• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM & PERILAKU

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

1. Penyakit Menular a. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles yang terinfeksi. Parasit malaria kemudian membelah diri dalam tubuh

manusia yang terkena gigitan nyamuk yang telah terinfeksi, kemudian parasit bertambah banyak di hati dan kemudian menginfeksi sel-sel darah merah. Sebagai daerah endemis malaria, malaria masih menjadi salah satu tantangan utama dalam upaya perbaikan derajat kesehatan masyarakat di Maluku Utara.

Penentuan diagnosa malaria dilakukan secara klinis dan laboratorium. Diagnosa yang ditegakkan dengan mengamati gejala-gejala klinis yang muncul disebut malaria klinis, sedangkan untuk pemeriksaan lanjutan maka diagnosa malaria klinis akan diikuti dengan pemeriksaan sampel darah di laboratorium untuk menentukan jenis dan jumlah parasit. Sebagai daerah endemis malaria, ada tiga jenis plasmodium yang paling sering ditemukan dalam pemeriksaan laboratorium, yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax, dan plasmodium malariae. Akan tetapi seringkali dalam pemeriksaan laboratorium ditemukan lebih dari satu jenis plasmodium pada seorang penderita malaria yqang umumnya dikenal sebagai malaria mix.

Indikator utama yang digunakan dalam mengukur angka kesakitan karena malaria adalah angka Annual Paracite Index (API) yaitu insidens parasit malaria untuk 1.000 penduduk. Untuk Provinsi Maluku Utara angka kesakitan malaria tahun 2014 (API) adalah 3,9 ‰, dibandingkan dengan tahun sebelumnya (4,4 ‰) pada tahun ini mengalami penurunan API. Dengan jumlah kasus tertinggi di Kab Pulau Morotai dan Kab Halmahera Timur (Gambar 3.8).

Selain itu, API tersebut juga diperoleh dari pemeriksaan laboratorium yang semakin baik, yang pada tahun 2014 telah mencapai 93,4 % dibanding tahun sebelumnya (91,1%) dari total pemeriksaan laboratorium. Data mengenai prevalensi malaria pada populasi beresiko dapat dilihat secara rinci pada lampiran tabel 22.

Mengingat malaria adalah penyakit endemis dan masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Maluku Utara maka upaya-upaya dalam rangka penurunan angka kesakitan malaria sangat perlu untuk terus digiatkan.

Gambar 3.8

API Berdasarkan Kabupaten / Kota Provinsi Maluku Utara Januari - November 2014

Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara

b. Tuberculosis (TB)

TB Paru adalah salah satu penyakit menular yang prevalensinya masih cukup tinggi di Maluku Utara dan telah

mendapatkan perhatian yang sangat serius dalam upaya penanganannya. Indikator yang digunakan untuk program tuberculosis (TB)antara lain adalah new case detection rate

(NCDR) dan case notification rate (CNR). CDR menggambarkan

proporsi jumlah pasien baru BTA postif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam suatu wilayah.WHO dan Kementerian Kesehatan menetapkan standar angka penemuan kasus (NCDR) untuk TB adalah sebesar 70%.

Pada tahun 2014, CNR Kasus Baru di Maluku Utara baru mencapai 44,61% dan CNR seluruh kasus TB 57%. CNR adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk pada suatu wilayah. Pada tahun 2013, CNR Maluku Utara mengalami penurunan dari tahun sebelumnya (92,84%). Untuk CDR tahun 2013 sebesar 90%. Rincian mengenai prevalensi, insidensi, dan kesuksesan pengobatan penyakit TB paru menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 7 hingga tabel 9.

Selain CDR dan CNR, indikator kinerja program TB lainnya adalah proporsi pasien baru BTA positif. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak lebih rendah dari 65% untuk menunjukkan mutu diagnosis yang baik dan prioritas penemuan pasien yang menular. Proporsi BTA positif diantara semua kasus TB di Maluku Utara untuk tahun 2014 sebesar 18,1%. Angka ini menunjukkan adanya perbaikan

mutu diagnosis TB yang telah mengarah lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

c. HIV/AIDS dan Penyakit Menular Melalui Hubungan Seksual

Peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia dan khususnya Maluku Utara padabeberapa tahun terakhir menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Fenomena gunung es untuk penyakit HIV/AIDS sangat memerlukan perhatian khusus karena dibalik jumlah kasus yang terlacak ada 100 kasus lainnya yang tersembunyi di dalam masyarakat. Perilaku seksual yang tidak aman, penggunaan NAPZA suntik, sering berganti-ganti pasangan merupakan beberapa perilaku berisiko yang menjadi katalisator semakin bertambahnya jumlah penderita HIV/AIDS dari tahun ke tahun.

Di Maluku Utara hingga tahun 2014 jumlah penderita HIV terlacak sebanyak 59 orang, dan untuk kasus AIDS terlacak sebanyak 64 orang. Dengan proporsi per jenis kelamin 76 penderita berjenis kelamin pria & 47 penderita berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Kecenderungan peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di Maluku Utara tahun 2004 - 2014 dapat dilihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.9.

Trend HIV/AIDS di Provinsi Maluku Utara Tahun 2004- 2014

Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara

Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tidak terlepas dari program-program preventif dan promotif. Salah satu upaya preventif adalah dengan melakukan skrining pada donor darah di unit-unit transfusi darah. Ditemukannya sampel darah yang positif HIV merupakan indikasi bahwa penyakit-penyakit infeksi menular seksual khususnya HIV/AIDS telah menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sangat krusial di Provinsi Maluku Utara. Selain itu juga dimungkinkan banyak ada penderita yang tidak berani mengunjungi sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan disebabkan stigma yang akan mereka terima sebagai penderita HIV/AIDS. Untuk itu upaya-upaya promotif dan penanggulangan secara terpadu dan

berkesinambungan antara lain melalui kegiatan pelacakan, penjaringan, dan penyuluhan perlu untuk semakin ditingkatkan terutama pada kelompok-kelompok yang beresiko tinggi. Gambar berikut menunjukkan kasus baru HIV/AIDS menurut kelompok umur. Di Maluku Utara kasus HIV/AIDS terbanyak dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun dan 30-39 tahun. Kelompok umur tersebut adalah kelompok usia produktif yang juga aktif secara seksual dan kelompok umur yang juga ditemukan NAPZA suntik.

Gambar 3.10

Persentase Kumulatif HIV/AIDS Menurut Kelompok Umur di Provinsi Maluku Utara Tahun 2004-2013

Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara

d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang menjadi fokus program kesehatan adalah Pneumonia, karena pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian anak. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, demikian pula resiko terserang ISPA akan lebih besar pada

individu yang memiliki masalah kesehatan misalnya malnutrisi atau gangguan imunologi. Program ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus mendapat tata laksana sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus ISPA juga menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA.

Pada tahun 2014, jumlah penderita pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani baru mencapai 12,16%. Cakupan ini belum mencapai dari target nasional 100%, namun mengalami peningkatan dari tahun 2013 (5,3%) Lampiran tabel 10 memberikan gambaran mengenai prevalensi pneumonia balita di Maluku Utara tahun 2014.

e. Kusta

Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bila tidak ditangani dengan baik kusta dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Kusta dikategorikan menjadi dua jenis yaitu Pausi Basiler (PB) dan Multi Basiler (MB) atau kusta basah dan kusta kering. Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta, salah satu indikator yang digunakan adalah angka proporsi cacat tingkat II (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata) dan proporsi anak di antara kasus baru. Angka kecacatan tingkat II yang tinggi mengindikasikan adanya keterlambatan dalam penemuan penderita yang dapat diakibatkan rendahnya kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gejala-gejala dini penyakit kusta. Sedangkan indikator proporsi anak diantara kasus baru merepresentasikan penularan yang terjadi di masyarakat. Berbagai kegiatan telah dilakukan dalam upaya penemuan

penderita secara dini diantaranya survei kontak, school survey, dan leprosy elimination campaign (LEC).

Pada tahun 2014 secara umum prevalensi kusta di Maluku Utara adalah 4,9 per 10.000 penduduk. Angka ini menunjukkan penurunan dari tahun 2013 (5,6 per 10.000 penduduk). Angka penemuan penderita baru yaitu 44,61 per 100.000 penduduk.Penderita PB dilaporkan sebanyak 104 kasus dan 404 kasus penderita MB, sedangkan persentase cacat tingkat II adalah sebesar 5,72%. Prevalensi dan RFT penyakit kusta menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada lampiran tabel 14 -17.

Dokumen terkait