• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun Oleh : Gregorius L.D Pareta /PT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Disusun Oleh : Gregorius L.D Pareta /PT"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN BAGI TANAMAN CENDANA (Santalum Album) DI DESA LEWOELENG

KECAMATAN LEBATUKAN KABUPATEN LEMBATA PROVINSI NUSA TENGARA TIMUR

SKRIPSI

Disusun Oleh : Gregorius L.D Pareta

133.070.002/PT

JURUSAN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA 2012

(2)

KARAKTERISTIK TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN BAGI TANAMAN CENDANA (Santalum Album) DI DESA LEWOELENG

KECAMATAN LEBATUKAN KABUPATEN LEMBATA PROVINSI NUSA TENGARA TIMUR

SKRIPSI

OLEH:

GREGORIUS L.D PARETA 133070002

Diajukan Kepada

Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Yogyakarta

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Sarjana Strata Satu (S1)

JURUSAN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA 2012

(3)

SKRIPSI

KARAKTERISTIK TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN BAGI TANAMAN CENDANA (Santalum Album) DI DESA LEWOELENG

KECAMATAN LEBATUKAN KABUPATEN LEMBATA PROVINSI NUSA TENGARA TIMUR

Yang dipersiapkan dan disusun oleh GREGORIUS L.D PARETA

133070002

Telah di pertahankan di depan Tim Penguji Pada tangal : 29 Maret 2012

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Susunan Tim Penguji

Dosen Pembimbing I Penguji I

Dr.Ir. H. Subroto Ps., MSc. Dr.Ir.H.M. Nurcholis, M.Agr Dosen Pembimbing II Penguji II

Ir. H. Lanjar Sundarto, MT. R. Agus Widodo, MP

Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta

Dekan

Dr. Ir. Abdul Rizal AZ., MP.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan perlindunganNya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi S-1 yang berjudul “Karakteristik Tanah Dan Kesesuaian Lahan Bagi Tanaman Cendana (Santalum Album) Di Desa Lewoeleng Kecamatan Nubatukan Kabupaten Lembata”.

Skripsi S-1 disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi S-1 untuk Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, UPN “Veteran” Yogyakarta.

Penelitian dilakukan di Desa Lewoelng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata selama dua bulan. Skripsi S-1 ini dapat tersusun berkat kerjasama, dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Lagiman, M.si. Kaprodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

2. Dr.Ir. Abdul Rizal, MP. sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

3. Dr.Ir. H. Subroto Ps., MSc selaku Dosen pembimbing I 4. Ir. H. Lanjar Sundarto, MT selaku Dosen pembimbing II

5. Ayah, Ibu dan Keluargaku, yang selalu memberi semangat dan doa demi kelancaran Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 ini.

(5)

6. Bapak Camat Lebatukan Kabupaten Lembata beserta seluruh stafnya yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.

7. Bapak Kepala Desa Lewoeleng beserta seluruh staf dan masyarakatnya demi kelancaran penelitian.

8. Mahasiswa jurusa Ilmu Tanah 2007 yang telah banyak membantu serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

9. Emiliana Budi Yanti, Virgilius B Toby dan Lodofikus N Atawolo yang senantiasa memberi dorongan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak mengandung kekurangan, sehingga saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat Penulis harapkan. Semoga Laporan ini bermanfaat bagi semua pihak, terutama yang mempunyai komitmen dan peduli terhadap kelestarian dan keberlanjutan lingkungan. Akhir kata dengan segala ketulusan dan kerendahan diri, Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kelemahan dalam penyusunan Skripsi ini.

Yogyakarta

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

INTISARI ... xi

ABSTRAK ... xii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I. PENDAHULUAAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

B. Kegunaan ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Tanah ... 4

B. Lahan ... 5

C. Karakteristik Tanah ... 5

D. Karakteristik Lahan ... 6

E. Kualitas Lahan ... 9

F. Kesesuaian Lahan ... 11

G. Pertumbuhan Dan Persyaratan Tumbuh Tanaman Cendana ... 18

(7)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 21

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 21

C. Metode Penelitian ... 21

D. Tahapan Penelitian ... 22

E. Pengolahan Data ... 23

F. Jadwal Penelitian ... 24

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 26

A. Lokasi dan Topografi ... 26

B. Tanah ... 26

C. Iklim ... 29

D. Penggunaan Lahan ... 35

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Pemerian Profil ... 39

B. Analisis Sifat Fisika Tanah... 50

C. Analisis Sifat Kimia Tanah ... 56

D. Kesesuaian Lahan bagi Tanaman Cendana ... 66

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kualitas dan Karakteristik Lahan sebagai parameter yang digunakan

dalam evaluasi ... 7

Tabel 2.Keriteria Kesesuaian Lahan Bagi Tanaman Cendana (Santalum album) ... 14

Tabel 3. Rencana Kegitan Penelitian ... 24

Tabel.4. Jumlah bulan basah, bulan lembab, bulan kering di kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata. ... 30

Tabel. 5 Klasifikasi daerah iklim di dunia oleh Schmidt Fergussson. ... 31

Tabel 6. Pemerian Profil Lewoeleng 1 ... 40

Tabel 7. Pemerian Profil Lewoeleng 2 ... 42

Tabel 8. Pemerian Profil Lewoeleng 3 ... 44

Tabel 9. Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah Profil Lewoeleng 1,2 dan 3 ... 50

Tabel 12. Hasil Analisis Kimia Tanah Profil Lewoeleng 1,2 dan 3 ... 56

Tabel 15. Satuan Peta Tanah di Desa Lewoeleng ... 67

Tabel 16. Pengunaan Lahan dan Fisiografi di Desa Lewoeleng ... 68

Tabel 17. Hasil Analisis Laboratorium ... 69

Tabel 18. Lokasi Satuan Peta Lahan ... 70

Tabel 19. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Cendana ... 73

Tabel 20. Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Cendana ... 76

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Pengambilan Sampel Tanah... 25

Gambar 2. Peta Administrasi ... 28

Gambar 3.Peta Tata Guna Lahan ... 33

Gambar 4.Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata ... 35

Gambar 5. Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata ... 36

Gambar 6. Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata ... 37

Gambar 7 Agihan Cacak Tekstur ... 51

Gambar 8 Agihan Cacak Permeabilitas Tanah ... 53

Gambar 9 Agihan Cacak BJ dan BV ... 54

Gambar 10 Agihan Cacak C dan N tanah... 57

Gambar 11 Agihan Cacak Na dan K (dalam K2O) tanah ... 59

Gambar 12 Agihan Cacak Ca dan Mg ... 61

Gambar 13 Agihan Cacak pH H2O dan KCl ... 63

Gambar 14 Agihan Cacak P2O5 ... 64

Gambar 15 Agihan Cacak KPK... 65

Gambar 16 Peta Satuan Lahan Desa Lewoeleng ... 71

Gambar 17 Peta Kesesuaian Lahan Aktual Desa Lewoeleng... 75

Gambar 18 Peta Kesesuaian Lahan Potensial Desa Lewoeleng ... 78

(10)

Lampiran

Data curah hujan Kabupaten Lembata ... 83

Data Penggunaan Lahan Kabupaten Lembata ... 84

Data RTW, Pengembangan Lahan Basah dan Kering ... 85

Harkat sifat Kimia Tanah ... 86

(11)

KARAKTERISTIK TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN BAGI TANAMAN CENDANA (Santalum Album) DI DESA LEWOELENG

KECAMATAN LEBATUKAN KABUPATEN LEMBATA

INTISARI

Penelitian dilakukan di desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata. Dengan diperkirakan jenis tanah di Pulau Lembata ialah Mediteran dengan bentuk Volkan. Penelitian ini bertujuan guna mengetahui karakteristik dari sifat fisik dan sifat kimia tanah terutama sifat-sifat tanah untuk mengetahui status kesesuaian lahan bagi tanaman Cendana (Santalum Album) yang mempunyai kegunaan antara lain yaitu 1). Dapat mengetahui karakteristik tanah bagi tanaman Cendana (Santalum Album), 2). Dapat mengetahui status kesesuaian lahan bagi tanaman cendana (Santalum Album), 3). Sebagai informasi untuk pengembangan dan pembudidayaan tanaman cendana (Santalum Album) di Kabupaten Lembata, 4) Sebagai referensi pembaca yang ingin melakukan pengembangan tanaman cendana (Santalum Album). Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan pelaksanaannya secara purpusif dan deskriptif.

Hasil pemerian dan didukung hasil analisis laboratorium profil Lewoeleng 1, 2 dan 3 termasuk jenis tanah Molisolls, mempunyai nama padanan menurut Soil Taxonomi USDA (1999) adalah Ordo Molisolls, Subordo Ustolls dan Great group Haplustolls. Beberapa sifat fisik tanah ini tidak menunjukan perbedaan yang nyata dengan tanah Molisolls, yang lain misalnya: tekstur, BV, BJ, dan permeabilitas.

Secara umum profil Lewoeleng 1 lebih baik dari profil 3, profil 3 lebih baik dari profil Lewoeng 2, dan berdsarkan informasi serta data terolah pertumbuhan tanaman Cendana (Santalum Album) cukup baik. Kelasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman Cendana (Santalum Album) termasuk pada kelas S3 dengan faktor pembatas curah hujan, kejenuhan basa dan tingkat kelerengan.

Kata kunci: Karakteristik Tanah, Evaluasi Lahan, Cendana (Santalum Album)

(12)

The soil characteristics and suitability of land for sandalwood plants (Santalum Album) in the lewoeleng village, lebatukan districts, counties

Lembata

Abstrak

This research is done in the lewoeleng village, lebatukan districts , counties Lembata with the expected type of soil on the island of Lembata is a form of volcanic Mediterranean. This study aimed to investigate the characteristics of the physical and chemical properties, especially soil properties to determine the compliance status of the soil for plants Sandalwood (Santalum Album) which has among other use: (1) know the characteristics of the soil for plants Sandalwood (Santalum Album) (2) know the status of land suitability for Sandalwood plants (Santalum Album) (3) as information for development and cultivation of sandalwood (Santalum Album) in Lembata district (4) as reference readers who want to develop sandalwood plants (Santalum Album). The method used is survey method by implementation a purposive and descriptive.

Descriptions of the results and laboratory results supported lewoeleng profile 1,2, and 3 mollisol including soil type, has a counterpart in soil taxonomy USA 1999 is ordo molisol, sub ordo ustoll, and great great grup Haplustolls.

Some soil physical properties showed no significant differences in soil mollisol, others such as the texture, weight volume, density and permeability. Lewoeleng 1 profile in general better than lewoeleng profile 3, profile lewoeleng 3 better than 2 lewoeleng profile, and based on information and data processed sandalwood plant growth is quite good. Classification of land suitability for plants sandalwood including the S3 class with the limiting factor of rainfall, wet saturation and brightness.

Key words: Soil Characteristics, suitability of land, Sandalwood (Santalum Album)

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Aroma yang khas dari kayu cendana dianggap sebagai sarana untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan. Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam bentuknya yang murni, digunakan terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda, dan untuk menghilangkan rasa cemas.

Tanaman cendana merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, tumbuh dan berkembang sejak zaman kerajaan, penjajahan Belanda hingga saat ini. Tanaman ini sudah lama dikenal sebagai identitas dan kebanggaan Nusa Tenggara Timur, namun keberadaan tanaman cendana di Nusa Tenggara Timur pada saat ini sudah sangat langka. Kelangkaan ini dimulai sejak tahun 80an sampai 90an. Keadaan tersebut disebabkan oleh eksploitasi yang tidak diimbagi dengan upaya rehabilitasi atau penanaman kembali secara cukup seimbang dengan eksploitasinya. Selain itu dukungan masyarakat untuk mempertahankan dan membudidayakan pada saat itu sangat rendah.

Kondisi langkanya juga dipicu oleh kebijakan pengelolaan yang tidak tepat. Puncaknya adalah adanya Perda No 16 tahun 1986 yang mengatur penguasaan, pembinaan dan pemeliharaan, eksploitasi, penjualan dan pembagian hasil. Dampak dari kebijakan tersebut membuat masyarakat menjadi tidak bergairah untuk melakukan budidaya. Meskipun Perda No 16

(14)

tahun 1986 tersebut, sudah dikoreksi melalui Perda No 2 tahun 1999, tetapi dinilai belum cukup efektif untuk membangkitkan gairah dan semangat masyarakat melakukan pembudidayaan. Selain meninjau dari Perda yang ada kajian karakteristik tanah bagi tanaman Cendana dan evaluasi kesesuaian lahan bagi tanaman Cendana, guna pelestariannya sangatlah diperlukan.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Karakteristik Tanah Dan Evaluasi Kesesuaian Lahan Bagi Tanaman Cendana (Santalum Album) Di Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata.

B. Rumusan Masalah

Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata belum mengetahui secara pasti karakteristik tanah dan kesesuaian lahan bagi tanaman Cendana(Santalum Album) .

C. Tujuan

Mengetahui karakteristik tanah dan untuk kesesuaian lahan bagi tanaman Cendana (Santalum Album) di Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata

D. Kegunaan.

1. Dapat mengetahui karakteristik tanah bagi tanaman Cendana (Santalum Album)

(15)

2. Dapat mengetahui status kesesuaian lahan bagi tanaman Cendana (Santalum Album)

3. Sebagai informasi untuk pengembangan dan pembudidayaan tanaman Cendana di Kabupaten Lembata.

4. Sebagai refensi pembaca.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

Tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan- bahan alam (natural material) dipermukaan bumi. Tanah merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman.

Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan bagi tanaman untuk pertumbuhan buahnya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman dan melalui daun diubah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat, protein, lemak, dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.

Menurut Schroeder (1984), tanah sebagai sistem tiga fase yang mengandung air, udara, bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap permukaan bumi dan kurun waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologis yang khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman.

Di dalam penelitian ini karakteristik tanah untuk tanaman Cendana dianalisis sifat-sifat dan ciri tanah dengan karakteristik atau kekhususan bagi tanaman Cendana (Santalum Album).

Tanah adalah akumulasi planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup

(17)

yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1992).

B. Lahan

Lahan adalah merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakupi lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang masa sekarang (Djaenudin dkk, 2003)

Untuk keperluan evaluasi lahan, sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah dirinci ke dalam kualitas lahan dan setiap kualitas lahan dapat terdiri lebih dari satu karakteristik lahan. Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai satu sama lainnya di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan atau pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya yang berbasis lahan (Djaenudin dkk, 2003).

C. Karakteristik Tanah

Tanah adalah merupakan hasil pelapukan bahan induk yang dipengaruhi oleh organisme, relief, iklim, dan waktu. Faktor iklim terutama curah hujan dan sinar matahari, bersifat sebagai energi aktif yang sangat menentukan dalam pembentukan tanah.

Tanah sebagai akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar permukaan bumi, mampu menumbuhkan tanaman, karena memiliki sifat-

(18)

sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.

Atas dasar definisi itu maka tanah harus ditentukan sifat-sifatnya di lapangan dalam keadaan yang sewajarnya dengan melihat ciri-ciri morfologi profil yang merupakan hasil genesa tanah dan dipengaruhi lima faktor (iklim, bahan induk, topografi, organisme, waktu).

D. Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, jeluk efektif dan sebagainya (Pusat Penelitiaan Tanah, 1993). Pengaruh karakteristik lahan pada sistem penggunaan lahan, jarang yang bersifat langsung.

Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi sering mempunyai interaksi satu sama lainnya. Oleh karena itu, dalam interpretasi perlu pertimbangan atau membandingkan lahan dengan pengunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan oleh bulan kering dan curah hujan rata- rata tahunan, tetapi air yang dapat diserap tanaman tentu tergantung pula oleh kualitas lahan lainnya yaitu kondisi perakaran, dalam hal ini tekstur dan jeluk efektif zona perakaran tanaman yang bersangkutan.Karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan apabila diperlukan dapat ditambah atau dikurangi, tergantung pada tujuan evaluasi dan kondisi lahan. Kualitas dan

(19)

karakteristik lahan yang digunakan dalam Atlas Format Prosedur (Anonim,1983) seperti yang tertera pada pada tabel 1.

Tabel 1. Kualitas dan Karakteristik Lahan sebagai parameter yang digunakan dalam evaluasi

Simbol kualitas lahan karakteristik lahan

tc Temperatur 1. temperatur rerata (⁰C) atau evaluasi (m) wa ketersediaan air 1. curah hujan (mm)

2. lama musim kering (bulan) 3. Kelembaban udara

oa ketersediaan oksigen drainase rc

media perakaran

1. drainase 2. tekstur

3. bahan kasar (%) 4. kedalaman tanah 5. ketebalan gambut 6. kemantapan gambut nr retensi hara

1. KPK lempung (me/100g tanah) 2. kejenuhan basa (%)

3. pH H2O

4. C-Organik (%) xc Toksisitas

1. Aluminium

2. Salinitas/ DHL. (ds/m)

xn Soditas 1. Alkalinitas (%)

xs Bahaya Sulfidik 1. Pirit ( bahan sulfidik) eh Bahaya erosi

1. Lereng (%) 2. Bahaya erosi fh Bahaya Banjir 1. Genangan lp

penyiapan lahan

1. batuan di permukaan (%) 2. Singkapan Batuaan (%)

Keterangan:

- tc : Temperatur - wa : ketersedian air - rc : ketersedian oksigen - nr : retensi hara

- xc : toksisitas - xn : bahaya sulfidik - eh : bahaya erosi

(20)

- fh : bahaya banjir - lp : penyepian lahan

Penentuan nilai-nilai karakteristik lahan yang berhubungan dengan jeluk tanah seperti tekstur, jeluk efektif, kapasitas pertukaran kation (KPK), reaksi tanah dan derajat kemasaman (pH), unsur dalam tanah yaitu kadar N, P2O5, K2O, yang disesuaikan dengan kedalaman zona perakaran dari tanaman yang dievaluasi. Tanaman tahunan yang berakar tungang (dikotil) kedalaman 60-100 cm, sedangkan untuk tanaman semusim cukup sampai 30 cm.

Dalam evaluasi lahan penggunaan lahan harus dikaitkan dengan tipe penggunaan lahan (land ultization tipe) yaitu jenis-jenis penggunaan lahan yang diuraikan dan dibatasi tingkatannya secara umum, karena menyangkut pengelolaan, masukan yang diperlukan dan keluaran yang diharapkan secara spesifik. Sifat-sifat penggunaan lahan mencangkup data atau asumsi yang berkaitan dengan aspek hasil, orientasi pasar, intensitas modal, buruh, sumber tenaga, pengetahuan teknologi penggunaan lahan, kebutuhan infrastruktur, ukuran dan bentuk penguasaan lahan, pemilikan lahan dan tingkat pendapatan

Per unit produksi atau unit area. Tipe penggunaan lahan dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Multipe

Multipe yaitu tipe penggunaan lahan yang terdiri dari lebih dari satu jenis penggunaan (komoditas) yang diusahakan secara serentak pada area yang sama dari sebidang lahan.

(21)

b. Compound

Compound yaitu tipe penggunaan lahan yang terdiri dari satu jenis penggunaan (komoditas) yang diusahakan pada area-area dari sebidang lahan yang untuk tujuan evaluasi diberlakukan sebagai unit tunggal.

E. Kualitas Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang kompleks dari sebidang lahan (Djaenudin dkk,2003). Masing-masing kualitas lahan menpunyai keragaman tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu. Kualitas lahan kadang-kadang dapat diestimasi atau diukur secara langsung dilapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan FAO, (1976) cit Djaenudin dkk, (2003).

Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak terbatas hanya satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai sifat tanah. Sebagai contoh bahaya erosi dipenggaruhi oleh berbagai sifat tanah, terrain (lereng), iklim (curah hujan).

Karakteristik air bagi kebutuhan tanaman dipengaruhi antara lain oleh faktor iklim, topografi, drainase, tekstur, struktur, konsistensi tanah, zona perakaran dan bahan kasar (batu, krikil) di atas permukaan tanah.

Kualitas lahan baik jenis maupun macamnya cukup banyak, namun dalam aplikasinya dapat dipilih berdasarkan keperluan dan kondisi lokasi penelitian. Jumlah dan jenis kualitas lahan juga ditentukan oleh intensitas survei yang akan dilaksanakan (sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah).

(22)

Menurut FAO (1976, 1983) cit Djaenudin dkk, (2003) beberapa kualitas lahan yang berhubungan dan atau berpengaruh terhadap hasil atau produksi tanaman, antara lain terdiri dari :

a) Kelembaban b) Ketersediaan hara

c) Ketersediaan oksigen dalam zona perakaran tanaman

d) Media untuk perkembangan akar (kondisi sifat fisik dan morfologi tanah) e) Kondisi untuk pertumbuhan (tanah, iklim)

f) Kemudahan diolah dalam hal ini kondisi sifat fisik tanah untuk diolah g) Salinitas dan Alkalinitas

h) Toksisitas (aluminium dan pirit) i) Resistensi terhadap erosi

j) Bahaya banjir (frekuensi dan periode genangan) k) Temperatur

l) Energi radiasi dan fotoperiode

m) Bahaya unsur iklim terhadap pertumbuhan tanaman (angin, kekeringan) n) Kelembaban udara pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman

o) Periode kering untuk pemasakan tanaman (ripening) tanaman p) Varietas tanaman dan hama penyakit

(23)

F. Kesesuaian Lahan

1. Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas

Kesesuaian lahan merupakan spesifikasi kemampuan lahan.

Kemampuan lahan menyiratkan daya dukung, sedang kesesuaian lahan menyiratkan kemanfaatan.

Imbangan tingkat pemanfaatan lahan daya dukung menjadi ukuran kelayakan pengunaan lahan. Lahan dipakai secara layak apabila daya dukung dimanfaatkan sepenuhnya. Dalam hal daya dukung yang tersediakan tidak termanfaatkan secara penuh, lahan terpakai secara efektif. Kalau tingkat kemanfaatan melampaui daya dukung yang tersediakan, sehingga terpaksa disubsidi dengan bahan dan energi banyak berupa teknologi mahal, lahan telah dipakai secara tidak efisien.

Tambahan pula, lahan sebagai sistem menjadi goyah. Eksistensinya semata- mata bergantung pada dukungan teknologi.

Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan menunjukkan tingkat kesesuian dari ordo tersebut. Kelas diberi nomor urut yang ditulis dibelakang simbol ordo, dimana nomor ini menunjukkan tingkat kelas yang makin jelek bila makin tingginya nomornya. Ordo ada 2 yaitu ordo S (sesuai), yaitu lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Dan ordo N (tidak sesuai), yaitu lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang mempunyai kesulitan

(24)

sedemikian rupa, sehingga mencegah pengunaannya untuk suatu tujuan yang telah direncanakan (Hardjowigeno, 1987).

Banyak kelas dalam setiap ordo sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi dianjurkan hanya memakai tiga sampai lima kelas dalam ordo S dan dua kelas dalam ordo N. Jumlah kelas tersebut harus didasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan penafsiran.

Jika kelas yang dipakai dalam ordo S dan dua kelas yang dipakai dalam ordo N, maka pembagian serta definisinya secara kualitatif adalah sebagai berikut :

1.1 Kelas S1 : sangat sesuai (highly suitable). Lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.

1.2 Kelas S2 : cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai pembatas – pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.

2. Kelas S3 : sesuai marginal (marginally suitable). Lahan mempunyai pembatas – pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi

(25)

produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

3. Kelas N1 : tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable). Lahan mempunyai pembatas yang lebih besar, masih memungkinkan diatasi, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian besarnya, sehingga mencegah pengunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

4. Kelas N2 : tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable).

Lahan mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan pengunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

5. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial

Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian pada saat ini (current suitability) atau kelas kesesuaian lahan dalam keadaan alami, belum mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor – faktor pembatas yang ada disetiap satuan peta. Seperti diketahui, faktor pembatas dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

5.1 Faktor pembatas yang sifatnya permanen dan tidak mungkin atau tidak ekonomis untuk diperbaiki,

5.2 Faktor pembatas yang dapat diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan memasukan teknologi yang tepat

Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan aktual, mula – mula dilakukan penilaian terhadap masing – masing kualitas lahan berdasar atas

(26)

karakteristik lahan terjelek, selanjutnya kelas kesesuaian lahan ditentukan ditentukan berdasar atas kualitas lahan terjelek.

Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang akan tercapai setelah dilakukan usaha – usaha perbaikan lahan. Kesesuaian lahan potensial meruoakan kondisi yang diharapkan sesudah diberi masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diguna tingkat produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi per satuan luasnya.

Tabel 2.Keriteria Kesesuaian Lahan Bagi Tanaman Cendana (Santalum album)

Kualitas/karakteristik

lahan S1 S2 S3 N1 N2

Temperatur (t) Rata-rata tahunan

(ºC) 25-28 >28-32

23-<25

>32-34

21-<23 Td >34

<21 Ketersediaan air (w)

Bulana kering (<75cm)

1-2 >2-3 >3-4 Td >4

Curah hujan/tahunan

(mm) 2000-

3000

>3000- 4000 1300-

<2000

>4000-5000

1000-<1300 Td >5000

<1000

Kelembaban ≤70 <70 - - -

LPG (hari)

- - - - -

Media perakaran (r) Drainase tanah

Baik Sedang, agak cepat

Cepat, Agak cepat

Terhamb at

Sangat terham

bat, Sangat cepat,.

Tekstur LS,SL,

L, CL, SiL, Si, CL,

SiCL

SC, SIC,

C Str, C Td Kerikil,

pasir Kedalaman efektif (cm)

>100 75-100 50-<75 - <50

(27)

Gambut

- Kematangan

- Saprik Humik Humik-

fibrik Fibrik - Ketebalan (cm) - <100 100-150 >150-

200 >200 Retensi hara (f)

- KPK Tanah ≥Sedang Rendah Sanagat

Rendah Td -

- Kejenuhan basa

(%) >50 35-50 <3

5 - -

- pH Tanah 5,6-

5,6

>6,5-7,0

5,0-<5,5

>7,5-7,5 4,5-<5,0

>7,5-8,5 4,0-<4,5

>8,5

<4,5

- C-organik - - - - -

Toksisitas (x) - Salinitas

(mmhos/cm)

<

2 2-4 >4-8 - >8 - Sodisitas <10 10-<15 15-20 >20 - Alkalinitas

- Kejenuhan Al - - - - -

- Kedalaman

sulfidik (cm) >175 125-175 100-<125 75-<100 <75 Hara tersedia (n)

- Total N

≥ Sedang Rendah Sangat

rendah - -

- Hara P ≥ Sedang Rendah Sanagat

rendah - -

- Hara K ≥ Sedang Rendah Sangat

Rendah - -

Penyedian lahan (p) - Batuaan

permukaan (%)

<

3

3 - 1 5

<15-40 Td >40 - Singkapan

batuaan (%)

<

2

2 - 1 0

>10-25 >25-40 >40 - Konsistensi,

besar butir - -

Sangat keras, sangat teguh, sangat lekat

- Berkerikil , berbatu Tingkat bahaya erosi

(e)

- Bahaya Erosi SR R S B SB

- Lereng (%) <8 8-15 >15-25 >25-45 >45

Bahaya banjir (b) FO F1 F2 F3 F4

Sumber : LREP 2, PPT (1983)

(28)

G. Pertumbuhan Dan Persyaratan Tumbuh Tanaman Cendana.

Secara morfologi tanaman cendana memiliki ciri-ciri seperti berikut : pohon kecil samapai sedang, menggugurkan daun, dapat mencapai tinggi 20 m dan diameter 40 cm, tajuk ramping atau melebar, batang bulat agak berlekuk-lekuk, akar tidak berbanir (Runjiman . 1987). Daun cendana merupakan daun tunggal, berwarna hijau, berukuran kecil-kecil, 4-8 cm × 2- 4 cm dan relatif jarang. Bentuk daun bulat memanjang dengan ujung daun lancip dan dasar daun lancip sampai seperti bentuk pasak, pingiran daunnya bergelombang, tangkai daun kekuning-kuningan dengan panjang 1-1,5 cm.

Dalam dunia perdagangan, cendana dikenal dengan nama sandalwood. Sedangkan di luar indonesia, nama kayu cendana antara lain East Indian sandalwood, white sandalwood dan yellow sandalwood (Inggris, Amerika Serikat), Bois santal (Spanyol, Italia), ecthte sandal (Belanda), echtes sandelholts (Jerman). Chendana (Malaysia), santaku (Burma), chantana (Thailand) back (Vietnam), sandal, chandal, chandam, gundala dan suket (India).

Holmes (1983) dalam Suseno (2001) menyebutkan bahwa dalam

taksonomi tumbuhan, pohon cendana diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta (Magnoliophyta) Sub Divisio : Angiospermae (Magnoliopsida) Kelas : Dicotyledoneae

Sub Kelas : Rosidae Ordo : Santalales

(29)

Suku/Famili : Santalaceae Marga/Genus : Santalum.

Jenis/Spesies : Santalum allbum.

Pohon cendana mempunyai ciri-ciri arsitektur : batang monopodial, mengarah ke atas, pertumbuhan kontinue, Perbungaan di ujung dan atau di ketiak daun. Bentuk buah cendana merupakan buah batu (drupe), jorong, kecil, berwarna merah kehitam-hitaman dengan diameter 1×0,75 cm. Pada waktu masak daging kulit buah berwarna hitam, mempunyai lapisan eksocrap, mesocarp berdaging, endocarp keras dengan garis dari ujung ke pangkal. Buah terletak di ujung ranting berjumlah 4-10 buah. Pohon cendana berbunga dan berbuah pada umur 5 tahun serta berbuah 2 Kali setiap tahun. Musim bunga pertama umumnya pada bulan Mei – Juni dan buah masak pada bulan September – Oktober, sedangkan musim bunga kedua pada bulan Desember – Januari dan buah masak bulan Maret – April sekaligus merupakan puncak produksi buah.

Perencanaan pemanfaatan sumberdaya lahan yang tepat memerlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang akan diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang mempunyai arti ekonomi cukup baik. Semua tanaman dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu, yang kemungkinan antara tanaman yang satu dengan yang lainnya berbeda. Persyaratan tersebut antara terutama : energi radiasi, temperatur, kelembaban udara, oksigen dan unsur hara.

(30)

Unsur temperatur dan kelembaban sering digabungkan dan disebut dengan istilah periode pertumbuhan (FAO, 1983).

Cendana dapat tumbuh di daerah tepi laut hingga daerah pengunungan pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan antara 500-3.000 mm/tahun. Kondisi optimal untuk pertumbuhan cendana adalah pada ketinggian 600-1.000 meter di atas permukaan laut dan curah hujan antara 600-1.000 mm/tahun dengan bulan kering antara 9-10 bulan. Namun demikian, cendana tumbuh sanagat baik pada daerah beriklim kering dengan kondisi agroklimat D3, D4 dan E4 (Oldeman et al.,1980). Cendana yang tumbuh di daerah dengan curah hujan yang tinggi tidak menghasilkan kayu dengan kualitas baik walaupun secara vegetatif pertumbuhannya memuaskan.

Pada tingkat semai cendana peka terhadap suhu tinggi dan kekeringan sehingga tanaman cendana sangat membutuhkan naungan sekitar 40-50 persen. Semai cendana mudah ditemukan di bawah lantai hutan ampupu (Eucalyptus urophylla), hue (Ecalyptus alba), atau kabesak (Acacia leucophloea). Dari tingkat semai hingga umur 3-4 tahun, naungan yang dibutuhkan semakin berkurang bahkan cendana dewasa bahkan membutuhkan intensitas cahaya matahari tinggi.

Bagian tanaman cendana yang mengandung minyak adalah bagian kayu terasnya (heart wood) yang merupakan bagian dalam dari batang, cabang dan akar. Bagian ini umumnya berwarna ke kuningan. Bagian kayu lainnya disebut kayu gubal yang berwarna putih dan tidak mengandung

(31)

minyalr (Meroekh,l972). Studi pertumbuhan tanaman cendana menunjuklran bahwa cendana mengalami pertumbuhan cepat selama 20 tahun pertama. Sesudah itu laju pertumbuhan diameternya tetap dan tidak akan berhenti sampai usia 100 tahun (Husain, 1983).

Kayu terasnya mulai terbentuk pada umur 15 tahun secara bersamaan pada batang, akar dan cabang yang kemudian di ikuti dengan pembentukan pada ranting-ranting atau cabang yang lebih kecil. Untuk mendapabkan kayu teras yang baik penebangan sebaiknya dilakukan pada umur lebih dari 50 tahun (Meroekh, 1972). Cendana merupakan tanaman yang pertumbuhannya bergantung pada tanaman lain sebagai tanaman simbion.

Simbion cendana mengambil sebagian zat makanan untuk pertumbuhannya. Untuk itu dalam pembudidayaan tanaman cendana diperlukan adanya tanaman-tanaman simbion yang ditanam disekitarnya (LBN, 1978). Menurut Rama-Rao (l9l0), disamping mempunyai sifat simbiotik, cendana mempunyai sifat pertumbuhan yang lambat bila dibanding dengan tanaman tahunan lainnya. Sifat pertumbuhan yang lambat ini disertai dengan pertumbuhan bulu akar yang lambat pula.

Persyaratan tumbuh tanaman lainnya ialah kualitas lahan untuk media perakaran. Media perakaran ini terdiri dari drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, serta kedalaman efektif. Persyaratan tumbuh yang diperlukan mempunyai batas minimum, optimum dan maksimumnya.

Untuk keperluaan evaluasi lahan yaitu untuk menentukan kelas kesesuaian

(32)

lahan, maka persyaratan tumbuh ini dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuaian lahan, yang dikaitkan dengan kualitas dan kerakteristik lahan.

Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman merupakan batasan bagi kelas kesesuaian yang paling baik (S1). Sedangkan kualitas lahan yang dibawah optimum merupakan batasan kelas yang cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3). Diluar batasan tersebut di atas merupakan lahan-lahan yang tergolong tidak sesuai (N).

Potensi tanah untuk pertumbuhan tanaman cendana ditentukan oleh kesuburan atau kemampuannya menyediakan unsur hara. Sifat ini sangat ditentukan oleh sifat fisik, kimia dan fisiko kimia. Diantaranya sifat fisik yang terpenting adalah tekstur lapisan atas, kedalaman efektif. Sifat fisiko kimia yang terpenting adalah kemasaman tanah (pH), potensial redoks (Eh), kapasitas pertukaran kation (Pannamperuma, 1976).

Kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cendana adalah berdrainase baik (umumnya di lahan kering), bertekstur lempung (sedang) dari bahan induk batu (topografi karts), batu pasir gampingan, batu lanau maupun vulkanik dengan pH netral – alkalis, kadar N sedang, P2O5 sedang – tinngi dan tanahnya dangkal. Bahkan, lahan berbatu dengan tanah yang umumnya dangkal dan kendala sangat sulit untuk usaha pertanian, tetapi merupakan lahan ideal untuk tumbuh dan menghasilkan kayu dengan kualitas terbaik.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2011 - Januari 2012, di Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tengara Timur. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah UPN “Veteran” Yogyakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian.

1. Bahan yang digunkan untuk penelitian ini adalah : sampel tanah, dan bahan kimia yang dibutuhkan dalam analisis di laboratorium.

2. Alat yang digunakan untuk penelitian :

2.1 Alat untuk mengambil sampel contoh tanah meliputi : bor, sekop, kantong plastik, borlist, label, pisau lapangan.

2.2 Alat untuk mengamati keadaan sekitar di lapangan meliputi : kompos, altimeter, klinometer.

2.3 Alat untuk menganalisis tanah di laboratorium.

2.4 Peralatan analisis pH, DHL, N, P, K, C organik dan tekstur di lapangan.

2.5 Serangkat laptop, printer dengan perangkat lunak Arc View dan Microsoft Office.

C. Metode Penelitian 1. Metode survei

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu metode untuk mendapatkan informasi pengumpulan data dengan melakukan peninjauan langsung keadaan lokasi penelitian.

(34)

2. Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel tanah adalah secara proposif dan deskriptif. Purposif yang berarti mengambil sampel berdasarkan tujuan (karakteristik tanah dan evaluasi kesesuaian lahan) . Diskriptif berarti melakukan deskripsi terhadap karakteristik tanah secara langsung di lapangan.

Melakukan pengambilan sampel tanah dari lahan 3 profil berdasarkan peta penggunaan lahan daerah setempat yang mewakili.

D. Tahapan Penelitian.

a) Tahapan Persiapan.

1) Studi pustaka, perijinan, pengajuaan proposal.

2) Penyiapan peta dan penentuaan pengambilan titik sampel.

b) Tahapan pelaksanaan

1. Pengambilan sampel tanah pada titik yang telah di tentukan dengan mengunakan metode purposif deskriptif.

2. Pengambilan data lapangan di setiap titik pengambilan sampel yang telah di tentukan dan dibuat profil sebagai pewakil.

3. Menganalisis tanah di laboratorium : a) pH dengan pelarut H2O dan KCl.

b) Tekstur tanah mengunakan metode analisis granuler cara pipet.

c) KPK- ekstraksi NH4OAC pH 7.

d) Salinitas- DHL.

e) N total mengunakan metode Kjedhal.

(35)

f) P tersedia menggunakan metode Olsen.

g) C orrganik menggunakan metode Wakley & Black.

h) Kadar P, K potensial menggunakan ekstraksi HCl 25%.

E. Pengolahan Data

1. Menentukan karakteristik tanah.

2. Mengklasifikasikan kesesuaian lahan berdasarkan parameter bagi tanaman Cendana menurut LREP, 2003 cit Djaenudin.

3. Menentukan daerah yang sesuai atau tidak sesuai untuk tanaman Cendana 4. Membahas kesesuaian lahan yang ada.

5. Mendelinasikan peta menjadi peta kesesuaian lahan bagi tanaman Cendana

(36)

F. Jadwal Rencana Kegiatan

Kegiatan Sept.2011 Okt 2011 Nov 2011 Des 2011 Jan 2012 Maret 2012

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Prasurvey

Studi literatur Proposal Survei utama Analisis Lab.

Olah data Pembuatan peta

Laporan

Seminar Ujian

(37)

Peta 1. Peta Pengambilan Sempel Tanah

(38)

BAB IV

DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN

A. Lokasi dan Topografi

Penelitian dilakukan di Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tengara Timur, tepatnya adalah 20 km dari Kecamatan Lebatukan (Hadakewa-Lewoeleng). Lokasi penelitian memiliki ketinggian profil I (564 m/dpl), profil II (556 m/dpl, dan profil III (546 m/dpl).

Topografi daerah penelitian berombak (cekung,cembung), sudah berteras mempunyai kemiringan lereng <30%, kilbat lereng utara. Secara geografis terletak daerah penelitian terletak antara 08°23’10”-08° 23' 20" BT - 05°09’30” - 07°12’47” LS. Dan juga berada pada kordinat UTM (Universal Taransverse Mercator) 568000 – 567950 mT, dan 9072950 – 9077750 mU.

Luas daerah penelitian kurang lebih 17,68 km2 atau sekitar 17000 hektar terdiri dari lahan alami ialah sungai, hutan- kebun, tegalan dan sawah tadah hujan dan lahan non budidaya ialah pemukiman.

B. Tanah

Kondisi tanah di Kabupaten Lembata tidak telepas dari keadaan tanah di Pulau Flores di mana secara keseluruhan terdiri dari jenis tanah mediteran

(39)

dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks, latosol dengan bentuk volkan, andosol dengan bentuk wilayah volkan, aluvial dengan bentuk wilayah dataran.

Tanah mediteran dengan bentuk wilayah volkan mempunyai penyebaran paling luas. Pulau Lembata, Adonara dan Solor mempunyai tanah dengan jenis mediteran dengan bentuk volkan.

(40)

Peta 2. Peta Petunjuk lokasi Desa Lewoeleng

(41)

C. Iklim

Iklim merupakan rata-rata cuaca suatu daerah. Unsur iklim yang berperan untuk menunjang keberhasilan usaha tani terutama curah hujan dan temperatur. Kedua unsur iklim tersebut dipengaruhi oleh faktor pengendali iklim terutama kedudukan matahari, topografi, tubuh air dan vegetasi. Iklim memegang peranan penting dalam proses pembentukan tanah (Sutarno, 1998).

Data iklim diambil dari stasiun pengamatan cuaca di Kecamatan Lebatukan dengan ketinggian 550 m dpl. Penentuan tipe iklim berdasarkan data curah hujan (Tabel 1), Dari data yang ada dapat diperhitungkan jumlah bulan basah dan bulan kering (Tabel 2), kemudian dari data tersebut dicari nilai koefisien curah hujan (Q) dengan cara sebagai berikut:

Data iklim diambil dari stasiun pengamatan cuaca di Kecamatan Lebatukan dengan ketinggian 550 m dpl. Penentuan tipe iklim berdasarkan data curah hujan (Tabel 2), Dari data yang ada dapat diperhitungkan jumlah bulan basah dan bulan kering (Tabel 1), kemudian dari data tersebut dicari nilai koefisien curah hujan (Q) dengan cara sebagai berikut:

Rata-rata bulan basah dan bulan kering dtentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

 Bulan basah : curah hujan > 100 mm

(42)

 Bulan lembab : curah hujan 60 - 100 mm

 Bulan kering : curah hujan < 60 mm

Tabel.4. Jumlah bulan basah, bulan lembab, bulan kering di kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata.

Tahun Jumlah CH (mm/thn)

Jumlah Bulan Basah

Jumlah Bulan Lembab

Jumlah Bulan Kering

1995 172 4 2 6

1996 176 5 0 7

1997 149 4 0 8

1998 85 5 1 6

1999 23 2 1 9

2000 6 3 3 5

2001 2 3 2 7

2002 0 4 3 5

2003 0 4 1 6

2004 14 3 2 7

2005 79 5 0 7

2006 169 4 0 8

2007 1.875 5 2 5

2008 172 4 0 8

Jumlah 176 55 17 94

Rerata 149 3,93 1,21 6,71

Sumber: Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2010.

Selanjutnya tipe iklim diklasifikasikan berdasarkan pada kriteria pembagian tipe iklim berdasarkan nilai Q, seperti tertera pada tabel 2.

(43)

Tabel. 5 Klasifikasi daerah iklim di dunia oleh Schmidt Fergussson.

No Nilai Q Iklim

Klasifikasi Nama

1 0 = Q < 0,143 A Sangat basah

2 0,143 = Q < 0,333 B Basah

3 0,333 = Q < 0,600 C Agak basah

4 0,600 = Q < 1,000 D Sedang

5 1,000 = Q < 1,670 E Agak kering

6 1,670 = Q < 3,000 F Kering

7 3,000 = Q < 7,000 G Sangat kering

8 7,000 = Q H Luar biasa kering

Sumber: F.H.Schmidt dan J.H.A.Fergusson, 1951 dalam M.T Sutarno, 1998.

Dari data curah hujan selama sepuluh tahun (2001-2011) diketahui jumlah bulan basah, bulan kering dan bulan lembab, selanjutnya dapat diketahui besar nilai Q yaitu:

171.79 %

Berdasarkan pembagian tipe iklim menurut Schmid dan Ferguson seperti tertera pada Tabel 1, maka daerah penelitian termasuk tipe iklim F (Kering) dengan curah hujan rata-rata tahunan 149 mm/tahun.

Temperatur udara rata-rata bulanan ditentukan dengan menggunakan rumus Braak, berdasarkan rerata ketinggian dalam hectometer (Wisnubroto et al, 1986) yaitu = T = 30 – (0,61 × h)

(44)

Keterangan :

T = suhu rata-rata tahunan dalam derajat Celcius

h = ketinggian tempat diatas permukaan laut 23°C = suhu minimum di Pulau Lembata

Profil tanah Lewoeleng 1 terletak pada ketinggian 564 m, profil 2 561 m, dan profil 3 554 m dpl (= 5,6 hm; 5,6 hm; dan 5,5 hm dpl).

T rerata = 23 – (0,61 × 5,5) = 19,6 °C

Temperatur udara rata-rata maksimum dan minimum ditentukan dengan mengunakan rumus Oldeman, yaitu :

a. Temperatur maksimum = 30 – 0,62 × h b. Temperatur minimum = 23 – 0,53 × h

T maksimum T = 30 – (0,62 × 5,5) = 26,5°C T minimum T = 23 – (0,53 × 5,5) = 20,0°C

Diketahui temperatur udara rata-rata bulanan daerah penelitian adalah 19,6°C dengan temperatur maksimum 26,5°C dan temperatur minimum 20,0°C

(45)

Peta 3. Peta Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng

(46)

D. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan pada lokasi penelitian di desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan pada umum Hutan budidaya yang didominasi oleh tanaman kemiri, dan semak belukar yang di manfaatkan sebagai ladang ketika musim penghujan tiba, yang di tanami jagung, ketela dan padi. Sedangkan untuk tanaman Cendana sendiri yang telah di kembangkan ≤ 2 hektar.

Gambar 4. Kebun tananman Cendana (Santalum Album) Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata.

(47)

Gambar 4. Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata

Gambar 5. Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata

(48)

Gambar 6. Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata

(49)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data analisis dan hasil pengamatan lapangan di Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata dapat diketahui tekstur tanah yang di dominasi oleh geluh pasiran, dengan mempan tanah ≥ 100 cm. Derajat kemasaman tanah (pH) di daerah Lewoeleng yakni masam yakni 4,51 - 5,67, warna tanah di dominasi oleh warna coklat gelap, coklat terang dan hitam sampai hitam gelap, konsistensi agak plastis dan dalam keadaan lembab sangat gembur dengan batas lapisan baur. Data selengkapnya disajikan dalam tabel 6, 7, dan 8.

(50)

A. Pemerian Profil Lewoeleng

Nama Profil : Profil Lewoeleng 1

Lokasi : Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata.

Ketinggian Tempat : 564-546m diatas permukaan laut Kemiringan : ≤30%

Kiblat lereng : Barat Laut

Vegetasi : Kemiri, bambu, jagung, pisang, padi dan Cendana Bahan Induk : Batuan Karbonat abu Vulkanik

(51)

Tabel 6. Pemerian Profil Lewoeleng 1

Lapisan Horizon Jeluk Uraian

I Ap 0-10 Tekstur pasir geluaan, struktur remah, warna tanah hitam (10 YR 2/1), konsistensi agak plastis, keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.

II B2 10-35 Tekstur pasir geluan, struktur remah, warna tanah coklat tua (10 YR 2/2) konsistensi agak plastis, keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.

III B2 35-70 Tekstur pasir geluan, struktur remah, warna tanah coklat keabu-abuan (10 YR 3/2), konsistensi agak plastis, keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.

VI B3 70-120 Tekstur geluh lempung pasiran, struktur remah, warna tanah coklat tua (7,5 YR 3/2), konsistensi agak plastis, keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.

(52)

Nama Profil : Profil Lewoeleng 2

Lokasi : Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata.

Ketinggian Tempat : 564-546m diatas permukaan laut Kemiringan : ≤30 %

Kiblat lereng : Barat Laut

Vegetasi : Kemiri, bambu, jagung, pisang, padi dan Cendana Bahan Induk : Karbonat dan Abu Vulkanik

(53)

Tabel 7. Pemerian Profil Lewoeleng 2

Lapisan Horizon Jeluk Uraian

I Ap 0-18 Tekstur geluh pasiran, struktur remah, warna tanah coklat tua (10 YR 3/3), konsistensi agak plastis, keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.

II B2 18-23 Tekstur geluh pasir, struktur remah, warna tanah coklat keabu-abuan (10 YR 3/2), konsistensi agak plastis, dalam keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.

III B2 23-75 Tekstur geluh pasir, struktur remah, warna tanah coklat tua (7,5 YR 3/2), konsistensi agak plastis, dalam keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.

VI B3 75-100 Tekstur pasir geluh, struktur remah, warna tanah coklat keabu-abuan (7,5 YR 4/2), konsistensi agak plastis, dalam keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.

(54)

Nama Profil : Profil Lewoeleng 3

Lokasi : Desa Lewoeleng, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata.

Ketinggian Tempat : 564-546m diatas permukaan laut Kemiringan : ≤30%

Kiblat lereng : Barat Laut

Vegetasi : Kemiri, bambu, jagung, pisang, padi dan Cendana Bahan Induk : Karbonat dan Abu Vulkanik

(55)

Tabel 8. Pemerian Profil Lewoeleng 3

Lapisan Horizon Jeluk Uraian

I Ap 0-15 Tekstur geluh pasiran, struktur remah, warna tanah hitam (10 YR 2/1), konsistensi agak plastis, dalam keadaan sangat gembur, batas lapisan baur.

II B2 15-30 Tekstur geluh pasiran, struktur remah, warna tanah coklat keabu-abuan (10 YR 3/1), konsistensi agak plastis dalam keadaan lembab gembur, batas lapisan baur.

III B2 30-60

Tekstur geluh pasiran, struktur remah, warna tanah hitam (10 YR 2/0), konsistensi agak plastis, dalam keadaan sangat gembur, batas lapisan baur.

IV B2 60-80 Tekstur geluh pasiran, struktur remah, warna tanah coklat tua (10 YR 2/2), konsistensi agak plastis dalam keadaan sangat gembur, batas lapisan baur.

V B3 80-100 Tekstur geluh pasir, struktur remah, warna tanah coklat (10 YR 3/3), konsistensi agak plastis dalam keadaan lembab sangat gembur, batas lapisan baur.

Pemerian profil disajikan pada tabel 6, 7 dan 8. Profil Lewoeleng 1 pada tabel 6, mempunyai solum kurang dari 1 m. Dicirikan dengan warna hitam (10 YR 2/1) pada lapisan I dengan ketebalan 10 cm, beralih dengan warna coklat tua (10 YR 2/1) pada lapisan II, beralih dengan warna coklat keabu-abuan (10 YR 3/2) untuk lapisan III, kemudian beralih lagi dengan warna coklat tua. Tipe struktur gumpal membulat dengan ukuran sangat halus sampe ukuran sangat kasar dengan derajat mantap. Lepas-lepas dan dalam keadaan lembab sangat gembur. Batas horizon baur (diffusi)

(56)

Menurut PPT (1983). Profil Lewoeleng 1 menpunyai diferensi horizon, struktur remah, gembur, warna tanah hitam pada penampang tanah dangkal dengan batas horizon baur termasuk tanah Rendzina. Sedangkan menurut Soil Toxonomy USDA (1987) kemungkinan besar masuk kedalam Ordo Molisolls, Subordo Ustolls dan great group Haplustolls. Ordo Molisolls karena memenuhi hampir semua persyaratan Molisiolls yaitu memiliki horizon Molik epipedon, memiliki sifat-sifat tanah sebagai berikut:

Molic epipedon

Konsep = permukaan horizon, ketebalan, gelap, humus, memiliki kejenuhan basah tinggi (Ca++, Mg++) dengan struktur yang lunak.

Genesa = bagian tanah sisa organik dari dekomposisi/pembusukan (akar, sisa permukaan yang berasal dari dalam tanah oleh hewa). Sebagian besar dasar/inti dari rumput ( tingkat N dan S Amerika, Eropa, Asia).

Tanah lempung 2/1.

Properties =

(+) ketika kering, salah satu atau dua-duanya.

(-)1.1 Satuan strukturnya kurang dar ᴓ ≤30 cm

(-)1.2 Kerasnya sedang atau lunak, putus/pecah – klas daya tahan.

(+) struktur batuan, termasuk tigkatan (<5mm) yang kurang dari 1/2 volume dari seluruh/ semua bagian.

(+) salah satu urutan:

(57)

(-)3.1 semua urutan :

(+)3.1.1. warna , nilai ≤3 (kelembaban), ≤5 (kering) (+)3.1.2. Chroma ≤3 (kelembaban)

(+)3.1.3. jika tanah memiliki horizon C, nilai warna paling kurang 1 munsell satuan atau chroma paling kurang 2 unit lebih rendah (lembab dan kering) dari pada rorizon C atau karbon organik epipedon ≥ 0,6 % dari horizon C.

(+) kejenuhan basa ≥ 50% (metode NH4OAc) (+) organik karbon :

(-). 2.5 % jika epipedon memiliki kelembaban niali warna 4 atau 5

(-). ≥0,6% karbon organik dari horizon C (apabila terjadi) nilai warna 1 unit Munsell lebih rendah atau chroma 2 munsell unit lebih rendah (basah dan kering) dari pada horizon C.

(-). ≥0,6%

(+). Ketebalan :

(-). ≥25 cm jika tekstur geluh pasiran halus atau kasar.

(-). ≥10 cm jika epipedon lebih baik dari geluhan pasir dan secara langsung berada di atas R

(-). ≥18-25 cm dan 1/3 atau lebih dari total ketebalan (-). ≥18 cm jika kondisi diatas tidak terpenuhi

(+). Kandungan fosfat < 1500 ppm ( dapat larut dalam 1 % asam sitat)

(58)

(+). ≥ 3 bukan (kumulatif) pada beberapa bagian 7/10 tahun ketika temperatur tanah berada pada 50 cm kedalamannya ≥ 5°C (kecuali didaerah dingin) (+). Nilai n < 0,7

Ordo mollisols memiliki persyartan sebagai berikut:

Konsep utama : tanah-tanah padang rumput yang luas dengan ketebalannya, permukaan horizon yang gelap, dengan ketinggian unsur organik dan tinggihnya kejenuhan basa (mollic epipedon).

Genesa : hal terpenting yang paling menonjol dari pengelapan tanah (melanisasi) oleh unsur organik, adalah meliputi proses berikut.

a. Memperluas akar dari vegetasi padang rumput di dalam tanah b. Membusukan sebagian dari marerial organik dan membuat

bahan campuran yang relatif stabil (200-1000kg (kering) bahan organik/tahun/hektar

c. Mengerjakan kembali tanah dengan fauna tanah (40-80 ton dari subtanah/tahun/ha yang dapat membawa kepermukaan, bagian atasnya 50 cm dibalik/dibongkar selama seabad oleh semut, cacing, hewan pengerat)

d. Eluviasi k iluviasi humus dan tanah lempung, membuat cuntas pada padas

e. Membuat daya tahan residu ligno-protein dengan memberikan warna hitam pada pengolahan mollisols.

Perluasan : ± 13.000,00 km2

(59)

Diagnosa pada horizon : (+) 1. Mollic epipedon

(-) 2. Cambic, argillic, natric, albic horizon (petro) calcic, gipsium, horizon duripan, Chorizon.

Iklim : agak lembab- semi- kering : kelembaban atau rezim temmperatur Vegetasi : padang rumput yang luas

Rumput tinggi (1-3 cm) Rumput sedang (30-100 cm) Rumput pendek (10-30 cm) Great group Ustolls:

(-). Milisols lainya memiliki suatu resim kelembaban ustic atau resim kelembaban aridic yang berbatas pada ustic.

Haplustolls:

(-). Ustolls lainya.

Profil lewoeleng II ini pada dasarnya sama dengan profil lewoelng I, hanya saja untuk profil II warna dominan tanahnya coklat tua keabu-abuan dikarenakan perubahan material vulkanik dari gunung berapi uyaleun, terlihat jelas serta pengelolaan tanah kurang insentif dari profil I. Jadi profil lewoelng II juga termasuk jenis tanah Rendzina padanan profil Molisolls, Subordo Ustolls, Great group Haplustolls.

(60)

Profil lewoeleng III tabel 8. Dicirikan dengan warna hitam (10 YR 2/1) dengan ketebalan 15 cm, kemudian beralih ke coklat gelap (10 YR 2/2) sampai kedalaman 100 cm. Pada dasarnya profil III hampir sama dengan profil I dan profil II. Profil III dengan dominan warna hitam termasuk jenis tanah Redzina padanan profil Molisolls, Subordo Ustolls, Great group Haplustolls.

B. Analisis Sifat Fisika Tanah

Hasil analisis sifat fisika tanah profil Lewoeleng dapat dilihat pada tabel 9,10, dan 11.

Tabel 9. Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah Profil Lewoeleng lapisan

Tekstur Permeabili

tas (cm/jam)

BJ g/cm3

BV g/cm3 Pasir Debu Lempung Nama Tekstur

1.I 50,96 27,84 21,2 Pasir geluhan 19,26 1,36 1,35

1.II 60,96 19,84 19,2 Pasir geluhan 10,13 1,11 1,41

1.III 60,96 17,84 21,2 Pasir geluhan 14,79 1,66 1,59

1.VI 58,96 25,84 15,2 Geluh lempung pasiran 17,70 1,76 1,32

Rata-rata 57,86 22,84 19,2 Geluh pasiran 15,47 1,47 1,47

2.I 74,96 11,84 13,2 Geluh pasiran 21,39 1,78 1,50

2.II 72,96 15,84 11,2 Geluh pasiran 10,36 1,56 1,45

2.III 72,96 15,84 11,2 Geluh pasiran 18,45 1,39 1,22

2.VI 82,96 5,84 11,2 Pasir geluhan 13,53 1,71 1,53

Rata-rata 75,96 12,34 11,7 Geluh pasiran 15,93 1,61 1,42

3.I 54,96 29,84 15,2 Geluh pasiran 18,35 1,57 1,32

3.II 54,96 27,84 17,2 Geluh pasiran 9,28 1,75 1,16

3.III 52,96 29,84 17,2 Geluh pasiran 16,39 1,43 1,15

3.IV 50,96 31,84 17,2 Geluh pasiran 14,87 1,78 1,22

3.V 54,96 29,84 15,2 Geluh pasiran 18,11 1,87 1,53

Rata-rata 53,76 29,84 20,5 Geluh pasiran 15,4 1,68 1,27

(61)

1. Agihan Cacak Tekstur.

Gambar 7 Agihan Cacak Lempung

Gambar 8 Agihan Cacak Debu

0 20 40 60 80 100 120 140

0 10 20 30

Kedalaman (cm)

Lempung (%)

Profil 1 Lempung Profil 2 Lempung Profil 3 Lempung

0 20 40 60 80 100 120 140

0 10 20 30 40

Kedalaman (cm)

Debu (%)

Profil 1 Debu

Profil 2 Debu

Profil 3 Debu

(62)

Gambar 9 Agihan Cacak Pasir

Tekstur tanah ialah perbandingan kadar berat fraksi pasir, debu, dan lempung. Pasir, debu dan lempung masing-masing disebut dengan zarah atau fraksi tanah (Brady, 1974). Tekstur tanah merupakan karakteristik tanah yang penting yang berhungan dengan sifat fisik maupun kimia tanah dan secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Black, 1968).

Peranan tekstur sangat dipengaruhi oleh perbandingan kadar berat masing- masing fraksi, terutama lempung (clay) serta dari jenis mineral lempungnya.

Tekstur tanah mempengaruhi daya tahan air dan laju infiltrasi air. Oleh karena itu tekstur juga berhungan antara lain dengan kualitas ketersediaan lengas tanah, drainase dan aerasi, permeabilitas, kesuburan dan perkembangan akar

0 20 40 60 80 100 120 140

0 20 40 60 80 100

Kedalaman (cm)

Pasir (%)

Profil 1 Pasir

Profil 2 Pasir

Profil 3 Pasir

(63)

(Mc. Rae & Burhan, 1981). Tekstur profil Lewoeleng 1 lapisan 1, 2, 3, dan 4, termasuk tekstur geluh pasiran walaupun prosentase pasir cukup tinggi sehingga KPK-nya termasuk tinggi, sehingga jenis mineral lempung kemungkinan besar tipe 2:1 Ilit . Mempunyai sifat fisika relatif baik dan reaksi kimia sedang karena muatan negatipnya tidak besar.

Tekstur profil Lewoeleng 2 profil Lewoeleng 3 pada dasarnya sama dengan profil Lewoeleng 1 hanya kandungan pasirnya lebih tinggi, berturut-turut profil 1 lebih besar dari profil 3 lebih besar dari proil 2.

1. Agihan Cacak Permeabilitas

Gambar 10 Agihan Cacak Permeabilitas Tanah

0 20 40 60 80 100 120 140

0 5 10 15 20 25

Kedalaman (cm)

Permeabilitas Tanah (cm/jam)

profil 2 profil3

(64)

Permeabilitas tanah menyatakan kecepatan peresapan air didalam tanah, permeabilitas erat hubungannya dengan porositas tanah dan agihan besar porinya berpengaruh terhadap lengas tanah dan menyediakan udara tanah (Baver, 1972).

Permeabilitas tanah Lewoeleng 1 untuk lapisan pertama cepat sedangkan untuk lapisan kedua lambat untuk lapisan ketiga agak cepat sedangkan untuk lapisan ke empat, hal ini karena pada lapisan kedua terjadinya illuviasi dari lapisan pertama. Sedangkan untuk profil Lewoeleng 2 dan 3 sama seperti profil 1. Secara berturut-turut permeabilitas tanah profil Lewoeleng 2 15,93 lebih cepat dari Lewoeleng 1 15,47, Lewoeleng 3 15,4. Menurut Sys et al, 1991 profil Lewoeleng 1,2 dan 3 permeabilitasnya termasuk cepat dengan kecepatannya rata-rata lebih besar dari 12,5 cm per jam sedang untuk profil 3 termasuk lambat kecepatannya. Rata-rata lebih besar dari 12,5 cm per jam.

2. Agihan Cacak BJ dan BV

Gambar 12 Agihan Cacak BJ

0 20 40 60 80 100 120 140

0 0.5 1 1.5 2

Kedalaman (cm)

(gram/cm3)

Profil1 BJ Profil 2 BJ Profil 3 BJ

Gambar

Tabel 1. Kualitas dan Karakteristik Lahan sebagai parameter yang digunakan  dalam evaluasi
Gambar 4. Kebun tananman Cendana (Santalum Album) Desa Lewoeleng  Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata
Gambar 4. Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan  Kabupaten Lembata
Gambar 6. Tata Guna Lahan Desa Lewoeleng Kecamatan Lebatukan  Kabupaten Lembata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, Penelitian penggunaan formalin pada tahu takwa kotamadya Kediri yang pernah dilakukan oleh Ayudiah Aprilianti dkk (2007) menunjukkan bahwa 62,50% mengandung

1) berkaitan pendekatan terjemahan yang digunakan oleh (GT), data-data tersebut diterjemahkan secara literal serta kaedah peminjaman yang mempunyai keterbatasan dan

4.2.4 Diagram Rinci Laporan 5.1 Laporan Data Anggota 5.2 Laporan Data Buku 5.3 Laporan peminjaman Kepala Perpustakaan Tbl Anggota Tbl Buku Tbl

Tanaman yang dapat dipakai sebagai penyembuhan luka sayat dari studi litaratur adalah: bawang merah (Allium cepa), getah jarak pagar (Jatropha CurcasL), daun kenikir

Sebuah PC digunakan sebagai penghasil sinyal wireless , sementara PC lain yang dipasang antena helix sebagai pengganti antena omndirectional pada wireless card nya akan

Kegagalan dalam pembuatan silase dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: proses pembuatan yang salah, terjadi kebocoran silo, sehingga tidak tercapai suasana

Pendekatan komunikasi kepemimpinan yang disampaikan oleh Anwar dalam ucapan dan pidatonya yang lebih vokal dapat membuktikan bahawa segala programnya adalah untuk kebaikan

Pada hasil penelitian ini, pola asuh kesehatan anak yang baik sebanyak 60%, terlihat bahwa walaupun responden bekerja sebagai buruh pabrik, mereka tetap memperhatikan