• Tidak ada hasil yang ditemukan

M ETODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4 Analisis Data

3.4.3 Pengukuran panjang hasil tangkapan ikan layang

Pengukuran panjang untuk hasil tangkapan ikan layang dilakukan terhadap panjang total (total length) dengan menggunakan penggaris sampai millimeter terdekat. Pengukuran panjang total adalah panjang ikan yang diukur mulai dari ujung terdepan bagian kepala sampai ujung terakhir bagian ekornya. Dalam pemilihan sampel ikan di lapangan yang diukur adalah dengan menggunakan sampel secara acak (Random Sampling) dari hasil tangkapan ikan layang yang diperoleh setiap daerah penangkapan ikan layang dengan menggunakan purse seine. Metode pengukuran ikan yang dilakukan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 10.

Pengukuran panjang hasil tangkapan ikan layang sangat berpengaruh terhadap tingkat keramahan lingkungan yang dilihat dari segi perbandingan panjang total (TL) dan Length of maturity (Lm). Hal tersebut merupakan bagian yang penting terhadap penentuan suatu daerah penangkapan ikan yang potensial di suatu perairan. Perbandingan panjang total (TL) dan Length of maturity (Lm)

digunakan untuk mengetahui hasil tangkapan ikan layang yang diperoleh termasuk ke dalam kategori layak tangkap atau tidak layak tangkap. Data length of maturity untuk spesies ikan layang diperoleh dari www.fishbase.org

Sumber: Affandi 1992

Pt = panjang total; 1-2 = panjang tubuh; 1-3 = panjang ante-dorsal; 1-8 = panjang kepala; 4-5 = tinggi tubuh maksimum; 6-7 = tinggi tubuh minimum

Gambar 10 Metode pengukuran ikan.

3

.4.4 Hubungan SPL dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan ikan layang Hubungan antara SPL dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan dan ukuran panjang ikan layang dicari melalui analisis deskriptif terhadap grafik SPL dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan dan ukuran panjang ikan layang. Untuk menentukan derajat hubungan antara variabel SPL dan variabel klorofil-a terhadap variabel hasil tangkapan dan ukuran panjang ikan layang maka dilakukan analisis analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 15.0 (Steel dan Torrie 1989). Model regresi linier sederhana dapat ditulis sebagai berikut:

Y = a + bX

Keterangan: Y = Jumlah hasil tangkapan, ukuran panjang X = Suhu permukaan laut, klorofil-a

a = Intercept

b = Bilangan konstanta

Untuk melihat hubungan antara klorofil-a terhadap hasil tangkapan dengan melihat selisih waktu (time lag) digunakan analisis korelasi silang faktor (cross

correllation factor/CCF) yaitu dengan menggunakan perangkat lunak SYSTAT 10.2.

3

.4.5 Pendugaan daerah penangkapan ikan layang potensial

Dalam daerah penangkapan ikan layang potensial dapat ditentukan dengan memiliki informasi terhadap indikator-indikator yang mempengaruhi suatu daerah penangkapan ikan potensial. Indikator-indikator daerah penangkapan ikan layang potensial tersebut adalah hasil tangkapan ikan layang, ukuran panjang ikan layang, sebaran SPL dan sebaran klorofil-a. Masing-masing indikator tersebut dievaluasi secara parsial dan diberi nilai (score), lalu hasil evaluasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan daerah penangkapan ikan layang potensial.

1) Hasil tangkapan ikan layang

Penentuan daerah penangkapan ikan layang potensial berdasarkan indikator hasil tangkapan ikan layang dapat diperoleh dengan membandingkan nilai rata-rata CPUE selama penelitian dari setiap daerah penangkapan ikan layang dengan nilai rata-rata CPUE selama 1 tahun, yakni tahun 2011. Nilai rata-rata CPUE tersebut diperoleh dari data time series hasil tangkapan ikan layang dengan menggunakan purse seine dari pelabuhan perikanan pantai (PPP) Lampulo selama 1 tahun, yaitu tahun 2011 dan juga diperoleh dari hasil pengamatan selama penelitian.

Setelah dilakukan perbandingan nilai rata-rata CPUE dari setiap daerah penangkapan ikan, selanjutnya dapat ditentukan daerah penangkapan ikan layang yang termasuk ke dalam daerah penangkapan ikan yang potensial, sedang potensial, atau kurang potensial (Tabel 7).

Tabel 7 Penentuan DPI layang potensial berdasarkan hasil tangkapan

No DPI (kg/trip) CPUE*) CPUE(kg/trip) **) Rasio ∗∗)∗) Kategori 1 2 3 4 5 6

*) CPUE ikan layang yang tertangkap dengan purse seine selama penelitian **) CPUE ikan layang yang tertangkap dengan purse seine selama 1 tahun

Rasio ∗∗)∗) > 1 : kategori DPI potensial

Rasio ∗∗)∗) = 1 : kategori DPI sedang potensial Rasio ∗∗)∗) < 1 : kategori DPI kurang potensial 2) Ukuran panjang ikan layang

Penentuan DPI layang yang potensial berdasarkan indikator ukuran panjang ikan layang dapat dilakukan dengan membandingkan rata-rata panjang ikan (TL) yang tertangkap selama penelitian dari setiap daerah penangkapan ikan layang terhadap Length of maturity (Lm). Setelah dilakukan perbandingan antara rata-rata panjang ikan layang (TL) terhadap Length of maturity (Lm), selanjutnya dapat ditentukan daerah penangkapan ikan layang potensial dengan melihat kategori ukuran panjang hasil tangkapan ikan layang pada setiap daerah penangkapan ikan yang termasuk ke dalam kategori layak tangkap atau kategori tidak layak tangkap (Tabel 8).

Tabel 8 Penentuan DPI layang potensial berdasarkan ukuran panjang ikan

No DPI Rata-rata TL (cm) Lm (cm) Kategori 1 2 3 4 5 6

Nilai TL > Lm (21,2) : Ikan layak tangkap Nilai TL < Lm (21,2) : Ikan tidak layak tangkap

3) Suhu permukaan laut (SPL)

Penentuan daerah penangkapan ikan layang potensial berdasarkan indikator SPL dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

Suhu permukaan laut dapat berpengaruh terhadap penyebaran atau keberadaan ikan layang. Menurut pendapat Baskoro et.al. (2004), suhu dapat mempengaruhi penyebaran ikan dikarenakan (1) sebagai pengatur proses metabolisme (dapat mempengaruhi permintaan kebutuhan makanan dan tingkat penerimaan serta tingkat pertumbuhan), (2) sebagai pengatur aktifitas gerakan tubuh (kecepatan renang), dan (3) sebagai stimulus syaraf.

Hubungan SPL terhadap hasil tangkapan ikan layang dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui keberadaan ikan layang, apabila SPL berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan. Jika hal tersebut terpenuhi, maka langkah selanjutnya mencari SPL optimum untuk penangkapan ikan layang. Sebaliknya jika SPL tidak berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan maka SPL kurang tepat dijadikan sebagai indicator daerah penangkapan ikan potensial.

(2) Menentukan SPL optimum

Penentuan SPL optimum bagi ikan layang dapat dilakukan dengan menggunakan penyajian diagram pencar. Penyajian diagram pencar dimaksudkan untuk melihat sebaran SPL optimum terhadap CPUE ikan layang di setiap daerah penangkapan ikan. Setelah memperoleh SPL optimum di setiap daerah penangkapan, SPL optimum di-overlay terhadap peta tematik daerah penangkapan ikan layang.

4) Klorofil-a

Penentuan daerah penangkapan ikan layang potensial berdasarkan indikator klorofil-a dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Menganalisis hubungan klorofil-a terhadap hasil tangkapan.

Klorofil-a dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesuburan perairan yang sangat menunjang proses kehidupan di perairan. Nilai klorofil-a optimum berpengaruh secara signifikan terhadap hasil tangkapan ikan layang. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Muklis (2008). Ia menyatakan bahwa meningkatnya konsentrasi klorofil-a berpengaruh terdapat

hasil tangkapan yang meningkat, begitu sebaliknya penurunan konsentrasi klorofil-a berpengaruh terdapat hasil tangkapan ikan yang menurun.

(2) Menentukan konsentrasi klorofil-a optimum

Penentuan konsentrasi klorofil-a optimum ikan layang dapat dilakukan dengan menggunakan penyajian diagram pencar. Penyajian diagram pencar dimaksudkan untuk melihat sebaran klorofil-a optimum terhadap CPUE ikan layang di setiap daerah penangkapan ikan. Setelah memperoleh klorofil-a optimum di setiap daerah penangkapan, selanjutnya klorofil-a optimum di-overlay terhadap peta tematik daerah penangkapan ikan layang. Klasifikasi konsentrasi klorofil-a dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Klasifikasi konsentrasi klorofil-a

No Kategori Nilai Klorofil-a 1 Rendah < 0,3 mg/m3

2 Sedang 0,31 – 1 mg/m3

3 Tinggi > 1 mg/m3

Sumber: Nontji (1987)

Langkah terakhir dalam penentuan daerah penangkapan ikan layang potensial adalah dengan mengelompokkan nilai bobot (scoring) gabungan yang ditentukan melalui penjumlahan nilai bobot dari keempat indikator di atas (Tabel 10). Kategori pengelompokan nilai bobot gabungan dari keempat indikator dibagi menjadi tiga (Silvia 2009), yaitu:

(1) Jika nilai bobot gabungan berada pada kisaran tertinggi, DPI tersebut dikategorikan sebagai DPI potensial dan diberi bobot 5;

(2) Jika nilai bobot gabungan berada pada kisaran menengah, DPI tersebut dikategorikan sebagai DPI sedang potensial dan diberi bobot 3;

(3) Jika nilai bobot gabungan berada pada kisaran terendah, DPI tersebut dikategorikan sebagai DPI kurang potensial dan diberi bobot 1.

Tabel 10 Penentuan nilai bobot daerah penangkapan ikan layang potensial

No DPI Indikator Kategori Bobot Bobot Jumlah *) 1 DPI-1 Jumlah

Tangkapan Tinggi Sedang Rendah

5 3 1 Ukuran

Panjang Ikan Layak tangkap Tidak layak tangkap 5 1 SPL Optimum Tidak optimum 5 1 Klorofil-a Tinggi Sedang Rendah 5 3 1 2 DPI-2 Jumlah

Tangkapan Tinggi Sedang Rendah

5 3 1 Ukuran

Panjang Ikan Layak tangkap Tidak layak tangkap 5 1 SPL Optimum Tidak optimum 5 1 Klorofil-a Tinggi Sedang Rendah 5 3 1 dst DPI-3

*) Jumlah bobot : 14,67 – 20 = Potensial Jumlah bobot : 9,33 – 14,67 = Sedang Potensial Jumlah bobot : 4 – 9,33 = Kurang Potensial