BAB III. METODE PENELITIAN
E. Pengolahan Data
1. Menentukan karakteristik tanah.
2. Mengklasifikasikan kesesuaian lahan berdasarkan parameter bagi tanaman Cendana menurut LREP, 2003 cit Djaenudin.
3. Menentukan daerah yang sesuai atau tidak sesuai untuk tanaman Cendana 4. Membahas kesesuaian lahan yang ada.
5. Mendelinasikan peta menjadi peta kesesuaian lahan bagi tanaman Cendana
F. Jadwal Rencana Kegiatan
Kegiatan Sept.2011 Okt 2011 Nov 2011 Des 2011 Jan 2012 Maret 2012
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Prasurvey
Studi literatur Proposal Survei utama Analisis Lab.
Olah data Pembuatan peta
Laporan
Seminar Ujian
Peta 1. Peta Pengambilan Sempel Tanah
BAB IV
DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN
A. Lokasi dan Topografi
Penelitian dilakukan di Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tengara Timur, tepatnya adalah 20 km dari Kecamatan Lebatukan (Hadakewa-Lewoeleng). Lokasi penelitian memiliki ketinggian profil I (564 m/dpl), profil II (556 m/dpl, dan profil III (546 m/dpl).
Topografi daerah penelitian berombak (cekung,cembung), sudah berteras mempunyai kemiringan lereng <30%, kilbat lereng utara. Secara geografis terletak daerah penelitian terletak antara 08°23’10”-08° 23' 20" BT - 05°09’30” - 07°12’47” LS. Dan juga berada pada kordinat UTM (Universal Taransverse Mercator) 568000 – 567950 mT, dan 9072950 – 9077750 mU.
Luas daerah penelitian kurang lebih 17,68 km2 atau sekitar 17000 hektar terdiri dari lahan alami ialah sungai, hutan- kebun, tegalan dan sawah tadah hujan dan lahan non budidaya ialah pemukiman.
B. Tanah
Kondisi tanah di Kabupaten Lembata tidak telepas dari keadaan tanah di Pulau Flores di mana secara keseluruhan terdiri dari jenis tanah mediteran
dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks, latosol dengan bentuk volkan, andosol dengan bentuk wilayah volkan, aluvial dengan bentuk wilayah dataran.
Tanah mediteran dengan bentuk wilayah volkan mempunyai penyebaran paling luas. Pulau Lembata, Adonara dan Solor mempunyai tanah dengan jenis mediteran dengan bentuk volkan.
Peta 2. Peta Petunjuk lokasi Desa Lewoeleng
C. Iklim
Iklim merupakan rata-rata cuaca suatu daerah. Unsur iklim yang berperan untuk menunjang keberhasilan usaha tani terutama curah hujan dan temperatur. Kedua unsur iklim tersebut dipengaruhi oleh faktor pengendali iklim terutama kedudukan matahari, topografi, tubuh air dan vegetasi. Iklim memegang peranan penting dalam proses pembentukan tanah (Sutarno, 1998).
Data iklim diambil dari stasiun pengamatan cuaca di Kecamatan Lebatukan dengan ketinggian 550 m dpl. Penentuan tipe iklim berdasarkan data curah hujan (Tabel 1), Dari data yang ada dapat diperhitungkan jumlah bulan basah dan bulan kering (Tabel 2), kemudian dari data tersebut dicari nilai koefisien curah hujan (Q) dengan cara sebagai berikut:
Data iklim diambil dari stasiun pengamatan cuaca di Kecamatan Lebatukan dengan ketinggian 550 m dpl. Penentuan tipe iklim berdasarkan data curah hujan (Tabel 2), Dari data yang ada dapat diperhitungkan jumlah bulan basah dan bulan kering (Tabel 1), kemudian dari data tersebut dicari nilai koefisien curah hujan (Q) dengan cara sebagai berikut:
Rata-rata bulan basah dan bulan kering dtentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Bulan basah : curah hujan > 100 mm
Bulan lembab : curah hujan 60 - 100 mm
Bulan kering : curah hujan < 60 mm
Tabel.4. Jumlah bulan basah, bulan lembab, bulan kering di kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata.
Sumber: Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2010.
Selanjutnya tipe iklim diklasifikasikan berdasarkan pada kriteria pembagian tipe iklim berdasarkan nilai Q, seperti tertera pada tabel 2.
Tabel. 5 Klasifikasi daerah iklim di dunia oleh Schmidt Fergussson.
No Nilai Q Iklim
Klasifikasi Nama
1 0 = Q < 0,143 A Sangat basah
2 0,143 = Q < 0,333 B Basah
3 0,333 = Q < 0,600 C Agak basah
4 0,600 = Q < 1,000 D Sedang
5 1,000 = Q < 1,670 E Agak kering
6 1,670 = Q < 3,000 F Kering
7 3,000 = Q < 7,000 G Sangat kering
8 7,000 = Q H Luar biasa kering
Sumber: F.H.Schmidt dan J.H.A.Fergusson, 1951 dalam M.T Sutarno, 1998.
Dari data curah hujan selama sepuluh tahun (2001-2011) diketahui jumlah bulan basah, bulan kering dan bulan lembab, selanjutnya dapat diketahui besar nilai Q yaitu:
171.79 %
Berdasarkan pembagian tipe iklim menurut Schmid dan Ferguson seperti tertera pada Tabel 1, maka daerah penelitian termasuk tipe iklim F (Kering) dengan curah hujan rata-rata tahunan 149 mm/tahun.
Temperatur udara rata-rata bulanan ditentukan dengan menggunakan rumus Braak, berdasarkan rerata ketinggian dalam hectometer (Wisnubroto et al, 1986) yaitu = T = 30 – (0,61 × h)
Keterangan :
T = suhu rata-rata tahunan dalam derajat Celcius
h = ketinggian tempat diatas permukaan laut 23°C = suhu minimum di Pulau Lembata
Profil tanah Lewoeleng 1 terletak pada ketinggian 564 m, profil 2 561 m, dan profil 3 554 m dpl (= 5,6 hm; 5,6 hm; dan 5,5 hm dpl).
T rerata = 23 – (0,61 × 5,5) = 19,6 °C
Temperatur udara rata-rata maksimum dan minimum ditentukan dengan mengunakan rumus Oldeman, yaitu :
a. Temperatur maksimum = 30 – 0,62 × h b. Temperatur minimum = 23 – 0,53 × h
T maksimum T = 30 – (0,62 × 5,5) = 26,5°C T minimum T = 23 – (0,53 × 5,5) = 20,0°C
Diketahui temperatur udara rata-rata bulanan daerah penelitian adalah 19,6°C dengan temperatur maksimum 26,5°C dan temperatur minimum 20,0°C
Peta 3. Peta Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng
D. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan pada lokasi penelitian di desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan pada umum Hutan budidaya yang didominasi oleh tanaman kemiri, dan semak belukar yang di manfaatkan sebagai ladang ketika musim penghujan tiba, yang di tanami jagung, ketela dan padi. Sedangkan untuk tanaman Cendana sendiri yang telah di kembangkan ≤ 2 hektar.
Gambar 4. Kebun tananman Cendana (Santalum Album) Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata.
Gambar 4. Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata
Gambar 5. Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata
Gambar 6. Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data analisis dan hasil pengamatan lapangan di Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata dapat diketahui tekstur tanah yang di dominasi oleh geluh pasiran, dengan mempan tanah ≥ 100 cm. Derajat kemasaman tanah (pH) di daerah Lewoeleng yakni masam yakni 4,51 - 5,67, warna tanah di dominasi oleh warna coklat gelap, coklat terang dan hitam sampai hitam gelap, konsistensi agak plastis dan dalam keadaan lembab sangat gembur dengan batas lapisan baur. Data selengkapnya disajikan dalam tabel 6, 7, dan 8.
A. Pemerian Profil Lewoeleng
Nama Profil : Profil Lewoeleng 1
Lokasi : Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata.
Ketinggian Tempat : 564-546m diatas permukaan laut Kemiringan : ≤30%
Kiblat lereng : Barat Laut
Vegetasi : Kemiri, bambu, jagung, pisang, padi dan Cendana Bahan Induk : Batuan Karbonat abu Vulkanik
Tabel 6. Pemerian Profil Lewoeleng 1
Lapisan Horizon Jeluk Uraian
I Ap 0-10 Tekstur pasir geluaan, struktur remah, warna tanah hitam (10 YR 2/1), konsistensi agak plastis, keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.
II B2 10-35 Tekstur pasir geluan, struktur remah, warna tanah coklat tua (10 YR 2/2) konsistensi agak plastis, keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.
III B2 35-70 Tekstur pasir geluan, struktur remah, warna tanah coklat keabu-abuan (10 YR 3/2), konsistensi agak plastis, keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.
VI B3 70-120 Tekstur geluh lempung pasiran, struktur remah, warna tanah coklat tua (7,5 YR 3/2), konsistensi agak plastis, keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.
Nama Profil : Profil Lewoeleng 2
Lokasi : Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata.
Ketinggian Tempat : 564-546m diatas permukaan laut Kemiringan : ≤30 %
Kiblat lereng : Barat Laut
Vegetasi : Kemiri, bambu, jagung, pisang, padi dan Cendana Bahan Induk : Karbonat dan Abu Vulkanik
Tabel 7. Pemerian Profil Lewoeleng 2
Lapisan Horizon Jeluk Uraian
I Ap 0-18 Tekstur geluh pasiran, struktur remah, warna tanah coklat tua (10 YR 3/3), konsistensi agak plastis, keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.
II B2 18-23 Tekstur geluh pasir, struktur remah, warna tanah coklat keabu-abuan (10 YR 3/2), konsistensi agak plastis, dalam keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.
III B2 23-75 Tekstur geluh pasir, struktur remah, warna tanah coklat tua (7,5 YR 3/2), konsistensi agak plastis, dalam keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.
VI B3 75-100 Tekstur pasir geluh, struktur remah, warna tanah coklat keabu-abuan (7,5 YR 4/2), konsistensi agak plastis, dalam keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.
Nama Profil : Profil Lewoeleng 3
Lokasi : Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata.
Ketinggian Tempat : 564-546m diatas permukaan laut Kemiringan : ≤30%
Kiblat lereng : Barat Laut
Vegetasi : Kemiri, bambu, jagung, pisang, padi dan Cendana Bahan Induk : Karbonat dan Abu Vulkanik
Tabel 8. Pemerian Profil Lewoeleng 3
Lapisan Horizon Jeluk Uraian
I Ap 0-15 Tekstur geluh pasiran, struktur remah, warna tanah hitam (10 YR 2/1), konsistensi agak plastis, dalam keadaan sangat gembur, batas lapisan baur.
II B2 15-30 Tekstur geluh pasiran, struktur remah, warna tanah coklat keabu-abuan (10 YR 3/1), konsistensi agak plastis dalam keadaan lembab gembur, batas lapisan baur.
III B2 30-60
Tekstur geluh pasiran, struktur remah, warna tanah hitam (10 YR 2/0), konsistensi agak plastis, dalam keadaan sangat gembur, batas lapisan baur.
IV B2 60-80 Tekstur geluh pasiran, struktur remah, warna tanah coklat tua (10 YR 2/2), konsistensi agak plastis dalam keadaan sangat gembur, batas lapisan baur.
V B3 80-100 Tekstur geluh pasir, struktur remah, warna tanah coklat (10 YR 3/3), konsistensi agak plastis dalam keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.
Pemerian profil disajikan pada tabel 6, 7 dan 8. Profil Lewoeleng 1 pada tabel 6, mempunyai solum kurang dari 1 m. Dicirikan dengan warna hitam (10 YR 2/1) pada lapisan I dengan ketebalan 10 cm, beralih dengan warna coklat tua (10 YR 2/1) pada lapisan II, beralih dengan warna coklat keabu-abuan (10 YR 3/2) untuk lapisan III, kemudian beralih lagi dengan warna coklat tua. Tipe struktur gumpal membulat dengan ukuran sangat halus sampe ukuran sangat kasar dengan derajat mantap. Lepas-lepas dan dalam keadaan lembab sangat gembur. Batas horizon baur (diffusi)
Menurut PPT (1983). Profil Lewoeleng 1 menpunyai diferensi horizon, struktur remah, gembur, warna tanah hitam pada penampang tanah dangkal dengan batas horizon baur termasuk tanah Rendzina. Sedangkan menurut Soil Toxonomy USDA (1987) kemungkinan besar masuk kedalam Ordo Molisolls, Subordo Ustolls dan great group Haplustolls. Ordo Molisolls karena memenuhi hampir semua persyaratan Molisiolls yaitu memiliki horizon Molik epipedon, memiliki sifat-sifat tanah sebagai berikut:
Molic epipedon
Konsep = permukaan horizon, ketebalan, gelap, humus, memiliki kejenuhan basah tinggi (Ca++, Mg++) dengan struktur yang lunak.
Genesa = bagian tanah sisa organik dari dekomposisi/pembusukan (akar, sisa permukaan yang berasal dari dalam tanah oleh hewa). Sebagian besar dasar/inti dari rumput ( tingkat N dan S Amerika, Eropa, Asia).
Tanah lempung 2/1.
Properties =
(+) ketika kering, salah satu atau dua-duanya.
(-)1.1 Satuan strukturnya kurang dar ᴓ ≤30 cm
(-)1.2 Kerasnya sedang atau lunak, putus/pecah – klas daya tahan.
(+) struktur batuan, termasuk tigkatan (<5mm) yang kurang dari 1/2 volume dari seluruh/ semua bagian.
(+) salah satu urutan:
(-)3.1 semua urutan :
(+)3.1.1. warna , nilai ≤3 (kelembaban), ≤5 (kering) (+)3.1.2. Chroma ≤3 (kelembaban)
(+)3.1.3. jika tanah memiliki horizon C, nilai warna paling kurang 1 munsell satuan atau chroma paling kurang 2 unit lebih rendah (lembab dan kering) dari pada rorizon C atau karbon organik epipedon ≥ 0,6 % dari horizon C.
(+) kejenuhan basa ≥ 50% (metode NH4OAc) (+) organik karbon :
(-). 2.5 % jika epipedon memiliki kelembaban niali warna 4 atau 5
(-). ≥0,6% karbon organik dari horizon C (apabila terjadi) nilai warna 1 unit Munsell lebih rendah atau chroma 2 munsell unit lebih rendah (basah dan kering) dari pada horizon C.
(-). ≥0,6%
(+). Ketebalan :
(-). ≥25 cm jika tekstur geluh pasiran halus atau kasar.
(-). ≥10 cm jika epipedon lebih baik dari geluhan pasir dan secara langsung berada di atas R
(-). ≥18-25 cm dan 1/3 atau lebih dari total ketebalan (-). ≥18 cm jika kondisi diatas tidak terpenuhi
(+). Kandungan fosfat < 1500 ppm ( dapat larut dalam 1 % asam sitat)
(+). ≥ 3 bukan (kumulatif) pada beberapa bagian 7/10 tahun ketika temperatur tanah berada pada 50 cm kedalamannya ≥ 5°C (kecuali didaerah dingin) (+). Nilai n < 0,7
Ordo mollisols memiliki persyartan sebagai berikut:
Konsep utama : tanah-tanah padang rumput yang luas dengan ketebalannya, permukaan horizon yang gelap, dengan ketinggian unsur organik dan tinggihnya kejenuhan basa (mollic epipedon).
Genesa : hal terpenting yang paling menonjol dari pengelapan tanah (melanisasi) oleh unsur organik, adalah meliputi proses berikut.
a. Memperluas akar dari vegetasi padang rumput di dalam tanah b. Membusukan sebagian dari marerial organik dan membuat
bahan campuran yang relatif stabil (200-1000kg (kering) bahan organik/tahun/hektar
c. Mengerjakan kembali tanah dengan fauna tanah (40-80 ton dari subtanah/tahun/ha yang dapat membawa kepermukaan, bagian atasnya 50 cm dibalik/dibongkar selama seabad oleh semut, cacing, hewan pengerat)
d. Eluviasi k iluviasi humus dan tanah lempung, membuat cuntas pada padas
e. Membuat daya tahan residu ligno-protein dengan memberikan warna hitam pada pengolahan mollisols.
Perluasan : ± 13.000,00 km2
Diagnosa pada horizon : (+) 1. Mollic epipedon
(-) 2. Cambic, argillic, natric, albic horizon (petro) calcic, gipsium, horizon duripan, Chorizon.
Iklim : agak lembab- semi- kering : kelembaban atau rezim temmperatur Vegetasi : padang rumput yang luas
Rumput tinggi (1-3 cm) Rumput sedang (30-100 cm) Rumput pendek (10-30 cm) Great group Ustolls:
(-). Milisols lainya memiliki suatu resim kelembaban ustic atau resim kelembaban aridic yang berbatas pada ustic.
Haplustolls:
(-). Ustolls lainya.
Profil lewoeleng II ini pada dasarnya sama dengan profil lewoelng I, hanya saja untuk profil II warna dominan tanahnya coklat tua keabu-abuan dikarenakan perubahan material vulkanik dari gunung berapi uyaleun, terlihat jelas serta pengelolaan tanah kurang insentif dari profil I. Jadi profil lewoelng II juga termasuk jenis tanah Rendzina padanan profil Molisolls, Subordo Ustolls, Great group Haplustolls.
Profil lewoeleng III tabel 8. Dicirikan dengan warna hitam (10 YR 2/1) dengan ketebalan 15 cm, kemudian beralih ke coklat gelap (10 YR 2/2) sampai kedalaman 100 cm. Pada dasarnya profil III hampir sama dengan profil I dan profil II. Profil III dengan dominan warna hitam termasuk jenis tanah Redzina padanan profil Molisolls, Subordo Ustolls, Great group Haplustolls.
B. Analisis Sifat Fisika Tanah
Hasil analisis sifat fisika tanah profil Lewoeleng dapat dilihat pada tabel 9,10, dan 11.
Tabel 9. Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah Profil Lewoeleng lapisan Pasir Debu Lempung Nama Tekstur
1.I 50,96 27,84 21,2 Pasir geluhan 19,26 1,36 1,35
1. Agihan Cacak Tekstur.
Gambar 7 Agihan Cacak Lempung
Gambar 8 Agihan Cacak Debu
0
Gambar 9 Agihan Cacak Pasir
Tekstur tanah ialah perbandingan kadar berat fraksi pasir, debu, dan lempung. Pasir, debu dan lempung masing-masing disebut dengan zarah atau fraksi tanah (Brady, 1974). Tekstur tanah merupakan karakteristik tanah yang penting yang berhungan dengan sifat fisik maupun kimia tanah dan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Black, 1968).
Peranan tekstur sangat dipengaruhi oleh perbandingan kadar berat masing-masing fraksi, terutama lempung (clay) serta dari jenis mineral lempungnya.
Tekstur tanah mempengaruhi daya tahan air dan laju infiltrasi air. Oleh karena itu tekstur juga berhungan antara lain dengan kualitas ketersediaan lengas tanah, drainase dan aerasi, permeabilitas, kesuburan dan perkembangan akar
0 20 40 60 80 100 120 140
0 20 40 60 80 100
Kedalaman (cm)
Pasir (%)
Profil 1 Pasir
Profil 2 Pasir
Profil 3 Pasir
(Mc. Rae & Burhan, 1981). Tekstur profil Lewoeleng 1 lapisan 1, 2, 3, dan 4, termasuk tekstur geluh pasiran walaupun prosentase pasir cukup tinggi sehingga KPK-nya termasuk tinggi, sehingga jenis mineral lempung kemungkinan besar tipe 2:1 Ilit . Mempunyai sifat fisika relatif baik dan reaksi kimia sedang karena muatan negatipnya tidak besar.
Tekstur profil Lewoeleng 2 profil Lewoeleng 3 pada dasarnya sama dengan profil Lewoeleng 1 hanya kandungan pasirnya lebih tinggi, berturut-turut profil 1 lebih besar dari profil 3 lebih besar dari proil 2.
1. Agihan Cacak Permeabilitas
Gambar 10 Agihan Cacak Permeabilitas Tanah
0 20 40 60 80 100 120 140
0 5 10 15 20 25
Kedalaman (cm)
Permeabilitas Tanah (cm/jam)
profil 2 profil3
Permeabilitas tanah menyatakan kecepatan peresapan air didalam tanah, permeabilitas erat hubungannya dengan porositas tanah dan agihan besar porinya berpengaruh terhadap lengas tanah dan menyediakan udara tanah (Baver, 1972).
Permeabilitas tanah Lewoeleng 1 untuk lapisan pertama cepat sedangkan untuk lapisan kedua lambat untuk lapisan ketiga agak cepat sedangkan untuk lapisan ke empat, hal ini karena pada lapisan kedua terjadinya illuviasi dari lapisan pertama. Sedangkan untuk profil Lewoeleng 2 dan 3 sama seperti profil 1. Secara berturut-turut permeabilitas tanah profil Lewoeleng 2 15,93 lebih cepat dari Lewoeleng 1 15,47, Lewoeleng 3 15,4. Menurut Sys et al, 1991 profil Lewoeleng 1,2 dan 3 permeabilitasnya termasuk cepat dengan kecepatannya rata-rata lebih besar dari 12,5 cm per jam sedang untuk profil 3 termasuk lambat kecepatannya. Rata-rata lebih besar dari 12,5 cm per jam.
2. Agihan Cacak BJ dan BV
Gambar 12 Agihan Cacak BJ
0
Gambar 13 Agihan Cacak BV
Tanah pada dasarnya tersusun dari fasa padat, fasa cair dan fasa udara.
Fasa udara keadaannya silih berganti dengan fasa cair, apabila air menguap maka tempat ini digantikan oleh fasa udara dan sebaliknya apabila fasa cair mengisi pori-pori maka udara akan meningalkan pori-pori.
Berat volume tanah adalah berat zarah tanah ditambahkan berat udara tanah, sedangkan Berat jenis tanah adalah kerapatan butir – butir tanah, beratnya sangat ditentukan oleh kerapatan butir tanah dan jenis mineralnya. Nilai BV dan BJ lima lapisan dari ketiga profil berturut-turut sebagai berikut, nilai porositas profil Lewoeleng 1 3,7%, profil Lewoeleng 2 11,49%, dan profil Lewoeleng 3
C. Analisis Sifat Kimia Tanah
Hasil analisis kimia tanah profil Lewoeleng dapat dilihat pada tabel 12, 13, dan 14.
Tabel 12. Hasil Analisis Kimia Tanah Profil Lewoeleng
lapisan C
rendah sedang Sangat rendah
1. Agihan Cacak C dan N
Gambar 14 Agihan Cacak C tanah
Gambar 15 Agihan Cacak N tanah
0
Andil yang paling penting dari bahan organik adalah daya pegang air.
Bahan organik bertindak sebagai busa yang dapat menyerap sejumlah air disebanding beratnya. Bahan organik juga merupakan sumber mineral, yang menjadi tersedia bila telah terurai. Mineralisasi adalah penguraian bahan organik oleh bakteri, dan pelepasan mineral. Hal ini merupakan aspek penting dalam lingkaran kimia ( chemical cycling ) dalam vegetasi.
Daya absorpsi yang tinggi dari bahan organik juga penting dalam retensi dan pertukaran kation. Bila bahan organik terurai atau bila pupuk diberikan pada tanah, unsur mineral yang ada yang tersedia mudah tercuci. Bahan organik dapat menahan sejumlah unsur mineral dan mencegah kehilangannya dari tanah.
Bahan organik membantu terbentuknya dan stabilnya struktur tanah, menahan kation, mengatur tata air, suhu, sirkulasi hara terutama hara mikro dan bertindak sebagai sumber enersi kegiatan mikrobia (Brady, 1974).
Untuk kandungan bahan organik ketinga profil kandungan Bahan organik profil pertama berbeda denagan keadaannya dengan profil 2 dan 3 , untuk profil Lewoeleng 1 mengalami peningkatan pada lapisan 3 sedangkan untuk profil 2 dan 3 mengalami penurunan. Bahan organik termasuk tinggi berturut-turut rata-rata sebagai berikut profil Lewoeleng 1 1,05% masuk dalam harkat rendah, profil Lewoeleng 2 0,85% masuk kedalam harkat sangat rendah, dan profil
Lewoeleng 3 1,20% masuk kedalam harkat rendah . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 14.
Nitrogen merupakan unsur penting bagi tanaman. Unsur ini berhubungan langsung dengan berbagai kegiatan metabolisme sel. Tersedianya N memacu pertumbuhan, jika tersedia cukup hormone pertumbuhan, karbohidrat, air dan hara lainnya yang serasi ( Rachman, 1975). Disamping N berperan untuk pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun, juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun, juga berperan penting hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam peroses fotosintesis.
Unsur N merupakan bahan pokok kehidupan dengan membentuk senyawa protein dan asam nukleat.
Kandungan Nitrogen untuk profil 1 juga megalami perbedaan yang spesifik dari profil 2 dan 3 yaitu untuk lapisan 2 mengalami penurunan dan lapisan 3 mengalami peningkatan, hal ini dikarena adanya proses illuviasi.
Kandungan Nitrogen rata-rata berturut-turut sebagai berikut profil Lewoeleng 1 0,22 % masuk kedalam harkat rendah, profil Lewoeleng 2 0,06% masuk kedalam harkat sedang, profil Lewoeleng 3 0,10% masuk kedalam harkat rendah. Dapat dilihat pada gambar 15.
2. Agihan Cacak Na dan K
Gambar 16 Agihan Cacak Na tanah
Gambar 17 Agihan Cacak K tanah
Unsur alkali (Na dan K) didalam tanah selalu dijumpai dalam bentuk
sebagai akibat perbedaan ukuran ion. Ion Na+ dan K+ mempunyai muatan yang sama, tetapi Na mempunyai diameter lebih besar, untuk setiap volume dengan demikian Na+ berbentuk ion hidrat mempunyai diameter lebih besar daripada ion K. Suatu hal yang cukup menarik dari perilaku ion bahwa K akan tersemat diantara kisi meneral jauh lebih kuat dari pada air tanah. Untuk kandunagan Na pada profil Lewoeleng 1 mengalami peningkatan drastis pada lapisan kedua sedangkan untuk profil Lewoeleng 2 dan 3 hampir tidak mengalami perbedaan.
Na berturt-turut rerata sebagai berikut profil Lewoeleng 1 0,18 me% masuk kedalam harkat rendah, profil lewoeleng 2 0,16 me% masuk kedalam harkat rendah, dan profil Lewoeleng 3 0,20 me% masuk kedalam harkat rendah. Dapat dilihat pada gambar 16.
Selanjutnya untuk kandungan K profil Lewoeleng 1,2 dan 3 yaitu untuk profil 1 semakin kedalam semakin mengalami peningkatan, profil 2 pada lapisan 1,2 dan 3 mengalami peningkatan namun pada lapisan ke 4, profil 3 kandungan K nya hampir sama pada setiap lapisan. Rata-rata K berturut-turut sebagai berikut profil Lewoeleng 1 0,09 me% masuk dalam harkat sangat rendah , profil Lewoeleng 2 0,14 me% masuk kedalam harkat sanagat rendah, profil Lewoeleng 3 0,18 me% masuk kedalam harkat sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 17.
3. Agihan Cacak Ca++ dan Mg++
Gambar 18 Agihan Cacak Ca++
Gambar 19 Agihan Cacak Mg++
0
Seperti logam alkali sifat yang paling menonjol dari unsur ini adalah bentuk hidrat Ca++, Mg++.
Kelarutan garam Mg lebih besar dari pada garam untuk tanah yang memiliki kandungan garam bebas yang tinggi. Disamping itu CaSO4 dan terutama CaCO3 bersifat tidak larut dan dijumpai dalam bentuk garam bebas beberapa jenis tanah.
Ion Mg dalam bentuk yang tidak terhidrat mempunyai radius ion yang lebih kecil dari pada Ca dengan demikian penempatan ion dalam mineral adalah sangat berbeda. Mg dalam mineral kemungkinan dijumpai dalam kisi mineral silika, sedang ion Ca akan mudah membentuk garam bebas seperti CaCO3 atau CaSO4. Untuk profil Lewoeleng 1,2 dan 3 memiliki persamaan yaitu mengalami peningkatan Ca pada lapisan 2 untuk profil 1 dan 2, sedangkan untuk profil 3 peningkatan terjadi pada lapisan 3.
Ca rata-rata berturut-turut sebagai berikut profil Lewoeleng 1 0,021 me%
masuk kedalam harkat rendah, profil Lewoeleng 2 0,013 me% masuk kedalam harkat rendah, dan profil Lewoeleng 3 0,025 me% masuk kedalam harkat rendah.
Sedangkan untuk Mg profil Lewoeleng 1 semakin kedalam mengalami penurunan, sedangkan untuk profil 2 pada lapisan ketiga mengalami peningkatan dan profil 3 pada lapisan ke 3 mangalami peningkatan. Mg rata-rata berturut-turut sebagai berikut profil Lewoeleng 1 0,00027 me% masuk kedalam harkat
rendah, profil Lewoeleng 2 0,0003 me% masuk kedalam harkat rendah, dan
rendah, profil Lewoeleng 2 0,0003 me% masuk kedalam harkat rendah, dan