• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan melalui full enumeration survey maupun survei rumahtangga kasus diolah dengan menggunakan Micro-Exel dan program SPSS untuk kemudian dianalisis kedalam tabulasi frekuensi sesuai dengan penelitian ini dengan mengacu pada konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Data kualitatif yang diperoleh berupa transkrip wawancara, catatan lapangan, dokumentasi foto, dokumen pribadi, memo, dan catatan-catatan resmi lainnya dianalisis dengan mereduksi data, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data, sehingga sesuai dengan kebutuhan data untuk mendukung data-data kuantitiatif. Hasil analisis data kuantitatif dan kualitataif kemudian disinergiskan sehingga dapat saling melengkapi jawaban penelitian.

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis

Secara administratif, Desa Cipeuteuy termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat dan berbatasan dengan Desa Cihamerang, di sebelah Selatan, Desa Kabandungan, di sebelah Timur Desa Ciasmara Kabupaten Bogor di sebelah Utara dan Kabubaten Bogor di sebelah Barat.

Gambar 3. Peta Lokasi Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan , Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

Desa Cipeuteuy terletak 35 kilometer dari Kabupaten Sukabumi dan 1,5 kilometer dari Kota Kecamatan. Lokasinya yang cukup jauh dapat ditempuh dengan menggunakan colt atau bus jurusan Sukabumi–Bogor hingga terminal Parung Kuda. Setelahnya hanya colt khusus menuju Desa Cipeuteuy-lah yang akan mengantarkan hingga terminal Desa Cipeuteuy yang letaknya hanya 100 meter dari Balai Desa Cipeuteuy.

Desa Cipeuteuy membentuk desa tersendiri setelah terpisah dari Desa Kabandungan yang mengalami pemekaran pada tahun 1980 menjadi Desa Kabandungan dan Desa Cipeuteuy yang terdiri dari 28 RT dan 4 RW. Desa Cipeuteuy melakukan pemekaran kembali pada tahun 2006 menjadi 5 RW dengan tujuh RT pada masing-masing RW. Adapun pembagian wilayah menurut penamaan secara lokal dikenal dengan wilayah Kampung dan Dusun, dimana wilayah kampung merupakan bagian dari dusun itu sendiri. Diketahui bahwa Desa Cipeuteuy terdiri dari 5 dusun dan 18 kampung, yakni Dusun Cipeuteuy 1 yang terdiri dari Kampung Arendah, Babakan dan Parigi 1. Adapun Dusun Cipeuteuy 2 yang hanya terdiri dari kampung Cipeuteuy, Dusun Cisarua terdiri dari Kampung Babakan dan Cisarua, Leuwiwaluh dengan Kampung Leuwiwaluh, Kampung Sawah, Kebon Genep, Gunung Leutik, Dramaga dan Cilodor serta Dusun Pandan Arum yang terdiri dari Kampung Pasir Majlis, Pasir Badak, Cisalimar, Pandan Arum, Pasir Masigit dan Sukagalih. Selanjutnya diketahui bahwa RT 1A, 1B, 2, 3, 4 masuk kedalam Kampung.Arendah, RT 5 dan RT 10B pada Kampung Babakan, RT 9 pada Parigi dan tujuh RT yakni 6A, 6B, 7A, 7B, 8A, 8B, 10A pada Kampung Cipeuteuy. Kemudian RT 11, 12, 13, 14, 15A, 15B berada pada Kampung Cisarua, RT 16, 17 pada Kampung Leuwiwaluh, dan RT 18, 19, 20, 21,

28, 22, 23, 24, 25, 26, 27 masing-masing berturut-turut berada pada Kampung Sawah, Kampung Kebon Genep, Kampung Gunung Leutik, Dramaga, Cilodor Pasir Majlis, Pasir Badak, Cisalimar 2, Pandan Arum, Pasir Masigit, dan Sukagalih.

Bentang wilayah Desa Cipeuteuy berupa dataran tinggi berbukit dengan ketinggian 750-900 meter dibawah permukaan air laut (mdpl) dengan curah hujan rata-rata sebesar 2.600 mm3/tahun dan suhu rata-rata harian 360 Celcius. Terletak di sekitar kawasan hutan, Desa Cipeuteuy memiliki luas wilayah 3.746,5 hektar termasuk juga lahan berstatus terlantar seluas 32 hektar (0,85 persen) dengan pemanfaatan lahan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan lahan terbesar diperuntukkan pada Hutan Produksi yang juga difungsikan sebagai hutan lindung seluas 2.000 hektar (53,38 persen) yang diikuti oleh ladang/tegalan seluas 1.077 hektar (28,75 persen) dan sawah irigasi setengah teknis seluas 545 hektar (14,55 persen). Selanjutnya, seluas 115 hektar (3,07 persen) dimanfaatkan sebagai Hutan Konversi, sedangkan sisanya seluas lima hektar (0,13 persen) dari total luas wilayah desa dimanfaatkan sebagai pemukiman dan seluas 2 hektar (0,05 persen) menjadi kas desa.

Meskipun tidak tercantum dalam tabel pemanfaatan lahan, namun total luasan tersebut sudah termasuk perkebunan seluas 616 hektar atau 16,44 persen dari luas total yang terbagi menjadi perkebunan rakyat seluas 30 hektar (0,80 persen) dan perkebunan swasta sebanyak 586 hektar (15,64 persen). Selain itu pemanfaatan lainnya adalah berupa tanah bengkok, bangunan umum dan jalan yang secara berturut-turut memiliki luas lima hektar (0,13 persen), 1,5 hektar (0,04 persen) dan 0,08 persen (tiga hektar). Meskipun tidak tertera di dalam Data

Monografi Desa, namun menurut hasil wawancara, 583 hektar lahan yang berada di Desa Cipeuteuy merupakan lahan ber-status quo yang sebelumnya merupakan perkebunan cengkeh PT. Intan Hepta, milik Toyib Hadiwijaya yang dibuka pada tahun 1971 dan telah habis masa HGU-nya pada tahun 2002. Sebelum masa HGU PT. Intan Hepta habis, pada tahun 1996 masyarakat telah terlebih dahulu menggarap lahan tersebut.

Tabel 1. Luas Wilayah Desa Cipeuteuy Menurut Penggunaannya Tahun 2004 (dalam hektar)

Penggunaan Lahan Luas Persen

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak 2.115 56,45

Ladang/Tegalan 1.077 28,75

Sawah Irigasi Setengah Teknis 545 14,55

Pemukiman 5 0,13

Lapangan 3 0,07

Kas Desa 2 0,05

Total 3.747 100,00

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006

Sebagian besar wilayah Desa Cipeuteuy adalah Hutan eks Perhutani.

Hutan Produksi (2000 hektar) dan Hutan Konvesi (115 hektar) yang merupakan bagian dari wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak yang beririsan langsung dengan Desa Cipeuteuy seluas 2115 hektar atau 56,42 persen dari total luas wilayah Desa Cipeuteuy, sedangkan seluas 10 hektar dari Hutan tersebut atau 0,26 persen dari total luas desa merupakan Hutan yang pengusahaannya dimiliki oleh rakyat. Dengan demikian lebih dari setengah wilayah Desa Cipeuteuy merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kawasan ini merupakan perluasan dari Taman Nasional Gunung Halimun-Salak pada tahun 2006 yang sebagian besar kondisinya berupa garapan tumpang sari eks Perhutani.

Meskipun telah ada penetapan zona lindung dan zona pemanfaatan, namun demikian selama ini tidak ada nota kesepakatan yang jelas mengenai batas Desa dengan Taman Nasional, sehingga belum ada batasan wilayah yang jelas antara wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dengan Desa Cipeuteuy.

Wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak pada awalnya merupakan wilayah Perhutani yang dialihkan berdasarkan Surat Keputusan No 175 Tahun 2003 yang berisi penetapan kawasan Perhutani sekitar 73.000 hektar sepanjang Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak untuk dialihkan menjadi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Wacana pengalih-kelolaan hutan tersebut sesungguhnya sudah dimulai dari tahun 2003, namun baru terealisasikan pada tahun 2006.

Alasan pengalihan tersebut, salah satunya adalah untuk menyelamatkan hutan yang ketika dikelola oleh Perhutani mengalami banyak kerusakan. Aparat desa mengungkapkan bahwa timbul kekhawatiran dari masyarakat ketika hutan dikelola oleh Perum Perhutani karena selama pengelolaan dilakukan oleh Perhutani, banyak pohon yang ditebang baik secara legal maupun ilegal tanpa dilakukan peremajaan atau penanaman kembali. Hal ini menyebabkan hutan perbatasan yang menghubungkan antara Gunung Halimun dan Gunung Salak menjadi gundul yang kemudian akan berakibat terputusnya jalur satwa endemik yang ada di kawasan tersebut. Satwa endemik seperti macan tutul yang ada di wilayah Salak akan mengalami kesulitan untuk melintas ke Halimun dikarenakan hutan tersebut telah gundul. Dengan demikian, tujuan lain diturunkannya Surat Keputusan tersebut adalah untuk menyelamatkan species endemik yang ada di Taman Nasional Gunung Halimun–Salak, seperti macan tutul.

Berdasarkan Tabel 1, luas sawah dan ladang merupakan jumlah pemanfaatan lahan terbesar kedua setelah hutan, yakni seluas 1.622 hektar, berarti 43,29 persen dari total wilayah desa merupakan lahan pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa, mayoritas penduduk Desa Cipeuteuy menggantungkan hidupnya pada pengelolaan sawah dan ladang. Menurut hasil wawancara dan observasi, masyarakat desa Cipeuteuy yang dengan intensif bertani adalah masyarakat Dusun Pandan Arum (RT 05) yang memiliki keragaman penguasaan lahan, dimana selain menggarap lahan milik, mereka pun menggarap lahan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan lahan status-quo eks HGU PT. Intan Hepta.

4.2. Keadaan Umum Penduduk

Jumlah penduduk Desa Cipeuteuy pada tahun 2006 tercatat sebanyak 6.352 jiwa yang terdiri dari 3.236 jiwa (50,94 persen) laki-laki dan 3.116 jiwa (49,06 persen) perempuan. Jumlah tersebut berasal dari 1.608 Kepala Keluarga (KK), dengan rata-rata sebanyak 3-4 orang jumlah anggota keluarga pada tiap KK-nya. Adapun komposisi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 2.

Menurut jenis kelaminnya, jelas terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih tinggi dari jumlah penduduk perempuan berturut-turut baik pada usia anak-anak, produktif, hingga usia lanjut. Data pada monografi Desa Cipeuteuy, menerangkan bahwa menurut desa, golongan penduduk usia produktif berkisar antara 15-55 tahun, sedangkan usia <15 tahun termasuk dalam usia muda dan >55 tahun merupakan usia Lansia.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006

Golongan Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Total

0-1 1.02 0,98 2,00

2 1,18 1,15 2,33

3-5 4,80 4,63 9,43

6 1,43 1,37 2,80

7-12 5,78 5,56 11,34

13-15 3,15 3,01 6,16

16-18 3,09 2,96 6,05

19-35 9,90 9,60 19,51

36-49 12,19 11,73 23,91

50-55 4,80 4,61 9,41

55+ 3,61 3,46 7,07

Total (Persen) 50,94 49,06 100,00

Total (Jumlah) 3.236 3.116 6.352

Sumber: Data Monografi Desa 2006

Berdasarkan data jumlah angkatan kerja pada monografi desa, yang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3, jumlah penduduk angkatan kerja tercatat sebanyak 3.880 jiwa atau 61,08 persen dari jumlah penduduk seluruhnya yaitu 6.352 jiwa sedangkan sisanya sebanyak 2.472 jiwa (38,91 persen) merupakan anak-anak dan penduduk bukan usia kerja. Dengan demikian, jumlah penduduk yang berada dalam usia produktif (15-55 tahun) lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk di usia anak-anak, dan usia lanjut.

Menurut data potensi desa, penduduk yang termasuk ke dalam usia kerja berkisar dari umur 15 hingga 55 tahun, meskipun di lapangan ditemukan penduduk yang menurut desa masuk dalam usia lanjut, namun masih dapat melakukan kegiatan usahatani.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Angkatan Kerja Tahun 2006.

Tenaga Kerja Jumlah Persen

Usia 15-55 yang bekerja penuh 1.863 48,02

Usia 15-55 yang menjadi ibu rumahtangga 1.548 39,90 Usia 15-55 yang bekerja tidak tentu 305 7,86

Usia 15-55 yang masih sekolah 164 4,23

Jumlah angkatan kerja (15-55) 3.880 100,00

Sumber: Data Monografi Desa 2006

Pada Tabel 3 dikemukakan bahwa dari total jumlah angkatan kerja, penduduk usia kerja (15-55) yang bekerja penuh mempunyai proporsi yang paling besar dibandingkan kondisi angkatan kerja lainnya, yakni sebanyak 48,02 persen dari jumlah total angkatan kerja, atau 29,32 persen dari total jumlah penduduk.

Selanjutnya, sebanyak 305 jiwa atau 7,86 persen dari total angkatan kerja merupakan penduduk usia kerja yang bekerja tidak tentu sedangkan dari total angkatan kerja, 4,23 persen diantaranya masih bersekolah.

Data angkatan kerja juga mencantumkan bahwa jumlah angkatan kerja yang menjadi Ibu Rumahtangga memiliki persentase sebanyak 39,90 persen dari total angkatan kerja. Data mengenai angkatan kerja tidak teragregasi menurut jenis kelamin, sehingga sulit untuk membandingkan kondisi pekerjaan menurut jenis kelamin. Namun demikian, menurut penuturan salah seorang aparat desa jumlah penduduk yang bekerja penuh dan tidak tentu belum termasuk jumlah ibu rumahtangga yang menjadi tenaga kerja keluarga.

Lebih lanjut jumlah penduduk desa menurut jenis pekerjan dikemukakan pada Tabel 4. Tabel yang tersedia pada potensi desa tidak teragregasi menurut jenis kelamin, dengan demikian data mengenai jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan hanya dapat dilihat secara umum. Total jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan sama dengan jumlah penduduk angkatan kerja yang bekerja penuh

yakni sebanyak 1.863 jiwa. Hal ini berarti jumlah angkatan kerja yang bekerja tidak tentu dan menjadi ibu rumahtangga tidak termasuk kedalam penduduk usia produktif yang memiliki pekerjaan.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Cipeuteuy Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2006.

Jenis Pekerjaan Jumlah Persen

Petani 1.192 63,98

Buruh Tani 425 22,81

Pedagang/Penguasaha/Wiraswasta 80 4,29

Tukang Batu 60 3,22

Supir 41 2,20

Karyawan Swasta 30 1,61

Tukang Kayu 20 1,07

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006

Pada Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 25,45 persen dari total penduduk Desa Cipeuteuy mempunyai pekerjaan tetap pada bidang usahatani, yakni petani dan buruh tani, yakni sebanyak 63,98 persen atau lebih dari setengah total jumah penduduk menurut jenis pekerjaan bekerja sebagai petani, yang disusul oleh buruh tani sebesar 22,81 persen. Jika dibandingkan dengan data pemanfaatan lahan, maka dapat disimpulkan bahwa belum ada distribusi lahan yang cukup merata, mengingat sebagian besar lahan di Desa Cipeuteuy dimanfaatkan untuk hutan produksi (2.000 hektar), tegalan/ladang (1.077 hektar) dan sawah (545 hektar), sedangkan data penduduk menurut pekerjaan menyatakan bahwa pekerjaan yang paling banyak setelah petani adalah menjadi buruh tani

(425 jiwa), dengan demikian masih banyak penduduk yang tidak memiliki atau menguasai lahan sehingga mereka harus menjadi buruh tani dan menggarap lahan orang lain tanpa dapat menguasai lahan.

Adapun pekerjaan lainnya adalah pedagang/pengusaha/wiraswasta yang berjumlah 80 jiwa (4,29 persen) termasuk tengkulak besar, kecil dan pedagang makanan menetap hingga keliling. Hampir seluruh petani Desa Cipeuteuy menjual hasil pertaniannya kepada para tengkulak. Para tengkulak mempunyai peranan yang cukup besar untuk petani, terutama dalam pemasaran dan distribusi hasil pertanian. Para tengkulak akan berkeliling Desa untuk mengambil hasil pertanian setiap periode yang telah disepakati bersama para petani. Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada para petani dan tengkulak, penetapan harga yang dilakukan oleh tengkulak cukup transparan. Hal ini terjadi setelah munculnya tengkulak-tengkulak kecil yang diasumsikan dapat merugikan tengkulak besar, karena penetapan harga yang lebih murah dan lebih transparan kepada petani. Hingga saat ini, para tengkulak menetapkan harga yang lebih relevan dan mulai terbuka kepada para petani mengenai perputaran dan pembayaran uang agar tidak dirugikan oleh keberadaan tengkulak kecil.

Selanjutnya karyawan swasta sejumlah 30 jiwa (1,61 persen) merupakan karyawan yang bekerja di dalam desa maupun pekerja migran yang bekerja di Kota seperti Jakarta, Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Jenis pekerjaan di bidang jasa antara lain adalah penjahit, sebanyak tiga orang (0,16 persen), sopir (41 orang atau 2,20 persen), dan montir yang jumlahnya hanya 2 orang (0,11 persen). Sisanya adalah PNS (6 orang atau 0,32 persen), Kontraktor (4 orang atau 0,21 persen) dan Pertukangan, yang meliputi tukang kayu sebanyak 20 orang (1,07 persen) dan

tukang batu dengan jumlah 60 orang (3,22 persen). Meskipun tidak tertera dalam monografi desa, namun dari hasil observasi, beberapa penduduk mengembangkan usaha di bidang peternakan. Hingga saat ini tidak ada peternak yang mengusahakannya secara profesional, dan hanya merupakan kepemilikan individu yang dikonsumsi untuk kepentingan pribadi saja.

Sehubungan dengan distribusi kepemilikan lahan, pada Tabel 5 disajikan mengenai jumlah penduduk berdasarkan kepemilikan lahan. Jumlah yang tertera tersebut merupakan data kepemilikan lahan atas individu. Data kepemilikan lahan tersebut tidak teragregasi menurut jenis kelamin, sehingga tidak dapat melihat sebaran kepemilikan lahan menurut jenis kelamin.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Lahan Tahun 2006.

Kepemilikan Lahan Jumlah

(Rumahtangga) Persen ( persen)

Tidak memiliki Lahan 163 10,14

< 0.1 Ha 212 13,18

Rumahtangga Pemilik Lahan 1.178 73,26

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006

Selanjutnya diketahui bahwa persentase jumlah penduduk yang memiliki lahan lebih tinggi dari penduduk yang tidak memiliki lahan. Penduduk Desa

Cipeuteuy dengan persentase sebanyak 13,18 persen dari total penduduk memiliki lahan seluas lebih dari satu hektar, dimana jumlah tersebut merupakan persentase tertinggi dibanding rumahtangga lainnya. Dari data tersebut diketahui bahwa distribusi lahan di Desa Cipeuteuy masih kurang merata.

Berbeda dengan Tabel 5 yang menyajikan kepemilikan individu atas.lahan, data yang disajikan pada Tabel 6 merupakan data mengenai kepemilikan rumahtangga petani atas lahan. Sebanyak 74,12 persen dari total rumahtangga yang ada di Desa Cipeuteuy adalah rumahtangga petani yang sebanyak 63,43 persen dari total rumahtangga adalah rumahtangga petani yang memiliki lahan pertanian dan sisanya adalah rumahtangga petani yang tidak berlahan/tunakisma. Dari data tersebut diperoleh 85,57 persen jumlah rumahtangga petani yang memiliki lahan pertanian. Didalamnya termasuk 68 (5,7 persen) rumahtangga petani yang memiliki kurang dari 0,5 hektar, 257 rumahtangga petani yang memiliki 0,5 hektar – 1,0 hektar lahan dan rumahtangga petani yang memiliki lebih dari 1,0 hektar yaitu sebanyak 154 (12,92 persen) rumahtangga petani.

Tabel 6. Jumlah Rumahtangga Pertanian Menurut Jumlah Kepemilikan Lahan Tahun 2006.

Kepemilikan Lahan Rumahtangga Petani Jumlah

(RTP) Persen ( %) Rumahtangga yang Memiliki Lahan Pertanian 1.020 85,57 Rumahtangga yang Memiliki 0,5 – 1,0 Ha 257 21,56 Rumahtangga Petani yang Tidak memiliki Lahan 163 13,67 Rumahtangga yang Memiliki lebih dari 1,0 Ha 154 12,92 Rumahtangga yang Memiliki kurang dari 0,5 Ha 68 5,70

Total Rumahtangga Petani 1.192 100,00

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006

Para petani yang memiliki/menguasai lahan sawah merupakan petani yang subsisten, karena luas sawah yang dimiliki hanya dapat memenuhi kebutuhan pokok pangan keluarga. Tidak jarang pada beberapa kasus, lahan sawah akhirnya mengering atau bahkan sengaja dikeringkan dan di buat ladang karena kesulitan air untuk mengairi sawah. Alasan yang memotivasi penduduk untuk merubah sawah menjadi kebun dan mulai menanam tanaman palawija adalah besarnya keuntungan yang diperoleh dari lahan kebun, mengingat hasil dari pengelolaan sawah tidak dapat dikomersilkan dan hanya dimanfaatkan untuk kepentingan rumahtangga. Seiring dengan masuknya teknik budidaya pengelolaan yang baru, maka sedikit demi sedikit petani menggunakan cara baru dan meninggalkan cara lama yang sesungguhnya lebih baik

Tabel 7 selanjutnya akan menunjukkan jumlah penduduk desa menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dalam dokumen potensi desa, tidak ditemukan data mengenai tingkat pendidikan yang teragregasi menurut jenis kelamin, sehingga tidak diperoleh gambaran mengenai perbedaan akses antara laki-laki dan perempuan terhadap pendidikan. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Cipeuteuy tergolong rendah. Mayoritas penduduk Desa Cipeuteuy sebanyak 3.689 jiwa (58,08 persen) hanya mengenyam pendidikan hingga SD/sederajat, hal ini diduga karena adanya kebijakan mengenai wajib belajar 9 tahun yang digalakkan pemerintah. Selanjutnya terdapat 64 jiwa atau 1,01 penduduk usia 7-45 tahun yang tidak pernah sekolah. Sedangkan jumlah penduduk yang menikmati pendidikan SLTP, SLTA, D2 dan S1 semakin sedikit, secara berturut turut yaitu sebanyak 478 jiwa (7,53 persen), 264 jiwa (4,16 persen), 6 jiwa (0,09 persen), 8 jiwa (0,13 persen). Sisanya adalah penduduk yang

belum bersekolah sebanyak 720 jiwa atau 11,34 persen dari total jumlah penduduk. Rendahnya partisipasi pendidikan tinggi ini diduga dikarenakan jarak dari Desa menuju sekolahan cukup jauh. Desa Cipeuteuy tidak memiliki sekolah SLTP dan SMU, sehingga anak usia sekolah lanjutan pertama harus menempuh jarak sejauh empat kilometer untuk bersekolah pada tingkat SLTP dan lima kilometer jauhnya untuk bersekolah di SMU. Tsanawiyah yang setingkat dengan SLTP berada tiga kilometer jauhnya dari Balai Desa Cipeuteuy, sedangkan akses untuk bersekolah di Perguruan Tinggi hanya dapat diperoleh di Kota Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Jakarta.

Tabel 7. Jumlah Anggota Rumahtangga Desa Cipeuteuy Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2006

Tingkat Pendidikan Persen

Tamat SD 58,08

Tidak tamat SD 17,68

Belum sekolah 11,34

SLTA 4,16 SLTP 7,53

Tidak pernah sekolah 1,01

Diploma (D2) 0,09

S1 0,13

Total (Persen) 100,00

Total (Jumlah) 6.352

Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006

4.3. Kelembagaan

Kelembagaan yang terdapat di Desa Cipeuteuy meliputi kelembagaan formal dan informal yang beberapa diantaranya diprakarsai sendiri oleh penduduk Desa. Adapun lembaga formal yang terdapat di Desa Cipeuteuy antara lain Pemerintahan Desa, Posyandu, Keluarga Berencana (KB), POSYANDU, dan

lainnya. Meskipun sudah mengedepankan partisipasi dari masyarakat namun kelembagaan yang berkaitan dengan kepemerintahan desa masih ada campur tangan pemerintah dalam kepengurusan. Kelembagaan keamanan didukung dengan adanya 50 orang hansip dan pos kamling sejumlah 24 unit. Secara umum dalam kelembagaan tersebut dominasi laki-laki masih sangat kuat, karena tergolong dalam kategori lembaga politik menurut Mosher. Sedangkan lembaga yang cenderung kepanjangan dari pekerjaan reproduktif perempuan lebih di dominasi oleh perempuan, seperti halnya Keluarga Berencana (KB) dan POSYANDU.

Kelembagaan desa juga meliputi jaring pengaman sosial dengan program pelayanan kartu sehat dan beras murah (raskin). Distribusi raskin mulai masuk ke Desa Cipeuteuy pada tahun 1997. Raskin didistribusikan masing-masing delapan karung pada tiap RT dengan pembagian 4-5 liter tiap KK. Munculnya kelembagaan ini diduga merupakan dampak dari terjadinya krisis ekonomi.

Pendistribusian beras murah cenderung merata karena hampir seluruh penduduk yang termasuk dalam unit analisis penelitian ini memperoleh manfaat dari beras murah. Sedangkan pelaksanaan kartu sehat mengalami hambatan karena tidak juga terlaksananya perpanjangan kartu sehat. Pada lembaga jaring pengaman sosial ini, perempuan diduga lebih dominan dibanding laki-laki karena program ini didominasi oleh peran reproduktif.

Mengingat sebagian luas wilayah Desa Cipeuteuy merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, maka kelembagaan Taman Nasional pun banyak dibentuk, diantaranya KOPEL (Komunitas Peduli Lingkungan), JAMASKOR (Jaringan Masyarakat Hutan Koridor), Taman Nasional dan Kader

Konservasi. Pemrakarsa lembaga-lembaga ini adalah lembaga atau institusi lain di luar Desa Cipeuteuy yang berkegiatan di wilayah Desa Cipeuteuy dan taman Nasional Gunung Halimun-Salak, seperti lembaga-lembaga penelitian, konservasi dan lainnya. Lembaga-lembaga tersebut dibentuk berdasarkan adanya kebutuhan akan pemeliharaan dan pelestarian hutan dari masyarakat dan pihak-pihak yang berkegiatan di wilayah desa. Lembaga yang terbentuk mempunyai kontribusi yang besar dalam pelestarian hutan.

Selain lembaga tersebut, terdapat kelembagaan pertanian yang meliputi kelompok tani dan koperasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor desa, terdapat 10 kelompok tani yang pernah dibentuk di Desa Cipeuteuy, namun menurut hasil wawancara dan observasi, hanya tiga kelompok tani yang masih aktif dan satu kelompok tani yang berkembang pesat. Kelompok tani yang terbentuk akan berjalan jika kelompok tersebut memiliki pemimpin (front person) dan insentif dari pihak luar. Ketika kelompok tersebut kehilangan figur pemimpin dan tidak dapat menciptakan kader yang baik, maka kelompok tersebut akan

“mati”, seperti halnya yang pernah terjadi pada Kelompok Tani Arum Jaya, Tunas Sari di Dusun Cipeuteuy, dan Citra Tani di tingkat Desa Cipeuteuy. Kelompok Tani yang tergolong aktif meliputi Kekompok Tani Arum Bandung yang terletak di Dusun Leuwiwaluh, Kelompok Tani Arum Mekar di Dusun Cisalimar yang juga memprakarsai koperasi Arum Bangun dan Kelompok Tani Selaras di Kampung Sukagalih (RT 25/RW 05) yang hanya mencakup wilayah RT.

Meskipun cakupannya hanya pada wilayah Kampung pada 1 RT, namun Kelompok Tani Sukagalih memiliki prestasi yang sangat baik dan mampu

Meskipun cakupannya hanya pada wilayah Kampung pada 1 RT, namun Kelompok Tani Sukagalih memiliki prestasi yang sangat baik dan mampu