A. Organisme Perusak Rotan
VIII. PENUTUP
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka tampak bahwa betapa luasnya ilmu pengetahuan dan teknologi rotan, walaupun yang diuraikan hanya salah satu bagian dari pohon rotan, yaitu batang (Stem). Namun demikan, dari apa yang telah diuraikan masih saja ada bagian di sana-sini yang belum terungkap karena keterbatasan informasi. Oleh karena itu, terbitan pertama ini perlu kiranya secara terus menerus disempurnakan dan dikembangkan di kemudian hari agar batang dari pohon palm-memanjat yang unik ini dapat selamanya menghiasi kehidupan umat manusia.
Dari apa yang telah terungkap dalam buku ini, pantas bahwa Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumberdaya rotan terkaya di dunia baik dalam keanekaragaman jenis maupun jumlah produksi. Tetapi, kekayaan yang tinggi itu masih memerlukan kalkulasi yang lebih akurat dengan cara inventarisasi rotan secara nasional. Sifat dasar rotan mengungkapkan bahwa tumbuhan famili palmeae dari kelas
monocotyledones ini ternyata mempunyai kharakter yang sangat berbeda
dengan kayu walaupun sama-sama berasal dari tanaman berkayu. Sifat ini sangat penting diketahui, karena mempunyai implikasi yang luas dalam pengolahan, pengawetan dan standarisasi mutu rotan. Bahkan sifat dasar, pengolahan dan pengawetan merupakan pengetahuan pokok dalam upaya peningkatan mutu dan kunci keberhasilan peningkatan daya saing produk rotan.
Dalam buku ini telah dicoba merangkum semua aspek yang berkaitan dengan upaya-upaya agar batang rotan dapat dimanfaatkan secara lebih baik batang dari pohon rotan. Di luar batang, pohon rotan masih dapat memberi manfaat yang tinggi dalam kehidupan manusia, yaitu buah, pucuk dan akar. Bahan-bahan ini telah digunakan sebagai campuran dalam pembuatan cat, kosmetik, sumber makanan dan obat-obatan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,S.S. 1990. Kimia Kayu. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen P & K. PAU Ilmu Hayat. IPB Bogor.
Ahmad,N.Y., P.Tho and L.T.Hong. 1985. Pest and Diseases of Rattan Products in Pinumsular Malaysia. Proceeding of Rattan Seminar. Kuala Lumpur. Forest Research Institute , Malaysia. Alrasyid,H. 1989. Teknik penanaman rotan. Pusat Litbang Hutan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Tidak diterbitkan
________dan Y. Dali. 1986. Prospek Budidaya Jenis rotan Potensial. Maklah Lokakarya Nasional 15 - 16 Desember. Departemen Kehutanan
________.1979. Standar Industri Indonesia. Mutu dan Cara Uji Tepung Gaplek. Departemen Perindustrian Republik Indonesia, SII 70 – 1979.
________.1982. Laporan inventarisasi potensi rotan di 6 kelompok hutan Cabang Dinas Kahutanan Kaltim. Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan Wilayah V, Kalimantan Timur. Samarinda. ________.1982. Laporan survey inventarisasi potensi hasil hutan ikutan
(non kayu) di Kalimantan. Laporan kerjasama Balai Planologi Kehutanan III, Direktorat Bina Produksi Kehutanan. Banjarbaru
________. 1985 Pedoman peningkatan mutu rotan. Direktorat Tertib Peredaran Hasil Hutan. Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta
________. 1985. Studi pengembangan tanaman rotan di Jawa Barat. Laporan Kerjasam Lembaga Penelitian IPB dan Direktorat Jenderal Rebiosasi dan Rehabilitasi Lahan. Departemen Kehutanan. Jakarta.
________. 1986 Himpunan Kertas Kerja dalam Raker HPRI (Himpunan Pengusaha Rotan Indonesia). Jakarta.
_______. 1988. A Study on the prosfects on the rattan industry and market PT. Capricorn Indonesia Consult. Inc. Jakarta. Tidak diterbitkan.
________. 1989. Pedoman inventarisasi Rotan, dalam ”Himpunan Peraturan dan Perundang – undangan Tentang Rotan”, halaman 44 – 83. Pusat dokumentasi dan informasi Manggala Wanabakti. Jakarta.
________. 1991. SNI Seri 19 – 9000 Manajemen Mutu. Standar Nasional Indonesia. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta. _______.1996. Laporan inventarisasi potensi rotan di kelompok hutan
Tojo dan Wanari, Palu. Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan Wilayah VI, Sulawesi Utara. Manado.
________. 2005. Rotan. Dinas Kehutanan Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Tidak diterbitkan.
_______.2006. Standar Nasional Indonesia. Badan Standarisasi Nasional (BSN), SNI 01-7254-2006.
Badhwar, R.L. 1961. Collection and processing of canes. Indian Forester 87 (A). 257 – 267. Kerala.
Basri, E., O.Rachman dan A.Supriadi. 1998. Pengupasan dan pemolisan rotan dalam keadaan basah dan kering. Buletin Penelitian Hasil Hutan 15 (8) : 475 – 487. Puslitbang Hasil Hutan & Sosek. Bogor.
Bhat, K. M. dan P. K Thulasidas. 1989. Calamus metzianus Schlecht, Why this rattan breaks ?. Rattan Information Center Bulletin, 8 (1/4 ), 4 – 5. FRIM, . Malysia.
_______ dan M Verghese. 1989. Anatomical basis for the behaviour of rattan. Kerala Forest Research Institute. Kerala .
Bodig, J dan B. A, Jayne. 1982. Mechanical of Wood and Wood Composite. Van Nostrand Reinhold, Co. New York.
Chang, S. T., Y. S Huang dan W.J Ku. 1988. Use of SEM/EXA and IR in characterizing microscopic and chemical properties of rattan. For. Prod. Inds, 1988, 7 : 1. En caption.
Casin, R. F. 1975. Study on the proper utilization of rattan poles. Progress report, project No. 13. PCAR. Los Banos.
Cortes, R.T. 1939. Air seasoning of commercial rattan. The Philipines Journal of Forestry 8(4). Laguna.
Cummins, J.E. 1933. Blue stain in Pinus radiate (insiquis) timber. Some premilinary exsperiments with case stock. Division of forest Products Reprint 14. p. 244 – 251.
Dali,J dan Y.Sumarna. 1986. Pengenalan jenis-jenis rotan Indonesia. Himpunan Diklat Penguji Rotan Kerjasama Puslitbang Hasil Hutan-PT. Sucofindo, Bogor. Tidak diterbitkan.
Darma,S. 1987. Pengaruh konsentrasi bahan pemutih kaporit dan kostik soda terhadap warna dan sifat mekanis beberapa jenis rotan. Skripsi Sarjana Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.
Dewi, H. H. 1999. Pengaruh waktu penggorengan dan jenis rotan terhadap mutu hasil pemolisan. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan, Unwim. Bandung.
Dransfield, J. 1974. A short guide to rattan. SEAMEO, Regional center for tropical biology. Biotrop/TF/128. Bogor.
________. 1979. A manual of the rattan of Malay Peninsula. Malayan Forest Record No. 29. FRIM, Malaysia.
________. 1984. Prospect for lesser known canes. In : Proc. Rattan Seminar Kualalumpur. The RIC ( 1985 ) : 107 – 114.
Fengel, D dan G Wagener. 1984. Wood, Chemistry Ultrastructure and Reaction. Walter de Gruyter. New York.
Gunawan. 2002. Keragaan perdagangan rotan dan produk rotan Indonesia di pasar domestik dan international suatu analisis simulasi kebujakan. Disertasi. Program Doktor. Program pascasarjana. Institute Pertanian Bogor. Tidak dipubliksikan. _______. 2005. Ketersediaan bahan baku dalam mendukung
peningkatan ekspor produk rotan dan permasalahannya. Fasilitasi usaha bidang pemasaran dan produksi pelaku usaha hasil hutan non kayu (rotan). Direktorat Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan. Jakarta.
Hadikusumo, S. A. 1988. Properties and potensial uses of unexploited rattan in Indonesian. Final Report Rattan Indonesian Project. 1984 – 1988. IRDC – and Departemen. of Forestry, Jakarta. p. 186 – 190.
________. 1990. Sifat fisik – mekanik rotan dan teknik pengawetannya. Makalah Diskusi Hasil Penelitian Rotan. Kerjasama Pemerintah RI – IDRC, Canada. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.
________. 1994. Eksploration of physical and mechanical properties of presently unusual rattan. Buletin Fakultas Kehutanan No. 25/1995. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
________ dan H Yudodibroto. 1985. Sifat – sifat fisis dan mekanis rotan – rotan yang tidak dipungut dari Propinsi Kalimantan Tengah. Proceeding Lokakarya Nasional Rotan. Departemen. Kehutanan – Badan Litbang Kehutanan – IRDC, Jakarta. p. 394 – 395.
Handayani, D. V. 1993. Pengaruh pengukusan, perendaman urea dan perendaman amoniak terhadap pelengkungan, dan sifat fisis mekanis rotan manau dan rotan batang. Skripsi. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Hardjo, S., O.Rachman., dan E. Sopianti. 1994. Kajian Pemutihan Rotan Batang (Calamus ornatus) dengan Berbagai Konsentrasi Bahan Kimia dan Cara Penggunaannya. Jurnal Teknologi Industri Pertanian 4(1). FATETA, IPB. Bogor.
Hartono. 1998. Prospek industri rotan dan saran yang diperlukan. Maklah pada workshop tentang deregulasi rotan. Asmindo. Jakarta.
Haygreen, J. G. dan J. L Bowyer 1982. Forest Products and Wood Science. The Lowa State University Press, Ames. lowa.
Heyne,K. 1950. De nuttige planten van Indonesia. Leitgeverij W.Van Hoeve, S’Gravenhage/Bandung.
Hillis, W. E. 1987. Heartwood and Tree Exudates. Spring Verlag. Berlin. Holtam, B.W. 1966. Blue stain. Its effect on the wood of home grown
conifer and suggested methos of control. Forestry Commision. Leafleat No. 53: 1-3.
Indrawati,L. 1993. Struktur Anatomi Beberapa Jenis Rotan. Skripsi S1 Jurusan THH Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.
Jasni. 1992. Cara pengolahan rotan dan pecegahan serangan organisme pada rotan di Semarang dan sekitarnya. Prosiding dan Pengembangan Bioteknologi. Bogor. Hal 259 – 270.
______. 1999. Pencegahan bubuk Dinoderus minutus Farb. pada rotan batang (Daemonorops robusta Warb). Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Teknologi Hasil Hutan, Yokyakarta.
______ dan N,Supriana. 1999. The resistance of eight rattan species against the powder – post beetle Dinoderus minutus Farb. Proceeding of the 4th International Conference on the Development of Wood Science, Wood Technology and Forestry. FPRC, England.
______ dan D Martono. 1999. Pengawetan rotan asalan. Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hutbun. Bogor.
______ dan G. Sumarni. 1999. Pengetahuan Sifat Keawetan dan Penyebaran Jenis Rotan. Diktat Diklat Disainer Mebel Kayu dengan Bahan rotan non Paforit. Kerjasama Pusat Penelitian Hasil Hutan dengan Pengelola Dana Hasil Hutan. Direktorat Jenderal Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan, Bogor.
______. R. Damayanti dan T. Kalima. Atlas Rotan Indonesia. Jilid I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor. ______, R. Damayanti. T. Kalima. J. Malik dan Aburachman. 2010. Atlas
Rotan Indonesia. Jilid II. Pusat penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kahutan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor. ______ dan H. Roliadi. 2010. Daya Tahan 25 Jenis Rotan Terhadap
Rayap Tanah. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 28 (1): 55-65. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
______ dan H. Roliadi. 2011.Daya Tahan 16 Jenis Rotan Terhadap Bubuk Rotan (Dinoderus minutus Fabr.). Jurnal Penelitian Hasil Hutan 29 (2): 115-127. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
______. Krisdianto. T.Kalima dan Abdurachman. 2012 a. Atlas Rotan Indonesia. Jilid 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.
______. Krisdianto dan Abdurachman. 2013. Beberapa Jenis Rotan Kurang Dikenal Sebagai Alternatif Bahan Baku Mebel. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Keteknikan Kehutanan dan Pengembangan Hasil Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor
Karnasudirdja, S. , S Kurnia dan K Rochimini. 1974. Pedoman pengujian sifat fisis – mekanis kayu. Publikasi khusus No. 20. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Bogor.
Kollmann, F. P. P dan W. A Cote. 1968. Principles of Wood Science and Technology, Vol I. Springer Verlag New York, Inc. New York. Komaesakh, A. 1990. Standarisasi dan teknik pengujian rotan. Sirkulasi
terbatas. Departemen Kehutanan. Jakarta
Krisdianto, Jasni dan O.Rachman.2007. Pelengkungan rotan dengan gelombang mikro. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 25 (2): 166-181. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor. Liemens, R. H. M. J. , F. C. M Jansen. , J. S Siemonsma dan F. M Stavast.
1989. Plant Resources of South – East Asia. Basic list of species and comodity grouping. PROSEA Project. Wangeningen. Nederlands.
Lin, S. Y dan C. D Dence. 1992. Methods in Lignin Chemistry. Springer Verlag. Berlin. Heidelberg.
Mandang, I. Y. dan Rulliyati S. 1990. Anatomi batang rotan. Himpunan diktat Kursus Penguji Rotan, jilid I. Sirkulasi terbatas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
Martawijaya, A. 1988. Bahan pengawet kayu. Himpunan diktat kursus Sawmill Technician, Angkatan VIII. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor. Tidak diterbitkan.
Martono, D. 1986. Laporan Perjalanan Koleksi Organisme Perusak Rotan di Lampung dan Cirebon. Tidak diterbitkan. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor.
________. 1990. Percobaan penggunaan pestisida untuk mencegah serangan jamur pewarna pad rotan. Jurnal Pen. HH. 7 ( 2 ) : 54 – 60. Puslitbang Hasil Hutan & Sosek. Bogor.
________. 1990a. Proses pengawetan rotan. Diktat kursus penguji rotan. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor. Tidak diterbitkan.
Maulana, H. 1997. Penetuan faktor konversi dalam proses pengolahan rotan untuk bahan baku furnitur. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan, Unwim. Bandung.
Menon, K. D. 1979. Rattan a Report of Workshop Hild in Singapore, IDRC. OTTAWA. Capita. 55 PP.
Mogea, J. P. 1990. Potensi dan penyebaran jenis – jenis rotan di Indonesia khususnya di Sulawesi. Makalah Diskusi Hasil Penelitian Rotan. Departemen. Kehutanan – IDRC, Jakarta. Nangkat, N., H.H. Morni, J. H.H.A. Ahmad dan A.Kalat. 1997. The
Rattans of Brunei Darusalam. Forestry Departmen, Brunei Darussalam and Royal Botanic Gardens, Kew, UK. Ministry of Industry and Primary Resources Brunei Darussalam.
Natalie, W. Uhl. dan J Dransfield. 1987. Genera Palmarum a classification of palm. Allen press, Lawrence. Kansas.
Oey Djoen Seng 1964. Berat Jenis dari jenis – jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya untuk keperluan prektek. Pengumuman No. 1. Lembaga Penelitian Hasil Hutan Departemen Kehutanan. Bogor.
Pandit. I. K. N. , O Rachman dan L Indrawati. 1993. Struktur anatomi beberapa jenis rotan. Teknolog Buletin Jurusa Teknologi Hasil Hutan ( 4 ) 1 : 40 – 50. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Parameswaran, N dan W Liese. 1984. Fiber wall architecture in the stem of rotan manau ( Calamus manan ). In : Proc. Rattan Seminar, Kualalumpur. The RIC ( 1985 ) : 123 – 129.
Peluso,N.C. 1999. Rattan industries in East Kalimantan, Indonesia. Website http://www.fao.org/docrep. Diakses tanggal 4 Maret 2003.
Philipson, W. R. , J. M Ward. dan B. G Butterfield. 1970. The Vasculer Cambium, Its development and activity. Chapman & Hall Ltd. New Fetter Lane, London EC 4.
Rachman,O. 1979. Masalah penelitian pengolahan rotan di Indonesia, Majalah Kehutanan Indonesia. No. 3 Th IV. Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian.
________. 1984. Pengaruh kondisi penggorengan terhadap kualitas rotan manau. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 1 ( 4 ) : 14 – 19. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor.
_______. J. Balfas dan T. Silitonga. 1088. Improvment of Rattan Processing Method. Final Report Rattan Indonesian Project. Departemen Kehutanan RI – IDRC. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.
_______. 1992. Tingkah laku tegangan regangan dalam uji lentur pada beberapa jenis rotan. Laporan masalah khusus. Sirkulasi terbatas, Jurusan IPK. Program PPS, IPB. Bogor.
________. 1996. Peranan sifat anatomi kimia dan fisik terhadap mutu rekayasa rotan. Disertasi Doktor, Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. Tidak diterbitkan.
________. Dan A. Santoso. 1996. Pengupasan dan Pengeringan Bahan Baku Rotan Segar. Laporan Proyek Peneltian Puslitbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi, Bogor.
________, S Suhardjo dan M Suwirman. 1997. Perbaikan teknik pelengkungan rotan melalui perendaman dengan larutan Dimetil Sulfoksida. Buletin Penelitian Hasil Hutan 15 ( 4 ) : 299 – 311. Puslitbang Hasil Hutan & Sosek. Bogor.
________, E Basri dan D Martono. 1999. Pengolahan rotan lepas panen. Pedoman teknis. Kerjasama Puslit Hasil Hutan dan Perum Perhutani. Bogor.
Rachmat, Z. F. , D Kadarisman. , O Rachman dan A. B Ahza. 1981. Peningkatan rendemen dan mutu rotan belah untuk bahan industri kerajinan rakyat. Fateta, IPB. Bogor.
Roldan, L.P. 1954. Stain discoloration in ratan. The Phil. Lumberman 4(32) : 12-13.
Rujehan. 2001. Pendapatan petani rotan berdasarkan produk akhir di desa Muara Asa Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat. Jurnal Rimba Kalimantan 6 (2): 32 – 44. Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman. Samarinda,
Salita, A. A. 1985. Rattan industry of the Philippines. In : proc. Rattan Seminar, Kualalumpur. The RIC ( 1985 ) : 95 – 116.
Sastry,C.B. 2003. Rattan in twenty-first century – an outlook. Website http://www.fao.org/docrep. Diakses 29 Juni 2004.
Schmitt, U. , G Weiner dan W Liese. 1995. The fine structure of the stegmata in Calamus axillaris during maturation. IAWA Journal, Vol 16 ( 1 ) : p 61 – 68. Hortus Botanicus, Lieden.
Setiaji, H. 1997. Studi tentang kerusakan rotan akibat pembengkokan pada industri mebel rotan di Mojokerto, Jawa Timur. Skripsi Jur. THH, Fahutan Universitas Winayamukti. Bandung
Shadily, H. 1984. Ensiklopedi Indonesia. Vol 5. Ichtiar Baru – Van Hoeve. Jakarta
Silitonga, T. , R. M Siagian dan A Nurachman. 1973. Cara pengukuran serat kayu di Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Publikasi Kusus No. 12. Bogor.
________. H Prahasto. dan S Priasukmana. 1990. Perdagangan, industri dan pengembangam sumber daya rotan. Makalah diskusi hasil penelitian rotan. Departemen Kehutanan. IDRC. Jakarta. Simatupang, M. H. 1978. The processing of rotan, minor forest products
from tropical rain forest. Voluntary paper in WFC – VIII. Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian. Jakarta. Sinaga, M. 1986. Perbaikan metode pemanenan rotan di hutan alam.
Final Report Rattan Indonesian Project. Departemen Kehutanan RI – IDRC. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta. Siripatanadilok, S. 1974. Anatomical investigation of Javenese rattan cane
as a guide to their identification. Kasetsart University, Thailand. Sumarna, Y. 1986. Pengenalan umum tentang rotan di Indonesia.
Himpunan Diktat Kursus Penguji Rotan, Jilid I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
________ dan A. S Kosasih. 1997. Menanam rotan jenis manau (Calamus
manan Miq.) dengan pola taman kecambah. Puslitbang hutan
dan Konservasi Alam. Badan litbang Kehutana. Bogor.
Sumarni, A. Ismanto dan D Martono. 1993. Pengaruh insektisida terhadap efektifitas fungisida untuk mencegah serangan jamur biru pada rotan. Makalah Kongres Nasional Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia. Surabaya.
_______. 1994. Penggunaan bahan pengawet chloropyrifos sebagai pencegahan serangan kumbang bubuk pada rotan. Makalah Seminar Rotan – FMIPA, UI. Jakarta.
________. 1994a. Pengaruh pengukusan pada rotan yang diawetkan terhadap serangan bubuk Dinoderus minutus Febr. Makalah Seminar Rotan – FMIPA UI. Jakarta.
________. dan A Ismanto. 1994. Penggunaan boraks untuk mencegah serangan pada kumbang bubuk pada rotan batang ( Daemonorops
robustus Warb. ). Makalah Seminar Rotan – FMIPA UI. Jakarta.
Suryokusumo,S. 1989. Peranan Keteknikan dalam Sistem Pemanfaatan Kayu Konstruksi di Indonesia. Lembaga Penelitian IPB. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
_______. 1997. Stress grading mekanis dan prospek penggunaannya di Indonesia. Makalah Utama dalam Seminar Persaki, Bogor. Stam, A. J. 1964. Wood an Cellulose Science. The Ronald Press
Company. New York.
Suhadihardjo. O Rachman dan E Sofianti. 1994. Kajian pemutihan rotan batang. Jurnal Teknologi Industri Pertanian 4 ( 1 ) : 20 – 29. Fateta, IPB. Bogor.
Syafii, W. , M Samejima dan T Yosimoto. 1988. The role of lignin on decay resistance of ulin ( Eusideroxylon zwageri T. et B. ) to wood – rotting fungi. Bulletin Tokyo University Forest No. 79 : p 119 – 126. Tokyo.
Tomlison, P. B. 1961. Anatomy of Monocotyledon. II, Palmae. Oxford at the Clarendom Press. Florida, USA.
Toni C Lo.1976. Production and Marketing of Rattan Furniture in Indonesia. Assistance to The National Agency for Export Development (NAFED), Ministry of Trade, im the field of Export Product Adaptation. IS/INS74/030. Indonesia.
Trotman, E. R. 1968. Textile scouring and bleaching. Charles Griffin & Company, Ltd. London.
Uhl, N. W. dan Dransfield, J. 1987. Genera Palmarhum. Allen Press, Lawrence, Kansas.
Vongkaluang, I. 1984. Rattan in Thailand. Proc. Rattan Seminar, Kualalumpur. The RIC ( 1985 ) : 125 _ 129.
Wangard, F. F. 1950. The Mechanical Properties of Wood. John Willey and Sons, Inc. New York
Wiener, G dan W Liese. 1990. Rattan – stem anatomy and taxonomic implications. AWA Buletin. 11 ( 1 ) : 61 – 70.
Yudodibroto, H. 1984. Anatomy, Strength properties and utilization of some Indonesian rattan. In : Proc. Rattan Seminar, Kualalumpur. The RIC (1985) : 117 – 121.
Lampiran 1. Daftar jenis rotan Indonesia
No. NAMA BOTANI SEBARAN DAERAH NAMA LOKAL 1 Calamus acidus Becc Sulawesi asam (Mly)
2 acuminatus Becc Kalimantan
3 adspersus Bl Sumatra,
Jawa, Maluku howe–bogo (Sund), wulu
4 ahli durii Sulawesi batang merah 5 albus Pers (C.
rudentus Roxb) Maluku putih,uwa-puti,u.ela (Amb) 6 altiscandeus Burr Irian Jaya
7 amphybolus Becc Maluku tuni, biau 8 anomalus Burr Irian Jaya
9 aquatilis Ridl Sumatra,
Kalimantan bakau (Mly) 10 arfakianus Becc Irian jaya
11 aruensis Becc Maluku
12 aspermus Bl Jawa leuleus, huwi– semulik 13 axillaris Bl Jawa, Sumatra, Kalimantan sega–air, s.banyu (Plmbng)
14 bacularis Becc Kalimantan Cempaka (Serwk) 15 barbatus Zipp Irian Jaya
16 bengkulunensis Becc Sumatra
17 bifacialis Burr Kalimantan
18 bilitonensis Becc Sumatra ramit (Belitung) 19 blumei Becc Kalimantan
20 boniensis Becc Sulawesi Tomani 21 branchystachys Becc Kalimantan landak,
pangrungrung 22 brasii Burr Irian Jaya
No. NAMA BOTANI SEBARAN DAERAH NAMA LOKAL
24 burckianus Becc Jawa howe – balukbuk (Sund)
25 caesius Bl Sumatra,
Kalimantan sega, taman, sego, sesah
26 castaneus Griff Sumatra Sabut
27 cawa Bl Maluku uwa – kawa (Amb), kadat
28 ciliaris Bl Jawa cacing, pueteuy, geureung
29 colorrhynchus Becc Kalimantan
30 conjungatus Furt Kalimantan
31 corrugatus Becc Kalimantan
32 cuthbersonil Becc Irian Jaya
33 dachagensis Furt Kalimantan
34 depanperatus Ridl Irian Jaya
35 didymocarpus Warb Sulawesi hoa, nona, lauro
36 diepenhorstii Miq Sulawesi
37 distendus Burr Irian Jaya
38 divaricatus Becc Kalimantan
39 equestris Willd Maluku uwa launkana (Amb)
40 erioacanthus Becc Kalimantan
41 exilis Griff Sumatra, jawa, Kalimantan
ageung, uwi pahe (Plbang),lilin, paku, uwe pare, gunung
42 eximius Burr Irian Jaya
43 fasijugatus Burr Sumatra
44 ferrugineus Becc Kalimantan
45 fertilis Becc Irian Jaya
46 filiformis Becc Kalimantan batu, kawat
No. NAMA BOTANI SEBARAN DAERAH NAMA LOKAL Sulawesi
48 fuscus Becc Irian Jaya
49 gibbsianus Becc Kalimantan
50 gonospermus Becc Kalimantan
51 halmaherensis Burr Maluku
52 hartmannii Becc Irian Jaya
53 heterocanthus Zipp Irian Jaya
54 heteroideus Bl Jawa korod, omas
55 heteroideus var
depenperatus Jawa
56 heteroideus var
palleus Bl Sumatra, Jawa tretes – hejo
57 hewittianus Becc Kalimantan
58 hispidulus Becc Kalimantan buluk (Pontnk)
59 hollrungii Becc Kalimantan buku akar
60 horrens Bl Sumatra, Jawa
61 humboldtianus Becc Irian Jaya
62 hypertrichosus Kalimantan
63 impor Bl Kalimantan pulut
64 inops Becc Sulawesi tohiti
65 insignis Griff Sumatra
66 interruptus var
docilis Becc
Irian Jaya
67 jaherianus Becc Kalimantan
68 javensis Bl Sumatra, Jawa, Kalimantan lilin, cacing 69 javensis var acicularis Bl Kalimantan
70 javensis var exilis
No. NAMA BOTANI SEBARAN DAERAH NAMA LOKAL
71 javensis var
mollispinus Becc
Kalimantan
72 javensis var
pollyphylus Sumatra, Kalimantan
73 javensis var sublevis
Becc Kalimantan
74 javensis var
tertasticjus Kalimantan
75 kandariensis Becc Sulawesi
76 karuensis Ridl Sulawesi
77 kishii Furt Kalimantan
78 kjellbergii Furt Sulawesi
79 klossii Ridl Irian Jaya
80 koordersianus Becc Sulawesi Noko, boga
81 latisectus Burr Sumatra
82 laceratus Burr Irian Jaya
83 ladermannianus
Becc
Irian Jaya
84 lanterbranchii Becc Irian Jaya
85 leijocaulis Becc Sulawesi jermasin, hoa
86 leiophatus Barlett Sumatra
87 leptostachys Becc Sulawesi ronti, telang
88 macrochlamys Becc Irian Jaya
89 macrogorii Becc Irian Jaya
90 macrospadix Burr Irian Jaya
91 macrosphaerion Becc Sulawesi tohiti kasar
92 manam Miq Sumatra,
Kalimantan manau
93 marginatus Mart Kalimantan manau gajah, m. padi
No. NAMA BOTANI SEBARAN DAERAH NAMA LOKAL
95 mattanensis var
sabut Becc
Kalimatan
96 mayrii Burr Irian Jaya
97 malanoloma Mart Jawa howe-leuleus, h. lilin
98 melanochetes Mart Jawa seel
99 minahasae Warb Sulawesi lauro, datu, rintek
100 moskowkianus Becc Irian Jaya
101 mucronatus Becc Kalimantan tunggal
102 multicentosus Burr Irian Jaya
103 myriacanthus Becc Kalimantan
104 myriocarpus Burr Irian Jaya
105 nannosachys Burr Irian Jaya
106 nanus Burr Kalimantan
107 nematospadix Kalimantan
endemik Mawang
108 obscurus Warb Sulawesi batu
109 opacus Bl Sumatra
110 optimus Becc Kalimantan merenung, buyung, selutup
111 optimus var mitis
Becc Kalimantan 112 ornatus Bl Sumatra, Jawa, Sulawesi seuti, selian, kesur
113 ornatus var celebius
Becc
Sulawesi batang, lambang
114 ornatus var
sumatranus Becc Sumatra tabu-tabu
115 orthostachys furt Sulawesi Sigisi,popini
No. NAMA BOTANI SEBARAN DAERAH NAMA LOKAL Binn
117 oxleyanus var
obovatus Becc Sumatra manau gajah
118 pachystachys Warb Sulawesi
119 palembanicus
Becc Sumatra
120 panci jugus Becc Sulawesi tongka, daun-pinang, wulo
121 papuanus Becc Irian Jaya
122 paspalanthus Becc Kalimantan,
endemik Marau tunggal, sanjat
123 pedicellatus Becc Sulawesi samole, toromataha, wuta
124 penibukanesis furt Kalimantan
125 pigmaceus Becc Kalimantan
126 pilosellus Becc Kalimantan
127 pilosissimus Becc Irian Jaya