• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Kosa-Kata Sehari-Hari

Dalam dokumen Khasanah Bahasa Lirik Lagu Anak (Halaman 62-76)

BAB II PENGERTIAN, KARAKTERISTIK

3.7. Onomatope Atau Peniru Bunyi

3.8.1. Penggunaan Kosa-Kata Sehari-Hari

Kosa kata yang digunakan dalam lirik lagu anaka-anak didomonasi oleh kosa kata yang dapat ditemukan ketika anaka berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan tersebut dimulai ketika mereka bangun tidur hingga tidur kembali, yang di dalamnya mereka harus merapikan tem- pat tidur, membersihkan kamar, mandi, belajar, bermain dengan teman, memiliki kegemaran, menyayangi ciptaan Tuhan, berbakti pada orang tua, dan kegiatan sehari-hari lainnya. Contoh di bawah ini menunjukkan penggunaan kosa-kata sehari-hari.

(53) Judul : KERIPIK SINGKONG Penyanyi : Leony

Keripik singkong, keripik singkong, Noni paling doyan Keripik singkong, keripik singkong, enak, gurih rasanya Keripik singkong, keripik singkong, makanan asli

Siapapun sudah mencoba makan keripik singkong **

Kalau mama papa kaka, adik semua Sama-sama makan keripik singkong Suasana rumah sungguh sangat ramainya Prok prok ,prok prok suaranya

Cuma kakek nenek yang tersenyum Melihat keripik singkonh

Memang kakek tidak doyan itgu

Karena giginya ompong (KS)

Dalam lirik lagu yang berjudul “Keripik Singkong” tidak ditemukan bahasa kiasan, melainkan benar-benar di- gunakan bahasa yang bermakna sesunggunhny atau deno- tative, sesuatu yang nyata. Ketika menjelaskan bentuk keripik singkong, yang disebutkan adalah bentuk nyata, yaitu “enak, gurih rasanya, makanan asli Indonesia, prok-prok suaranya”. Siapa yang memakannya dan bagaimana situasinya juga digambarkan secara gamblang, yaitu “mama, papa, kakak, adik, nenek, dan kakek sebagai konsumennya dan “ramai” suaranya ketik kita memakannya. Dengan penggambaran yang nyata, anak akan memahami dengan jelas seperti apa keripik singkong tersebut.

(54) Judul : Banyak Nyamuk

Penyanyi : Enno Lerian

Banyak nyamuk dirumahku

Gara-gara aku malas bersih-bersih Banyak semut dirumahku

Dikamarku banyak nyamuk Dikamarku banyak semut Aduh mama aku jadi susah tidur Banyak tikus dirumahku

Gara-gara aku malas bersih-bersih Nyamuk-nyamuk nakal

Semut-semut nakal Sukanya menggoda aku Tikus-tikus nakal Lalat-lalat nakal

Sukanya membikin kotor (Bny)

Gambar 7: Banyak Nyamuuk di Rumahku. Sumber: www. obebiku.com

Pada lirik lagu “Nyamuk-nyamuk Nakal”, kosa kata ke giatan sehari-hari menjadi pilihan pencipta dengan pen- jelasan logisnya. Adanya kosa kata “nyamuk, malas, bersih, bersih, semut, tikus, lalat, kotor” memberikan penjelasan

logis yang nyata, dan dapat diterima sebagai ekspresi langsung. Sehingga anak dapat memahami lirik lagu ter- sebut dengan mudah, walaupun pensifatan binatang untuk “nyamuk nakal, semut nakal, tikus nakal, lalat nakal” mem beri sedikit nuansa personifikasi atau pemanusiaan, yaitu menunjukkan sifat binatang yang nakal seperti ketika manusia juga nakal pasti akan mengganggu orang yang ber- ada disekitarnya.

3.8.2. Penggunaaan Personifikasi

Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, bemda-benda mati dibuat dapat berpikir dan ssebagainya seperti manusia. Personifikasi ini membuat hidup lukisan, disamping itu memberi kejelasan beberan, memberikan bayangan angan yang konkret (Pradopo, 2002:75).

Dalam lirik lagu anak cukup banyak ditemukan per- sonifikasi. Pemanusiaan ini ditujukan untuk memberikan gambaran atau contoh tentang sesuatu hal kepada anak dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.yang paling sering muncul adalah pemanusiaan binatang menjadi tokoh dalam cerita. Misalnya digambarkan semut yang bisa bi- cara, ditanya dan mejawab ketika ditanya manusia, nyamuk yang nakal dan mengganggu manusia karena malas mem - bersihkan ruangan; si komo(do) yang berjalan-jalan mem- buat kemacetan dan berkata weleh-weleh; bulan yang tidak lelah bersinar, fajar yang datang, kereta yang dapa lari, kesedihan dan kersahan yang dapat pergi dan datang, dan lain sebagainya.perhatikan contoh lirik lagu berikut!

(55) Judul : Semut-semut Kecil Penyanyi : Melisa

Semut-semut kecil, saya mau tanya

Apakah kamu didalam tanah tidak kegelapan

Semut-semut kecil saya mau tanya

Apakah kamu didalam tanah, tidak takut jangkrik *

Oe…oe itu katamu Oe…oe… itu jawabmu

**

Semut-semut kecil, saya mau tanya

Apakah kamu didalam tanah tidak takut cacing Semut- semut kecil saya mau tanya tanya Apakah kamu didalam tanah punya mama papa Back to *

Bergotong royong cara kerjamu Sepotong roti dibagi-bagi

Bertepuk tangan lalu salaman

Semut-semut lucu sekali Lalalala

Semut-semut kecil, saya mau tanya

Apakah kamu didalam tanah tidak takut gelap Semut-semut kecil, saya maau tanya

Apakah kamu didalam tanah, tidak takut setan (SSK)

Gambar 8: Cover album Semut-semut Kecil.

Dalam lirik lagu “Semut-semut Kecil” banyak ditemu- kan personifikasi,yang memanusiakan semut, dengan meng ­ ajaknya denga bercakap-cakap dan dapat menjawab. Hal ter sebut dapat kita lihat pada kalimat pertama “semut-semut kecil/saya mau tanya“ yang dijawab pada bait se lanjutnya dengan “oe..oe..itu katamu/oe…oe… itu jawab mu”. Semut dianggap sebagai teman yang berko munikasi verbal. Se- lanjutnya dalam aktifitas juga disebut kan semut dapat ber­ tepuk sebelah tangan dan salaman se perti manusia. Padahal semut tidak memiliki tangan. Hal tersebut terdapat pada kalimat “bertepuk tangan lalu salaman”. Contoh lain dapat dicermati pada lagu yang ber judul “Bulan” berikut ini.

(56) Judul : Bulan

Penyanyi : Belinda

Bulan oh bulan Indah nian menawan Engkau hiasan Tuhan Penerang malam

Bulan oh bulan tanpamu malam kelam Tak lelah kau bersinar

Hingga datang sang fajar

Bulan oh bulan Engkau Dewi Malam Hadirmu dinantikan Semua insan

Bulan oh bulan

Jangan cepat kau pulang Agar tidurku tenang

Lelap dalam impian **

Turunlah bulan walau sebentar Kan kubisikkan satu harapan Biar kau tahu cita-citaku

Inginnya aku Sampai ke tempatmu (BI)

Pada lirik lagu (56), yang dimanusiakan adalah bulan. Bulan disifatkan seperti manusia yang tidak punya rasa lelah ketika harus selalu bersinar, yaitu dalam kalimat “Bulan oh bulan/ jangan cepat kau pulang” bulan dianggap sebagai manusia yang dapat diminta agar jangan cepat pulang atau berlalu berlalu bersinar, tetapi menerangi alam semesta ini. selain itu juga menghidupkan sang fajar yang datang menjadi batas bersinarnya bulan karena pagi telah tiba, yaitu dalam kalimat selanjutnya “hingga datang sang fajar”. Pada lirik lagu ini, tedapat satu metafora, yaitu kiasan seperti perbandingan tanpa menggunakan kata-kata pembanding (Pradopo, 2002:66). Membandingkan bulan sebagai dewi malam tanpa diselani kata pembanding dalam kalimat “Engkaulah Dewi malam” yang dipersonifikasikan kehadirannya dinantikan semua manusia dalam kalimat “hadirmu dinantikan/semua insan”

Lirik lagu lain yang banyak menggunakan personifi­ kasi diantaranya adalah “Tuwit-Tuwit” yang dinyanyikan oleh Joshua, “Nyamuk-Nyamuk nakal” oleh Enno Lerrian, “Si Komo Lewat Jalan Tol” oleh Melisa dan “Lihatlah Lebih Dekat” oleh Sherina.

3 8 3 Pilihan Kata Lirik Lagu Anak-anak Dibanding dengan Lagu Dewasa

Pilihan kata lirik lagu akan sangat berbeda ketika di- bandingkan antara lirik lagu anak-anak dengan lagu dewasa. Pada usia dewasa (termasuk remaja), penguasaan bahasa dianggap sudah lebih matang dan mampu menerima bahasa dengan bentuk yang abstrak sekalipun. Sehingga

banyak ditemukan ketaklangsungan ekspresi melalui tiga hal sebagaimana diajukan oleh Reffattere (Pradopo, 1996: 11) tentang adanya penggantian arti, penyimpangan arti, dan juga penciptaan arti. Diantaranya adalah banya di- temu kan kata-kata yang konotatif bermakna ganda, atau taksa, metafora, personifikasi, yang memberi nilai estetis lebih dalam menjiwai kata-kata yang dimaknai tersebut.

(56) Judul : Tek Kotek Kotek Penyanyi : Doel Soembang Ole…ole…ole…

Tek kotek kotek kotek…tubuh karsi memang molek Tek kotek kotek kotek…sayang karsi bau ketek Tek kotek kotek kotek…korse molek sayang pendek Kalo jalan kaya bebek

….. (TkK)

Pada lirik lagu dewasa berjudul “Tek Kotek Kotek” yang dinyanyikan oleh Del Soembang banyak kata yang ber- makna ganda dan manasuka. Diawali dengan judul serta kalimat pertama tek kotek kotek penikmat atau konsumen akan berpikiran lugas bahwa itu adalah onomatope bunyi binatang ayam yang berkotek. Anakpun akan berpikran sama karena terdapat lagu anak rakyat yang beranonim yang menggunakan kata sama tek kotek kotek pada lirik lagu berikut:

(57) Judul : Tek Kotek Kotek Tek kotek kotek kotek

Tek kotek kotek kotek Anak ayam turun berkotek Anak ayam turun sepuluh

Mati satu tinggal Sembilan (TKK)

Tampak makna yang sangat berbeda walau meng- gu nakan kata yang sama. Pada lirik lagu dewasa yang di- nyanyi kan oleh Doel Soembang, kata tek kotek kotek ternyata permainan bunyi untuk merujuk beberapa kata yang me- miliki bunyi akhir sama yaitu “molek, ketek, pendek, bebek”. Kata-kata tersebut dipilih karena adanya makna lain memiliki tujuan tertentu pula. Untuk mencemooh. Semen- tara, tek kotek kotek yang terdapat pada lagu rakyat merujuk pada onomatope bunyi ayam yang berkotek setelah telur yang dieraminya menetas melahirkan anak ayam.

Wujud lain dari lirik lagu dewasa adalah ditemukan banyaknya penggunaan metafora dengan frekuensi cukup tinggi. Salah satunya, sebagai contoh, dapat dicermati dalam lirik lagu berjudul “Hingga Ujung Waktu” yang di- nyanyikan oleh Sheila on Seven berikut ini.

(58) Judul : Hingga Ujung Waktu Penyanyi : Sheila on Seven Serapuh kelopak sang mawar

Yang disapa sang Badai berselimutkan gontai Saat kau menahan sendiri diterpa dan luka oleh senja Semegah sang mawar di jaga

Matahari pagi bermahkotakan embun

Saat engkau berada disini dan pekatpun berakhir sudah

Akhirnya ku menemukanmu saat aku bergelut dengan waktu

Aku beruntung menemukanmu

Jangan pernah berhenti memilikiku hingga ujung waktu

Jika kau menjadi istriku nanti Pahami aku saat menangis Saat kau menjadi istriku nanti

Jangan pernah berhenti memilikiku hingga unjung waktu… (HUW)

Gambar 10. Sheila on 7.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Sheila_on_7

Pada lirik lagu “Hingga Ujung Waktu”, hampir setiap kalimat mengandung metafora dan juga pemanusiaan. Pada kalimat pertama kalimat pertama dituliskan “Serapuh kelopak sang mawar/ yang disapa sang badai, berselimut- kan gontai” menyamakan hati seseorang yang sedang rapuh jiwanya karena suatu permasalahan bagai kelopak mawar

yang rapuh mudah rontok ketika angin meniup kencang,. Pelaku sedang menjalani kesendirian dan penantian serta mengahdapi permasalahan yang ditunjukkan pada kalimat “saat akau menahan sendiri diterpa dan luka oleh senja”. Kata “senja” melambangkan permasalahan, dengan asumsi senja adalah waktu beranjaknya gelap setelah matahari yang cerah bersinar menerangi kehidupan dilanjutkan dengan kalimat “semegah sang mawar dijaga/matahari pagi ber- mah kotakan embun” yang kembali menggunakan kata “mawar” tetapi bermakna lain dengan mawar pada kalimat pertama, karena mawar yang kedua adalah kekasih atau wanita yang dicintai dan dipuja, harum,anggun memiliki pesona pancaran matahari dengan kelembutan dan kese- jukan yang digambarkan bermahkotakan embun pagi, yang dimaknai sebagai sesuatu yang menyejukkan, segar dan dapat memberikan semangat hidup. Wanita tersebut adalah wanita yang dinantikan sebagai suatu anugrah dan diinginkan menjadi istri yang penuh kesetiaan dengan ka limat “jangan pernah berhenti memilikiku”, jhingga ber akhirnya kehidupan, yang ditunjukkan dengan frasa “hingga ujung waktu”.

Metafora tersebut diperindah dengan personifikasi, yaitu memberikan sifat manusia. Pada kalimat “serapuh ke- lopak sang mawar/yang disapa sang badai berselimutkan gontai”, badai dihidupkan karena menyapa mawar, dan mawaar dihidupkan karena dapat berselimut. Demikian juga pada kalimat “semegah sang mawar dijaga/ matahari pagi bermahkotakan embun”, mawar digambarkan bersifat megah dan dapat menggunakan mahkota seperti manusia,

disamping megah dan dapat menggunakan mahkota se- perti manusia, disamping matahari yang mampu menjaga mawar. Kalimat lain yang mengandung personifikasi ter­ dapat pada “saat ku bergelut dengan waktu”, yang mem- personifikasikan waktu sebagai sesuatu yang dapat diajak bergelut.

Lirik lagu dewasa banyak menggunakan kata-kata ko notatif yang bermakna ganda bahkan bersifat abstrak, sehingga sangat berbeda dengan lirik lagu anak-anak yang bermakna lugas dan menggunakan kata konkret.

(59) Judul : Mimpi yang Sempurna Penyanyi : Peterpan (Noah)

Mungkinkah bila kubertanya pada bintang-bintang Dan bila ku mulai merasa bahasa kesunyian Sadarkan aku yang berjalan dalam kehampaan Terdiam, terpana terbara semua dalam keraguan Aku dan semua yang terluka karena kita

Aku kan menghilang dalam pekat malam Lepas ku melayang

Biarlah kubertanya pada bintang-bintang Tentang arti kita dalam mimpi yang sempurna (MyS)

Pada lirik lagu diatas, tiap baris dipenuhi dengan ka- limat yang mengandung kata konotatif dan abstrak. Kalimat pertama ‘mungkinkah bila kubertanya pada bintang- bintang” mempersonifikasikan bintang sebagai makhluk yang dapat ditanyai. Pada kalimat kedua terdapat frase “bahasa kesunyian” yang sulit dimaknai secara lugas, karena

sangat bermakana konotatif. Kedua unsur pada frase ter- sebut tidak sewajarnya diciptakan melainkan karena ada- nya makna lain yaitu pelaku yang tidak memperoleh ja- waban apa-apa dari pertanyaan pada bintang pada kalimat pertama. Kalimat ketiga juga mengandung kata konotatif “berjalan dalam kehampaan”. Seperti apakah berjalan dalam kehampaan itu tidak dapat dibayangkan begitu saja, tetapi memerlukan penjiwaan untuk memahami maksud pencipta. ”Berjalan dalam kehampaan” menunjukkan ketidaktahuan pelaku atas jawaban yang pasti atas pertanyaan akan hu- bungan dengan seseorang. Kalimat kedua pada bait kedua juga mengandung kalimat bermakna ganda yaitu “aku kan menghilang dalam pekat malam”. Kalimat ini dapat diartikan pelaku yang merasa putus asa dan melepaskan permasalahan “-pekat malam-“ begitu saja, namun juga dapat dimaksudkan pelaku menghilang untuk merenungkan permasalahan yang dihadapinya dengan kembali bertanya pada bintang, yang di metaforakan Tuhan, sebagai pen- cipta bintang. Selanjutnya pada kalimat terakhir “biarlah kuber tanya pada bintang-bintang/tentang arti kita dalam mimpi yang sempurna”, kembali bintang dihidupkan dengan menanyainya tentang kejelasan hubungan pelaku dan seseorang yang sesungguhnya. Frasa “mimpi yang sempurna” bermakna sangat konotatif karena bukan me- rupakan makna lugas, tetapi diartikan kehidupan nyata, karena interprestasi pencipta bahwa mimpi adalah sesuatu yang tidak sempurna, kegiatan alam bawah sadar manusia, dan ketika dikatakan sempurna berarti kehidupan nyata yang sebenarnya.

Dalam dokumen Khasanah Bahasa Lirik Lagu Anak (Halaman 62-76)

Dokumen terkait