BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Data mengenai perusahaan populasi sasaran tambang dapat dilihat pada bagian lampiran I. Data mengenai jumlah komite audit dapat dilihat pada bagian lampiran II. Data cheklis perhitungan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan III. Data mengenai perhitungan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan tahun 2012 dapat dilihat pada lampiran IV. Data mengenai perhitungan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan tahun 2013 dapat dilihat pada bagian lampiran V. Data mengenai perhitungan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan tahun 2013 dapat dilihat pada bagian lampiran VI. Data mengenai perhitungan nilai perusahaan tahun 2012 dapat dilihat pada bagian lampiran VII.
Data mengenai perhitungan nilai perusahaan tahun 2013 dapat dilihat pada bagian lampiran VIII. Data mengenai perhitungan nilai perusahaan tahun 2014 dapat dilihat pada bagian lampiran IX.
Hasil olah data SPSS dapat dilihat pada bagian lampiran X.
2. Perhitungan Tata Kelola Perusahaan, Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan, dan Nilai Perusahaan.
a. Perhitungan Tata Kelola Perusahaan
Hasil perhitungan tata kelola perusahaan yang diproksikan dengan jumlah komite audit dapat dilihat pada tabel 5.1:
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Jumlah Komite Audit
KODE
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
b. Perhitungan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dihitung dengan menggunakan rumus:
∑ EI = Environment Index
Ʃ Xj = Total nilai pertanggungjawaban lingkungan perusahaan j nj = Total nilai pertanggungjawaban lingkungan berdasarkan GRI G4
Hasil perhitungan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan (EI)
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan (EI) (Lanjutan)
KODE EMITEN
Indeks EI 2012 2013 2014
ANTM 0,50 0,53 0,56
CITA 0,56 0,59 0,62
INCO 0,59 0,62 0,65
TINS 0,59 0,62 0,65
CNKO 0,56 0,59 0,62
CTTH 0,59 0,62 0,65
MITI 0,56 0,56 0,62
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
c. Perhitungan Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dihitung dengan menggunakan rumus:
MVE = harga saham x jumlah saham beredar DEBT = total hutang perusahaan
TA = total aktiva
Tabel berikut ini merupakan hasil perhitungan nilai perusahaan:
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Nilai Perusahaan
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Nilai Perusahaan (Lanjutan) KODE
3. Analisis Statistik Deskriptif
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program IBM SPSS Statistics 23. Hasil pengujian statistik desktiptif tata kelola
perusahaan, pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan, dan nilai perusahaan dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Analisis Statistik Deskriptif Tata Kelola Perusahaan
Tabel berikut ini merupakan hasil pengujian statistik deskriptif variabel tata kelola perusahaan yang diukur berdasarkan jumlah komite audit.
Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Jumlah Komite Audit Jumlah Komite Audit
N Valid 72
Missing 0
Range 4
Minimum 2
Maximum 6
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.4, terdapat 72 data valid dan tidak ada data missing. Data missing 0 menjelaskan tidak ada nilai atau data yang terlewat (hilang). Range adalah perbedaan jarak antara nilai maksimum dan minimum sebesar 4 menunjukkan bahwa data jumlah komite audit memiliki sebaran data yang kecil.
Jumlah minimum komite audit pada populasi sasaran perusahaan tambang sebanyak 2 anggota artinya memiliki kualitas audit rendah. Perusahaan yang memiliki jumlah komite audit tersebut adalah perusahaan PT. Ratu Prabu Energi Tbk pada tahun 2012 dan 2014. Berdasarkan data yang digunakan pada penelitian ini, perkembangan jumlah komite audit pada
tahun 2012-2014 mengalami tren fluktuatif. Hal tersebut ditandai dengan jumlah komite audit pada tahun 2012 sebanyak 2 anggota, pada tahun 2013 sebanyak 3 anggota, dan pada tahun 2014 jumlah komite audit 2 anggota.
Jumlah maksimum komite audit pada populasi sasaran perusahaan tambang sebanyak 6 anggota artinya memiliki kualitas audit tinggi. Perusahaan yang memiliki jumlah komite audit tersebut adalah perusahaan PT. Aneka Tambang Tbk pada tahun 2012 dan 2014. Berdasarkan data yang digunakan pada penelitian ini, perkembangan jumlah komite audit pada tahun 2012-2014 mengalami tren yang fluktuatif. Hal tersebut ditandai dengan jumlah komite audit pada tahun 2012 sebanyak 6 anggota, yang mengalami penurunan pada tahun 2013 sebanyak 3 anggota, dan pada tahun 2014 jumlah komite audit mengalami kenaikan sebanyak 6 anggota.
Secara visual, jumlah komite audit dapat dijelaskan dengan gambar histogram 5.1 berikut:
Gambar 5.1
Histogram Jumlah Komite audit
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016 Keterangan:
CG = Tata Kelola Perusahaan
Berdasarkan gambar 5.1, terdapat 59 perusahaan yang mempunyai jumlah komite audit yang sesuai ketentuan minimal yaitu 3 komite audit. Perusahaan yang mempunyai jumlah komite audit yang tidak sesuai ketentuan terdapat 2 perusahaan. Perusahaan yang memiliki jumlah komite audit lebih dari ketentuan minimal terdapat 13 perusahaan.
b. Analisis Statistik Deskriptif Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan
Tabel 5.5 merupakan hasil pengujian statistik deskrptif variabel Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan.
Tabel 5.5 Statistik Deskriptif Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan
Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan
N Valid 72
Missing 0
Range ,3800
Minimum ,5000
Maximum ,8800
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.8, terdapat 72 data valid dan tidak ada data missing. Data missing 0 menjelaskan tidak ada nilai atau data yang terlewat (hilang). Range adalah perbedaan jarak antara nilai maksimum dan minimum sebesar 0,3800. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan memiliki sebaran data yang luas.
Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan pada populasi sasaran perusahaan tambang yang sangat rendah adalah 0,5000, hal ini berarti semakin sedikit pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan yang diungkapkan perusahaan dan dapat dikatakan laporan yang diterbitkan semakin tidak transparasi. Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan tersebut diperoleh perusahaan PT. Aneka Tambang Tbk 2012.
Perkembangan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan pada tahun 2012-2014 mengalami peningkatan positif. Hal tersebut ditandai dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan pada tahun 2012 sebanyak 0,50, pada tahun 2013
mengalami kenaikan sebanyak 0,53, dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan kembali sebanyak 0,56.
Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan pada populasi sasaran perusahaan tambang yang sangat tinggi adalah 0,8800 artinya semakin banyak pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan yang diungkapkan dan laporan yang diterbitkan semakin transparansi. Nilai perusahaan tersebut diperoleh oleh perusahaan Medco Energi Internasional Tbk pada tahun 2014. Berdasarkan data yang digunakan pada penelitian ini, perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan Medco Energi Internasional Tbk tahun 2012-2014 mengalami tren yang positif. Perkembangan pertanggungjawaban lingkungan pada tahun 2012-2014 mengalami tren positif. Hal tersebut ditandai dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan pada tahun 2012 sebanyak 0,82, pada tahun 2013 sebanyak 0,85, dan pada tahun 2014 sebanyak 0,88.
Secara visual, pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dapat dijelaskan dengan gambar histogram berikut:
Gambar 5.2
Histogram Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Keterangan:
EI = Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan Berdasarkan gambar 5.3, menunjukkan bahwa cukup banyak yang mengungkapkan pertanggungjawaban lingkungan dengan EI sebesar 0,6000 atau mendekati 0,6000.
Hal ini mengindikasi bahwa banyak perusahaan yang tidak mengungkapkan pertanggungjawaban lingkungan secara lengkap pada laporan tahunan.
c. Analisis Statistik Deskriptif Nilai Perusahaan
Tabel 5.6 merupakan hasil pengujian statistik deskriptif variabel nilai perusahaan.
Tabel 5.6 Statistik Deskriptif Nilai Perusahaan Nilai Perusahaan
N Valid 72
Missing 0
Range 3754,2597
Minimum ,4449
Maximum 3754,7045
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.6, terdapat 72 data valid dan tidak ada data missing. Data missing 0 menjelaskan tidak ada nilai atau data yang terlewat (hilang). Range adalah perbedaan jarak antara nilai maksimum dan minimum, sebesar 3754,2597 menunjukkan bahwa data nilai perusahaan memiliki sebaran data yang luas.
Nilai perusahaan pada populasi sasaran perusahaan tambang yang sangat rendah adalah 0,4449 artinya semakin rendah nilai perusahaan tidak akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham sehingga pemegang saham tidak akan menginvestasikan modalnya di perusahaan. Nilai perusahaan tersebut diperoleh perusahaan Mitra Investindo Tbk pada tahun 2012. Perkembangan nilai perusahaan pada tahun 2012-2014 mengalami tren positif. Hal tersebut ditandai dengan nilai perusahaan pada tahun 2012 sebesar 0,44 , pada tahun 2013 sebesar 1.226,36, dan pada tahun 2014 sebesar 1.309,38.
Nilai perusahaan pada populasi sasaran perusahaan tambang yang sangat tinggi adalah 3754,7045 artinya semakin
tinggi nilai perusahaan akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham sehingga pemegang saham akan menginvestasikan modalnya di perusahaan. Nilai perusahaan tersebut diperoleh oleh perusahaan Medco Energi Internasional Tbk pada tahun 2014. Berdasarkan data yang digunakan pada penelitian ini, perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan Medco Energi Internasional Tbk tahun 2012-2014 mengalami tren yang positif. Perkembangan nilai perusahaan pada tahun 2012-2014 mengalami tren positif. Hal tersebut ditandai dengan nilai perusahaan pada tahun 2012 sebesar 212,19, pada tahun 2013 sebesar 227,32, dan pada tahun 2014 sebesar 3.754,70.
Secara visual, nilai perusahaan dapat dijelaskan dengan gambar histogram 5.3 berikut:
Gambar 5.3
Histogram Nilai Perusahaan
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Keterangan:
NP = Nilai Perusahaan
Berdasarkan gambar 5.2, terdapat 48 perusahaan yang mempunyai nilai perusahaan kurang dari satu.
Perusahaan yang mempunyai nilai perusahaan lebih besar dari satu terdapat 18 perusahaan.
4. Pengklasifikasian Data
a. Pengklasifikasian Data Tata Kelola Perusahaan
Pengkalsifikasian tata kelola perusahaan ang diproksikan dengan jumlah komite audit.
Klasifikasi data komite audit didasarkan pada peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
komite audit perusahaan minimal terdiri dari tiga orang. Hasil klasifikasi komite audit dikategorikan sebagai berikut :
< 3 : Tidak sesuai ketentuan
≥ 3 : Sesuai ketentuan
Hasil pengklasifikasian jumlah komite audit seperti pada tabel 5.7 dan tabel 5.8.
Tabel 5.7 Hasil Klasifikasi Jumlah Komite Audit
S
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Tabel 5.8 Data Klasifikasi Jumlah Komite Audit KODE
Tabel 5.8 Data Klasifikasi Jumlah Komite Audit (Lanjutan)
b. Pengklasifikasian Data Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan
Pengklasifikasian pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan berdasarkan histogram dengan kategori sebagai berikut:
0 - ≤ 0,5999 : Sangat rendah
> 0,600 - ≤ 0,6999 : Rendah
> 0,7000 - ≤ 0,7999 : Tinggi
> 0,8000 : Sangat tinggi
Hasil pengklasifikasian dari pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan seperti pada tabel 5.9 dan tabel 5.10.
Tabel 5.9 Hasil Klasifikasi pengungkapan pertanggungjawaban
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Tabel5.10 Data Klasifikasi Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Keterangan:
1 = Sangat Rendah (0 – 0,5999) 2 = Rendah (> 0,6000 - ≤ 0,6999) 3 = Tinggi (> 0,7000 - ≤ 0,7999) 4 = Sangat Tinggi (> 0,8000)
c. Pengklasifikasian Data Nilai Perusahaan
Pengklasifikasian nilai perusahaan berdasarkan histogram dengan kategori sebagai berikut:
0 – ≤ 999,99 : Sangat Rendah
>1000,00 – ≤ 1999,99 : Rendah
> 2000,00 – ≤ 2999,99 : Tinggi
≥ 3000,00 : Sangat Tinggi
Hasil pengklasifikasian dari nilai perusahaan seperti pada tabel 5.11 dan tabel 5.12.
Tabel 5.11 Hasil Klasifikasi Nilai Perusahaan
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Tabel 5.12 Data Klasifikasi Nilai Perusahaan No Kode
Tabel 5.12 Data Klasifikasi Nilai Perusahaan (Lanjutan)
5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs)
a. Analisis Tabulasi Silang Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan.
Tabel di bawah ini merupakan tabel output analisis tabulasi tata kelola perusahaan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan.
Tabel 5.13 Tabulasi Silang Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan.
Jumlah Komite Audit Total Tidak
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.13, perusahaan yang memiliki jumlah komite audit sesuai ketentuan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan sangat rendah berjumlah 29 perusahaan. Jumlah komite audit sesuai ketentuan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan rendah berjumlah 28 perusahaan. Jumlah komite audit tidak sesuai ketentuan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan tinggi berjumlah 2 perusahaan. Jumlah komite audit sesuai ketentuan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan tinggi berjumlah 2 perusahaan. Jumlah komite audit sesuai ketentuan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan sangat tinggi berjumlah 11 perusahaan. Kekuatan dan arah hubungan dapat dijelaskan pada tabel 5.14 koefisien berikut ini.
Tabel 5.14 Tabel Koefisien Hubungan Tata Kelola Perusahaan dengan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan.
S S u
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Pada tabel 5.12 menunjukkan nilai Spearman’s rho sebesar -0,676 menunjukkan kekuatan (strength) hubungan tata kelola perusahaan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan adalah kuat. Nilai Gamma negatif, hal ini membuktikan bahwa arah hubungan kedua variabel negatif.
b. Analisis Tabulasi Silang Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai Perusahaan
Tabel di bawah ini merupakan tabel output analisis tabulasi silang tata kelola perusahaan dengan nilai perusahaan.
Tabel 5.15 Tabulasi Silang Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai Perusahaan
Jumlah Komite Audit Total Tidak
sesuai ketentuan
Sesuai ketentuan Nilai Perusahaan Sangat
rendah
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Value Ordinal by Ordinal Gamma -0,676
N of Valid Cases 72
Berdasarkan tabel 5.15, perusahaan yang memiliki jumlah komite audit sesuai ketentuan dengan nilai perusahaan sangat rendah berjumlah 47 perusahaan. Jumlah komite audit idak sesuai ketentuan dengan nilai perusahaan sangat tinggi berjumlah 3 perusahaan. Jumlah komite audit sesuai ketentuan dengan nilai perusahaan rendah berjumlah 17 perusahaan.
Kekuatan dan arah hubungan dapat dijelaskan dengan tabel koefisien berikut ini.
Tabel 5.16 Tabel Koefisien Hubungan Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai Perusahaan
S
Sumber: data sekunder yang dilah, 2016
Pada Tabel 5.14 menunjukkan nilai Spearman’s rho sebesar -0,237 menunjukkan kekuatan (strength) hubungan tata kelola perusahaan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan lemah. Nilai Gamma negatif, hal ini membuktikan bahwa arah hubungan kedua variabel negatif.
c. Analisis Tabulasi Silang Antara Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan dengan Nilai Perusahaan Tabel 5.17 merupakan tabel output analisis tabulasi silang pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dengan nilai perusahaan.
Value Ordinal by Ordinal Gamma -0,237
N of Valid Cases 72
Tabel 5.17 Tabulasi Silang Antara Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan dengan Nilai Perusahaan
Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan
Total Sangat
rendah
Rendah Tinggi Sangat tinggi
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.17, perusahaan yang melakukan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan sangat rendah dengan nilai perusahaan sangat rendah berjumlah 22 perusahaan. Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan sangat rendah dengan nilai perusahaan sangat rendah 21 perusahaan. Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan rendah dengan nilai perusahaan rendah berjumlah 6 perusahaan. Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan tinggi dengan nilai perusahaan tinggi berjumlah 1 perusahaan.
Pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan sangat tinggi dengan nilai perusahaan sangat tinggi berjumlah 2 perusahaan.
Kekuatan dan arah hubungan dapat dijelaskan dengan tabel koefisien 5.18.
Tabel 5.18 Tabel Koefisien Hubungan Pengungkapan Lingkungan dengan Nilai Perusahaan
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 5.18 menunjukkan nilai Gamma sebesar 0,485 menunjukkan kekuatan (strength) hubungan tata kelola perusahaan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan sedang. Nilai Gamma positif, hal ini membuktikan bahwa arah hubungan kedua variabel positif.
B. Pembahasan
1. Hubungan Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan kuat dan arah hubungan negatif antara tata kelola perusahaan dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan. Hubungan yang kuat menjelaskan tata kelola perusahaan mempunyai kecenderungan sangat kuat dalam mempengaruhi pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan. Hubungan yang kuat dapat terjadi karena populasi sasaran pada penelitian ini kebanyakan memiliki jumlah komite 3 anggota, dimana 3 anggoa adalah jumlah
Value Ordinal by Ordinal Gamma 0,485
N of Valid Cases 72
komite minimal yang harus dimiliki perusahaan yang diatur pada otoritas jasa keuangan. Semakin banyak jumlah komite audit maka dapat mempengaruhi fungsinya sebagai pengawasan untuk melakukan review proses pelaporan lingkungan. Sehingga menyebabkan meningkatnya kualitas laporan yang dihasilkan.
Arah hubungan yang negatif menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan tidak mempunyai hubungan yang searah dengan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan, dan menjelaskan bahwa apabila tata kelola perusahaan meningkat maka pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan juga belum tentu meningkat. Hal ini berarti tata kelola perusahaan yang rendah cenderung mempengaruhi pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan lemah. Sebaliknya, tata kelola perusahaan yang tinggi cenderung mempengaruhi pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan sangat kuat.
Penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Camfferman dan Cooke (2002) dan Haposoro (2012) membuktikan adanya hubungan positif antara kualitas audit dan kualitas pengungkapan informasi. Hubungan tersebut dapat terjadi karena semakin tinggi komposisi komite audit independen dapat mengurangi permasalahan keagenan sehingga dapat meningkatkan kontrol internal termasuk mempengaruhi keputusan perusahaan melakukan pertanggungjawaban lingkungan. Komite audit
memiliki peranan penting dalam melakukan review proses dan kontrol internal perusahaan sehingga menghasilkan pelaporan yang berkualitas (Said et.al, 2009).
2. Hubungan Antara Tata Kelola Perusahaan dengan Nilai Perusahaan
Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa terdapat hubungan lemah dengan arah hubungan negatif antara tata kelola perusahaan dengan nilai perusahaan. Hubungan yang lemah menjelaskan tata kelola perusahaan mempunyai kecenderungan sangat lemah dalam mempengaruhi nilai perusahaan. Hubungan yang lemah dapat terjadi karena pengawasan yang dilakukan komite audit kurang maksimal, sehingga masih menimbulkan asimetri informasi antara pihak agen dan prinsipal yang dapat membuat nilai perusahaan buruk.
Arah hubungan yang negatif menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan tidak mempunyai hubungan yang searah dengan nilai perusahaan, dan apabila tata kelola perusahaan meningkat maka nilai perusahaan belum tentu meningkat. Hal ini berarti tata kelola perusahaan yang rendah cenderung mempengaruhi nilai perusahaan sangat lemah. Sebaliknya, tata kelola perusahaan yang tinggi cenderung mempengaruhi pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan sangat kuat.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Siallagan dan Machfoedz (2006). Penelitian mereka menunjukkan bahwa keberadaan komite audit independen berpengaruh pada nilai perusahaan dengan mengurangi manajemen laba dan meningkatkan kualitas laba.
3. Hubungan Antara Pengungkapan Pertanggungjawaban Lingkungan dengan Nilai Perusahaan
Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa terdapat hubungan sedang dengan arah hubungan positif antara pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dengan nilai perusahaan. Hubungan yang sedang menjelaskan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan mempunyai kecenderungan sangat sedang mempengaruhi nilai perusahaan. Hubungan yang sedang dapat terjadi karena banyak perusahaan yang mengungkapkan pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan tidak secara lengkap sehingga membuat para investor ragu untuk menanamkan sahamnya kedalam perusahaan tersebut, hal ini akan membuat nilai perusahaan menurun.
Arah hubungan yang positif menjelaskan bahwa pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan mempunyai hubungan yang searah dengan nilai perusahaan, dan apabila pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan meningkat maka nilai perusahaan meningkat. Hal ini berarti pengungkapan
pertanggungjawaban lingkungan yang rendah cenderung mempengaruhi nilai perusahaan lemah. Sebaliknya, pengungkapan pertanggung jawaban lingkungan tinggi cenderung mempengaruhi pengungkapan nilai perusahaan sangat kuat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya karena sebagian besar penelitian menemukan perusahaan yang melakukan pertanggungjawaban sosial dan lingkungan memiliki kinerja yang lebih baik (Al-Tuwaijri et.al, 2004; Clarkson et.al, 2008; Jo dan Harjoto, 2011, 2012; Mishra dan Suar, 2010; Wan Ahamed et.al, 2014). Suatu meta-analysis terkait hubungan tersebut telah dilakukan oleh Moser dan Martin (2012) dan menghasilkan kesimpulan hubungan positif antara pertanggungjawaban sosial dan lingkungan dan kinerja perusahaan.
71 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa:
1. Hubungan antara tata kelola perusahaan dengan pengungkapan pertanggungjawaban adalah kuat dengan arah hubungan negatif.
2. Hubungan antara tata kelola perusahaan dengan nilai perusahaan adalah lemah dengan arah hubungan negatif.
3. Hubungan antara pengungkapan pertanggungjawaban lingkungan dengan nilai perusahaan adalah sedang dengan arah hubungan positif.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut:
1. Penentuan populasi sasaran hanya menggunakan sampel perusahaan tambang yang mengeluarkan laporan tahunan secara konsisten selama tahun 2012-2014.
2. Penelitian ini mengukur tata kelola perusahaan hanya menggunakan satu proksi saja.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya bisa menggunakan sampel perusahaan dari industri lain sehingga dapat memberikan generalisasi yang lebih baik.
2. Penelitian selanjutnya bisa menambahkan proksi dalam mengukur tata kelola perusahaan agar dapat memberikan kesimpulan yang lebih kuat seperti struktur kepemilikan dan jumlah dewan komisaris.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, C., dan Frost, G. 2004. The Development of Corporate Websites and Implications for Ethical, Social and Environmental Reporting Through These Media. https://www.icas.com/__data/assets/pdf_file/0005/159593/The-development-of-corporate-websites.pdf, didownload pada tanggal 29 April 2016 pukul 09.53 WIB.
Ainy, Rintan Nuzul. 2015. “Tata Kelola Perusahaan, Pertanggungjawaban Lingkungan, Kinerja Perusahaan” (studi empiris di Indonesia dan Malaysia).
Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Gadjah Mada.
Al-Tuwaijri, S. A., Christensen, T. E., dan Hughes, K. 2004. The Relations Among Environmental Disclosure, Environmental Performance, and Economic Performance: A Simultaneous Equations Approach. Accounting, Organizations and Society, 29(5-6), 447–471.
Bokpin, G. A. dan Isshaq, Z. 2009. Corporate Governance, Disclosure and Foreign Share Ownership on The Ghana Stock Exchange. Managerial Auditing Journal, 24(7), 688–703.
Camfferman, K., dan Cooke, T. E. 2002. An Analysis of Disclosure in The Annual Reports of U.K and Dutch Companies. Journal of International Accounting Research, 1(1), 3–30.
Campbell, J. L. 2007. Why Would Corporations Behave in Socially Responsible Ways? An Institutional Theory of Corporate Social Responsibility. Academy of Management Review, 32(3), 946–967.
Carroll, A. B. 1999. Corporate Social Responsibility Evolution of a Definitional Construct. Business & Society, 38(3), 268–295.
Chan, M. C., Watson, J., dan Woodliff, D. 2014. Corporate Governance Quality and CSR Disclosures. Journal of Business Ethics, 125, 59–73.
Choi, F. D. S. 2003. International Finance and Accounting Handbook (Third Edition) (p. 24.3).
Chung, K. H., dan Pruitt, S. W. (1994). A Simple Approximation of Tobin’s q.
Financial Management, 23(3), 70–74.
Clarkson, P. M., Li, Y., Richardson, G. D., dan Vasvari, F. P. 2008. Revisiting The Relation Between Environmental Performance and Environmental Disclosure: An empirical Analysis. Accounting, Organizations and Society, 33(4-5), 303–327.
Cooper, Donald R dan Pamela S. Schindler, 2006. Business Research Methods, Ninth Edition. New York: McGraw-Hill Education.
Deegan, C., dan Rankin, M. 1997. The Materiality of Environmental Information to Users of Annual Reports. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 10(4), 562.
Deegan, C., Rankin, M., dan Tobin, J. 2002. An Examination of the Corporate Social and Environmental Disclosures of BHP from 1983-1997: A Test of Legitimacy Theory. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol.
15(3), 312–343.
Donaldson, T., dan Preston, L. E. 1995. The Stakeholder Theory of The Corporation: Concepts, Evidence, and Implications. The Academy of Management Review, 20(1), 65–91.
Eisenhardt, K. M. 1989. Agency Theory : An Assessment And Review. The Academy of Management Review, 14(1), 57.
Fahmi, Irhan, 2011, “Analisis Kinerja Keuangan: Panduan Bagi Akademisi, Manajer, dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dan Aspek Keuangan”. Bandung: Alfabeta.
Freeman, R. E., dan Phillips, R. A. 2002. Stakeholder Theory : A Libertarian Defense. Business Ethics Quarterly, 12(3), 331–349.
Ghazali, N. A. M. 2007. Ownership Structure and Corporate Social Responsibility Disclosure: Some Malaysian Evidence. Corporate Governance, 7(3), 251–
266.
Handajani, L., Sutrisno, dan Chandrarin, G. 2009. The Effect of Earnings Management and Corporate Governance Mechanism to Corporate Social Responsibility Disclosure: an Empirical Study at Public Companies in Indonesian Stock Exchange. The Indonesian Journal of Accounting Research, 12(3), 233–248.
Haposoro, D. 2012. Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi &
Manajemen (JAM), 23(3), 199–215.
Ho, S. M., dan Wong, S. K. 2001. A Study of The Relationship Between Corporate Governance Structures and The Extent of Voluntary Disclosure.
Journal of International Accounting, Auditing & Taxation, Vol. 10, 139–156.
Holder-webb, L., Cohen, J. R., Nath, L., dan Wood, D. 2009. The Supply of
Holder-webb, L., Cohen, J. R., Nath, L., dan Wood, D. 2009. The Supply of