• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tema Riset :Penguasaan Teknologi dan Manajemen Transportasi Antar/Multimoda Terpadu (1) Teknologi dan Manajemen

Dalam dokumen 193MKpIV2010 Lamp 2 ARN (Halaman 105-110)

AGENDA RISET

NO TOPIK TARGET CAPAIAN 2014 INDIKATOR KEBERHASILAN 2014 CAPAIAN 2025 (5.) Kebijakan Industri & Perdagangan

5. Tema Riset :Penguasaan Teknologi dan Manajemen Transportasi Antar/Multimoda Terpadu (1) Teknologi dan Manajemen

Terminal dan Stasiun

• Rekayasa dan Rancang bangun Sistem Monitoring Kereta di Stasiun.

• Prototipe Perangkat lunak sistem Monitoring Kereta di Stasiun.

• Peningkatan efisiensi pengoperasian terminal dan stasiun

(2) Teknologi dan Manajemen Kepelabuhanan

• Rekayasa dan Rancang bangun Sistem Monitoring Kapal di Pelabuhan

• Prototipe Perangkat lunak sistem Monitoring Kapal di Pelabuhan

• Peningkatan efisiensi pengoperasian pelabuhan

No TOPIK TARGET 2014 INDIKATOR KEBERHASILAN

2014 SASARAN AKHIR 2025

(3) Teknologi dan Manajemen Kebandarudaraan

• Rekayasa dan rancang bangun Sistem Monitoring Pesawat di Bandar Udara

• Prototipe perangkat lunak Sistem Monitoring Pesawat di Bandar Udara

• Peningkatan efisiensi pengoperasian bandar udara

(4) Standarisasi Sarana dan Prasarana Multi Moda

• Tersusunnya standar sarana & prasarana multi moda

• Adanya standar sarana & prasarana multi moda

• Sudah diterapkannya standar sarana & prasarana multi moda

(5) Manajemen dan tata ruang transportasi antar/Multimoda terpadu

• Terumuskannya konsep manajemen dan tata ruang transportasi Multimoda

• Adanya konsep manajemen dan peta tata ruang transportasi Multimoda terpadu

• Manajemen dan peta tata ruang transportasi Multimoda sudah diterapkan secara nasional

3.4.4. Tema Riset Unggulan : Prototipe Kapal Cepat Alat Transportasi Antar Pulau

Perairan Indonesia yang luas dan memiliki banyak pulau- pulau, memerlukan sarana transportasi khususnya transportasi laut dan transportasi penyeberangan. Jenis transportasi ini dapat diandalkan sebagai sarana perhubungan antar pulau yang mengangkut penumpang dalam jumlah cukup besar dan lebih ekonomis. Dengan meningkatnya hubungan antar pulau maka dapat diharapkan terjadinya interaksi sosial ekonomi yang lebih intensif, sehingga pada gilirannya, akan mendorong naikknya tingkat kemakmuran penduduk setempat.

Untuk maksud tersebut diperlukan kapal cepat yang nyaman dengan tingkat keselamatan yang tinggi. Mengingat bahwa kapal tersebut akan dioperasikan di daerah terpencil, maka diperlukan kapal dengan biaya operasi dan pemeliharaan yang rendah, sehingga dapat dioperasikan dengan tarip yang terjangkau oleh masyarakat luas. Selain itu, disain kapal harus disesuaikan dengan: (1) karakteristik dan jumlah angkutan, (2) karakteristik perairan di mana kapal tersebut akan dioperaikan, serta (3) memenuhi standar keamanan dan keselamatan kapal (penumpang) cepat antar pulau.

3.5. Teknologi Pertahanan dan Keamanan 3.5.1. Latar Belakang

Mencermati dinamika konteks strategis, ancaman yang sangat mungkin dihadapi Indonesia kedepan, dapat berbentuk ancaman konvensional dan ancaman non-konvensional, baik yang bersumber dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Ancaman konvensional berupa agresi militer dari negara lain terhadap Indonesia diperkirakan kecil kemungkinannya. Ancaman dari luar yang lebih besar kemungkinan bersumber dari kejahatan terorganisir lintas negara yang dilakukan oleh aktor-aktor non negara, dengan memanfaatkan kondisi dalam negeri yang tidak kondusif. Perkiraan ancaman non-konvensional yang bersumber dari luar maupun di dalam negeri berupa terorisme, gerakan separatisme, aksi radikalisme, konflik komunal, pembajakan/

perampokan, pencemaran dan perusakan ekosistem, imigrasi gelap, kejahatan lintas negara (penyelundupan, pencurian ikan, penebangan kayu ilegal dan pencurian serta penyelundupan sumber daya alam lainnya) dan bencana alam. Namun sebagai negara merdeka, berdaulat dan bermartabat, pertahanan dan keamanan diri harus selalu disiapkan serta dilaksanakan tanpa memandang ada atau tidak ada ancaman.

Kondisi geografi Indonesia yang terdiri dari kepulauan dan perairan yang luas, penyebaran penduduk yang tidak merata dan sumber daya alam yang berlimpah, telah menciptakan kerawanan keamanan yang multidimensi, terutama di hasil laut pertambangan dan kehutanan.

Potensi gangguan keamanan masih sangat luas, mulai dari konflik-konflik yang timbul dari kesenjangan sosial ekonomi masyarakat, keaneragaman suku, budaya dan agama, eforia kebebasan mengungkapkan pendapat, konflik kepentingan partai politik, jaringan perdagangan dan pengguna NARKOBA (narkotika, psikotropika dan bahan berbahaya), aliansi yang makin luas dari kejahatan kerah putih (white collar crime), kejahatan terorganisir dan penguasa informal telah menjadikan penegakan hukum semakin kompleks.

Indonesia memiliki permasalahan perbatasan dengan sepuluh negara tetangga, baik perbatasan darat maupun laut. Aspek-aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan perbatasan negara dapat menjadi sumber masalah yang dapat mengganggu hubungan antar negara. Pulau-pulau terdepan yang menjadi dasa penanda batas wilayah NKRI, terutama yang potensial hilang (karena alam atau status kepemilikan) perlu mendapat perhatian yang serius.

Dihadapkan pada kemampuan keuangan negara untuk pertahanan yang rata-rata pertahun hanya 0,1 % PDB, TNI dituntut harus mempunyai kemampuan melakukan pengamatan dan menjaga berbagai pulau terpencil di wilayah perbatasan dan lautan Nusantara yang terbentang luas. Kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan Indonesia bukan untuk memperbesar kekuatan, melainkan dalam rangka mengisi kesenjangan. Kekuatan yang

dibutuhkan adalah kekuatan minimum yang diperhitungkan mampu menjaga eksistensi bangsa dan kedaulatan NKRI dari serangan musuh yang disebut minimum required essential force. Untuk meraih kekuatan dimaksud, bisa dilaksanakan melalui upaya mendorong peningkatan profesionalisme TNI dan kemampuan industri pertahanan nasional dalam memenuhi kebutuhan alutsista/materiil TNI, dalam kerangka mewujudkan kemandirian pertahanan dan keamanan Nasional.

Teknologi peralatan kepolisian yang sangat berperan dalam pemeliharaan Kamtibmas, penegakan hukum dan melawan kejahatan trans-nasional, masih bergantung kepada produsen luar negeri. Hal tersebut terjadi bukan berarti disebabkan oleh kurangnya kemampuan teknologi dalam negeri, namun masih terkait kepada keterbatasan anggaran keamanan, sehingga ketergantungan kepada pinjaman lunak dari luar negeri masih cukup tinggi.

3.5.2. Arah kebijakan dan Prioritas Utama

Tema pembangunan iptek bidang teknologi hankam diarahkan untuk: (a) meningkatkan fokus, kapasitas dan kapabilitas penelitian dan pengembangan dalam teknologi pertahanan dan keamanan; (b) mempercepat proses difusi dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan pengembangan dalam bidang teknologi pertahanan dan keamanan; (c) memperkuat kelembagaan iptek dalam teknologi pertahanan dan keamanan yang mencakup faktor peneliti, fasilitas penelitian dan pengembangan, pola manajemen, fungsionalisasi organisasi penelitian dan pengembangan, kelengkapan dan kemutakhiran data kinerja iptek nasional, dan kemitraan; (d) menciptakan iklim inovasi dalam teknologi pertahanan dan keamanan dalam bentuk skema insentif yang sesuai; (e) menggunakan pendekatan demand pull sesuai dengan kebutuhan TNI dan Polri atau supply push untuk mendorong peningkatan kemampuan industri pertahanan dan keamanan nasional; (f) menyusun roadmap teknologi pertahanan dan keamanan yang jelas dalam fokus tema riset; (g)

mengutamakan penerapan teknologi pertahanan dan keamanan nasional melalui pemanfaatan berbagai produk yang dihasilkan.

Prioritas utama kegiatan penelitian dan pengembangan iptek teknologi hankam meliputi : (a) teknologi pendukung daya gerak, yaitu rancang bangun rekayasa alat angkut/wahana dan suku cadang baik matra darat, laut maupun udara, termasuk satelit serta wahana benam; (b) teknologi pendukung daya tempur, antara lain rancang bangun rekayasa sistem persenjataan meriam, termasuk alat optik/alat bidik, peluru kendali, roket, smart bom, ranjau laut pintar dan kemampuan memproduksi propelan secara mandiri. (c) teknologi pendukung Komando Kendali Komunikasi Komputasi Informatik Pengamatan dan Pengintaian (K4IPP), termasuk perangkat pengintaian (surveilance), penginderaan, navigasi, satelit, optronik dan alat komunikasi; (d) teknologi pendukung bekal prajurit antara lain peralatan dari bahan tahan peluru dan makanan di lapangan (e) teknologi pendukung peralatan khusus, antara lain alat intelijen dan alat sandi, alat anti teror, alat deteksi radiasi nuklir, dan peralatan khusus pelaksanaan kamtibmas, (f) teknologi pendukung kemandirian lain yang berkaitan dengan teknologi pertahanan dan keamanan nasional.

Untuk mencapai hasil rancang bangun rekayasa tersebut diatas diperlukan: (a) dukungan sains dasar untuk menjamin kualitas produk, dan dukungan sosial kemanusiaan untuk mengkondisikan kesiapan dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan sistem ketahanan nasional dan industrialisasi di sektor pertahanan keamanan negara; (b) keterpaduan dalam meningkatkan dan mengembang kan kemampuan industri hankam domestik; (c) penyusunan format regulasi pendanaan yang kreatif dalam mendukung pembangunan sistem pertahanan dan keamanan negara (sishankamneg), yang dalam jangka pendek dititikberatkan pada pengamanan wilayah perbatasan, pulau-pulau terluar dan wilayah rawan konflik; (d) pelibatan aktif kalangan LPNK Ristek, departemen terkait, litbang TNI dan Polri, perguruan tinggi dan industri nasional guna menghasilkan pasokan teknologi kebutuhan alutsista, melalui upaya sinergitas.

3.5.3. Tema Riset

Dalam rangka memberikan solusi permassalahan alut sista yang dihadapi TNI dan Polri, maka tema riset bidang teknologi pertahanan dan keamanan dititik beratkan pada 7 tema utama, yaitu : (1). Tema Riset Teknologi Pendukung Daya Gerak, (2). Tema Riset Teknologi Pendukung Daya Tempur, (3). Tema Teknologi Pendukung Komando, Kendali, Komunikasi, Komputasi, Pengamatan dan Pengintaian (K4IPP), (4). Tema Riset Teknologi Pendukung BEKAL, (5). Tema Riset Teknologi Pendukung POLRI, (6). Tema Riset Teknologi Perlengkapan Khusus, (7). Tema Riset Kajian Strategis. Tema Riset utama dimaksud dikelompokkan lagi pada 17 buah Sub Tema, dan dibagi lagi hingga menjadi 40 buah topik solusi permasalahan alut sista yang dibutuhkan oleh TNI dan Polri.

Dalam dokumen 193MKpIV2010 Lamp 2 ARN (Halaman 105-110)