurut McDonald

“motivation is a

n energy change within the

person characterized by affective arousal and anticipatory goal

reactions”.

(seperti dikutip dari Hamalik 2009:h173) motivasi adalah

suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan

timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Ivor K.

Davies (1987), motivasi merupakan kekuatan tersembunyi di dalam diri

kita yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara

yang khas. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal

dan insentif di luar individu. Menurut Fores (2008), pemberian motivasi

di luar individu dilakukan oleh guru dengan ciri-ciri:

(33)

Kalimat-kalimat apa yang guru-guru gunakan dalam pujian

mereka?

Jenis penghargaan apa yang guru berikan?

Peringatan-peringatan apa yang guru berikan?

Hukuman apa yang diberikan kepada siswa?

Bagaiman guru membangkitkan kepedulian siswa?

Bagaimana guru menaikan antusiasme dalam mengerjakan

suatu tugas?

Bagaiman guru membangkitkan semangat kelas?

Bagaiman guru-guru melibatkan murid-murid pendiam

didalam diskusi-diskusi kelas?

Bagaimana guru-guru melibatkan murid-murid yang tidak

aktif dalam pekerjaan mereka?

Dengan cara-cara apa guru memberikan apresiasi pada

pencapaian-pencapaian murid?

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk

menumbuhkan motivasi belajar siswa (Sobry, 2007) :

Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada

permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu

(34)

Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas

tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

Hadiah.

Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan

memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi.

Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan

termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

Saingan atau kompetisi.

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya

untuk

meningkatkan

prestasi

belajarnya,

berusaha

memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

Pujian.

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan

penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat

membangun.

Hukuman.

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan

saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan

dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan

berusaha memacu motivasi belajarnya.

(35)

ke peserta didik.

Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual

maupun kelompok.

Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Selain pemberian motivasi, guru dapat mengaktifkan siswa dalam

belajar dengan membuat pelajaran itu menjadi menantang,

merangsang daya cipta untuk menemukan serta mengesankan siswa.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang

sangat penting dan perlu diperhatikan sehingga proses belajar yang

ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal khususnya

dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah yang

banyak dipengaruhi oleh komponen belajar mengajar, misalnya siswa,

guru,

sarana

dan

prasarana

belajar.

Prinsip-prinsip

untuk

mengaktifkan siswa adalah :

prinsip motivasi

ada dua jenis motivasi, yakni motivasi yang timbul dari

dalam diri anak (intrinsik),motivasi ini dapat dilakukan

dengan cara menggairahkan perasaan ingin tahu anak,

(36)

ekstrinsik dapat dilakukan dengan cara memberi ganjaran,

hukuman, atau penugasan untuk berbagai perbaikan

prinsip latar atau konteks

guru perlu mengetahui tentang pengetahuan, ketrampilan,

sikap, dan perasaan serta pengalaman yang dimiliki para

siswanya. Perolehan ini perlu dihubungkan dengan

pelajaran baru yang hendak diajarkan guru kepada siswa.

Apa apa yang telah diketahui anak akan lebih menarik

minat anak apabila dikaitkan dengan pelajaran baru,

akibatnya siswa akan lebih mudah menangkap dan cepat

memahami bahan pelajaran.

Prinsip focus

Hendaknya dalam pembelajaran difokuskan pada satu arah

atau pola tertentu. Tanpa suatu pola pelajaran akan

terpecah-pecah dan para siswa akan sulit memusatkan

perhatian. Titik pusat itu akan tercipta melalui upaya

merumuskan

masalah

yang

hendak

dipecahkan,

merumuskan pertayaan yang hendak dijawab, atau

merumuskan konsep yang hendak ditemukan.

(37)

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar para siswa

perlu dilatih untuk bekerja sama dengan rekan-rekan

sebayanya. Dengan prinsip ini para siswa akan dapat

membedakan hubungan dengan guru, dengan sesama

temannya, dan hubungan dengan sesama masyarakat.

Prinsip ini sangat penting dalam rangka pembentukan

kepribadian anak.

Prinsip individualis

Setiap siswa pada hakikatnya memiliki perbedaan tersendiri

baik dalam hal bakat, minat, kecerdasan, sikap, maupun

kebiasaan. Maka hendaklah guru tidak memperlakukan

siswa seolah-olah sama.

Prinsip menemukan

Guru sebenarnya tak perlu menjejalakan seluruh informasi

kepada anak. Berilah kesempatan kepada mereka untuk

mencari dan menemukan informasi tersebut. Informasi yang

disamapikan guru hendaknya yang bersifat mendasar dan

memancing siswa untuk mengail informasi selanjutnya.

Sehingga, suasana kelas tidak membosankan bahkan

sebaliknya akan menjadi bergairah.

(38)

Sebagai motivator guru hendaknya senantiasa mendorong

para siswanya untuk melihat masalah, merumuskan, serta

berupaya memecahakan sesuai dengan taraf kemampuanya.

Bila terjadi hal-hal tentang perbedaan pendapat dan

penemuan mereka belum sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, maka guru hendaknya melengkapinya dengan

tetap menghargai pendapat mereka (Uzer Usman, dkk.,

1993: 88).

C.

Pengetahuan miskonsepsi dan kemampuan awal siswa

Siswa memasuki pelajaran fisika penuh dengan intuisi dan

prakonsepsi yang telah terbentuk oleh pengalaman dalam kehidupan

sehari-hari. Gagasan-gagasan atau ide-ide yang telah dimiliki oleh

siswa sebelumnya ini disebut dengan prakonsepsi atau konsepsi

alternatif. Prakonsepsi ini sering merupakan miskonsepsi (Gardner,

1991). Jika konsepsi siswa tersebut berbenturan dengan konsepsi

fisika, maka akan terjadi miskonsepsi. Miskonsepsi harus diperhatikan

sebelum guru memulai suatu pembelajaran agar tidak mengalami

kesulitan dalam menanamkan konsep yang benar. Apabila diagnosis

miskonsepsi dilakukan sebelum pembelajaran, maka guru dapat

menggunakan

berbagai

model

pembelajaran

dalam

upaya

(39)

digunakan sesuai dengan karakteristik siswa dapat menghasilkan

tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Selain miskonsepsi, guru perlu mengetahui kemampuan awal

siswa yang berperan dalam meningkatkan kebermaknaan dalam

pengajaran, yang selanjutnya membawa dampak dalam memudahkan

proses internal yang berlangsung dalam diri siswa ketika belajar

(Hamzah, 2006).

D.

Pengetahuan tentang kesulitan belajar siswa

Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat

berlangsung secara wajar. Kadang

kadang lancar, kadang

kadang

tidak, kadang

kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari,

kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangat

tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.

Dalam hal dimana anak didik/ siswa tidak dapat belajar sebagaimana

mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan

belajar dapat diartikan juga sebagai hambatan yang dihadapi oleh

siswa dalam proses belajar sehingga mereka memperoleh prestasi

belajar di bawah rata-rata (Uzer dan Setiawati, 1993 :99). Masalah

belajar diartikan juga dengan berbagai problema yang menghambat

(40)

dkk., 1996: 77). Kesulitan belajar dapat berasal dari faktor internal

dan faktor eksternal.

3.

Pengkategorian pengetahuan guru tentang siswa

Pengkategorian ini untuk menentukan dan mengelompokan bentuk-bentuk

pengetahuan guru tentang siswa yang akan digunakan pada tahap kategorisasi

data. Berdasarkan penguraian dasar teori di atas, peneliti dapat

mengkategorikan pengetahuan guru tentang siswanya sebagai berikut:

1.

Konteks dan Karateristik siswa: berupa bakat, keterampilan,

gaya belajar, sekolah, komunitas, daerah, kondisi sosial siswa,

kemampuan dan kelemahan siswa.

2.

Motivasi dan Keaktifan siswa

3.

Miskonsepsi dan Kemampuan awal siswa

4.

Kesulitan belajar siswa:

Guru melakukan penekanan konsep atau pengulangan

materi-materi yang penting atau dirasa sulit

(41)

B.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

didapat rumusan masalah:

1.

Bagaimana pengetahuan guru tentang konteks dan karakteristik siswa?

2.

Bagaimana pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa?

3.

Bagaimana pengetahuan guru tentang miskonsepsi dan kemampuan

awal siswa?

4.

Bagaimana pengetahuan guru tentang kesulitan belajar siswa?

C.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1.

Mengetahui pengetahuan guru tentang konteks dan karakteristik siswa.

2.

Mengetahui pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa.

3.

Mengetahui pengetahuan guru tentang miskonsepsi dan kemampuan

awal siswa.

(42)

D.

Manfaat Penelitian

1.

Bagi Guru Fisika dan calon Guru fisika

Penelitian ini bermanfaat bagi guru fisika dan calon guru fisika karena

dapat memberikan gambaran yang konkret mengenai pembelajaran fisika

melalui pendekatan PCK khususnya pengetahuan guru tentang siswanya.

2.

Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti karena sebagai sarana untuk

menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah pada situasi yang

sesungguhnya di lapangan. Hasil penelitian ini dapat dijadikam acuan bagi

(43)

28

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Penelitian ini mengenai pengetahuan guru tentang para siswa, ini

merupakan penelitian lapangan, karena bertujuan untuk mencari kejelasan

kemampuan

Pedagogical Content Knowledge (PCK)

khususnya pengetahuan

guru tentang para siswa yang memerlukan keterlibatan guru sebagai subyek

penelitian. Penelitian ini merupakan

nonparticipant obsevation

, secara khusus

penelitian ini adalah

natural observatioan

yaitu peneliti meneliti subyek

dalam seting yang natural. Peneliti tidak membuat manipulasi apapun, hanya

mengamati, mencatat, dan merekam apa yang terjadi (Suparno, 2007) Hasil

penelitian ini hanya berlaku sekolah tempat penulis melakukan penelitian dan

guru sebagai subyek penelitian, sehingga kesimpulan atas hasil yang

diperoleh dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk sekolah lain dan

guru yang lain.

Apabila dilihat dari segi tujuan dilaksanakannya, maka penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menekankan pada keadaan

sebenarnya, peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti, tetapi lebih

melihat dari luar, tidak membuat manipulasi apapun, hanya mengamati,

mencatat, dan merekam apa yang terjadi (Suparno, 2007:155). Pada

(44)

cenderung bersifat kualitatif.

B.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 1 guru fisika dari SMA Kolese de Brito

yang sudah berpengalaman 20 tahun dalam mendidik siswa dan 1 guru fisika

dari SMA Stella Duce 1 yang sudah berpengalaman 20 tahun dalam mendidik

siswa.

C.

Waktu dan Pelaksanakan

Waktu

: Juli- September 2009.

Tempat : SMA Kolese de Brito dan SMA Stella Duce 1

D.

Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini akan mengungkap

PCK

guru fisika

khususnya terkait

berbagai bentuk pengetahuan guru tentang siswanya dalam praktek

pembelajaran fisika di SMA di Yogyakarta. Secara lebih khusus, dalam

penelitian ini: Topik pembelajaran fisika yang dianalisa di kelas XI-IPA 1

SMA Kolese de Brito adalah Hukum Newton tentang gerak serta praktek

pembelajaran fisika di kelas XII-IPA SMA Stella Duce 1 adalah Gelombang

Stasioner. Pada topik ini ditentukan oleh guru sesuai dengan perencanaan dan

(45)

1.

Pola mengajar yang ibu terapkan untuk materi hukum Newton tentang

gerak didapat dari mana?

2.

Dalam pembelajaran kemarin ibu sering melakukan pendekatan ke

siswa, tujuanya apa?

3.

Bagaimana minat siswa terhadap pelajaran fisika?

4.

Dalam penggunaan sumber pengetahuan (dalam hal ini buku) ibu

hampir tidak pernah melihat buku referensi dalam mengajar. Apakah

materi yang diajarkan sudah hafal?

5.

Dalam data video ibu terlihat sering melakukan pendekatan, keliling

dan membimbing siswa, bagaimana dengan pengelolaan waktu?

6.

Pada saat pembelajaran saat materi diagram bebas gaya selesai,apakah

dengan cara memberi soal ibu dapat mengetahui apakah siswa sudah

menguasi materi atau konsep yang ingin dicapai?

7.

Pada saat ibu memberi pertayaan,missal berapa gaya gesek jika gaya

yang diberikan 10 N, lalu terlihat siswa banyak sekali yang ingin

menjawab dengan mengacung. Untuk membiasakan hal tersebut

bagaimana bu (mengaktifkan siswa)?

8.

Pada saat pembelajaran ibu melakukan penekanan konsep-konsep

penting, lalu ada siswa ragu tentang gaya gesek, misal gaya 30 N

benda masih diam lalu berapa gaya geseknya? ada yang menjawab

(46)

merupakan tindakan spontan?

9.

Ibu menjelaskan lagi bahwa konsep, diulang dan diulang lagi, apakah

konsep ini benar-benar penting?

10.

Apakah siswa, dari pengalaman ibu mengajar mengalami kesulitan

dalam memahami konsep yang selalu ibu ulang?

Bagaimana ibu tahu bahwa siswa mengalami kesulitan?

11.

Pada saat materi masuk dalam tegangan tali ibu memberi pertayaan

kepada siswa, dan mencari jawaban tersebut ibu berkeliling apakah

dengan cara itu ibu membiasakannya?

12.

Saat hari sabtu, saat mengerjakan soal, guru membimbing seseorang,

sedang siswa yang lain mengerjakan di depan kelas, bagaiman cara

ibu untuk menyeimbangkan dengan siswa lain?

13.

Untuk soal apakah ibu mengambil dari buku atau membuat sendiri?

14.

karakter setiap siswa berbeda, gaya belajar mereka juga bebeda,lalu

cara ibu untuk mengatasi hal tersebut?

15.

Berkenaan dengan alur yang ibu sampaikan apakah mengikuti buku

atau ibu menyusun sendiri?

b.

Instrumen wawancara SMA Stela Duce 1

1.

Pola yang Bapak terapkan dalam mengajar kelas X, XI, XII, apakah

sama? Metode yang bapak gunakan? Perlakuannya sama atau

(47)

homogen? (siswa wanita semua)

3.

Bagaimana memotivasi siswa dalam pembelajaran fisika?

4.

Bagaimana pengelolaan kelas untuk kelas yang cewek semua?

5.

Dalam penggunaan sumber pengetahuan (dalam hal ini buku) bapak

hampir tidak pernah melihat buku referensi dalam mengajar. Apakah

materi yang diajarkan sudah hafal?

6.

Bagaimana mengatasi kemampuan siswa yang heterogen?

7.

Bagaimana Pendekatan belajar untuk siswa yang cewek semua?

8.

Bagaimana

cara

bapak

untuk

mengaktifkan

siswa

dalam

pembelajaran?

9.

Dalam pembelajaran di laboratorium bapak menggunakan metode

demonstrasi, apakah metode ini cukup membantu siswa untuk

memahami konsep?

10.

Bagaimana cara bapak untuk mengenal siswa?

11.

Bagaimana cara bapak untuk mengetahui perkembangan anak?

12.

Dalam video pembelajaran kemarin saya melihat bapak meminta

siswa untuk mengerjakan soal, maju kedepan. Apakah metode itu

(48)

metode demonstrasi. Apakah alasan bapak menggunakan metode

itu?

14.

Bagaimana cara bapak mengetahui siswa secara keseluruhan

memahami konsep yang diajarkan?

15.

Dalam video saya melihat saat bapak menjelaskan materi, ketika ada

yang ingin bapak tanyakan, bapak cenderung langsung melemparkan

ke seluruh kelas ya pak? Kenapa tidak ditunjuk?

16.

Bagaimana bapak mengenali karakteristik siswa?

c.

Fieldnotes

Fieldnotes

adalah catatan lapangan, semua catatan tertulis tentang segala

sesuatu yang didengar, dilihat, dialami, dipikirkan, dan direfleksikan oleh

peneliti (Suparno, 2007: 118).

Peneliti menggunakan

fieldnotes deskriptif

dalam mengambil data.

fieldnotes deskriptif

menyajikan usaha peneliti yang secara obyektif merekam

detail apa yang terjadi di lapangan. Tujuannya untuk menangkap gambaran

yang hidup dari hal yang diteliti. Aspek deskriptif dapat meliputi:

1.

Gambaran obyek

2.

Jumlah kejadian khusus, siapa yang terlibat dan bagaiman keterlibatanya.

(49)

E.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi proses pembelajaran di

kelas dengan perekaman video dan wawancara dengan guru. Rekaman proses

pembelajaran oleh guru didahuli dengan observasi dan selanjutnya

pengambilan data (dengan menggunakan alat bantu handycam) sebanyak tiga

sampai empat kali pertemuan (satu pertemuan dua jam pelajaran dan satu jam

pelajaran empat puluh lima menit). Kelas dalam penelitian ini adalah kelas

XI-IPA 1 dengan banyak siswa 29. Pembelajaran dilakukan di dalam kelas

dan di laboratorium dengan guru seorang wanita dan murid putra untuk SMA

Kolese de Brito dan kelas XII-IPA 1 dengan banyak siswa 32. Pembelajaran

dilakukan di dalam kelas dan di laboratorium dengan guru seorang pria dan

murid putri untuk SMA Stella Duce. Selain itu, wawancara juga akan

digunakan untuk pengumpulan data mengenai pengetahuan guru tentang

berbagai bentuk pemahaman tentang siswa yang digunakan dalam praktek

pembelajaran fisika di SMA Yogyakarta.

F.

Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan kategori bentuk-bentuk

pengetahuan guru tentang para siswa. Pengkategorian tersebut :

1.

Konteks dan Karateristik siswa: berupa bakat, keterampilan, gaya belajar,

sekolah, komunitas, daerah, kondisi sosial siswa, kemampuan dan

(50)

3.

Miskonsepsi dan Kemampuan awal siswa

4.

Kesulitan belajar siswa:

Guru melakukan penekanan konsep atau pengulangan materi-materi

yang penting atau dirasa sulit

Guru mengingatkan materi yang sudah dipelajari.

Tahapan dalam proses analisa meliputi:

1.

Transkripsi data rekaman video

Proses transkripsi ini merupakan Penyajian kembali bagian-bagian tertentu

dari rekaman video yang sesuai dengan topik-topik data yang akan diteliti

dalam hal ini tentang bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang para siswa

yang digunakan dalam praktek pembelajaran fisika di SMA kedalam bentuk

narasi.

2.

Kategorisasi Data

Proses membandingkan topik-topik data satu sama lain sehingga

menghasilkan suatu kategori-kategori data. Topik-topik data yang punya

kesamaan kandungan makna kemudian dikumpulkan dan ditentukan suatu

gagasan abstrak yang mewakili. Gagasan abstrak tersebut selanjutnya disebut

(51)

pengkategorian PCK yang yang dirumuskan peneliti berdasarkan data.

3.

Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan proses analisis data maka dapat ditarik suatu kesimpulan

yang dapat menjawab masalah yang akan diteliti, dalam hal ini bagaimana

bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang para siswanya yang digunakan

dalam praktek pembelajaran fisika di SMA yang disimpulkan dari video

pembelajaran guru dan bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang para

siswanya yang disimpulkan dari data wawancara. Selain itu data wawancara

juga digunakan untuk menyimpulkan bentuk-bentuk pengetahuan guru

(52)

37

DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

A. DATA

1. Deskripsi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di dua sekolah menengah atas swasta. Sebut saja

sekolah pertama sekolah X dan sekolah kedua sekolah Y. Sekolah X dan

sekolah Y merupakan sekolah homogen, sekolah X merupakan homogen putra

dengan jumlah siswa 29 dan sekolah Y merupakan homogen putri dengan

jumlah siswa 32. Sekolah X diajar oleh seorang Guru wanita (sebut saja A)

dan sekolah Y diajar oleh seorang guru Pria (sebut saja B). Penelitian di

sekolah X dilakukan di kelas XI dengan materi Hukum Newton tentang Gerak

sedangkan sekolah Y penelitian dilakukan di kelas XII dengan materi

Gelombang Stasioner.

Pertimbangan peneliti memilih kelas XI karena guru yang akan diteliti

untuk sekolah X dan kelas XII untuk sekolah Y hanya Guru A dan Guru B

yang mau di ambil datanya pada saat pembelajaran. Subjek dari penelitian ini

adalah guru dan objeknya adalah pengetahuan guru tentang siswanya dan

alasan guru yang diduga mendasarinya, sehingga hasil penelitian tidak

ditentukan oleh faktor siswa. Walaupun penelitian ini dilakukan di dua

sekolah dengan dua guru dan dua kelas yang berbeda tetapi peneliti tidak

bermaksud untuk membandingkan melainkan untuk memperbanyak

Gambar

gambar diagram bebas gaya.
Gambar 3.1. Guru berkeliling dan melakukan pendekatan-pendekatan ke siswa.
Gambar 3.3. Guru mengaktifkan siswa
gambar di papan tulis)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan cara seperti ini, jika seorang pihak pertama mengirim pesan untuk pihak kedua, pihak pertama tersebut dapat merasa yakin bahwa pesan tersebut hanya dapat dibaca oleh pihak

Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas ini dapat memanfaatkan berbagai rencana pengembangan infrastruktur

Hal tersebut sejalan dengan hal yang diperoleh dalam penelitian ini di mana rasio keuangan memiliki ketepatan prediksi yang tinggi (dengan nilai 94,3%) terhadap peringkat obligasi

Deflasi perdesaan disebabkan oleh turunnya indeks pada beberapa kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan turun sebesar 0,90 persen,

Peserta yang proposalnya dinyatakan “lolos” akan mengikuti lomba ke tahap berikutnya, yaitu pembuatan, pengujian kuda – kuda, dan presentasi mengenai rancangan kuda – kuda pada

Berdasarkan dari hasil angket dan wawancara dengan 15 pelaku dari tabel 3.6 di atas maka dapat dilihat bahwa, 5 orang atau 35 % yang memberikan jawaban bahwa

Ketika bunga bank dipersepsikan negatif karena dimaknai sama dengan Riba, maka value atau nilai produk Bank Konvensional menjadi berkurang nilainya bagi informan yang

“Kalau memang benar pemuda itu adalah Pangeran Indra Bangsawan, berarti anak itu yang aku cari selama ini karena dialah yang dapat membantu Raja Kabir untuk membebaskan negerinya