Khasanah Bahasa Lirik Lagu Anak
(Tinjauan Bentuk, Makna dan Fungsi)
Noor Malihah, M.Hum,.P.hD
Khasanah Bahasa Lirik Lagu Anak (Tinjauan Bentuk, Makna dan Fungsi) Noor Malihah, M.Hum., P.hD
Editor: Ari Setiawan, S.Pd., M.M.
Cetakan Pertama: Oktober 2016 14,5 x 20,5 cm; vi+258 hlm.
Penerbit: LP2M-Press,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02, Kode Pos 50721, Salatiga Email: lp2miainsalatiga@gmail.com
ISBN 978-602-73757-x-x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Syukur alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan inayahNYA-lah penulis dapat menye-lesaikan buku ini yang berjudul ‘Khasanah Bahasa pada Lirik Lagu Anak-anak (Kajian Bentuk, Tema dan Fungsi)’. Adapun tujuan penulisan buku ini adalah untuk menuang-kan ilmu dan pengalaman penulis dalam bidang linguistik terutama kajian bentuk, makna dan fungsi lirik lagu anak-anak sebagai salah satu karya seni anak-anak bangsa. Tulisan ini juga bermaksud menunjukkan bahwa lagu anak-anak yang pernah sukses pada tahun 1990an, perlu dimunculkan lagi untuk memenuhi kebutuhan anak-anak pada masa sekarang ini. Selain itu, penulis berharap juga agar buku ini dapat memberikan masukan bagi para pencipta (lirik) lagu ketika mereka menentukan tema apa yang akan diangkat, agar sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak.
Salatiga, Ketua LP2M IAIN Salatiga beserta stafnya. Tidak lupa pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, suami dan anak tercinta yang selalu mendukung pe-nulis dalam menyelesaikan buku ini. Tentunya, pepe-nulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sem-purna. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk mene-rima saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan dari buku ini.
Demikian, dengan harapan semoga buku ini dapat mem -berikan manfaat.
Salatiga, Nopember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Lagu Anak-Anak – Dulu Dan Sekarang . . 1
1.2. Garis Besar Isi Buku . . . 4
BAB II PENGERTIAN, KARAKTERISTIK UMUM DAN PERKEMBANGAN LAGU ANAK-ANAK 7
2.1. Puisi Dan Lirik Lagu . . . 7
2.2. Tujuan Penciptaan Lagu . . . 14
2.3. Lagu Populer. . . 15
2.4. Karakteristik Umum Lagu Anak-Anak. . . 16
2.5. Perkembangan Lagu Anak-Anak Pada Tahun 1980An . . . 18
2.6. Perkembangan Lagu Anak-Anak Di Er 1990An . . . 21
BAB III BENTUK KEBAHASAAN LIRIK
LAGU ANAK-ANAK 35
3.1. Pemendekan Kata. . . 36
3.2. Asonansi . . . 37
3.3. Aliterasi . . . 39
3.4. Penghilangan Prefiks. . . 40
3.5. Pengulangan . . . 41
3.6. Alih Kode. . . 44
3.7. Onomatope Atau Peniru Bunyi . . . 47
3.7.1. Onomatope Suara Binatang . . . 48
3.7.2. Onomatope Selain Suara Binatang . 50 3.8. Pilihan Kata . . . 52
3.8.1. Penggunaan Kosa-Kata Sehari-Hari 54 3.8.2. Penggunaaan Personifikasi. . . 57
3.9. Gaya Kalimat. . . 68
3.10. Rekapitulasi Bentuk Kebahasaan Lirik Lagu Anak-Anak . . . 71
BAB IV VARIASI TEMA DAN TUJUAN LIRIK LAGU DAN ANAK-ANAK 73
4.1. Variasi Tema Lirik Lagu Anak – Anak . . . 74
4.2. Variasi Tujuan Lirik Lagu Anak – Anak. . 93
4.3. Tema Dan Tujuan Lirik Lagu Anak – Anak Diban ding kan Dengan Lirik Lagu Dewasa. . . 106
4.4. Rekapitulasi Kajian Tentang Variasi Tema Dan Tujuan Lirik Lagu Anak-Anak . . . 112
BAB V FUNGSI LIRIK LAGU ANAK – ANAK 115
5.2. Sarana Politik . . . 120
5.3. Sarana Komersial . . . 125
5.4. Mempengaruhi Sikap Atau Perilaku. . . 130
5.5. Mengekspresikan Perasaan. . . 134
5.6. Rekapitulasi Fungsi Lirik Lagu Anak . . . . 137
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 139
6.1. Kesimpulan . . . 139
Daftar Pustaka 143
Lampiran 1 147
Gambar 1. bu Kasur. 19
Gambar 2: Ibu Sud. 20
Gambar 3: Penyanyi Anak-anak yang populer
tahun 1990an. 22
Gambar 4: Cover Album Lagu Trio Kwek-Kwek. 24 Gambar 5: Cover Lagu Libur Tlah Tiba, Tasya. 25 Gambar 6: Cover Lagu Aku Cinta Rupiah, Cindy
Cenora. 27
Gambar 7: Banyak Nyamuuk di Rumahku. 56 Gambar 8: Cover album Semut-semut Kecil. 59
Gambar 9: Cover Album Belinda 60
Gambar 10. Sheila on 7. 64
Gambar 11. Kue Donat. 77
Gambar 12. Cover album lagu Cit-cit Cuit. 82 Gambar 13. Cover album lagu Lit Lit Tulalit. 86 Gambar 14. Cover album lagu Lihatlah Lebih
Dekat, Sherina. 90
Gambar 15. Cover album lagu Bolo-Bolo,
Tina Toon. 92
Gambar 16. Cover album lagu Tukang Bakso,
Melisa. 104
Gambar 17. Chrisye, Merpati Putih. 108 Gambar 18. Uang Rupiah dan Dolar Amerika
Serikat. 121
1 1 LAGU ANAK-ANAK – DULU DAN SEKARANG
Musik dan lagu adalah bagian yang terpisahkan dari kehi-dupan manusia sekarang ini. Hampir setiap saat kita dapat mendengarkan lagu diputar dan didengarkan me lalui ber-bagai media seperti radio, telepon genggam, tele visi, dan lain-lain. Lagu yang dapat dinikmati tersebut pun me-miliki genre yang berbeda-beda sesuai dengan ke butuhan para penikmatnya, misalnya lagu pop(uler), dangdut, langgam campur sari, rock, slow, keroncong dan lain-lain. Dari berbagai genre lagu tersebut, penyanyinya hampir bisa dikatakan semuanya adalah orang dewasa. Dengan pe-nyanyi orang dewasa, maka implikasinya, lagu tersebut pun lebih ditujukan untuk dinikmati orang dewasa pula. Dan ironisnya, lagu-lagu yang dinyanyikan oleh orang de wasa tersebut banyak digemari dan dinyanyikan oleh anak-anak. Hal ini tentu saja menimbulkan berbagai per-masalahan. Permasalahan utama adalah tema lagu dewasa yang tentunya tidak akan cocok dengan kondisi anak. Tema yang sering dibawakan oleh orang dewasa adalah jatuh
BAB I
cinta, putus cinta, keputusasaan, kesedihan dan lain-lain. Selain itu, lagu yang dinyanyikan oleh orang dewasa pun akan dibawakan dengan gaya dan penampilan ala orang dewasa. Misalnya, membawakan lagu dengan dandanan yang berlebihan dan pakaian yang terbuka, terlebih jika di -sertai dengan gaya yang seronok. Dengan kondisi ini, maka anak-anak ‘diharuskan’ mengkonsumsi sesuatu yang bukan pada bukan pada tempatnya dan tentu saja ber kem bang-nya lagu-lagu tersebut lama kelamaan akan mem pe ngaruhi pembentukan karakter anak jika tidak ada pen dampingan dari orang tua.
Pada era 1980an dan 1990an, lagu anak-anak berkem-bang dengan pesat yang dibuktikan dengan banyaknya lagu anak-anak yang diciptakan dan bermunculannya pe-nyanyi-penyanyi cilik yang luar biasa. Perkembangan lagu anak-anak pada dua masa ini akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya.
yang perlu dipertanyakan diantaranya adalah seringkali penyelanggara kegiatan tersebut yang tidak membatasi anak (peserta) untuk menyanyikan lagu anak-anak yang me mang menjadi konsumsi mereka. Dipertanyakan pula, peran orang tua yang membiarkan anak-anak mereka tampil menyanyikan lagu dewasa bak orang dewasa.
di-bahas dalam buku ini di bab-bab selanjutnya melalui kajian bentuk, makna dan fungsi bahasa lirik lagu anak-anak.
1 2 GARIS BESAR ISI BUKU
Buku ini mendiskusikan tentang aspek kebahasaan lagu anak-anak yang populer pada tahun 1990an melalui analisis bentuk, makna dan fungsinya. Dalam pendahuluan, pe-nulis mendeskripsikan perkembangan lagu anak-anak se-cara umum pada tahun 1980a, 1990an hingga sekarang. Suatu kondisi dimana lagu anak-anak tidak lagi populer dan digemari.
Pada bab 3 penulis mendeskripsikan bentuk keba ha-saan lirik lagu anak-anak yang populer di tahun 1990an, dengan menyajikan karakteristik kebahasaan lagu anak-anak yang mengacu pada bab 2. Bentuk kebahasaan ter-sebut meliputi pemendekan kata, asonansi, aliterasi, peng-hilangan prefiks, pengulangan, alih kode, onomtope, pilih an kata, dan gaya kalimat. Pada pembahasan pilihan kata, penulis menyajikan pembanding lagu dewasa atau dewasa yang populer di tahun yang sama.
Selanjutnya di bab 4 penulis mendiskusikan tema dan tujuan penciptaan lirik lagu anak-anak yang populer di tahun 1990an. Tema umum lagu anak-anak yang dikaji di-antara nya adalah bahwa anak mengenal macam-macam makanan, anak harus memiliki cita-cita yang tinggi, me-nge nalkan kehidupan binatang sebagai mahluk ciptaan Tuhan, belajar ilmu pengetahuan, hobi dan aktifitas sehari hari yang menyenangkan, dan menyayangi mahluk ciptaan Tuhan. Adapun tujuan dari penciptaan lirik lagu tersebut di antaranya adalah ajakan untuk melakukan tindakan dan sikap positif serta menggambarkan suatu objek.
yang populer pada tahun 1990an sebenarnya tepat disaji-kan untuk anak-anak. Namun sekali lagi, kenyataan bahwa lagu anak-anak pada masa tersebut populer adalah hal yang penting menjadi perhatian. Penulis juga akan melihat be-berapa lagu dewasa sebagai pembanding.
2 1 PUISI DAN LIRIK LAGU
Kesenian sebagai hasil karya dan pikiran manusia yang berbudaya tidak dapat lepas dari kehidupan masya rakat. Berbagai bentuk kesenian terdapat di Indonesia, diantara-nya seni tari, seni rupa, seni gambar, drama, opera, puisi, seni musik. Untuk mengungkapkan makna yang ter dapat dalam suatu karya seni, diperlukan suatu alat yaitu bahasa. Bahasa yang digunakan dapat berupa bahasa verbal dan atau bahasa non verbal.
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat memiliki be-berapa fungsi, Leech (1977: 47) menyebutkan ada lima fungsi bahasa, yaitu fungsi informative, fungsi ekspresif, fungsi direktif fungsi estetis, dan fungsi fatis. Meskipun fungsi-fungsi tersebut nampaknya terpisah, tetapi pada hakikat-nya kelima fungsi tersebut tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Misalnya, ketika seseorang menginformasi-kan sesuatu, pada saat itu juga ia bermaksud mempengaruhi pendengarnya. Demikian pula, ketika penutur bermaksud mengungkapkan perasaannya, sebenarnya dia ingin agar pendengar berempati kepadanya dan bahkan memberikan
BAB II
respon. Untuk mencapai maksud yang diinginkan penutur ketika dia bertutur maka yang perlu disampaikan tidak hanya apa yang ingin dituturkan, tetapi juga bagaimana maksud itu disampaikan. Hal ini senada dengan yang di-ungkapkan oleh Wardaugh (1990:251) bahwa bagaimana menyampaikan sama pentingnya dengan apa yang akan di-sampaikan.
Penyampaian maksud melalui bahasa dapat dilaku-kan melalui karya-karya seni. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga memiliki fungsi sebagai bahasa Ke-senian (Halim, 1976). Salah satu bentuk karya seni adalah puisi. Sebagai hasil karya manusia yang berbudaya, puisi memiliki kekhasan bentuk yang berbeda dengan karya seni lain, yakni batasanbatasan, baik pada struktur fisik mau pun struktur batin. Waluyo (1987:25) memahami puisi se ba-gai bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imaginative dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa, baik struktur fisik maupun batin. Richards (1972, dalam Waluyo, 1987: 24) merinci bentuk batin puisi meliputi perasaan, tema, nada, amanat, sedangkan bentuk fisiknya terdiri atas diksi, kata
konkret, bahasa figurative, dan bunyi yang menghasilkan rima
utuh. Carlyle (Kennedy, 1971, dalam Waluyo, 1987:23) me-nyatakan bahwa dilihat dari struktur batinnya, puisi meru-pakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal.
Dibandingkan bentuk karya sastra lain, puisi lebih bersifat imaginatif karena bahasanya meiliki lebih banyak kemungkinan makna. Menganalisis puisi bertujuan mema-hami makna puisi, yang berarti usaha untuk menangkap dan member makna yang menggunakan medium bahasa. Kata-kata (bahasa) sebelum digunakan dalam karya sastra sudah mrupakan lambang yang mempunyai arti yang di-tentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa) atau ditentu-kan oleh konvensi masyarakat (Pradopo, 2002:121). Pradopo juga menjelaskan makna puisi sebagai berikut.
Apa yang dimaksud makna puisi (karya sastra) bukan-lah semata-mata arti bahasanya, melainkan arti bahasa dan situasi, perasaan, intensitas arti, arti tambahan (konotasi), daya liris, pengertian yang ditimbulkan oleh tanda-tanda ke bahasaan atau tanda-tanda lain yang ditimbulkan oleh kon vensi sastra …
Dari kutipan di atas, dapat diperoleh pemahaman bahwa mamahami puisi tidak hanya dari struktur fisik saja, te tapi juga struktur batinnya. Meskipun terdapat struktur batin dan fisik, untuk memperoleh makna puisi, kedua struktur tersebut padu membentuk totalitas yang utuh. Apa yang dilihat melalui bahasanya yang Nampak, disebut struktur fisik, dan ungkapan batin penulis itu yang disebut struktur batin.
kan bahwa puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat. Coleridge (1960: 5, 1978, dalam Waluyo, 1987) memberikan pengertian bahwa bahasa puisi adalah bahasa pilihan, yakni bahasa yang benar-benar diseleksi pe-nentuannya secara ketat oleh penyair. Dengan demikian, gagasan yang dimunculkan harus diseleksi dan dipilih yang terbagus pula.
Pengertian puisi jika dilihat dari struktur batin di-nyata kan oleh Spencer (dalm Clive, 1960:5 dalam Waluyo, 1987), bahwa puisi merupakan bentuk pengucap an gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Oleh Tarigan (1987:7, dalam Waluyo, 1987) di-tambahkan bahwa puisi sebagai ekspresi imaginasi penyair baru bernilai sastra jika penyair mampu mengungkap kan-nya dalam bentuk bahasa yang cermat dan tepat. Hal ini berarti bahwa pilihan kata-kata, ungkapan, bunyi dan irama harus benar-benar mendapat perhatian penyair.
Carlyle (dalam Kennedy, 1971: 331, dalam Waluyo, 1987) menyatakan bahwa puisi merupakan ungkapan pikir-an ypikir-ang bersifat musikal. Musikalitas puisi tersebut dapat di tuangkan dalan bentuk lain yang harmonis ketika puisi ditampilkan denggan iringan musik menjadi lirik lagu yang indah dan bermakna sebagaimana puisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Emenau (dalam Hymes, 1964:334) yang me nyebutkanbahwa lagu merupakan salah satu contoh baru puisi sebagai karya sastra.
Hal senada juga diutarakan oleh Alkalay-Gut (2000: 34 dalam Karos, 54) yang membandingkan antara lirik lagu dengan puisi. Penyamaannya karena keduanya memiliki ritme dan irama. Namun pendapat tersebut tidak disepakati ileh Frith (2009: 87) yang menyatakan bahwa lirik lagu dan puisi tidak dapat dibandingkan. Frith berpendapat bahwa lirik lagu itu lebih hidup ketimbang puisi. Alasannya adalah karena lirik lagu dinyanyikan sehingga cara penyanyi mem-bawakan lagu dan lirik lagu tersebut mampu dapat me-nyampaikan maksud yang ingin disampikan. Sementara puisi hanyalah kata-kata yang dibacakan.
Musik merupakan salah satu cabang yang sangat digemari oleh masyarakat dan telah merasuk ke dalam ke -hidupan sosial masyarakat. Dalam Ensiklopedia Nasional (1991: 413), disebutkan bahwa musik dapat didefinisikan sebagai sebuah letupan ekspresif perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Bunyi-bunyi tersebut diorganisasikan sedemikian rupa sehingga men jadi bunyi yang tidak asal-asalan, melainkan melodi yang berirama dan harmonis. Musik telah menjadi sesuatu yang populer di berbagai kalangan. Perkembangan musik yang sangat pesat dapat diikuti melalui internet yang dapat di akses oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja.
lebih mudah memahami musik. Dengan demikian, jelaslah bahwa orang mendengarkan lagu tidak hanya karena ingin mendengarkan irama musiknya, melainkan juga menikmati lirik lagu yang dibawakan. Lirik lagu merepresentasikan pikiran penciptanya dan membantu pendengar mema hami pikiran pencipta lagu tersebut. Dengan demikian, lirik juga menjadi penentu apakah seseorang menyukai suatu lagu atau tidak.
Melalui lirik lagu yang dikuatkan oleh melodi menjadi suatu irama yang harmoni, pencipta dapat menyampaikan beragam pesan sehingga terelisasi berbagai fungsi bahasa pula. Sama halnya dengan proses bertutur pada umumnya, proses pengekspresian penciptaan lagu juga ditentukan oleh berbagai faktor, seperti siapa yang kaan membawakan lagu, siapa yang mennjadi sasaran penikmat lagu, apa tujuan pen -ciptaan lagu, situasi yang menjadi ide pen-ciptaan lagu, norma yang berlaku dalam masyarakat pembawa dan pe-nikmat lagu, dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan Holmes (1992:1) yang menyebutkan bahwa cara seseorang bertutur dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial tempat bertutur seperti siapa yang diajak bertutur, siapa pendengarnya, di-mana kita bertutur, dan bagaidi-mana perasaan penutur. Jadi, proses penciptaan lagu sama dengan proses bertutur hanya saja lirik lagu tertuang dalam bentuk tulis yang tervisualisasi secara lisan yang dinyanyikan dengan diiringi musik yang harmonis.
dalam berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan, seperti tinjauan sosiolinguistik, sosiomusikologi, pragmatik dan lain-lain (Frith, 1988 dalam Fell dan Sporleder, 2014: 620).
Analisis lirik lagu dapat diklasifikasikan menjadi dua. Yang pertama yaitu analisis berdasarkan klasifikasi genre dan penciptaan, yang meliputi jumlah rata-rata kata, pan-jang pendek kalimat, distribusi kelas kata dan fungsinya. Yang kedua adalah analisis distribusi isi seperti mengana-lisis topik lirik lagu. Beberapa studi yang menganamengana-lisis tentang lirik lagu, telah mengidentifikasi tentang klasifikasi genre lirik lagu (Lustrek, 2007) dan tentang bentuk dan struktur semiotika lirik lagu (Simonton, 1990). Dalam tulisan ini, penulis memperluas kajian tidak hanya pada klasifi kasi genre (bentuk kalimat) tetapi juga menganalisis bentuk, makna dan fungsi lirik lagu.
2 2 TUJUAN PENCIPTAAN LAGU
terjadang tidak jelas untuk dipahami. Dan yang keempat adalah adanya perbedaan interpretasi pemahaman isi lirik lagu yang bisa jadi malah menghasilkan pemaknaan yang berlawanan.
Lagu, apapun genrenya, dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan budaya dan nilai sosial suatu ma syarakat tertentu (Azzam dan Al-Qur’an, 2012). Mereka menambahkan bahwa lagu dapat digunakan untuk ke-pen tingan sejarah, keagamaan, tradisi, keluarga, mito-logi, dan lain-lain. Lagu bisa berupa penggalan dari suatu konsep, namun bisa juga berupa suatu cerita yang lengkap tentang suatu cerita atau kejadian. Dan dengan tema yang demikian, lagu dapat memuat teks yang puitis serta narasi tentang sesuatu kejadian yang bisa dipahami oleh masya-rakat sebagai penikmatnya.
2 3 LAGU POPULER
Lagu digunakan salah satunya adalah untuk menyatukan sekelompok orang dan juga membantu mereka berekspresi. Hal ini tercermin baik dalam irama yang dihasilkannya maupun dalam penyusunan lirik lagunya. Lirik lagu dapat digunakan untuk menyatakan suatu pendapat, untuk me-nunjukkan ketidak setujuan, menceritakan tentang gaya hidup, dan juga nilai-nilai kehidupan.
bahwa kata ‘populer’ mengacu pada sesuatu yang meng-undang banyak perhatian orang. Namun adapula ahli lain yang mengatakan bahwa ‘populer’ berarti sesuatu tersebut dihasilkan oleh seseorang yang bukan orang terkenal se-hingga menjadi terkenal. Terkait dengan sebutan ‘populer’ pada lagu, Middleton (1990) mengatakan bahwa sebuah lagu dapat dikatakan populer bergantung dari kepopuleran pe-nyanyinya. Selanjutnya oleh Morin (1965: 1 dalam Kaross, 2013: 33), suatu lagu dikatakan populer ketika lagu tersebut menjadi sebuah produk yang digemari oleh masyarakat dan memberikan keuntungan. Namun, hal ini masih saja tidak bisa menjadi patokan pasti tentang penyebutan suatu lagu dikatakn sebagai lagu populer.
2 4 KARAKTERISTIK UMUM LAGU ANAK-ANAK
iklan, pemain sinetron, presenter, dan lain-lain. Beberapa penyanyi berhasil menjadi idola anak Indonesia, dengan parameter penyanyi tersebut banyak dikenal melalui lagu-lagunya yang sukses dan banyak mendapatkan job lain selain sebagai penyanyi sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.
Lirik lagu anak-anak termasuk dalam ragam infor-mal sehingga dalam mengkaji, penulis mengacu pada teori Poedjosoedarmo tentang ciri-ciri tuturan informal (1982:31), yang menyebutkan bahwa ragam informal memiliki salah satu atau lebih dari beberapa ciri-ciri berikut:
1. banyaknya pengguguran, penanggalan dan peng hi-langan;
2. penggunaan interjeksi; 3. penggunaan kata sapaan; 4. adanya pengulangan; 5. adanya alih kode;
6. penggunaan kutipan langsung; 7. penggunaan pola inversi;
8. penggunaan kata atau frasa yang tingkat kekerapan penggunaanya kurang tinggi;
9. penggunaan kata-kata yang secara khusus bermakna informal;
10. penggunaan dialek.
Namu demikian, tidak semua ciri tersebut dapat di-temu kan dalam lirik lagu anak, melainkan hanya sebagian besar saja.
berhubungan dengan permainan seperti melompat, ber-tepuk tangan dan berhitung
Menurut Millington (135), lagu anak-anak memiliki ciri diantaranya banyak digunakan suku kata tunggal, dan seringkali diulang-ulang. Pengulangan ini memberikan man faat yang besar bagi anak untuk menambah kosa kata. Selain itu, lagu anak-anak biasanya disusun menggunakan pola kalimat tunggal yang sederhana sehingga mudah di-ingat dan menggunakna frasa yang sederhana juga.. Hal yang sama juga diutarakan oleh Ekaningrum (2015: 9) bahwa lirik lagu anak-anak itu pendek teksnya dan meng-gunakan kata yang sederhana, sehingga lagu tersebut mudah dipahami oleh mereka. Oleh Nurgiyantro (2005: 6 dalam Ekaningrum 2015: 9) ditegaskan bahwa lagu anak-anak haruslah memiliki tema sesuatu yang nyata dan mudah untuk dibayangkan. Ditambahkan pula bahwa lagu anak-anak ini diharapkan dapat membantu anak me raih kecerdasan mental, kecerdasan intelektual dan juga me-ngem bangkan kreatifitas anak.
2 5 PERKEMBANGAN LAGU ANAK-ANAK PADA TAHUN 1980AN
Pada pendahuluan, penulis telah sedikit menyinggung tentang perkembangan lagu anak-anak di tahuun 1980an. Pada bab ini, penulis akan mendiskusikan lebih lanjut per-kembangan lagu anak-anak pada tahun tersebut.
peran penting dalam perkembangan lagu anak di era ter-sebut diantaranya adalah Ibu Sud, Ibu Kasur dan Pak Kasur. Lagu-lagu yang populer pada saat itu adalah
Kupu-Kupu, Kasih Ibu, Tanah Airku, Sayang Semuanya, Balonku, Topi Saya Bundar, Lihat Kebunku, Kring-kring Ada Sepeda, Naik
Delman, dan lain-lain. Dari deretan lagu-lagu tersebut hampir dipastikan anak-anak sampai di abad 21 masih banyak diajarkan, dikenal dan dinyanyikan.
Gambar 1. Ibu Kasur.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Ibu_Kasur
diantaranya adalah Adi Bing Slamet dan Cicha Koeswoyo. Dan masih banyak lagi penyanyi cilik yang tidak dikenal masyarakat di era tersebut. Hal ini karena perkembang-an informasi dperkembang-an alat komunikasi belum semaju seperti sekarang.
Gambar 2: Ibu Sud.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Saridjah_Niung
banyak dinyanyikan oleh anak-anak, serta diajarkan baik oleh orang tua maupun guru di sekolah. Dapat kita tarik sebuah simpulan dari kondisi ini bahwa tema, sebagai salah satu daya tarik, yang disajikan memang penuh dengan nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang positif seperti mengajarkan untuk menyayangi orang tua dan saudara, mengajarkan ke-cintaan akan tanah air, mengajarkan kebiasaan bangun pagi dan menggosok gigi. Dan juga lagu-lagu yang diciptakan oleh Ibu Sud maupun Ibu Kasur dan Pak Kasur sangat mudah dihafalkan karena menggunakan kata-kata yang se-derhana. Dengan demikian, lagu-lagu pada masa ini benar-benar menjadi lagu kenangan sepanjang masa dan dapat dikatakan menjadi titik sejarah berkembangnya lagu anak-anak di Indonesia.
2 6 PERKEMBANGAN LAGU ANAK-ANAK DI ERA 1990an
anak-anak secara otomatis memunculkan banyak pencipta lagu yang bersaing menjual hasil karyanya seperti Papa T. Bob, Kak Seto dan Kak Ria Enes. Tema yang disajikan pun sangat bervariasi namun secara umum masih berkaitan dengan kegiatan anak-anak sehari-hari seperti bermain, ber hitung, membaca dan lain-lain. Beberapa judul lagu anak-anak tersebut diantaranya adalah Semut-semut Kecil,
Nyamuk Nakal, Air, Cit-cit Cuit, Bolo-bolo, Libur Tlah Tiba, Paman Datang, Bala-Bala, Dam Du Bi Du Dam, Lumba-lumba dan lain-lain.
Gambar 3: Penyanyi Anak-anak yang populer tahun 1990an. Sumber :
Keragaman penyanyi dan penyair tentu saja menjadi-kan beragamnya lagu, yang diciptamenjadi-kan, baik dari bentuk kalimat, diksi, sudut tema, tujuan penciptaan, irama, mau-pun yang lain. Pencipta lagu harus bersifat kritis dalam men cipta lagu sehingga mereka harus memahami ber bagai faktor social yang ada di sekitarnya, penyanyi dan ling-kungan pasarannya. Penggunaan bahasa seseorang meru-pakan penerapan sistem bahasa yang ada (Culler, 1977:8). Dengan demikian, lirik lagu sebagai salah satu bentuk puisi semestinya juga memiliki suatu sistem bahasa. Namun, pe-nerapan penggunaan bahasa tidaklah selalu sesuai dengan sistem bahasa yang ada karena dipengaruhi oleh situasi. Untuk mendapatkan efek puitis, daya ekspresif, irama yang merdu, dan dapat dinikmati dengan indah, para pe-nulis lirik lagu menciptakan suatu bentuk yang berbeda dengan tata bahasa normative. Hal tersebut antara lain berupa pemendekan kata, asonansi, aliterasi, penghilangan imbuhan, pengulangan, dan lain-lain. Berikut dilihat contoh dalam contoh dalam lirik lagu berikut.
Judul : Katanya
Penyanyi : Trio Kwek Kwek
Australia negri wool Aborigin sukunya Boomerang senjatanya Kangguru binatangnya
Challenger pesawatnya Si Rambo jagoannya …
Gambar 4: Cover Album Lagu Trio Kwek-Kwek. Sumber:
http://www.satujam.com/ini-daftar-lagu-anak-yang-populer-tahun-90-an/6/
Bait pertama lagu berjudul “Katanya” yang dinyanyikan oleh Trio Kwek-Kwek menggunakan pemendekan kata /e/ dalam kalimat Australia negri wool yang seharusnya negeri. Hal senada dapat kita lihat pada baris pertama bait ke dua dalam kalimat Amrik negri Paman Sam yang seharusnya Amerika negeri Paman Sam. Kondisi kebahasaan yang demi-kian dirasakan untuk mendapatkan irama yang liris ketika lagu tersebut dinyanyikan. Kondisi lain yang terjadi adalah alih kode bahasa lain dalam lirik lagu anak-anak karena adanya kontak bahasa dari masyarakat dwibahasa.
menyebabkan lagu tidak diminati konsumen, misalnya lagu “Libur Tlah Tiba” yang dinyanyikan Tasya berikut ini.
Judul : LIBUR TLAH TIBA Penyanyi : Tasya
*
“Libur tlah tiba hore hore hore hore hore
Simpanlah tas dan bukumu, lupakan keluh kesahmu” Back to *** 3x
Gambar 5: Cover Lagu Libur Tlah Tiba, Tasya.
Sumber : http://www.satujam.com/ini-daftar-lagu-anak-yang-populer-tahun-90-an/6/
karena anak tidak mengalaminya. Jika hal itu di pak sa-kan, maka norma yang berlaku di masyarakat Indo nesia terhadap pemahaman liburan sekolah pun akan kacau. Bagi masyarakat Indonesia pada khususnya, dan semua anak sekolah pada umumnya, liburan adalah saat yang ditunggu denganpenuh keceriaan. Dalam lirik lagu, diwujud kan dengan kata hore… hore… hore… yang diulang beberapa kali. Anak sekolah bisa menyimpan buku untuk sementara waktu karena kebiasaan orang tua adalah mengajak anak-nya berlibur. Dengan contoh ini, dapat dikatakan bahwa fungsi bahasa terkait dengan tujuan penciptaan lirik lagu yang beragam. Tema yang beragam akan meng hasil-kan tujuan yang beragam pula seperti media pe ngajaran moral, ketrampilan, penanaman kesehatan, keber sihan, penggambaran sesuatu, sekedar menghibur, mempe nga-ruhi konsumen, atau bahkan kekomersialan pencipta dan produser lagu saja.
Dari beragam tema yang diciptakan, ternyata ada be-berapa yang tidak sesuai jika dilihat dari dunia anak-anak hanya karena alas an tertentu dari pencipta atau produser lagu tersebut. Misalnya adalah lagu yang dinyanyikan oleh Cindy Cenora dengan judul “Aku Cinta Rupiah” berikut ini.
Judul : Aku Cinta Rupiah Penyanyi : Cindy Cenora
Aku cinta rupiah, biar dolar di mana-mana Aku cinta rupiah, karna ku anak Indonesia
Mau beli baju pakai rupiah
Lihat tabunganku isinya rupiah Karena mamaku kasihnya rupiah
Buat beli buku, buku sekolah, pake rupiah ya bayarnya
Aku cinta rupiah, biar dolar di mana-mana Aku suka rupiah, karna ku anak Indonesia Aku cinta rupiah, biar dolar merajalela
Aku suka rupiah, karna ku tinggal di Indonesia **
Aku cin cinta rupiah Aku su suka rupiah
Aku cinta buatan Indonesia **
Dolar punya Amerika Rupiah punya Indonesia Papa juga juga suka dolar, Mama belanja ya pake rupiah
lagu tersebut, dan tahu kalau mereka adalah anak Indonesia yang harus cinta pada produk Indonesia. akan tetapi, mereka tidak dapat menangkap mengapa rupiah yang di guna kan dan bukan dolar, selain pemahaman karena dolar adalah milik Amerika.
2 7 KERANGKA ETNOGRAFI HYMES (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)
terwujud dengan baik dalam bentuk lirik lagu yang diiringi musik.
Perbedaan bentuk bahasa tersebut dikaji dalam ranah sosiolinguistik. Tagliamonte (2012: 2-3) mengatakan bahwa variasi bahasa merupakan hal yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik melalui bahasa lisan yang kita dengar seharihari dalam berbagai aktfitas maupun bahasa tulis yang terdapat dalam koran. Munculnya variasi bentuk bahasa atau tuturan tersebut dikarenakan salah satunya adalah karena penutur yang berbeda yang bermaksud me-nyampaikan hal yang sama. Bentuk yang berbeda tersebut bisa jadi karena bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak standar, variasi dialektal suatu bahasa, atau pun register suatu bahasa. Untuk itu diperlukan suatu kajian sosiolinguistik yang dapat mencermati perbedaan tuturan atau bentuk tersebut untuk menunjukkan bahwa variasi bahasa tersebut dapat menunjukan fungsi dan tujuan yang sama dalam berbahasa. Atau bahkan sebaliknya, sebuah bentuk tuturan mungkin memiliki fungsi yang berbeda-beda ketika dituturkan oleh orang yangberberbeda-beda dalam si-tuasi yang berbeda pula.
suatu metode menganalisis diskursus dalam ilmu linguistik yang berbeda dengan etnografi pada umumnya. Hal ini karena Etnografi tindak tutur menganalisis bahasa dan budaya tidak sebagai hal yang terpisah, melainkan sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan. Sejalan dengan Hymes, Littlejohn dan Foss (2005) mengatakan bahwa budaya dapat disampaikan melalui komunikasi berbagai cara. Namun komunikasi yang digunakan tersebut harus menggunakan kode yang dapat dipahami bersama, pe-nutur-penuturnya juga harus paham akan kode tersebut, latar belakangnya, bentuk pesan yang disampaikan, topik-nya, dan juga situasi yang melatarbelakangi terjadinya tindak tutur dalam komunikasi tersebut. Untuk itu, Hymes mengajukan delapan komponen yang dianggap berpe-ngaruh terhadap pemilihan kode dalam bertutur. Kom po-nen-komponen tersebut digunakan untuk membantu meng-identifikasi dan menandai interaksi linguistik agar tututran yang dihasilkan diujarkan dengan bahasa yang benar. Dalam arti, yang dicermati tidak hanya kosa kata dan struktur kalimatnya, melainkan ketepatan konteks peng-gunakan pilihan katanya juga. Dalam tulisan ini, model yang diajukan oleh Hymes digunakan untuk memahami bentuk lirik lagu, pemilihan katanya, fungsi dan alasan dari lagu yang diciptakan apakah dapat memenuhi tujuan yang memang diharapkan dari diciptakannya lagu anak-anak. Hymes menggunakan akronim SPEAKING untuk menja-barkan faktor-faktor tersebut.
perca-kapan, lingkungan fisik, dan scene adalah kondisi psikologis atau suasana serta kondisi cultural atau latar belakang kejadian tersebut. Pada situasi tertentu, parti sipan dapat dengan bebas mengubah scene karena tingkat formalitasnya juga berubah, atau karena aktifitas yang dilakukan berubah.
2. Partisipant (peserta tutur)
Peserta tutur atau orang-orang yang terlibat dalam per-tuturan meliputi speaker, yaitu orang yang mengatakan (baik langsung maupun tidak langsung), addressor, yaitu orang yang menjadi sumber pertuturan, addressee adalah orang yang terlibat dalam pertuturan, hearer/ audience adalah pihak ketiga yang hadir mendengar-kan pertuturan tersebut.
3. Ends (tujuan)
Tujuan yang ingin dicapai dalam situasi tertentu. Se-buah tuturan maungkin sekali dimaksudkan untuk menyampaikan informasi atau sebuah pikiran. Berang-kali pula tuturan itu digunakan untuk merayu, mem-bujuk, mendapatkan kesan, dan sebagainya, bahkan mungkin juga digunakan untuk mengubah perilaku seseorang (Rahardi, 2001:31).
4. Act sequence (pokok tuturan)
Pokok tuturan merupakan bagian dari komponen tutur yang tidak pernah tetap. Perubahan tersebut ber pe-nga ruh terhadap bahasa yang dipilihnya.
5. Key (nada tutur)
suatu tindakan dapat dilakukan dalam bertutur. Nada tersebut bisa menunjuk pada nada santai, serius, meng-ejek, meyindir, lucu, dan lain-lain.
6. Instrumentalities (sarana tutur)
Sarana tutur menunjuk pada saluran tutur dan bentuk tutur. Saluran tutur adalah alat yang muncul ketika penutur bertutur dan tuturan tersebut sampai kepada mitra tutur. Sarana tersebut dapat berupa saluran lisan, tertulis, bahkan lewat sandi atau kode tertentu. Bentuk tutur dapat berupa bahasa, yakni bahasa sebagai sistem yang mandiri, baik dialek maupun variasi bahasa lain-nya (Rahardi, 2001:33)
7. Norm of Interaction and Interpretation (Norma interaksi dan interpretasi)
Norma tertentu yang terlibat dalam pertuturan dan bagai mana orang lain menilai norma tersebut.
8. Genre (jenis tutur)
B
ab ini mendeskripsikan bentuk kebahasaan lirik lagu anak-anak. Pradopo (1996:5) menyatakn bahwa untuk menunjukkan ciri atau sifat bahasa sastra, dalam penelitian ini objek adalah bahasa lirik lagu anak, dapat diilihat gaya bahasanya. Gaya bahasa adalah penggunaan bahasa se cara khusus yang menimbulkan efek tertentu, khusunya efek estetis. Dari beragamnya bentuk kebahasaan yang diguna-kan, ternyata penulis menemukan bentuk-bentuk yang kekerapan penggunaannya cukup tinggi. Bentuk tersebut berupa bentuk yang berbeda dari tata bahasa normative yang ada. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Pradopo (1996:6) bahwa pada umumnya gaya bahasa ter-sebut merupakan penyimpangan dari bahasa normative. Gaya bahasa itu berhubungan dengan unsur-unsur : into nasi, bunyi, kata, dan kalimat. Wujud formal inilah yang dianalisis beserta efek apa yang ditimbulkan oleh peng gunaannya. Pencipta lirik lagu tersebut bertujuan meningkatkan, baik nilai estetik, puitis maupun daya eks presif yang disesuaikan dengan metode lagu. Bentuk-bentuk tersebut diantaranya adalah pemendekan kata, asonansi, aliterasi, penghilanganBAB III
prefiks, pengulangan, onomatope, penggunaan kosakata tertentu, penggunaan kalimat inverse, dan lain-lain.
3 1 Pemendekan kata
Pemendekan kata dalam lirik lagu anak-anak sering terjadi. Kondisi ini ditujukan untuk memperoleh kese laras-an kata dalam lirik denglaras-an melodi. Berikut adalah contoh yang dapat dicermati.
(1) turunlah bulan walau sebentar
‘kan kubisikan satu harapan … (BI)
Kata ‘kan pada lirik (1) seharusnya ditulis dan diucap-kan dengan akan, tetapi untuk keselarasan lirik dengan melodi, bunyi vokal /a/ dihilangkan sehingga kata tersebut diucapkan’kan. Penghilangan vokal /a/ yang lain terdapat pada bait berikut.
(2) jalannya berliku-liku, rintangan terbelah banyak semua akan berlalu ‘pabila tiba di puncak (MGN)
Pada lirik (2) kata ‘pabila digunakan menggantikan kata apabila dengan menghilangkan vokal /a/. Hal ini tentu saja ditujukan untuk memperoleh keselarasn anatar lirik dengan melodi.
Penghilangan vokal selain/a/ di antaranya adalah peng hilangan vokal /e/ yang merupakan bentuk peringkas-an atau pemendekperingkas-an kata.
hai anak ajaib, slalu jadi idola
hai anak ajaib, memang slalu jenaka (Aaj)
Pada bait (3) di atas bentuk slalu menggantikan bentuk selalu digunakan pada baris pertama, ketiga, dan keempat. Penghilangan bunyi /e/ ditujukan untuk menyelaraskan lirik dan melodu, sementara pada baris kedua bentuk selalu tetap dipertahankan karena lirik dan melodi sudah di-anggap liris.
(4) setiap hari ku bawa ternak ke padang rumput di kaki bukit
rumputnya hijau subur dan banyak
ternakku makan tak pernah s’dikit (AG)
Pada bait (4), terdapat dua macam pemendekan kata dengan cara penghilangan vokal. Pada baris pertama, kata ku seharusnya berasal dari kata aku yang telah dihilangkan vokal /a/ nya. Penghilangan yang lain terdapat pada baris ketiga yaitu kata s’dikit harusnya memiliki voka /e/ di-antara konsonan /s/ dan /d/. penghilangan kedua macam vokal tersebut sebagai bentuk pemendekan kata tentu saja karena diperlukannya keselarasan bunyi lirik lagu dengan melodi.
3 2 Asonansi
dalam suatu lirik lagu. Keraf (1984:30) menyatakan bahwa asonansi dalam suatu lirik diciptakan untuk memperoleh efek estetika dalam suatu larik yang dibatasi suatu jeda dengan baris lain.
(5) Diobok-obok airnya diobok obok
Ada ikannya kecil-kecil pada mabok (AR)
(6) Mau tahu artinya bolo-bolo
Bolo-bolo bukanya kue bolu (Blo)
Perulangan vokal /o/ terjadi pda data (5) dan (6) dalam suatu baris dan bahkan dilanjutkan pada baris yang meng ikutinya. Dapat dirasakan bahwa dengan adanya perulangan bunyi tersebut, lirik, dan melodi menjadi lebih berirama dan indah.
(7) bulan oh bulan indah nian menawan
engkau hiasan Tuhan penerang malam (BI)
Asonansi dala lirik (7) adallah perulangan vokal /a/. dengan perulangan vokal yang sama, lirik akan lebih mudah diucapkan serta memiliki nilai estetis yang lebih. Aso nansi dapt pula terjadi pada vokal lain.
(8) Hatiku sedih hatiku gundah tak ingin berpisah Hatiku bertanya hatiku curiga
Mungkinkah ku temui kebahagiaan
seperti di sini (AaB)
Persamaan bunyi vokal dapat dikombinasikan dalam satu baris. Hal ini tentu saja atas kehendak pencipta untuk memperoleh kesesuaian dan keindahan persajakn. Dengan demikian akan muncul bunyi yang menarik, enak didengar serta dinyanyikan.
(9) Aku adalah anak gembala selalu riang serta gembira
Karena aku rajin bekerja tak pernah malas
ataupun lengah (AG)
Perpaduan asonansi vokal /a/ dan /ǝ/ terlihat pada lirik (9) di atas. Terdapat pula perpaduan vokal yang lain-nya. Perhatikan lirik berikut.
(10) Menjulang puncak gunung menyentuh langit biru Memanggil hati yang murung apalah yang ditunggu (MGN)
Pada lirik (10), perulangan vokal yang ada berupa kom-binasi tiga vokal dalam satu baris yang dilanjutkan pada baris berikutnya sebagai irama persajakan. Perulangan vokal tersebut adalah /u/, /a/ dan /i/.
3 3 Aliterasi
(11) Jangan pusing mikirin kucing
Jangan pusing mikirin anjing (JgN)
Pada lirik (11) terdapat aliterasi konsonan /n/ dan /ŋ/ yang berirama sehingga memudahkan pengucapan serta memperindah irama.
(12) Pergilah sedih, pergilah resah Jauhkanlah aku dari salah prasangka
Pergilah gundah, jauhlah resah (Ld)
Dalam lirik (12) terdapat kombinasi asonansi pada kon sonan /l/ dan /h/. Pengulangan konsonan yang sama dalam satu baris, bahkan lebih dalam suatu persajakan men-jadikan lirik tersebut lebih indah.
(5) Di obok-obok airnya di obok-obok
Ada ikannya kecil-kecil pada mabok (AR)
Untuk lirik (5) sebelumnya dijelaskan terjadi asonansi, ternyata secara bersamaan juga menggunakan perulangan konsonan /b/ dan /k/.
3.4. Penghilangan Prefiks
prefiks yang paling sering muncul. Tujuan penghilangan prefix adalah untuk membuat lirik lagu memiliki irama yang liris dengan melodi. Melodi adalah susunan deret suara yang teratur dan berirama (Kusbini, 1953:62, dalam Pradopo 2002). Selain itu penghilangan prefix juga akan mem pertinggi nilai keindahan dengan adanya kata-kata yang tidak biasa. Alasan lain yang muncul, pada anak-anak, bentuk bahasa yang lebih sinskat tentulah yang lebih disukai kerena mereka belum memerlukan banyak pe ma-haman akan struktur.
(13) Saat orang sedang bersedih kau buatnya
tertawa ha (Aaj) (14) Kalau sambil dengar musik, lonjak tambah enak
(LLT) (15) Hey baby…baby…bala…bala…siapa ingin jadi juara
(BB)
3 5 Pengulangan
Pengulangan adalah proses pengulangan kata, baik secara utuh maupun sebagian. Hasil pengulangan itu di sebut kata ulang dan satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Dalam lirik lagu anak-anak, banyak ditemukan ben-tuk pengulangan.
(21) Saya mau lihat gedung-gedung bertingkat
(SKLt) (22) Nyamuk-Nyamuk nakal, semut-semut nakal
(23) Bulet-bulet bolong tengahe, yang ini namanya kue donat (Dn) (24) Dingin-dingin dimandiin, jadi masuk angin (AR) (25) Lonjak-lonjak aku suka lonjak-lonjak (LLJ) (26) Jalan-jalanke Bali (PBI)
Dalam data (21), (22), (23), (24), (25), dan (26) terdapat pengulangan seluruh, yaitu pengulangan segala bentuk dasar. Pengulangan kata tersebut dapat terjadi pada kata benda seperti dalam data (21) pada kata semut-semut dan (22) pada kata Nyamuk-nyamuk; dapat pula terjadi pada kata sifat seperti yang ada dalam data (23) pada kata bulet-bulet dan data (24) pada kata dingin-dingin, dan dapat pula terjadi pada kata kerja seperti pada data (25) pada kata lonjak-lonjak dan (26) pada kata jalan-jalan.
(27) Kentang diulek-ulek pake campur daging,
yang ini namanya perkedel KwK) (28) Disemprot-semprot airnya disemprot-semprot
(AR) (29) Diputer-puter airnya diputer-puter
(AR) (30) Diputer-puter kerannya diputer-puter
(AR)
Pengulangan sebagian juga banyak terjadi dalam lirik lagu anak-anak. Hal ini dapat dilihat dalam data (27), (28), (29), dan (30) secara berurutan mempunyai bentuk dasar sebagai berikut diulek, tertawa, bercanda, disemprot, dan diputer.
Pengulangan yang terjadi dalam lirik lagu anak-anak lebih luas lagi terjadi berkali-kali dalam satu bait lagu atau bahkan dalam satu keseluruhan lagu. Pengulangan ter-sebut dapat berupa kata, frasa, ataupun kalimat. Hal ini me nunjukkan bentuk kesederhanaan bentuk kalimat lirik lagu anakanak, selain juga memanfaatkan efisiensi bahasa. Dengan kata, frasa, atau kalimat yang sama yang diulang-ulang, anak, sebagai konsumen utama, dapat dengan mudah baik menyanyikan maupun memahami maksud yang ter-kandung di dalamnya.
(31) Keripik-singkong, keripik singkong
Noni paling doyan
Keripik singkong, keripik singkong
Enak, gurih rasanya (KS)
(32) Senyumku … bolo bolo
Mataku … bolo bolo
Bibirku … bolo bolo
Bodiku … bolo bolo (Blo) Anak yang gendut ya bolo bolo
Anak yang cantik ya bolo bolo
Anak yang centil ya bolo bolo Kata oom papa T. Bob ako bolo boloi
(33) Hai, anak ajaib slalu jadi impian Hai, anak ajaib slalu banyak teman
Saat orang butuh ditolong kau bagai malaikat Saat orang bersedih kau buatnya tertawa ha
(Aaj)
Biar aku cepet jadi jagoan Jago lonjak-lonjak
Cepet jadi jago
Jadi jagaon lonjak-lonjak (Llj)
(35) Kwek kwek kwek goyang-goyang Menari di pantae
Kwek kwek kwek goyang-goyang
Menari rame-rame (KwK)
Pada kutipan bait diatas, yaitu pada lagu (31) “Keripik Singkong”, (32) “Bolo-bolo”, (33) “Anak Ajaib”, (34) “Lonjak-lonjak”, dan (35) “Kwek-Kwek Goyang-goyang” ter dapat pengulangan kata, frasa, dan kalimat yang sama. Bentuk yang sama yang diulang-ulang menunjukkan ke seder ha-naan lirik yang mempermudah anak-anak baik ketika me-nyanyikan maupun memahaminya.
3 6 Alih Kode
Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode satu ke kode yang lain. Peristiwa alih kode mungkin berupa alih varian, alih ragam alih gaya atau alih register. Peralihan demikian dapat diamati lewat tingkat-tingkat tatabunti, tata kata, tatabentuk, tatakalimat, ataupun tatawacananya. (Suwito, 1985:69). Appel (1976:99, dalam Suwito,1985:69) memberikan batasan alih kode sebagai gejala peralihan pe-makaian bahasa karena situasi.
(23) Bulet-bulet bolong tengahe, namanya kue donat
(Dn)
(30) Diputer-puter kerannya diputer-puter
(AR)
(36) Lit…lit…tulalit…lagi hepi dengerin music (LLT) (37) Lonjak-lonjak biar cepet tinggi (LLJ)
Pada data (23), (30), (36), dan(37) ditemukan alih kode pada tatanan bunyi, yaitu perubahan bunyi /a/ menjadi /ǝ/ mengikuti dialek Jakarta. Perubahan ini dimungkinkan karena pencipta lirik dan atau penyanyi adalah pengguna dialek Jakarta.
(23) Bulet-bulet bolong tengahe, yang ini
namanya kue donat (Dn) (24) Dingin-dingin dimandiin, jadi masuk angin (AR) (36) Lit…lit…tulalit…lagi haepi dengerin musik (LLT) (38) Jangan pusing mikirin kucing (JgN)
bahasa jawa yang seharusnya dalam bahasa Indonesia dapat digunakan afiksnya menjadi tengahnya. Sedang pada data (24), (36), dan (38) kata-kata dimandiin, didengerin, dan mikirin terjadi karena akhiran –in dialek Jakarta, yang dalam bahasa Indonesia seharunya berbentuk sufiks –kan, me kan, menjadi dimandikan, mendengarkan, dan memikirkan. Di-mungkinkan juga pencipta lagu dan atau penyanyi adalah pengguna Bahasa Jawa dan dialek Jakarta dan mereka ingin menunjukkan keinformalan bentuk tuturan mereka.
Alih kode terakhir yang terjadi adalah pada tata kata. Dalam bahasa Indonesia, tidak jarang terjadi penyerapan leksikon bahasa daerah atau bahasa asing.
(36) lit … lit … tulalit … lagi hepi
dengerin musik (LLT) (39) Abang tukang bakso cepat dong kemari
sudah tak tahan lagi (TKb) (40) Satu mangkuk saja duaratus perak (TKb) (41) Keripik Singkong, keripik singkong,
noni paling doyan (KS) (42) Bisa jadi apa wae yang penting bikin
mama papa senang (LLJ) (43) Bodiku … bolo-bolo (ABB)
pada data (39), (40), dan (41), terdapat kata dong, perak, dan doyan yang merupakan kosa kata dialek Jakarta, yaitu dong bermakna penegas, perak menggantikan rupiah, dan doyan menggantikan suka. Pada data (42) terdapat kosa kata bahasa Jawa yaitu apa wae menggantikankata apa saja.
Dari beberapa contoh diatas, alih kode dimunculkan untuk membangkitkan rasa humor atau menyegarkan sua sana misalnya pada data (42), dan juga untuk sekedar gengssi menunjukkan kemampuan pencipta atau penyanyi menguasai bahasa selain bahasa Indonesia.
3 7 Onomatope atau peniru bunyi
3 7 1 Onomatope Suara Binatang
Dunia anak-anak diawali denga mengenal benda-benda disekitarnya.antara lain adalah mengenal macam-macam binatang, pengenalan itu diawali dengan mengenali suara. Lagu sebagai salah satu media hiburan dan belajar bagi anak, lirik-liriknya juga banyak mengenalkan bunyi tiruan suara binatang. Diantaranya adalah sebagai berikut:
(44) cit cit cit cit cuit cit cit cit cuit, burung bernyanyi Tok tok tok tok petok tok tok tok petok, ayam
bertelor
wek wek wek kuwek wek wek wek kuwek, bebek bernang
sapi merendam kambingpun ikut senang (CCT)
Pemilihan onomatope yang demikian juga dimaksudkan untuk permainan bunyi yang membuat lagu lebih enak ter-dengar.
(45) Komo si Komo hey…mau kemana
Saya mau lihat gedung-gedung bertingkat Komo si Momo hey…mau kemana
Saya mau lihat pembangunan merata
Weleh…weleh…weleh… (SKLt)
Onomatope yang terdapat pada bagian lirik lagu (45) yang berjudul “Si Komo Lewat Tol” terlalu jauh dari objek yang dimaksud “Si Komo” adalah seekor komodo yang berbadan besar dan gemuk yang suka berjalan-jalan ke kota. Tampaknya pendengar akan kesulitan mem bayang kan seekor komodo bersuara weleh-weleh-weleh karena dalam kenyataan suara komodo tidak demikian. Analisis pemi-lihan kata weleh-weleh oleh pencipta lirik dimungkinkan karena asosiasi pencipta pada manusia mengatakan weleh-weleh ketika mereka kagum atau terkejut dengan suatu hal, sebagaimana Si Komo yang kagum denagn pembangunan kota Jakarta yang maju pesat selain itu pencipta lirik lagu ingin membangkitkan rasa humor dengan menggunakan onomatope tersebut.
(46) Semut-semut kecil, saya mau tanya
Apakah kamu di dalam tanah tidak kegelapan? Semut-semut kecil, saya mau tanya
Apakah kamu di dalam tanah tidak tajut jangkrik? Oe..oe…itu katamu
Dalam lagu “Semut-semut Kecil” terdapat onomatope suara semut oe..oe.. peniruan suara ini tentulah mem-bingungkan pendengar karena semut tidak menge luar-kan bunyi yang demikian. Nampaknya pencipta lirik lagu mengasosiasikan semut sebagai makhluk hidup yang kecil dan lemah seperti bayi yang bersuara oe..oe.. disamping memunculkan kesan lucu dalam lirik lagu.
3 7 2 Onomatope Selain Suara Binatang
Selain suara binatang, onomatope yang lain juga di-gunakan oleh pencipta lirik lagu anak-anak. Mereka ber-usaha mwujudkan dan menggambarkan suatu objek me-lalui symbol. Bentuk lain tersebut, diantaranya berupa suara kereta api, pesawat, musik, makanan dan lain-lain. Per-hatikan contoh lirik berikut!
(47) wit…tuwit…tuwit
Jes…jes…jes…jes…tuwit…tuwit Begitulah bunyinya
Wus…wus…wus…cepat larinya
Larinya kereta api (Tw)
Pada lirik (47) terdapat onomatope suara kereta api, be rupa suara peluitnya yaitu wit…tuwit…tuwit dan suara kereta api yang sedang berjalan jes…jes…jes…jes, dan suara lajunya kereta api disimnbolkan dengan wus…wus…wus… yang diasosiasikan dengan suara angin kencang.
Bikin pesawat terbang kubuat sendiri Kalau bisa terbang ku bawa mama ke pasar Puter-puter ngeok asyik sekali
Kalau adik minta diantar ya dianterin Kalau teman minta diantarya dianterin
Belok kiri belok kanan ngeok-ngeok (Ktr)
Bunyi pesawat terbang oleh pencipta lirik lagu yang ber-judul “Pesawat Terbang” disimbolkan dengan suara ngeok… ngeok. Bunyi ini terdengar aneh secara umum karena bunyi pesawat tidaklah demikian. Pencipta mengasosiasikan pe-sawat terbang dalam aktifitasnya memutar dan mem belok dengan bunyi ngeok…ngeok.
(49) Kalau mama papa Kaka adik semua
Sama-sama makan keripik singkong Suasana rumah sungguh sangat ramainya
Prok prok, prok, prok suaranya (KS) (50) Kentang diulek-ulek campur daging,
yang ini namanya perkedel
Yang dimakan bunyinya kruwes-kruwes, yang ini namaya
kerupuk (senenge) (Dn)
dan ringan selain itu menyamakan suku kata awal kerupuk dengankata kruwes
Bentuk anomatope lain adalah wujud keriangan dan bunyi musik yang bisa dilihat pada contoh lirik lagu berikut.
(51) Boleh ya.... boleh aja Rhumba rhumba he…
Tentu pedes makan cabe Rhumba rhumba he…
Anak malas nanti tidak PeDe (BB)
(52) Lit…lit…tulalit
Maina amusik memanag asyik Lit…lit…tulalit
Main musik janagn diusik Lit…lit…tulalit
Ayo kawan main musik
Lit…lit…tulalit
Lagi happy dengerin musik (LLT)
Penyelaras melodi diwujudkan dengan rhumba-rhumba yang sekaligus juga menjadikan suasana menjadi ceria. Se-mentara bunyi musik disimbolkan dengan bunyi lit…lit… tulalit. Penggunaan onomatope ini juga merupakan bentuk permainan bunyi sehingga menjadikan lirik lagu lebih bi-rama, selain memunculkan efek riang dan lucu dalam lagu.
3 8 Pilihan Kata
ingatan-ingatan dan asosiasi-asosiasi. Pendeknya bahasa sastra itu sangat konotatif, mengandung banyak arti tambahan. Sifat lain bahasa sastra adalah penggunaan ketak lang sung an ekspresi, yang oleh Riffaterre (1978: dalam Pradopo, 1996: 11) dinyatakan ketaklangsungan ekspresi itu dise babkan oleh tiga hal yaitu displacing of meaning (penggantian arti), distorting of meaning (penyimpangan arti), dan creating of meaning (penciptaan arti).Bentuk nyata ketidaklangsungan ekspresi adalah penggunaan bahasa kiasan seperti meta-fora, metonimi, penggunaan paradoks yang dianggap mam-pu menciptakan nilai estetis yang dominan.
Tugas tersebut muncul karena adanya beberapa ketram-pilan yang perlu dimiliki anak yaitu: (1) ketramketram-pilan menolong diri sendiri, (2) ketrampilan bantuan social, (3) ketrampilan sekolah, dan (4) ketrampilan bermain. Tugas dan ketrampilan yang demikian menjadikan anak lebih memahami sesuatun yang nyata daripada abstrak. Maka kata-kata yang dipilih dalam bahasa lirik anak lebih banyak sesuatu yang nyata, yang tentunya berbeda dengan lirik lagu remaja atau dewasa.
3 8 1 Penggunaan Kosa-kata Sehari-hari
Kosa kata yang digunakan dalam lirik lagu anaka-anak didomonasi oleh kosa kata yang dapat ditemukan ketika anaka berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan tersebut dimulai ketika mereka bangun tidur hingga tidur kembali, yang di dalamnya mereka harus merapikan tem-pat tidur, membersihkan kamar, mandi, belajar, bermain dengan teman, memiliki kegemaran, menyayangi ciptaan Tuhan, berbakti pada orang tua, dan kegiatan sehari-hari lainnya. Contoh di bawah ini menunjukkan penggunaan kosa-kata sehari-hari.
(53) Judul : KERIPIK SINGKONG Penyanyi : Leony
Keripik singkong, keripik singkong, Noni paling doyan Keripik singkong, keripik singkong, enak, gurih rasanya
Siapapun sudah mencoba makan keripik singkong **
Kalau mama papa kaka, adik semua Sama-sama makan keripik singkong Suasana rumah sungguh sangat ramainya Prok prok ,prok prok suaranya
Cuma kakek nenek yang tersenyum Melihat keripik singkonh
Memang kakek tidak doyan itgu
Karena giginya ompong (KS)
Dalam lirik lagu yang berjudul “Keripik Singkong” tidak ditemukan bahasa kiasan, melainkan benar-benar di-gunakan bahasa yang bermakna sesunggunhny atau deno-tative, sesuatu yang nyata. Ketika menjelaskan bentuk keripik singkong, yang disebutkan adalah bentuk nyata, yaitu “enak, gurih rasanya, makanan asli Indonesia, prok-prok suaranya”. Siapa yang memakannya dan bagaimana situasinya juga digambarkan secara gamblang, yaitu “mama, papa, kakak, adik, nenek, dan kakek sebagai konsumennya dan “ramai” suaranya ketik kita memakannya. Dengan penggambaran yang nyata, anak akan memahami dengan jelas seperti apa keripik singkong tersebut.
(54) Judul : Banyak Nyamuk
Penyanyi : Enno Lerian
Banyak nyamuk dirumahku
Gara-gara aku malas bersih-bersih Banyak semut dirumahku
Dikamarku banyak nyamuk Dikamarku banyak semut Aduh mama aku jadi susah tidur
Banyak tikus dirumahku
Gara-gara aku malas bersih-bersih
Nyamuk-nyamuk nakal Semut-semut nakal Sukanya menggoda aku Tikus-tikus nakal Lalat-lalat nakal
Sukanya membikin kotor (Bny)
Gambar 7: Banyak Nyamuuk di Rumahku. Sumber: www. obebiku.com
logis yang nyata, dan dapat diterima sebagai ekspresi langsung. Sehingga anak dapat memahami lirik lagu ter-sebut dengan mudah, walaupun pensifatan binatang untuk “nyamuk nakal, semut nakal, tikus nakal, lalat nakal” mem beri sedikit nuansa personifikasi atau pemanusiaan, yaitu menunjukkan sifat binatang yang nakal seperti ketika manusia juga nakal pasti akan mengganggu orang yang ber-ada disekitarnya.
3.8.2. Penggunaaan Personifikasi
Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, bemda-benda mati dibuat dapat berpikir dan ssebagainya seperti manusia. Personifikasi ini membuat hidup lukisan, disamping itu memberi kejelasan beberan, memberikan bayangan angan yang konkret (Pradopo, 2002:75).
(55) Judul : Semut-semut Kecil Penyanyi : Melisa
Semut-semut kecil, saya mau tanya
Apakah kamu didalam tanah tidak kegelapan
Semut-semut kecil saya mau tanya
Apakah kamu didalam tanah, tidak takut jangkrik *
Oe…oe itu katamu Oe…oe… itu jawabmu
**
Semut-semut kecil, saya mau tanya
Apakah kamu didalam tanah tidak takut cacing Semut- semut kecil saya mau tanya tanya Apakah kamu didalam tanah punya mama papa Back to *
Bergotong royong cara kerjamu Sepotong roti dibagi-bagi
Bertepuk tangan lalu salaman
Semut-semut lucu sekali Lalalala
Semut-semut kecil, saya mau tanya
Apakah kamu didalam tanah tidak takut gelap Semut-semut kecil, saya maau tanya
Gambar 8: Cover album Semut-semut Kecil.
Dalam lirik lagu “Semut-semut Kecil” banyak ditemu-kan personifikasi,yang memanusiaditemu-kan semut, dengan meng ajaknya denga bercakap-cakap dan dapat menjawab. Hal ter sebut dapat kita lihat pada kalimat pertama “semut-semut kecil/saya mau tanya“ yang dijawab pada bait se lanjutnya dengan “oe..oe..itu katamu/oe…oe… itu jawab mu”. Semut dianggap sebagai teman yang berko munikasi verbal. Se-lanjutnya dalam aktifitas juga disebut kan semut dapat ber tepuk sebelah tangan dan salaman se perti manusia. Padahal semut tidak memiliki tangan. Hal tersebut terdapat pada kalimat “bertepuk tangan lalu salaman”. Contoh lain dapat dicermati pada lagu yang ber judul “Bulan” berikut ini.
(56) Judul : Bulan
Penyanyi : Belinda
Bulan oh bulan tanpamu malam kelam Tak lelah kau bersinar
Hingga datang sang fajar
Bulan oh bulan Engkau Dewi Malam Hadirmu dinantikan Semua insan
Bulan oh bulan
Jangan cepat kau pulang Agar tidurku tenang
Lelap dalam impian **
Turunlah bulan walau sebentar Kan kubisikkan satu harapan Biar kau tahu cita-citaku
Inginnya aku Sampai ke tempatmu (BI)
Pada lirik lagu (56), yang dimanusiakan adalah bulan. Bulan disifatkan seperti manusia yang tidak punya rasa lelah ketika harus selalu bersinar, yaitu dalam kalimat “Bulan oh bulan/ jangan cepat kau pulang” bulan dianggap sebagai manusia yang dapat diminta agar jangan cepat pulang atau berlalu berlalu bersinar, tetapi menerangi alam semesta ini. selain itu juga menghidupkan sang fajar yang datang menjadi batas bersinarnya bulan karena pagi telah tiba, yaitu dalam kalimat selanjutnya “hingga datang sang fajar”. Pada lirik lagu ini, tedapat satu metafora, yaitu kiasan seperti perbandingan tanpa menggunakan kata-kata pembanding (Pradopo, 2002:66). Membandingkan bulan sebagai dewi malam tanpa diselani kata pembanding dalam kalimat “Engkaulah Dewi malam” yang dipersonifikasikan kehadirannya dinantikan semua manusia dalam kalimat “hadirmu dinantikan/semua insan”
Lirik lagu lain yang banyak menggunakan personifi kasi diantaranya adalah “Tuwit-Tuwit” yang dinyanyikan oleh Joshua, “Nyamuk-Nyamuk nakal” oleh Enno Lerrian, “Si Komo Lewat Jalan Tol” oleh Melisa dan “Lihatlah Lebih Dekat” oleh Sherina.
3 8 3 Pilihan Kata Lirik Lagu Anak-anak Dibanding dengan Lagu Dewasa
banyak ditemukan ketaklangsungan ekspresi melalui tiga hal sebagaimana diajukan oleh Reffattere (Pradopo, 1996: 11) tentang adanya penggantian arti, penyimpangan arti, dan juga penciptaan arti. Diantaranya adalah banya di-temu kan kata-kata yang konotatif bermakna ganda, atau taksa, metafora, personifikasi, yang memberi nilai estetis lebih dalam menjiwai kata-kata yang dimaknai tersebut.
(56) Judul : Tek Kotek Kotek Penyanyi : Doel Soembang
Ole…ole…ole…
Tek kotek kotek kotek…tubuh karsi memang molek Tek kotek kotek kotek…sayang karsi bau ketek Tek kotek kotek kotek…korse molek sayang pendek Kalo jalan kaya bebek
….. (TkK)
Pada lirik lagu dewasa berjudul “Tek Kotek Kotek” yang dinyanyikan oleh Del Soembang banyak kata yang ber-makna ganda dan manasuka. Diawali dengan judul serta kalimat pertama tek kotek kotek penikmat atau konsumen akan berpikiran lugas bahwa itu adalah onomatope bunyi binatang ayam yang berkotek. Anakpun akan berpikran sama karena terdapat lagu anak rakyat yang beranonim yang menggunakan kata sama tek kotek kotek pada lirik lagu berikut:
(57) Judul : Tek Kotek Kotek
Tek kotek kotek kotek Anak ayam turun berkotek
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal Sembilan (TKK)
Tampak makna yang sangat berbeda walau meng-gu nakan kata yang sama. Pada lirik lameng-gu dewasa yang di-nyanyi kan oleh Doel Soembang, kata tek kotek kotek ternyata permainan bunyi untuk merujuk beberapa kata yang me-miliki bunyi akhir sama yaitu “molek, ketek, pendek, bebek”. Kata-kata tersebut dipilih karena adanya makna lain memiliki tujuan tertentu pula. Untuk mencemooh. Semen-tara, tek kotek kotek yang terdapat pada lagu rakyat merujuk pada onomatope bunyi ayam yang berkotek setelah telur yang dieraminya menetas melahirkan anak ayam.
Wujud lain dari lirik lagu dewasa adalah ditemukan banyaknya penggunaan metafora dengan frekuensi cukup tinggi. Salah satunya, sebagai contoh, dapat dicermati dalam lirik lagu berjudul “Hingga Ujung Waktu” yang di-nyanyikan oleh Sheila on Seven berikut ini.
(58) Judul : Hingga Ujung Waktu Penyanyi : Sheila on Seven
Serapuh kelopak sang mawar
Yang disapa sang Badai berselimutkan gontai Saat kau menahan sendiri diterpa dan luka oleh senja Semegah sang mawar di jaga
Matahari pagi bermahkotakan embun
Akhirnya ku menemukanmu saat aku bergelut dengan waktu
Aku beruntung menemukanmu
Jangan pernah berhenti memilikiku hingga ujung waktu
Jika kau menjadi istriku nanti Pahami aku saat menangis Saat kau menjadi istriku nanti
Jangan pernah berhenti memilikiku hingga unjung waktu… (HUW)
Gambar 10. Sheila on 7.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Sheila_on_7
yang rapuh mudah rontok ketika angin meniup kencang,. Pelaku sedang menjalani kesendirian dan penantian serta mengahdapi permasalahan yang ditunjukkan pada kalimat “saat akau menahan sendiri diterpa dan luka oleh senja”. Kata “senja” melambangkan permasalahan, dengan asumsi senja adalah waktu beranjaknya gelap setelah matahari yang cerah bersinar menerangi kehidupan dilanjutkan dengan kalimat “semegah sang mawar dijaga/matahari pagi ber-mah kotakan embun” yang kembali menggunakan kata “mawar” tetapi bermakna lain dengan mawar pada kalimat pertama, karena mawar yang kedua adalah kekasih atau wanita yang dicintai dan dipuja, harum,anggun memiliki pesona pancaran matahari dengan kelembutan dan kese-jukan yang digambarkan bermahkotakan embun pagi, yang dimaknai sebagai sesuatu yang menyejukkan, segar dan dapat memberikan semangat hidup. Wanita tersebut adalah wanita yang dinantikan sebagai suatu anugrah dan diinginkan menjadi istri yang penuh kesetiaan dengan ka limat “jangan pernah berhenti memilikiku”, jhingga ber akhirnya kehidupan, yang ditunjukkan dengan frasa “hingga ujung waktu”.
disamping megah dan dapat menggunakan mahkota se-perti manusia, disamping matahari yang mampu menjaga mawar. Kalimat lain yang mengandung personifikasi ter dapat pada “saat ku bergelut dengan waktu”, yang mem-personifikasikan waktu sebagai sesuatu yang dapat diajak bergelut.
Lirik lagu dewasa banyak menggunakan kata-kata ko notatif yang bermakna ganda bahkan bersifat abstrak, sehingga sangat berbeda dengan lirik lagu anak-anak yang bermakna lugas dan menggunakan kata konkret.
(59) Judul : Mimpi yang Sempurna Penyanyi : Peterpan (Noah)
Mungkinkah bila kubertanya pada bintang-bintang Dan bila ku mulai merasa bahasa kesunyian Sadarkan aku yang berjalan dalam kehampaan Terdiam, terpana terbara semua dalam keraguan
Aku dan semua yang terluka karena kita Aku kan menghilang dalam pekat malam Lepas ku melayang
Biarlah kubertanya pada bintang-bintang Tentang arti kita dalam mimpi yang sempurna (MyS)
3 9 Gaya Kalimat
Gaya kalimat adalah penggunaan satu kalimat untuk men dapatkan efek tertentu, misalnya inversi, gaya kalimat tanya, gaya kalimat perintah dan gaya kalimat elips. Begitu juga sarana retorika yang berupa satu kalimat seperti hiper-bola, paradoks dan yang lain-lain (Pradopo, 2009:10). Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang be-rupa muslihat pikiran yang dapat menimbulkan efek puitis (Pradopo, 2009:94). Penggunaan gaya kalimat yang demi-kian ditunjukkan untuk memperoleh kepadatan yang tetap memiliki nilai estetis.
Salah satu bentuk gaya kalimat yang sering muncul dalam lirik lagu anak-anak adalah bentuk inversi. Kalimat inversi adalah kalimat susun balik. Pada kalimat bahasa Indonesia, susunan kata untuk kalimat dasar adalah Subjek, Predikat Objek (SPO). Namun untuk kalimat inversi, pre-dikat hadir mendahului subjek. Perhatikan beberapa lirik lagu berikut!
(
60) Judul : Bulan Penyanyi : BelindaBulan oh bulan
Tanpamu malam kelam Tak lelah kau brersinar
Hingga datang sang fajar
Bulan oh bulan
Lelap dalam impian **
Turunlah bulan walau sebentar Kan kubisikkan satu harapan Biar kau tahu cita-citaku
Inginnya aku Sampai ke tempatmu (BI)
Pada lirik lagu “Bulan” terdapat beberapa kali bentuk inversi yaitu “Tak lelah kau bersinar” yang mana bentuk non-inversinya adalah ‘Engkau tak lelah bersinar’. Kalimat ini juga mengandung hiperbola, yaitu melebih-lebihkan sifat bulan yang tidak jua lelah bersinar sepanjang malam. Selain itu kalimat “jangan cepat kau pulang” memiliki bentuk non-inversi ‘engkau jangan cepat pulang’ dan “turun lah bulan walau sebentar” dengan pola non-inversi ‘Bulan turunlah walau sebentar.’
(61) Judul : Paman Datang Penyanyi : Tasya
Kemarin paman datang Pamanku dari desa
Dibawakannya rambutan pisang dan sayur mayur segala rupa
Bercerita paman tentang ternaknya
Berkembang baik semua (PmD)
Selain bentuk inversi, banyak juga ditemukan bentuk pemadatan berupa pelepasan berupa unsur kalimat seperti pelepasan subjek, objek, predikat, tanda hubung, dan lain-lain. Gaya ini dinamakan gaya Implisit. Pelepasan tersebut dapat dapat ditelusuri melalui penguraian secara heuristik dengan menyisipkan kata-kata yang hilang dalam tanda kurung.
(62) Judul : Kue Donat Penyanyi : Joshua
(makanan yang bentuknya) bullet-bulet (dan) bolong tengahe, namanya (adalah) kue donat/ (makanan yang bentuknya) bullet lonjong da noncom isine yang ini namanya (adalah) combro/(makanan yang bentuknya) lembek-lembek (dan) manis isine, yang ini namanya (adalah) tape/(makanan yang rasanya) kenyol kenyol ada santene, yang ini namanya (adalah) cendol ondol-ondol/ (Semua itu adalah) mamamamama makanan yang bergizi/ (tentu saja kita) mimimimimi minumnya minum susu/ adik kecil (akan) cepet gede kalo makan (makanan) yang bergizi/ (sementara) aku cukup makan tahu (dan) tempe yang terbuat dari kacang kedelai//
3 10 Rekapitulasi Bentuk Kebahasaan Lirik Lagu Anak-Anak