BAB I. PENDAHULUAAN
C. Tujuan
Mengetahui karakteristik tanah dan untuk kesesuaian lahan bagi tanaman Cendana (Santalum Album) di Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata
D. Kegunaan.
1. Dapat mengetahui karakteristik tanah bagi tanaman Cendana (Santalum Album)
2. Dapat mengetahui status kesesuaian lahan bagi tanaman Cendana (Santalum Album)
3. Sebagai informasi untuk pengembangan dan pembudidayaan tanaman Cendana di Kabupaten Lembata.
4. Sebagai refensi pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
Tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan alam (natural material) dipermukaan bumi. Tanah merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman.
Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan bagi tanaman untuk pertumbuhan buahnya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman dan melalui daun diubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat, protein, lemak, dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.
Menurut Schroeder (1984), tanah sebagai sistem tiga fase yang mengandung air, udara, bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap permukaan bumi dan kurun waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologis yang khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman.
Di dalam penelitian ini karakteristik tanah untuk tanaman Cendana dianalisis sifat-sifat dan ciri tanah dengan karakteristik atau kekhususan bagi tanaman Cendana (Santalum Album).
Tanah adalah akumulasi planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup
yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1992).
B. Lahan
Lahan adalah merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakupi lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang masa sekarang (Djaenudin dkk, 2003)
Untuk keperluan evaluasi lahan, sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah dirinci ke dalam kualitas lahan dan setiap kualitas lahan dapat terdiri lebih dari satu karakteristik lahan. Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai satu sama lainnya di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan atau pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya yang berbasis lahan (Djaenudin dkk, 2003).
C. Karakteristik Tanah
Tanah adalah merupakan hasil pelapukan bahan induk yang dipengaruhi oleh organisme, relief, iklim, dan waktu. Faktor iklim terutama curah hujan dan sinar matahari, bersifat sebagai energi aktif yang sangat menentukan dalam pembentukan tanah.
Tanah sebagai akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar permukaan bumi, mampu menumbuhkan tanaman, karena memiliki
sifat-sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.
Atas dasar definisi itu maka tanah harus ditentukan sifat-sifatnya di lapangan dalam keadaan yang sewajarnya dengan melihat ciri-ciri morfologi profil yang merupakan hasil genesa tanah dan dipengaruhi lima faktor (iklim, bahan induk, topografi, organisme, waktu).
D. Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, jeluk efektif dan sebagainya (Pusat Penelitiaan Tanah, 1993). Pengaruh karakteristik lahan pada sistem penggunaan lahan, jarang yang bersifat langsung.
Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi sering mempunyai interaksi satu sama lainnya. Oleh karena itu, dalam interpretasi perlu pertimbangan atau membandingkan lahan dengan pengunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan oleh bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang dapat diserap tanaman tentu tergantung pula oleh kualitas lahan lainnya yaitu kondisi perakaran, dalam hal ini tekstur dan jeluk efektif zona perakaran tanaman yang bersangkutan.Karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan apabila diperlukan dapat ditambah atau dikurangi, tergantung pada tujuan evaluasi dan kondisi lahan. Kualitas dan
karakteristik lahan yang digunakan dalam Atlas Format Prosedur (Anonim,1983) seperti yang tertera pada pada tabel 1.
Tabel 1. Kualitas dan Karakteristik Lahan sebagai parameter yang digunakan dalam evaluasi
Simbol kualitas lahan karakteristik lahan
tc Temperatur 1. temperatur rerata (⁰C) atau evaluasi (m) wa ketersediaan air 1. curah hujan (mm)
2. lama musim kering (bulan) 3. Kelembaban udara
1. KPK lempung (me/100g tanah) 2. kejenuhan basa (%)
2. Salinitas/ DHL. (ds/m)
xn Soditas 1. Alkalinitas (%)
1. batuan di permukaan (%) 2. Singkapan Batuaan (%)
Keterangan:
- fh : bahaya banjir - lp : penyepian lahan
Penentuan nilai-nilai karakteristik lahan yang berhubungan dengan jeluk tanah seperti tekstur, jeluk efektif, kapasitas pertukaran kation (KPK), reaksi tanah dan derajat kemasaman (pH), unsur dalam tanah yaitu kadar N, P2O5, K2O, yang disesuaikan dengan kedalaman zona perakaran dari tanaman yang dievaluasi. Tanaman tahunan yang berakar tungang (dikotil) kedalaman 60-100 cm, sedangkan untuk tanaman semusim cukup sampai 30 cm.
Dalam evaluasi lahan penggunaan lahan harus dikaitkan dengan tipe penggunaan lahan (land ultization tipe) yaitu jenis-jenis penggunaan lahan yang diuraikan dan dibatasi tingkatannya secara umum, karena menyangkut pengelolaan, masukan yang diperlukan dan keluaran yang diharapkan secara spesifik. Sifat-sifat penggunaan lahan mencangkup data atau asumsi yang berkaitan dengan aspek hasil, orientasi pasar, intensitas modal, buruh, sumber tenaga, pengetahuan teknologi penggunaan lahan, kebutuhan infrastruktur, ukuran dan bentuk penguasaan lahan, pemilikan lahan dan tingkat pendapatan
Per unit produksi atau unit area. Tipe penggunaan lahan dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Multipe
Multipe yaitu tipe penggunaan lahan yang terdiri dari lebih dari satu jenis penggunaan (komoditas) yang diusahakan secara serentak pada area yang sama dari sebidang lahan.
b. Compound
Compound yaitu tipe penggunaan lahan yang terdiri dari satu jenis penggunaan (komoditas) yang diusahakan pada area-area dari sebidang lahan yang untuk tujuan evaluasi diberlakukan sebagai unit tunggal.
E. Kualitas Lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang kompleks dari sebidang lahan (Djaenudin dkk,2003). Masing-masing kualitas lahan menpunyai keragaman tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu. Kualitas lahan kadang-kadang dapat diestimasi atau diukur secara langsung dilapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan FAO, (1976) cit Djaenudin dkk, (2003).
Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak terbatas hanya satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai sifat tanah. Sebagai contoh bahaya erosi dipenggaruhi oleh berbagai sifat tanah, terrain (lereng), iklim (curah hujan).
Karakteristik air bagi kebutuhan tanaman dipengaruhi antara lain oleh faktor iklim, topografi, drainase, tekstur, struktur, konsistensi tanah, zona perakaran dan bahan kasar (batu, krikil) di atas permukaan tanah.
Kualitas lahan baik jenis maupun macamnya cukup banyak, namun dalam aplikasinya dapat dipilih berdasarkan keperluan dan kondisi lokasi penelitian. Jumlah dan jenis kualitas lahan juga ditentukan oleh intensitas survei yang akan dilaksanakan (sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah).
Menurut FAO (1976, 1983) cit Djaenudin dkk, (2003) beberapa kualitas lahan yang berhubungan dan atau berpengaruh terhadap hasil atau produksi tanaman, antara lain terdiri dari :
a) Kelembaban b) Ketersediaan hara
c) Ketersediaan oksigen dalam zona perakaran tanaman
d) Media untuk perkembangan akar (kondisi sifat fisik dan morfologi tanah) e) Kondisi untuk pertumbuhan (tanah, iklim)
f) Kemudahan diolah dalam hal ini kondisi sifat fisik tanah untuk diolah g) Salinitas dan Alkalinitas
h) Toksisitas (aluminium dan pirit) i) Resistensi terhadap erosi
j) Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan) k) Temperatur
l) Energi radiasi dan fotoperiode
m) Bahaya unsur iklim terhadap pertumbuhan tanaman (angin, kekeringan) n) Kelembaban udara pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman
o) Periode kering untuk pemasakan tanaman (ripening) tanaman p) Varietas tanaman dan hama penyakit
F. Kesesuaian Lahan
1. Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas
Kesesuaian lahan merupakan spesifikasi kemampuan lahan.
Kemampuan lahan menyiratkan daya dukung, sedang kesesuaian lahan menyiratkan kemanfaatan.
Imbangan tingkat pemanfaatan lahan daya dukung menjadi ukuran kelayakan pengunaan lahan. Lahan dipakai secara layak apabila daya dukung dimanfaatkan sepenuhnya. Dalam hal daya dukung yang tersediakan tidak termanfaatkan secara penuh, lahan terpakai secara efektif. Kalau tingkat kemanfaatan melampaui daya dukung yang tersediakan, sehingga terpaksa disubsidi dengan bahan dan energi banyak berupa teknologi mahal, lahan telah dipakai secara tidak efisien.
Tambahan pula, lahan sebagai sistem menjadi goyah. Eksistensinya semata- mata bergantung pada dukungan teknologi.
Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan menunjukkan tingkat kesesuian dari ordo tersebut. Kelas diberi nomor urut yang ditulis dibelakang simbol ordo, dimana nomor ini menunjukkan tingkat kelas yang makin jelek bila makin tingginya nomornya. Ordo ada 2 yaitu ordo S (sesuai), yaitu lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Dan ordo N (tidak sesuai), yaitu lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang mempunyai kesulitan
sedemikian rupa, sehingga mencegah pengunaannya untuk suatu tujuan yang telah direncanakan (Hardjowigeno, 1987).
Banyak kelas dalam setiap ordo sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi dianjurkan hanya memakai tiga sampai lima kelas dalam ordo S dan dua kelas dalam ordo N. Jumlah kelas tersebut harus didasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan penafsiran.
Jika kelas yang dipakai dalam ordo S dan dua kelas yang dipakai dalam ordo N, maka pembagian serta definisinya secara kualitatif adalah sebagai berikut :
1.1 Kelas S1 : sangat sesuai (highly suitable). Lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.
1.2 Kelas S2 : cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai pembatas – pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
2. Kelas S3 : sesuai marginal (marginally suitable). Lahan mempunyai pembatas – pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi
produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.
3. Kelas N1 : tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable). Lahan mempunyai pembatas yang lebih besar, masih memungkinkan diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian besarnya, sehingga mencegah pengunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
4. Kelas N2 : tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable).
Lahan mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan pengunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
5. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial
Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian pada saat ini (current suitability) atau kelas kesesuaian lahan dalam keadaan alami, belum mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor – faktor pembatas yang ada disetiap satuan peta. Seperti diketahui, faktor pembatas dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
5.1 Faktor pembatas yang sifatnya permanen dan tidak mungkin atau tidak ekonomis untuk diperbaiki,
5.2 Faktor pembatas yang dapat diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan memasukan teknologi yang tepat
Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan aktual, mula – mula dilakukan penilaian terhadap masing – masing kualitas lahan berdasar atas
karakteristik lahan terjelek, selanjutnya kelas kesesuaian lahan ditentukan ditentukan berdasar atas kualitas lahan terjelek.
Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan tercapai setelah dilakukan usaha – usaha perbaikan lahan. Kesesuaian lahan potensial meruoakan kondisi yang diharapkan sesudah diberi masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diguna tingkat produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi per satuan luasnya.
Tabel 2.Keriteria Kesesuaian Lahan Bagi Tanaman Cendana (Santalum
Bulana kering (<75cm)
1-2 >2-3 >3-4 Td >4
1000-<1300 Td >5000
<1000
Gambut
sulfidik (cm) >175 125-175 100-<125 75-<100 <75 Hara tersedia (n)
Penyedian lahan (p) - Batuaan
G. Pertumbuhan Dan Persyaratan Tumbuh Tanaman Cendana.
Secara morfologi tanaman cendana memiliki ciri-ciri seperti berikut : pohon kecil samapai sedang, menggugurkan daun, dapat mencapai tinggi 20 m dan diameter 40 cm, tajuk ramping atau melebar, batang bulat agak berlekuk-lekuk, akar tidak berbanir (Runjiman . 1987). Daun cendana merupakan daun tunggal, berwarna hijau, berukuran kecil-kecil, 4-8 cm × 2-4 cm dan relatif jarang. Bentuk daun bulat memanjang dengan ujung daun lancip dan dasar daun lancip sampai seperti bentuk pasak, pingiran daunnya bergelombang, tangkai daun kekuning-kuningan dengan panjang 1-1,5 cm.
Dalam dunia perdagangan, cendana dikenal dengan nama sandalwood. Sedangkan di luar indonesia, nama kayu cendana antara lain East Indian sandalwood, white sandalwood dan yellow sandalwood (Inggris, Amerika Serikat), Bois santal (Spanyol, Italia), ecthte sandal (Belanda), echtes sandelholts (Jerman). Chendana (Malaysia), santaku (Burma), chantana (Thailand) back (Vietnam), sandal, chandal, chandam, gundala dan suket (India).
Holmes (1983) dalam Suseno (2001) menyebutkan bahwa dalam
taksonomi tumbuhan, pohon cendana diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta (Magnoliophyta) Sub Divisio : Angiospermae (Magnoliopsida) Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Rosidae Ordo : Santalales
Suku/Famili : Santalaceae Marga/Genus : Santalum.
Jenis/Spesies : Santalum allbum.
Pohon cendana mempunyai ciri-ciri arsitektur : batang monopodial, mengarah ke atas, pertumbuhan kontinue, Perbungaan di ujung dan atau di ketiak daun. Bentuk buah cendana merupakan buah batu (drupe), jorong, kecil, berwarna merah kehitam-hitaman dengan diameter 1×0,75 cm. Pada waktu masak daging kulit buah berwarna hitam, mempunyai lapisan eksocrap, mesocarp berdaging, endocarp keras dengan garis dari ujung ke pangkal. Buah terletak di ujung ranting berjumlah 4-10 buah. Pohon cendana berbunga dan berbuah pada umur 5 tahun serta berbuah 2 Kali setiap tahun. Musim bunga pertama umumnya pada bulan Mei – Juni dan buah masak pada bulan September – Oktober, sedangkan musim bunga kedua pada bulan Desember – Januari dan buah masak bulan Maret – April sekaligus merupakan puncak produksi buah.
Perencanaan pemanfaatan sumberdaya lahan yang tepat memerlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang akan diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang mempunyai arti ekonomi cukup baik. Semua tanaman dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu, yang kemungkinan antara tanaman yang satu dengan yang lainnya berbeda. Persyaratan tersebut antara terutama : energi radiasi, temperatur, kelembaban udara, oksigen dan unsur hara.
Unsur temperatur dan kelembaban sering digabungkan dan disebut dengan istilah periode pertumbuhan (FAO, 1983).
Cendana dapat tumbuh di daerah tepi laut hingga daerah pengunungan pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan antara 500-3.000 mm/tahun. Kondisi optimal untuk pertumbuhan cendana adalah pada ketinggian 600-1.000 meter di atas permukaan laut dan curah hujan antara 600-1.000 mm/tahun dengan bulan kering antara 9-10 bulan. Namun demikian, cendana tumbuh sanagat baik pada daerah beriklim kering dengan kondisi agroklimat D3, D4 dan E4 (Oldeman et al.,1980). Cendana yang tumbuh di daerah dengan curah hujan yang tinggi tidak menghasilkan kayu dengan kualitas baik walaupun secara vegetatif pertumbuhannya memuaskan.
Pada tingkat semai cendana peka terhadap suhu tinggi dan kekeringan sehingga tanaman cendana sangat membutuhkan naungan sekitar 40-50 persen. Semai cendana mudah ditemukan di bawah lantai hutan ampupu (Eucalyptus urophylla), hue (Ecalyptus alba), atau kabesak (Acacia leucophloea). Dari tingkat semai hingga umur 3-4 tahun, naungan yang dibutuhkan semakin berkurang bahkan cendana dewasa bahkan membutuhkan intensitas cahaya matahari tinggi.
Bagian tanaman cendana yang mengandung minyak adalah bagian kayu terasnya (heart wood) yang merupakan bagian dalam dari batang, cabang dan akar. Bagian ini umumnya berwarna ke kuningan. Bagian kayu lainnya disebut kayu gubal yang berwarna putih dan tidak mengandung
minyalr (Meroekh,l972). Studi pertumbuhan tanaman cendana menunjuklran bahwa cendana mengalami pertumbuhan cepat selama 20 tahun pertama. Sesudah itu laju pertumbuhan diameternya tetap dan tidak akan berhenti sampai usia 100 tahun (Husain, 1983).
Kayu terasnya mulai terbentuk pada umur 15 tahun secara bersamaan pada batang, akar dan cabang yang kemudian di ikuti dengan pembentukan pada ranting-ranting atau cabang yang lebih kecil. Untuk mendapabkan kayu teras yang baik penebangan sebaiknya dilakukan pada umur lebih dari 50 tahun (Meroekh, 1972). Cendana merupakan tanaman yang pertumbuhannya bergantung pada tanaman lain sebagai tanaman simbion.
Simbion cendana mengambil sebagian zat makanan untuk pertumbuhannya. Untuk itu dalam pembudidayaan tanaman cendana diperlukan adanya tanaman-tanaman simbion yang ditanam disekitarnya (LBN, 1978). Menurut Rama-Rao (l9l0), disamping mempunyai sifat simbiotik, cendana mempunyai sifat pertumbuhan yang lambat bila dibanding dengan tanaman tahunan lainnya. Sifat pertumbuhan yang lambat ini disertai dengan pertumbuhan bulu akar yang lambat pula.
Persyaratan tumbuh tanaman lainnya ialah kualitas lahan untuk media perakaran. Media perakaran ini terdiri dari drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, serta kedalaman efektif. Persyaratan tumbuh yang diperlukan mempunyai batas minimum, optimum dan maksimumnya.
Untuk keperluaan evaluasi lahan yaitu untuk menentukan kelas kesesuaian
lahan, maka persyaratan tumbuh ini dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuaian lahan, yang dikaitkan dengan kualitas dan kerakteristik lahan.
Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman merupakan batasan bagi kelas kesesuaian yang paling baik (S1). Sedangkan kualitas lahan yang dibawah optimum merupakan batasan kelas yang cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Diluar batasan tersebut di atas merupakan lahan-lahan yang tergolong tidak sesuai (N).
Potensi tanah untuk pertumbuhan tanaman cendana ditentukan oleh kesuburan atau kemampuannya menyediakan unsur hara. Sifat ini sangat ditentukan oleh sifat fisik, kimia dan fisiko kimia. Diantaranya sifat fisik yang terpenting adalah tekstur lapisan atas, kedalaman efektif. Sifat fisiko kimia yang terpenting adalah kemasaman tanah (pH), potensial redoks (Eh), kapasitas pertukaran kation (Pannamperuma, 1976).
Kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cendana adalah berdrainase baik (umumnya di lahan kering), bertekstur lempung (sedang) dari bahan induk batu (topografi karts), batu pasir gampingan, batu lanau maupun vulkanik dengan pH netral – alkalis, kadar N sedang, P2O5 sedang – tinngi dan tanahnya dangkal. Bahkan, lahan berbatu dengan tanah yang umumnya dangkal dan kendala sangat sulit untuk usaha pertanian, tetapi merupakan lahan ideal untuk tumbuh dan menghasilkan kayu dengan kualitas terbaik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2011 - Januari 2012, di Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tengara Timur. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah UPN “Veteran” Yogyakarta.
B. Bahan dan Alat Penelitian.
1. Bahan yang digunkan untuk penelitian ini adalah : sampel tanah, dan bahan kimia yang dibutuhkan dalam analisis di laboratorium.
2. Alat yang digunakan untuk penelitian :
2.1 Alat untuk mengambil sampel contoh tanah meliputi : bor, sekop, kantong plastik, borlist, label, pisau lapangan.
2.2 Alat untuk mengamati keadaan sekitar di lapangan meliputi : kompos, altimeter, klinometer.
2.3 Alat untuk menganalisis tanah di laboratorium.
2.4 Peralatan analisis pH, DHL, N, P, K, C organik dan tekstur di lapangan.
2.5 Serangkat laptop, printer dengan perangkat lunak Arc View dan Microsoft Office.
C. Metode Penelitian 1. Metode survei
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu metode untuk mendapatkan informasi pengumpulan data dengan melakukan peninjauan langsung keadaan lokasi penelitian.
2. Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel tanah adalah secara proposif dan deskriptif. Purposif yang berarti mengambil sampel berdasarkan tujuan (karakteristik tanah dan evaluasi kesesuaian lahan) . Diskriptif berarti melakukan deskripsi terhadap karakteristik tanah secara langsung di lapangan.
Melakukan pengambilan sampel tanah dari lahan 3 profil berdasarkan peta penggunaan lahan daerah setempat yang mewakili.
D. Tahapan Penelitian.
a) Tahapan Persiapan.
1) Studi pustaka, perijinan, pengajuaan proposal.
2) Penyiapan peta dan penentuaan pengambilan titik sampel.
b) Tahapan pelaksanaan
1. Pengambilan sampel tanah pada titik yang telah di tentukan dengan mengunakan metode purposif deskriptif.
2. Pengambilan data lapangan di setiap titik pengambilan sampel yang telah di tentukan dan dibuat profil sebagai pewakil.
3. Menganalisis tanah di laboratorium : a) pH dengan pelarut H2O dan KCl.
b) Tekstur tanah mengunakan metode analisis granuler cara pipet.
c) KPK- ekstraksi NH4OAC pH 7.
d) Salinitas- DHL.
e) N total mengunakan metode Kjedhal.
f) P tersedia menggunakan metode Olsen.
g) C orrganik menggunakan metode Wakley & Black.
h) Kadar P, K potensial menggunakan ekstraksi HCl 25%.
E. Pengolahan Data
1. Menentukan karakteristik tanah.
2. Mengklasifikasikan kesesuaian lahan berdasarkan parameter bagi tanaman Cendana menurut LREP, 2003 cit Djaenudin.
3. Menentukan daerah yang sesuai atau tidak sesuai untuk tanaman Cendana 4. Membahas kesesuaian lahan yang ada.
5. Mendelinasikan peta menjadi peta kesesuaian lahan bagi tanaman Cendana
F. Jadwal Rencana Kegiatan
Kegiatan Sept.2011 Okt 2011 Nov 2011 Des 2011 Jan 2012 Maret 2012
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Prasurvey
Studi literatur Proposal Survei utama Analisis Lab.
Olah data Pembuatan peta
Laporan
Seminar Ujian
Peta 1. Peta Pengambilan Sempel Tanah
BAB IV
DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN
A. Lokasi dan Topografi
Penelitian dilakukan di Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tengara Timur, tepatnya adalah 20 km dari Kecamatan Lebatukan (Hadakewa-Lewoeleng). Lokasi penelitian memiliki ketinggian profil I (564 m/dpl), profil II (556 m/dpl, dan profil III (546 m/dpl).
Topografi daerah penelitian berombak (cekung,cembung), sudah berteras mempunyai kemiringan lereng <30%, kilbat lereng utara. Secara geografis terletak daerah penelitian terletak antara 08°23’10”-08° 23' 20" BT - 05°09’30” - 07°12’47” LS. Dan juga berada pada kordinat UTM (Universal Taransverse Mercator) 568000 – 567950 mT, dan 9072950 – 9077750 mU.
Luas daerah penelitian kurang lebih 17,68 km2 atau sekitar 17000 hektar terdiri dari lahan alami ialah sungai, hutan- kebun, tegalan dan sawah tadah hujan dan lahan non budidaya ialah pemukiman.
B. Tanah
Kondisi tanah di Kabupaten Lembata tidak telepas dari keadaan tanah di Pulau Flores di mana secara keseluruhan terdiri dari jenis tanah mediteran
dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks, latosol dengan bentuk volkan, andosol dengan bentuk wilayah volkan, aluvial dengan bentuk wilayah dataran.
Tanah mediteran dengan bentuk wilayah volkan mempunyai penyebaran paling luas. Pulau Lembata, Adonara dan Solor mempunyai tanah dengan jenis
Tanah mediteran dengan bentuk wilayah volkan mempunyai penyebaran paling luas. Pulau Lembata, Adonara dan Solor mempunyai tanah dengan jenis