• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tim Penyusun. Pelindung. Pengarah. Anggota. Kontributor. dr.idhar Sidi Umar, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tim Penyusun. Pelindung. Pengarah. Anggota. Kontributor. dr.idhar Sidi Umar, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Tim Penyusun

Pelindung

dr.Idhar Sidi Umar, M.Kes

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara

Pengarah

Sarbaini A. Karim, SKM , M.Kes

Sekretaris

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara

Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas KesehatanProvinsi Maluku Utara Penanggung Jawab

Rahmawati, SKM, MPH

Kasubag. Penyusunan Program

Anggota

Maulini F. Hasan, SKM Nurul Fajriah, Amd.G Muhammad Zaldy, SKM Fazriani M. Nikmah, SKM Jahrani Hud Huku, S.Kom Aminah Maslan, SKM Munawar Rahman

Kontributor

Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Provinsi Maluku Utara

Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara

(3)

VISI DAN MISI

DINAS KESEHATAN

PROVINSI MALUKU UTARA

V I S I

“Dari Desa Kita Wujudkan

Masyarakat Maluku Utara yang Mandiri

untuk Hidup Sehat”

M I S I

Menggerakkan Pembangunan Daerah Berwawasan

Kesehatan

Mendorong Kemandirian Masyarakat Untuk

Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat

Memelihara dan Meningkatkan Kapasitas Institusi

dan Cakupan Kesehatan yang Profesional, Merata,

Terjangkau dan Berkesinambungan

Memelihara

dan

Meningkatkan

Kesehatan

Individu, Keluarga dan Masyarakat beserta

Lingkungannya

(4)

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas berkat dan rahmat-Nya, hingga tersusunlah buku Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2014. Arti pentingnya data dan informasi kesehatan, maka penyusunan buku Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 ini dimaksudkan sebagai salah satu sarana untuk mengukur kinerja pembangunan kesehatan di Maluku Utara khususnya pada tahun 2014 dan sebagai bahan pustaka bagi instansi terkait dalam mengkaji dan mendapatkan gambaran tentang pembangunan kesehatan di Maluku Utara umumnya dan situasi mengenai derajat kesehatan masyarakat Maluku Utara pada khususnya.

Data yang tersaji dalam buku Profil Kesehatan ini merupakan pengolahan data dari Profil Kasehatan Kabupaten/Kota se Provinsi Maluku Utara, yang meliputi 8 Kabupaten dan 2 Kota, hasil uji silang dengan data dari pengelola program di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi, data Riskesdas 2014 serta data-data penunjang yang diperoleh dari beberapa sektor terkait. Namun demikian Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun 2014 ini masih terdapat keterbatasan karena masih ada beberapa data yang belum bisa diperoleh dikarenakan masih ada kendala yang terjadi dilapangan.

Sangat disadari bahwa dalam penyajian buku ini masih menggunakan analisis yang sangat sederhana. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan pada penyusunan Profil Kesehatan dimasa mendatang.

Kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam menyumbangkan pikiran dan tenaganya hingga selesainya penyusunan buku ini, kami sampaikan terima kasih dan semoga publikasi ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kita semua.

Sofifi, Januari 2015 Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi Maluku Utara

dr. Idhar Sidi Umar, M.Kes Pembina Utama Muda

(5)

Daftar Isi

Halaman

VISI MISI i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II GAMBARAN UMUM 5

A. Keadaan Penduduk 7

B. Keadaan Ekonomi 9

C. Keadaan Pendidikan 10

D. Keadaan Lingkungan 11

E. Keadaan Perilaku Masyarakat 17

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 23

A. Mortalitas 23

B. Morbiditas 34

C. Status Gizi 47

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 53

A. Pelayanan Kesehatan Dasar 54

B. Pelayanan Kesehatan Rujukan 74

C. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 81

D. Perbaikan Gizi Masyarakat 89

BAB V SITUASI SUMBERDAYA KESEHATAN 97

A. Sarana Kesehatan 97 B. Tenaga Kesehatan 103 C. Pembiayaan Kesehatan 108 BAB VI PENUTUP 117 DAFTAR PUSTAKA 121 LAMPIRAN

(6)

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Peta Wilayah Administratif Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

6

Gambar 2.2 Persentase Persebaran Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

7

Gambar 2.3 Piramida Penduduk Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 8

Gambar 2.4 Persentase Rumah Sehat Provinsi Maluku Utara Tahun

2008-2014

13

Gambar 2.5 Persentase Jumlah Rumah Sehat Per Kab/Kota

SeProvinsi Maluku Utara Tahun 2014

13

Gambar 2.6 Persentase TTU Memenuhi Syarat Per Kab/Kota Provinsi

Maluku Utara Tahun 2014

15

Gambar 2.7 Persentase TPM Memenuhi Syarat Per Kab/kota Provinsi

Maluku Utara Tahun 2014

15

Gambar 2.8 Persentase Air Bersih Per Kab/kota Provinsi Maluku

Utara Tahun 2014

16

Gambar 2.9 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi Maluku

Utara Tahun 2014

19

Gambar 2.10 Jumlah Posyandu Menurut Strata Provinsi Maluku Utara

Tahun 2010-2014

21

Gambar 3.1 Jumlah Kematian Bayi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi

Maluku Utara Tahun 2013-2014

25

Gambar 3.2 Angka Kematian Bayi dan Kematian Neonatal di Provinsi

Maluku Utara dan Provinsi Sekitarnya Tahun 2012

26

(7)

Gambar 3.3 Kecenderungan Jumlah Kematian Bayi dan AKB Provinsi Maluku Utara Tahun 2010-2014

27

Gambar 3.4 Jumlah Kematian Balita Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2014

30

Gambar 3.5 AKABA Provinsi Maluku Utara Tahun 2011-2014 30

Gambar 3.6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Maluku Utara Tahun 2012-2014

32

Gambar 3.7 Jumlah Ibu Meninggal di Provinsi Maluku Utara

Tahun 2010 - 2014

33

Gambar 3.8 API Berdasarkan Kab/kota Provinsi Maluku Utara Bulan

Jan-Nov 2014

36

Gambar 3.9 Trend HIV/AIDS di Provinsi Maluku Utara Tahun 2004-

2014

39

Gambar 3.10 Persentase Kumulatif HIV/AIDS Menurut Kelompok Umur

di Provinsi Maluku Utara Tahun 2004-2013

40

Gambar 3.11 Jumlah Penderita Diare per Kab/Kota

Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

45

Gambar 3.12 Proporsi Penduduk Umur >10 Tahun Menurut

Kebiasaaan Merokok Bersadarakan Kab/Kota Provinsi Maluku Utara (Riskesdas Tahun 2013)

46

Gambar 3.13 Proporsi Penduduk Umur >10 Tahun Menurut Akitifitas

Fisik Bersadarkan Kab/Kota Provinsi Maluku Utara (Riskesdas Tahun 2013)

46

Gambar 3.14 Jumlah Bayi BBLR menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

(8)

Gambar 3.15 Jumlah BBLR Provinsi Maluku Utara Tahun 2010-2014 48

Gambar 3.16 Jumlah Balita Gizi Buruk menurut Kab/Kota di Provinsi

Maluku Utara Tahun 2014

50

Gambar 3.17 Persentase Balita Gizi Buruk Provinsi Maluku Utara

Tahun 2012-2014

51

Gambar 4.1 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 dan K4

Provinsi Maluku Utara Tahun 2010-2014

57

Gambar 4.2 Kecenderungan Proporsi Persalinan Ditolong oleh

Tenaga Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2010-2014

59

Gambar 4.3 Cakupan Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2014

60

Gambar 4.4 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

61

Gambar 4.5 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

63

Gambar 4.6 Kecenderungan Kunjungan Neonatus Menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2011- 2014

64

Gambar 4.7 Persentase UCI Provinsi Maluku Utara Tahun 2011-2014 67

Gambar 4.8 Persentase Jumlah Bayi Imunisasi Campak Menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Maluku UtaraTahun 2014

69

Gambar 4.9 Persentase Capaian TT Bumil dan WUS Provinsi Maluku

UtaraTahun 2014

(9)

Gambar 4.10 Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) TB per Kab/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

84

Gambar 4.11 Proporsi Kumulatif Pengidap HIV dan Penderita AIDS

Menurut Faktor Resiko di Maluku Utara

85

Gambar 4.12 Persentase Cakupan Vit A (6-11 bulan) dan Balita (12 –

59 bulan) Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

90

Gambar 4.13 Persentase Ibu Hamil yang Mendapat 90 Tablet Fe

Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

92

Gambar 4.14 Perbandingan Cakupan dan Target ASI Eksklusif

Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

94

Gambar 4.15 Perbandingan D/S Target dan Cakupan Menurut

Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

95

Gambar 5.1 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan

Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

99

Gambar 5.2 Trend Anggaran Kesehatan Bersumber APBN Menurut

Pagu dan Realisasi Tahun 2010 – 2014

112

Gambar 5.3 Trend Anggaran Kesehatan Bersumber APBD Menurut

Pagu Dan Realisasi Tahun 2010 – 2014

(10)

Daftar Tabel

Tabel 4.1 Pencapaian Indikator Kinerja Kefarmasian Provinsi

Maluku Utara Tahun 2014

73

Tabel 4.2 Pencapaian Indikator Kinerja Kefarmasian UPTD Instalasi

Farmasi Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

74

Tabel 4.3 Indikator Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Provinsi

Maluku Utara Tahun 2014

80

Tabel 5.1 Distribusi Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar dan

Jaringannya Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

98

Tabel 5.2 Rasio Tenaga Medis Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 104

Tabel 5.3 Rasio Tenaga Kebidanan dan Keperawatan pada Fasilitas

Pelayanan KesehatanMenurut Jenis KelaminProvinsi Maluku Utara Tahun 2014

105

Tabel 5.4 Rasio Tenaga Kefarmasian dan Gizi Provinsi Maluku

Utara Tahun 2014

106

Tabel 5.5 Rasio Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapis Provinsi

Maluku Utara Tahun 2014

107

Tabel 5.6 Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi

Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

108

Tabel 5.7 Rekapitulasi Alokasi dan Realisasi Anggaran APBN

(Dekonsentrasi ) Tahun Anggaran 2014

110

Tabel 5.8 Alokasi dan Realisasi Anggaran Bersumber APBD I

Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

(11)
(12)

Daftar Lampiran

Tabel 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA DAN

KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN 1 Tabel 2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN

KELOMPOK UMUR 2

Tabel 3 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF DAN IJAZAH TERTINGGI YANG

DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN 3

Tabel 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 4

Tabel 5 JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS 5

Tabel 6 JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 6

Tabel 7 KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE

(CNR) PER 100.000 PENDUDUK MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 7

Tabel 8 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,

DAN PUSKESMAS 8

Tabel 9 ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS 9

Tabel 10 PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT

(13)

Tabel 11 JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT

JENIS KELAMIN 11

Tabel 12 PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP

HIV MENURUT JENIS KELAMIN 12

Tabel 13 KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 13 Tabel 14 JUMLAH KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 14 Tabel 15 KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT

TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,

DAN PUSKESMAS 15

Tabel 16 JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 16

Tabel 17 PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT

(RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 17

Tabel 18 JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT

KECAMATAN DAN PUSKESMAS 18

Tabel 19 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 19 Tabel 20 JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH

DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS – Lanjutan 20 Tabel 21 JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS 21

Tabel 22 KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

(14)

Tabel 23 PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 23 Tabel 24 PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK ≥ 18

TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS 24

Tabel 25 PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 25

Tabel 26 CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE) MENURUT

KECAMATAN DAN PUSKESMAS 26

Tabel 27 JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB

MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) 27 Tabel 28 KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN

YANG DITANGANI < 24 JAM 28

Tabel 29 CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS MENURUT KECAMATAN DAN

PUSKESMAS 29

Tabel 30 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU

HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS 30 Tabel 31 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA

USIA SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS 31 Tabel 32 JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1

DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS 32 Tabel 33 JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN

KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN,

DAN PUSKESMAS 33

Tabel 34 PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS

(15)

Tabel 35 PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS

KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 35 Tabel 36 JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT

KECAMATAN DAN PUSKESMAS 36

Tabel 37 BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT

JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 37 Tabel 38 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 38 Tabel 39 JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT

JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 39 Tabel 40 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT

JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 40 Tabel 41 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT

KECAMATAN DAN PUSKESMAS 41

Tabel 42 CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 42

Tabel 43 CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB3/DPT-HB-Hib3, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS 43

Tabel 44 CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 44

Tabel 45 JUMLAH ANAK 0 – 23 BULAN DITIMBANG MENURUT

JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 45 Tabel 46 CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 46 Tabel 47 JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS

(16)

Tabel 48 CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 48

Tabel 49 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS

KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 49 Tabel 50 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 50

Tabel 51 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN,

KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 51

Tabel 52 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS 52

Tabel 53 CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN MENURUT JENIS

JAMINAN DAN JENIS KELAMIN 53

Tabel 54 JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA

PELAYANAN KESEHATAN 54

Tabel 55 ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT 55 Tabel 56 INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT 56 Tabel 57 PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP

BERSIH DAN SEHAT (BERPHBS) MENURUT

KECAMATAN DAN PUSKESMAS 57

Tabel 58 PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN

DAN PUSKESMAS 58

Tabel 59 PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK)

(17)

Tabel 60 PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI

SYARAT KESEHATAN 60

Tabel 61 PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT

JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS 61 Tabel 62 DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL

BERBASIS MASYARAKAT 62

Tabel 63 PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN

PUSKESMAS 63

Tabel 64 TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT

STATUS HIGIENE SANITASI 64

Tabel 65 TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI

PETIK 65

Tabel 66 PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN 66 Tabel 67 JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT

KEPEMILIKAN 69

Tabel 68 PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT

(GADAR ) LEVEL I 70

Tabel 69 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN,

DAN PUSKESMAS 71

Tabel 70 JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA

MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN 72 Tabel 71 JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN 73 Tabel 72 JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN 74 Tabel 73 JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS

(18)

Tabel 74 JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITAS

KESEHATAN 76

Tabel 75 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN

KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN 77 Tabel 76 JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN 78 Tabel 77 JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS

KESEHATAN 79

Tabel 78 JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI FASILITAS

KESEHATAN 80

Tabel 79 JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS

KESEHATAN 81

Tabel 80 JUMLAH TENAGA NON KESEHATAN DI FASILITAS

KESEHATAN 82

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini secara singkat menyajikan latar belakang disusunnya Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun 2014, serta sistematika penyajiannya. Bab ini juga menguraikan visi, misi dan strategi pembangunan kesehatan di Provinsi Maluku Utara serta program-program kesehatan yang dilaksanakan

Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan di Provinsi Maluku Utara secara keseluruhan. Kinerja pembangunan sektor kesehatan di Provinsi Maluku Utara mengacu pada indikator Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan sebagai indikator pembanding nasional yang diterjemahkan dalam indikator provinsi sesuai kemampuan dan keadaan spesifik Provinsi Maluku Utara. Indikator–indikator tersebut antara lain: (1)indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator mortalitas, morbiditas,dan status gizi,(2) indikator hasil terdiri atas indikator keadaan lingkungan, perilaku hidup sehat, serta akses dan mutu pelayanan kesehatan, dan (3)indikator pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, serta manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait.

Satu dekade telah berlalu sejak berakhirnya era orde baru tahun 1999, Indonesia menapaki sistem pemerintahan baru dengan dimulainya era otonomi sebagai patron pembangunan pengganti sistem desentralisasi. Pembagian urusan pemerintahan antaradaerah dan pusat dalam era otonomi telah membuka ruang bagi pemerintahan

(20)

di daerah untuk menata sistem pemerintahannya dengan strategi tertentu guna mencapai tujuan pembangunan daerah yang telah ditetapkan. Keberhasilan proses pembangunan di daerah dapat di ukur oleh masing-masing daerah melalui indikator-indikator yang ditetapkan oleh masing-masing daerah dengan tetap mengacu pada indikator nasional sebagai pembanding.

Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan di Provinsi Maluku Utara secara keseluruhan. Kinerja pembangunan sektor kesehatan di Provinsi Maluku Utara mengacu pada indikator Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan sebagai indikator pembanding nasional yang diterjemahkan dalam indikator provinsi sesuai kemampuan dan keadaan spesifik Provinsi Maluku Utara. Indikator–indikator tersebut antara lain: (1)indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator mortalitas, morbiditas,dan status gizi,(2) indikator hasil terdiri atas indikator keadaan lingkungan, perilaku hidup sehat, serta akses dan mutu pelayanan kesehatan, dan (3)indikator pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, serta manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait.

Deskripsi mengenai pencapaian upaya pembangunan kesehatan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dituangkan dalam publikasi rutin. Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara yang diterbitkan setiap tahunnya. Selain itu, publikasi Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara juga menggambarkan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara. Penyajian informasi kesehatan dalam publikasi ini sangat komprehensif karena tidak hanya memuat beragam data tentang kesehatan namun juga berbagai data pendukung lain seperti data kependudukan dan keluarga berencana. Data-data tersebut merupakan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota se-Provinsi Maluku

(21)

Utara, Pengelola program dilingkup Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara, dan data yang diperoleh dari berbagai lintas sektor terkait . Namun demikian,analisis data masih dilakukan secara sederhana, dan secara umum ditampilkan dalam bentuk tabel maupun grafik.

Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun 2014 telah mengikuti format baru penyusunan Profil Kesehatan yaitu terdiri atas 81 lampiran tabel yang merujuk pada data terpilah responsif gender. Namun demikian karena berbagai kendala teknis antara lain bentuk pencatatan dan pelaporan kegiatan/program pada berbagai sumber-sumber utama data yang belum mengakomodasi data responsif gender, sehingga masih banyak data yang belum dapat ditampilkan secara terpilah berdasarkan gender. Untuk tahun 2014, Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utaraterdiri atas 6 (enam) bab yang terdiri dari :

BAB I Pendahuluan.

Bab ini secara singkat menyajikan latar belakang disusunnya Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun 2014, serta sistematika penyajiannya. Bab ini juga menguraikan visi, misi dan strategi pembangunan kesehatan di Provinsi Maluku Utara serta program-program kesehatan yang dilaksanakan.

BAB II Gambaran Umum.

Bab ini menyajikan deskripsi singkat tentang letak geografis dan keadaaan iklim Provinsi Maluku Utara, dan gambaran umum yang meliputi keadaan kependudukan, perekonomian, pendidikan, dan lingkungan fisik; serta perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan.

(22)

BAB III Situasi Derajat Kesehatan.

Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan kesehatan di Provinsi Maluku Utara sampai dengan tahun 2014 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.

BAB IV Situasi Upaya Kesehatan.

Bab ini menguraikan tentang upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh sektor kesehatan sampai dengan tahun 2014, untuk tercapainya dan berhasilnya program-program di sektor kesehatan. Gambaran tentang upaya yang telah dilakukan meliputi pencapaian pelayanan kesehatan dasar, pencapaian pelayanan kesehatan rujukan, pencapaian upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, dan upaya perbaikan gizi masyarakat.

BAB V Situasi Sumber Daya Kesehatan.

Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan kesehatan tahun 2014 mencakup tentang keadaan tenaga, sarana kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.

BAB VI Penutup

Bab ini merupakan highlight dari seluruh pencapaian pembangunan program kesehatan di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2014, baik berupa keberhasilan program, maupun hal-hal yang masih memerlukan perhatian khusus, termasuk tantangan dan hambatan yang dihadapi.

Daftar Pustaka Lampiran

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM & PERILAKU

PENDUDUK



Bab ini menyajikan deskripsi singkat tentang letak geografis dan keadaaan iklim Provinsi Maluku Utara, dan gambaran umum yang meliputi keadaan kependudukan, perekonomian, pendidikan, dan lingkungan fisik; serta perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan

Provinsi Maluku Utara yang beribukota Sofifi terletak diantara 3º Lintang Utara-3º Lintang Selatan dan antara 124º - 129º Bujur Timur. Berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, Laut Seram di sebelah selatan, sebelah barat dan timur masing-masing berbatasan dengan Laut Maluku dan Laut Halmahera.

Provinsi Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan yang terdiri atas 805 pulau baik pulau-pulau besar maupun pulau-pulau kecil.Pulau-pulau besar diantaranya adalah Pulau Halmahera, Pulau Morotai, Pulau Obi, Pulau Bacan, dan Pulau Taliabu. Sedangkan pulau-pulau kecil diantaranya Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau Makian, dan Pulau Kayoa. Diantara pulau-pulau tersebut hanya 82 pulau (10,2 %) yang telah dihuni, dan sekitar 723 pulau (89,9%) yang belum berpenghuni.Luas wilayah Provinsi Maluku Utara adalah 145.801,10km² yang terdiri atas luas lautan ± 100.731,44 (69%) dan luas daratan± 45.069,66km²(31%).

Provinsi Maluku Utara menjadi provinsi sendiripada tahun 2000 yang pada awalnya merupakan bagian dari Provinsi Maluku. Saat itu hanya terdiri atas 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Maluku Utara danKabupaten Halmahera Tengah, serta 1 Kota yaitu Kota

(24)

Ternate.Pada tahun 2002 dimekarkan lagi menjadi 5 Kab/Kota, sehingga menjadi 6 Kabupaten dan 2 Kota, yaitu Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Utara, Halmahera Selatan, Kepulauan Sula, Halmahera Tengah, Halmahera Timur, Kota Tidore dan Kota Ternate.

Pada akhir tahun 2009 terbentuk Kabupaten Pulau Morotai yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara, dan pada tahun 2013 terbentuk daerah otonom baru yaitu Kabupaten Pulau Taliabu yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sula. Hingga pada tahun 2013 Provinsi Maluku Utara telah terdiri atas 2 Kota dan 8 Kabupaten. Pembagian wilayah administrasi Provinsi Maluku Utara pada tahun 2014 dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1.

Peta Wilayah Administratif Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum Provinsi Maluku Utara dan perilaku penduduk pada tahun 2014 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan kesehatan.

(25)

A. KEADAAN PENDUDUK

Berdasarkan hasil data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara, jumlah penduduk Provinsi Maluku Utara pada tahun 2014sebanyak 1.138.667 jiwa. Penduduk laki-lakitercatat sebanyak 581.264 jiwa (51%) dan perempuan Sebanyak557.403 jiwa(49%) dengan sex ratio sebesar 104,28. Jumlah Penduduk terbanyak terdapat pada Kab. Halmahera Selatan yaitu sebesar 215.791 jiwa (18,95%), disusul Kota Ternate 207.789 jiwa (18,25%), sedangkan jumlah penduduk yang terkecil di Kab. Halmahera Tengah sebesar 48.414 jiwa (4,25%). Persebaran penduduk Provinsi Maluku Utara menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.2

Persentase Persebaran Penduduk Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara

Dengan daratan seluas 45.069,66 km² (31%) dari keseluruhan luas Provinsi Maluku Utara maka tingkat kepadatan penduduk adalah sebesar 20 jiwa per km², yang berarti bahwa setiap 1 km² hanya didiami oleh 23 jiwa. Meskipun persentase penduduk yang terbesar berada di

(26)

Kabupaten Halmahera Selatan, tetapi kepadatan penduduk yang terbesar berada di Kota Ternate yaitu 1865 jiwa per km² dan Kabupaten Halmahera Barat sebanyak 63 jiwa per km², sedangkan Kabupaten Halmahera Timurmerupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu hanya 12 jiwa per km². Dari pola persebaran penduduk tersebut menggambarkan ketimpangan penyebaran penduduk di Maluku Utara dimana penduduk lebih terkonsentrasi pada daerah-daerah yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi.

Dari data komposisi penduduk Provinsi Maluku Utara menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk Maluku Utara yang berusia muda (0-14 tahun) yaitu sebesar 34%, usia produktif (15-64 tahun) sebesar 53%, dan usia tua (≥65 tahun) sebanyak 3 %. Dengan demikian komposisi penduduk Maluku Utara adalah penduduk muda sebagaimana terlihat padapiramida penduduk Maluku Utara (gambar 2.3). Sedangkan Angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Maluku Utara sebesar 60%. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur dapat dilihat pada lampiran tabel 2.

Gambar 2.3

Piramida Penduduk Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

(27)

B. KEADAAN EKONOMI

Untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan suatu daerah maka aspek perekonomian merupakan hal utama yang perlu dikaji. Beberapa indikator utama yang sering dikaji adalah produk domestic

regional bruto (PDRB), pendapatan daerah per kapita,tingkat inflasi dan

laju pertumbuhan perekonomian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara dalam Maluku Utara dalam Angka 2013, untukMaluku Utara nilai PDRB Maluku Utaraatas dasar harga berlaku sebesar 7,7 triliun rupiah dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian yakni sebesar 33,8%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (26,9%) dan sektor industri pengolahan (12,5%).

PDRB atas dasar harga konstan mengalami peningkatan sebesar 6,12% yang mana pada tahun 2012 PDRB atas dasar harga konstan berkisar 3,4 triliun rupiah dan di tahun 2013 mencapai 3,7 triliun rupiah. Subsektor perdagangan besar dan eceran (lebih didominasi oleh pedagang eceran) merupakan penyumbang terbesar PDRB Maluku Utara (26,44%) diikuti oleh subsektor perkebunan (14,62%). Besarnya sumbangan subsktor perkebunan terhadap PDRB Maluku Utara disebabkan potensi Maluku Utara yang menghasilkan komoditas rempah-rempah seperti cengkeh, pala dan kelapa serta masyarakat yang menggantungkan pendapatannya di subsektor ini. Indikator lain

yang dapat diukur oleh PDRB adalah angka PDRB per kapita. Maluku Utara memiliki potensi di sektor pertambangan namun belum

(28)

C. KEADAAN PENDIDIKAN

Keadaan pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mengkaji tingkat pembangunan di suatu daerah. Sektor pendidikan berkontribusi sangat besar terhadap perubahan perilaku kesehatan. Melalui pendidikan dapat dilakukan intervensi terhadap peningkatan pengetahuan tentang kesehatan. Pengetahuan tentang kesehatan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan faktor pencetus (predisposing) yang sangat berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku hidup sehat.

Berdasarkan data BPS Provinsi Maluku Utara menunjukkan bahwa tingkat partisipasi penduduk d bidang pendidikan relatif sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah penduduk usia 7-12 tahun (usia ideal bangku SD)sudah mencapai 97,97% dan Angka Partisipasi Sekolah usia 13-15 tahun (usia ideal bangku SLTP) sebesar 93,28% dan Angka Partisipasi Sekolah usia 16-18 tahun (usia ideal bangku SLTA) relatif rendah yakni sebesar 68,67%.

Selain tingkat pendidikan, maka faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan adalah angka buta huruf/melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Terjadi peningkatan Angka Melek Huruf dari 96,43% (tahun 2012) menjadi 97,45% (tahun 2013).Rata-rata lama sekolah meningkat namun relatif kecil dari 8,71 (tahun 2012) menjadi 8,72 (tahun 2013). Angka ini menunjukkan bahwa program Wajib Belajar 9 tahun belum sepenuhnya tercapai. Hal ini dikarenakan masih teradapatnya 0,67% penduduk usia 7-12 tahun dan 2,89% penduduk usia 13-15 tahun yang putus sekolah. Sebanyak 29,2% penduduk usia 10 tahun keatas di Maluku Utara tamat SDMI,

(29)

18,9% tamat SMTP/MTs dan hanya 7,0% yang tamat Akademi/Perguruan Tinggi.

Angka buta huruf dan rata-rata lama sekolah berkorelasi dengan angka kemiskinan, sebab penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis secara tidak langsung akan mendekatkan mereka kepada kebodohan yang pada akhirnya akan membuat mereka memperoleh akses yang lebih sempit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Kondisi lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Hendrik L. Blum menyatakan bahwa interaksi antara faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik merupakan penentu baik-buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Selain itu secara epidemiologis, keseimbangan antara lingkungan, inang, dan vektor (environment, host, and agent) akan menentukan kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit.

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, maka variabel-variabel yang akan dikaji dalam sub bagian ini adalah persentase rumah tangga sehat, pengawasan dan penyehatan tempat pengolahan makanan dan pemeriksaan tempat-tempat umum, persentase akses rumah tangga terhadap air minum, dansarana sanitasi dasar di rumah tangga.

1. Rumah Tangga Sehat

Lingkungan rumah yang sehat merupakan awal dimulainya kehidupan yang sehat. Rumah merupakan tempat para anggota

(30)

keluarga berinteraksi dan melakukan aktifitas keseharian lainnya. Rumah juga merupakan tempat dimana anggota keluarga yang tergolong high risk group misalnya bayi, balita, wanita hamil, dan kaum lanjut usia lebih banyak menghabiskan waktunya setiap hari. Selain itu lingkungan rumah tangga yang tidak sehat merupakan lingkungan yang tepat bagi berkembangnya vektor dan bibit penyakit di dalam rumah. Demikian besarnya pengaruh lingkungan rumah yang sehat baik fisik maupun psikologis bagi kesehatan sehingga sangat penting untuk menjaga lingkungan rumah sehingga menjadi rumah yang sehat.

Rumah yang sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang memenuhi syarat kesehatan, memiliki sarana air bersih dan tempat pembuangan sampah, memiliki sarana pembuangan air limbah yang memenuhi syarat, adanya ventilasi rumah yang baik, serta kesesuaian luas ruangan/lantai dengan jumlah penghuni rumah.

Dari jumlah penduduk Kabupaten/kota total dari provinsi adalah 1.138.667 dari jumlah Rumah Tangga adalah 161.603.Jumlah rumah yang dibina 123.165 dengan presentase Jumlah kondisi rumah sehat menurut kabupaten / kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2014 adalah 55,9%. Dari jumlah keseluruhan per kabupaten / kota rumah sehat tertinggi berada di Kota Tidore 85,5% disusul di Kab Halmahera Timur 68% (Gambar 2.5).

Gambar 2.4. menunjukkan fluktuasi capaian rumah sehat di Maluku Utara dalam kurun waktu lima tahun yang sekaligus menggambarkan persentase rumah sehat di Maluku Utara, dimana pada tahun 2014 telah mengalami penurunan dari tahun 2013(78,3%).

(31)

Nilai ini menunjukkan masih dibawah pencapiantarget SPM nasional yakni 80% rumah tangga sehat .

Gambar 2.4

Persentase Rumah Sehat

Provinsi Maluku UtaraTahun 2008-2014

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2008–2013 Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Malku Utara tahun 2014

Gambar 2.5

Presentase Jumlah Rumah Sehat Per Kab/Kota SeProvinsi Maluku UtaraTahun 2014

Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Malku Utara tahun 2014 65,7 46,1 51,5 66,3 68,0 55,10 85,5 50,2 52,5 55,9 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0

(32)

2. Pengawasan dan Penyehatan Tempat Umum dan Pengeloaan Makanan (TUPM)

Tempat-tempat umum (TTU) dan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) adalah tempat-tempat yang banyak dikunjungi orang sehingga sangat potensial menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM yang dipantau kelayakan kesehatannya antara lain hotel, restoran/rumah makan, dan pasar. TUPM dinyatakan sehat apabila memenuhi beberapa syarat-syarat kesehatan yaitu memiliki sarana air bersih, sarana pembuangan limbah, ventilasi yang baik, kesesuaian luas ruangan dengan jumlah penghuni, serta adanya iluminasi yang baik dalam rumah.

Di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2014 telah dilakukan pemeriksaan terhadap TTUyang diperiksa dan dinyatakan sehat sebesar 46,4% dengan Kota Tikep persentase tertinggi (89%) dan terendah di Kep Sula (31%), hal ini menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya sebanyak 60% dinyatakan sehat dan masih berada dibawah target provinsi yaitu 80% TUPM sehat. Untuk TPM yang diperiksa dan memenuhi syarat di Provinsi Maluku Utara sebesar 70% dengan persentase tertinggi di Kab Halmahera Timur 100% dan terendah 29% di Kep Sula. PencapaianTUPM sehat menurut kabupaten/kota untuk tahun 2014 dapat terlihat pada lampiran tabel 63-65.

(33)

Gambar 2.6

Presentase TTU memenuhi syarat Per Kab/Kota Provinsi Maluku UtaraTahun 2014

Sumber: Bidang P2PL Dinkes Prov Malut tahun 2014

Gambar 2.7

Presentase TPM memenuhi syarat Per Kab/Kota Provinsi Maluku UtaraTahun 2014

(34)

3. Akses Terhadap Air Minum dan Air Bersih

Data mengenai akses terhadap air minum dan air bersih di Provinsi Maluku Utara untuk tahun 2014masih terbatas, dengan demikian data yang tersaji belum dapat menggambarkan situasi mengenai akses terhadap air minum dan air bersih di Maluku Utara secara keseluruhan. Namun demikian telah dapatdiketahui beragam sumber air minum yang digunakan olehrumah tangga di Maluku Utara yang terdiri dari air kemasan, air isi ulang, ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air, sungai, air hujan, dan sumber lainnya. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kabupaten Kota Tahun 2014, dari seluruh keluarga yang diperiksa sumber air minumnyadiketahui bahwa sebanyak 12,21% penduduk yang telah memiliki akses air minum.

Gambar 2.8

Presentase Air Bersih Per Kab/Kota Provinsi Maluku UtaraTahun 2014

Sumber: Bidang P2PL Dinkes Prov Malut tahun 2014

47 87,60 53 58 68 72 82 89 54 69,60 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

(35)

4. Sarana Sanitasi Dasar

Sarana sanitasi dasar antara lain jamban, tempat sampah dan pembuangan air limbah mempunyai peran terhadap resiko penularan berbagai macam penyakit menular, untuk itu maka sarana sanitasi dasar terutama pada tingkat rumah tangga diharapkan dapat memenuhi syarat kesehatan.

Presentase keluarga dengan kepemilikan Sarana kesehatan Lingkungan dengan jumlah KK per kab/Kota tahun 2014adalah 567.343 dengan presentase jamban yang jumlah diperiksa adalah 194.809,Jumlah Sehat adalah 144.281 dan % sehat 74.1, hal ini menunjukan penurunan dari tahun 2013 (82%).Presentase Tempat Sampah dengan jumlah diperiksa adalah 54.739, jumlah sehat adalah 15.522 (28,4%), persentase ini mengalami penurunan dari tahun 2012 (47%) . Presentase Pengelolaan Air Limbah dengan jumlah diperiksa adalah 129.049, jumlah Sehat adalah 80.899 (62,7%), ditahun 2012 cakupan persentase lebih tinggi (79%).Presentase Air Bersih yang jumlah diperiksa adalah 116.872, jumlah sehat adalah 93.674 (80,2 %).

Masih rendahnya cakupan fasilitas sanitasi dasar tampak dari banyaknya rumah tangga yang belum memiliki fasilitas buang air besar yang memenuhi syarat kesehatan. Hal tersebut secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap semakin besarnya resiko bagi anggota keluarga tersebut terkena berbagai jenis penyakit menular terutama penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan antara lain diare. Distribusi kepemilikan sarana sanitasi dasar dapat dilihat pada lampiran tabel 66.

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan indikator standar pelayanan minimal yaitu rumah tangga berperilaku hidup bersih

(36)

dan sehat, pencapaian posyandu purnama dan mandiri, serta pencapaian desa siaga aktif.

1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan

Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku sehingga masyarakat mampu mengenali dan mengatasi masalah kesehatannya sendiri khususnya pada tingkat tatanan rumah tangga. Strategi-strategi utama yang dilakukan dalam upaya PHBS adalah dengan melakukan advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat.

PHBS pada tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-PHBS dinilai berdasarkan 10 indikator, yaitu: 1) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, 2) memberi ASI eksklusif, 3) menimbang balita setiap bulan, 4) menggunakan air bersih, 5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6) menggunakan jamban sehat, 7) memberantas jentik di rumah sekali seminggu, 8) makan buah dan sayur setiap hari, 9) melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan 10) tidak merokok di dalam rumah. Untuk memenuhi syarat sebagai rumah tangga ber-PHBS maka seluruh indikator tersebut harus dipenuhi oleh setiap rumah tangga.

(37)

Pencapaian PHBS pada tatanan rumah tangga untuk Provinsi Maluku Utara tahun 2014 mengalami sedikit peningkatan yakni 55,03% dari 51,2% (tahun 2013).Dari kabupatem/kota yang melakukan pemantauan rumah tangga ber PHBS, pencapaian rumah tangga berPHBS tertinggi yaitu di Kab. Halmahera Tengah dan Kota Tikep, sedangkan untuk pulau Taliabu paling rendah dikarenakan tidak ada data pelaporan.

Salah satu tantangan utama dalam pencapaian rumah tangga berPBHS adalah indikator perilaku merokok. Jika salah satu anggota keluarga merokok maka rumah tangga tersebut secara langsung akan dikategorikan sebagai rumah tangga tidak berPHBS meskipun seluruh indikator lainnya telah terpenuhi. Rendahnya pencapaian PHBS pada tatanan rumah tangga merupakan indikasi perlunya program promosi kesehatan untuk lebih menggiatkan kampanye hidup sehat terutama pada tatanan rumah tangga.

Gambar 2.9

Persentase Rumah Tangga ber PHBS Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

Sumber: Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Prov. Maluku Utara tahun 2014

(38)

2. Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri

Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) merupakan suatu bentuk kegiatan kesehatan oleh masyarakat sebagai wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Beberapa bentuk UKBM yang banyak ditemui di masyarakat antara lain posyandu, polindes, poskesdes, pos malaria desa, usaha kesehatan sekolah, dan pos kesehatan pesantren.

Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM digunakan persentase desa yang memiliki posyandu. Posyandu merupakan salah satu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat, dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan di posyandu terdiri atas 5 program prioritas utama yaitu KIA, KB, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk mengukur perkembangan posyandu, posyandu dapat dibagi dalam 4 strata/tingkatan yaitu pratama, madya, purnama dan mandiri.

Jumlah posyandu yang tercatat di Maluku Utara pada tahun 2014 sebanyak 1526 posyandu yang terdiri atas 553 (36,24%) (46,78%) merupakan posyandu aktif. Apabila dibandingkan antara jumlah balita dengan jumlah posyandu yang ada maka rasio antara jumlah posyandu dan jumlah balita pada tahun 2014 masih sama dengan kondisi tahun 2013 yaitu sebanyak 1 buah posyandu untuk 100 orang balita. Walaupun terjadi peningkatan jumlah posyandu namun persentase mengalami penurunan dikarenakan penambahan posyandu jumlah sangat signifikan dan yang aktif hanya sedikit.

(39)

Pada tahun 2014,persentaseposyandu pratama (27,20%), posyandu madya (36,50 %), posyandu purnama (25,69%) dan mandiri (10,55%). Persentase strata posyandu ini jika bandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami penurunan. Jumlah dan persentase posyandu berdasarkan strata menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2014 disajikan lebih rinci dalam lampiran tabel 69. Untuk mendorong menggeliatnya perkembangan posyandu pada setiap strata tentunyadiperlukan peran serta aktif masyarakat yaitu kader, PKK, LKMD sebagaipengelola dan masyarakat sebagai pemilik dan sekaligus pemakai serta pendukung posyandu, serta pembinaan yang berkesinambungan oleh petugas kesehatan. Gambar 2.7 menunjukkan perkembangan jumlah posyandu menurut strata pada tahun 2010 hingga tahun 2014. Dimana 3 tahun belakangan jumlah posyandu mengalami penurunan dan mengalami peningkatan di tahun 2014 yang cukup signifikan.

Gambar 2.10

Jumlah Posyandu Menurut Strata Provinsi Maluku Utara Tahun 2010- 2014

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2010 – 2013

Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara

(40)
(41)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN



Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan kesehatan di Provinsi Maluku Utara sampai dengan tahun 2014 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat.

Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan termasuk jumlah dan distribusi tenaga kesehatan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan, sosial, keturunan, dan faktor lainnya. Hendrik Blum telah mengkategorikan empat faktor utama yang berpengaruh terhadap status kesehatan yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan, genetik, dan gaya hidup. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan berpengaruh pada kejadian morbiditas dan mortalitasserta status gizi yang mencerminkan situasi derajat kesehatan masyarakat.Angka-angka tersebut juga sangat penting dalam upaya perencanaan dan evaluasi program-program kesehatan. Angka mortalitas digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu (AKI), sedangkan untuk morbiditas dideskripsikan melalui prevalensi beberapa kasus penyakit.

A. MORTALITAS

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian masyarakat dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan

(42)

dan pembangunan program kesehatan lainnya. Secara umum, angka kematiandi masyarakat dapat diketahui melalui survey dan penelitian karena pada umumnya kejadian kematian terjadi di rumah. Sedangkan data kematian yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan hanya menggambarkan kasus rujukan.

1. Angka Kematian Bayi Neonatal

Angka Kematian Neonatal adalah adalah banyaknya bayi lahir mati yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup dalam tahun yang sama. AKB merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat dan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan baik dari sisi pemerataan pelayanan kesehatan termasuk distribusi fasilitas kesehatan. Hal tersebut dikarenakan usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian yang seringkali dikaitkan dengan kualitas lingkungan hidup, sanitasi lingkungan, dan keadaan gizi masyarakat. Oleh karena itu angka ini seringkali menjadi salah satu indikator sensitif yang dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan penduduk disuatu wilayah.

Kecenderungan kematian neonatal menurut kabupaten/kota tahun 2013-2014 dapat terlihat pada gambar 3.1, yang menunjukkan provinsi danseluruh kab/kota terjadi penurunan jumlah kematian neonatal. Provinsi mengalami peningkatan jumlah kematian dengan kabupaten Halmahera Selatan sebagai kabupaten dengan angka tertinggi. Kabupaten pulau Taliabu ditahun 2013 belum memasukkan data sehingga jumlah kematiannya nol.

(43)

Gambar 3.1

Jumlah Kematian Neonatal Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2014

Sumber: Bidang Binkesmas Dinkes Prov. Maluku Utara Tahun 2014 Profil Kesehatan Prov. Maluku Utara Tahun 2013

2. AngkaKematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup dalam tahun yang sama. AKB merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat dan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan baik dari sisi pemerataan pelayanan kesehatan termasuk distribusi fasilitas kesehatan. Hal tersebut dikarenakan usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian yang seringkali dikaitkan dengan kualitas lingkungan hidup, sanitasi lingkungan, dan keadaan gizi masyarakat. Oleh karena itu AKB seringkali menjadi salah satu indikator sensitif yang dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan penduduk disuatu wilayah. Berbagai faktor berpengaruh dalam upaya penurunan kematian bayi, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan dan fasilitasnya. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang

(44)

tercermin dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat yang secara tidak langsung berkontribusi dalam perbaikan gizi dan pada akhirnya dapat berdampak pada peningkatan daya tahan tubuh bayi terhadap infeksi.

Dalam profil kesehatan ini angka kematian bayi yang disajikan menggunakan data yang diperoleh dari Program KIA Dinas Kesehatan Provinsi Maluku UtaradanProfil Kesehatan kabupaten/kota. Gambar 3.2 merupakan deskripsi tahun 2013-2014 mengenai mortalitas bayi untuk wilayah kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara masih merujuk pada jumlah kematian bayi dan belum dapat merujuk penggunaan Angka Kematian mengingat jumlah kelahiran hidup di beberapa kabupaten/kota masih sangat rendah bahkan belum mencukupi 1.000 kelahiran hidup per tahun.

Gambar 3.2

Jumlah Kematian Bayi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2014

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Maluku Utara Tahun 2013;

Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Prov. Maluku Utara Tahun 2014

(45)

Pada tahun 2014, jumlah bayi meninggal yang dilaporkan yaitu 78 bayi, sehingga Angka Kematian Bayi (AKB) untuk Provinsi Maluku Utara tahun 2014 adalah 5 per 1.000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya (6,3 per 1.000 kelahiran hidup ). Gambar 3.2 menunjukkan jumlah kematian bayi di Maluku Utara tahun 2014tertinggi dilaporkan di Kab. Pulau Morotai. Dari seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara, jumlah bayi meninggal yang dilaporkan pada umumnya mengalami penurunan dibanding tahun 2013 terutama di Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Kep Sula dan Kabupaten Halmahera Utara, sedangkan untuk Kabupaten Halmahera Barat dan Halmahera Tengah kematian bayi mengalami peningkatan jumlah kematian bayi. Untuk Kab. Pulau Taliabu belum ada data di tahun 2013 sehingga menunjukkan peningkatan di tahun 2014.

Gambar 3.3

Kecenderungan Jumlah Kematian Bayi dan AKB Provinsi Maluku Utara Tahun 2010-2014

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Malut Tahun 2011-2013;

Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Prov. Maluku Utara Tahun 2014

(46)

Kecendurungan jumlah bayi yang meninggal di Maluku Utara dalam kurun waktu 2011-2014 cenderung mengalami penurunan. Meskipun demikian, AKB Maluku Utara telah lebih rendah dibandingkan target MDGs yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup. Akan tetapi kondisi ini perlu dicermati mengingat kecenderungan jumlah kematian bayi yang meningkat dalam kurun waktu beberapa tahun di hampir semua kabupaten/kota di Maluku Utara. Selain itu, data kematian bayi tersebut belum merepsesentasikan keadaan yang sesungguhnya di Maluku Utara mengingat belum semua rumah sakit melaporkan jumlah bayi yang meninggal dalam perawatan di rumah sakit yang bersangkutan serta belum termasuk jumlah bayi yang meninggal di rumah.

Dengan demikian sangat penting untuk mencermati angka kematian bayi secara komprehensif dalam komunitas dengan membandingkan dengan AKB yang diperoleh dari hasil survey maupun penelitian ilmiah lainnya dan memperbaiki sistematika pelaporan kematian bayi diseluruh fasilitas kesehatan baik milik pemerintah maupun fasilitas pelayanan kesehatan yang dikelola swasta serta pencatatan kematian bayi yang meninggal di rumah.

3. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka kematian balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak usia kurang dari 5 tahun yang dinyatakan per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini merepresentasikan resiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran hingga sebulum anak berusia 5 tahun. Pada tahun 2014 jumlah balita yang meninggal sebanyak 366 orang, dengan

(47)

demikian AKABA Maluku Utara tahun 2014 adalah 3 per 1.000 kelahiran hidup, dimana mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni 17 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian di tahun 2014 jauh lebih rendah dibanding target MDGs yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup atau dapat dikatakan telah mencapai target MDGS. Jumlah kematian balita tertinggi dilaporkan di Kab. Halmahera Selatan (11 kematian balita), dan yang terendah pada Kota Tikep (3 kematian balita). Namun demikian seperti halnya AKB, AKABA tersebut belum merepresentasikan keadaan yang sesungguhnya di Maluku Utara karena data jumlah balita yang meninggal hanya mencakup jumlah balita yang meninggal di fasilitas pelayanan kesehatan dan kejadian yang dilaporkan oleh petugas kesehatan secara pasif serta belum mencakup kejadian balita yang meninggal di masyarakat (under

reporting). Hal ini menunjukkan peran serta masyarakat dalam program

pembangunan kesehatan dalam hal ini kematian bayi & balita masih sangat minim.

Selain itu, karena jumlah kelahiran hidup di kabupaten/kota masih rendah,bahkan dibeberapa kabupaten/kota kelahiran hidup belum mencapai 1.000 bayi per tahun sehingga untuk menggambarkan kematian balita maka pada tingkat kabupaten/kota digunakan angka absolut yaitu jumlah kematian balita. Jumlah kematian balita menurut kabupaten/kota pada tahun 2013-2014 dapat dilihat pada gambar berikut.

(48)

Gambar 3.4

Jumlah Kematian Balita Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2013-2014

Sumber: Bidang Binkesmas Tahun 2014;

Profil Kesehatan Prov. Malut Tahun 2013

Walaupun demikian, dilihat berdasarkan kasus kematian Balita per Kab/Kota ada yang mengalami peningkatan untuk AKABA provinsi mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada gambar 3.5 menunjukan kecenderungan jumlah kematian balita 4 tahun terakhir yang menunjukkan penurunan angka kematian balita 3 tahun terakhir.

Gambar 3.5

AKABA Provinsi Maluku Utara Tahun 2011-2014

Sumber: Profil Kesehatan Prov. Malut Tahun 2013;

(49)

4. Jumlah Kematian Ibu

Kematian ibu adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan. Indikator ini secara tidak langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan, juga berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, dan kualitas pelayanan kesehatan untuk ibu hamil, saat melahirkan dan masa nifas. Kematian ibu merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum, pendidikan, sosial, ekonomi, dan pelayanan kesehatan selama kehamilan,persalinan, dan masa nifas.

Untuk Provinsi Maluku Utara indikator kematian ibu yang lebih tepat digunakan adalah jumlah dan belum menggunakan angka, serta tidak menggunakan denominator 100.000. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk Maluku Utara hingga tahun 2014 yang relatif sedikit (±1juta jiwa) dan jumlah kelahiran hidup pun masih belum mencapai 100.000 kelahiran. Gambar 3.6 menunjukkan jumlah kematian ibu di Maluku Utara tahun 2012 hingga 2014, dimana terjadi kecenderungan kematian jumlah ibu yang menurun. Pada tahun 2012 ke tahun 2013 terjadi penurunan yang siginifikan besar dan kemudian terjadi sedik penurunan pada tahun 2014. Dua tahun terakhir Kab Halmahera selatan adalah kabupaten dengan jumlah kematian ibu yang dilaporkan tertinggi 14 (2014) & 18 (2013) dan terendah dilaporkan di Kab

(50)

Halmahera Timur yaitu hanya 1 kematian ibu. Jumlah kematian ini tidak mutlak dijadikan tolak ukur derajat kesehatan suatu masyarakat dikarenakan jumlah yang ada merupakan jumlah kematian di fasyankes (PKM). Hal ini dianggap perlu peran aktif tenaga kesehatan dan masyarakat dalam perannya dalam program pembangunan kesehatan.

Gambar 3.6

Jumlah Kematian Ibu Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2012-2014

Sumber: Profil Kesehatan Prov Malut tahun 2010-2013; Bidang Binkesmas Dinkes Prov Malut Tahun 2014

Jumlah kematian ibu di Provinsi Maluku Utara tampak cenderung mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dan mengalami penurunan di tahun 2013 dan 2014 sebagaimana terlihat pada gambar 3.7. Namun demikian, kematian ibu tetap harus mendapatkan perhatian khusus oleh seluruh program dan sektor terkait untuk mengkaji lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada kematian ibu, meskipun demikian adanya peningkatan jumlah kematian ibu juga dapat dipengaruhi oleh semakin

(51)

baiknya sistem pencatatan dan pelaporan mengenai kematian ibu pada fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian diharapkan dapat dilakukan perencanaan program yang sesuai dan pelaksanaan intervensi yang tepat, sehingga pada akhirnya akan dapat menurunkan jumlah kematian ibu. Selain itu karena kematian maternal merupakan hal kompleks yang melibatkan unsur-unsur lintas program dan sektor non kesehatan maka perlu kembali dikaji dan ditingkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam penanganan permasalahan kematian maternal.

Gambar 3.7

Jumlah Ibu Meninggal di Provinsi Maluku Utara Tahun 2010 - 2014

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Malut tahun 2010-2013; Bidang Binkesmas Dinas Kesehatan Prov. Malut Tahun 2014

5. Angka Harapan Hidup (AHH)

Selain AKB dan AKI, Angka Harapan Hidup (AHH) juga digunakan untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas kehidupan

(52)

masyarakat baik di tingkat Kabupaten/Kota maupun Provinsi. AHH juga merupakan salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) selain Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah. Perbaikan kualitas dan cakupan pelayanan kesehatan yang merupakan cerminan keberhasilan pembangunan kesehatan dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan AHH. Berdasarkan data Maluku Utara Dalam Angka Tahun 2014 yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi Maluku Utara tercatat sementara AHH Maluku Utara adalah 66,97 tahun.

B. MORBIDITAS

Morbiditas adalah angka kesakitan (insidensi atau prevalensi) dari suatu penyakit yang terjadi pada populasi dalam kurun waktu tertentu. Angka morbiditas lebih cepat menentukan keadaan kesehatan masyarakat daripada angka mortalitas, karena banyak jenis penyakit yang mempengaruhi kesehatan hanya mempunyai mortalitas yang rendah. Angka kesakitan yang akan disajikan terbatas pada penyakit-penyakit menular dan tidak menular. Dalam kajian profil kesehatan ini, data morbiditas diperoleh dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang P2PL Dinas Kesehatan.

1. Penyakit Menular a. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles yang terinfeksi. Parasit malaria kemudian membelah diri dalam tubuh

(53)

manusia yang terkena gigitan nyamuk yang telah terinfeksi, kemudian parasit bertambah banyak di hati dan kemudian menginfeksi sel-sel darah merah. Sebagai daerah endemis malaria, malaria masih menjadi salah satu tantangan utama dalam upaya perbaikan derajat kesehatan masyarakat di Maluku Utara.

Penentuan diagnosa malaria dilakukan secara klinis dan laboratorium. Diagnosa yang ditegakkan dengan mengamati gejala-gejala klinis yang muncul disebut malaria klinis, sedangkan untuk pemeriksaan lanjutan maka diagnosa malaria klinis akan diikuti dengan pemeriksaan sampel darah di laboratorium untuk menentukan jenis dan jumlah parasit. Sebagai daerah endemis malaria, ada tiga jenis plasmodium yang paling sering ditemukan dalam pemeriksaan laboratorium, yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax, dan plasmodium malariae. Akan tetapi seringkali dalam pemeriksaan laboratorium ditemukan lebih dari satu jenis plasmodium pada seorang penderita malaria yqang umumnya dikenal sebagai malaria mix.

Indikator utama yang digunakan dalam mengukur angka kesakitan karena malaria adalah angka Annual Paracite Index (API) yaitu insidens parasit malaria untuk 1.000 penduduk. Untuk Provinsi Maluku Utara angka kesakitan malaria tahun 2014 (API) adalah 3,9 ‰, dibandingkan dengan tahun sebelumnya (4,4 ‰) pada tahun ini mengalami penurunan API. Dengan jumlah kasus tertinggi di Kab Pulau Morotai dan Kab Halmahera Timur (Gambar 3.8).

(54)

Selain itu, API tersebut juga diperoleh dari pemeriksaan laboratorium yang semakin baik, yang pada tahun 2014 telah mencapai 93,4 % dibanding tahun sebelumnya (91,1%) dari total pemeriksaan laboratorium. Data mengenai prevalensi malaria pada populasi beresiko dapat dilihat secara rinci pada lampiran tabel 22.

Mengingat malaria adalah penyakit endemis dan masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Maluku Utara maka upaya-upaya dalam rangka penurunan angka kesakitan malaria sangat perlu untuk terus digiatkan.

Gambar 3.8

API Berdasarkan Kabupaten / Kota Provinsi Maluku Utara Januari - November 2014

Sumber: Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara

b. Tuberculosis (TB)

TB Paru adalah salah satu penyakit menular yang prevalensinya masih cukup tinggi di Maluku Utara dan telah

(55)

mendapatkan perhatian yang sangat serius dalam upaya penanganannya. Indikator yang digunakan untuk program tuberculosis (TB)antara lain adalah new case detection rate

(NCDR) dan case notification rate (CNR). CDR menggambarkan

proporsi jumlah pasien baru BTA postif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam suatu wilayah.WHO dan Kementerian Kesehatan menetapkan standar angka penemuan kasus (NCDR) untuk TB adalah sebesar 70%.

Pada tahun 2014, CNR Kasus Baru di Maluku Utara baru mencapai 44,61% dan CNR seluruh kasus TB 57%. CNR adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk pada suatu wilayah. Pada tahun 2013, CNR Maluku Utara mengalami penurunan dari tahun sebelumnya (92,84%). Untuk CDR tahun 2013 sebesar 90%. Rincian mengenai prevalensi, insidensi, dan kesuksesan pengobatan penyakit TB paru menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 7 hingga tabel 9.

Selain CDR dan CNR, indikator kinerja program TB lainnya adalah proporsi pasien baru BTA positif. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak lebih rendah dari 65% untuk menunjukkan mutu diagnosis yang baik dan prioritas penemuan pasien yang menular. Proporsi BTA positif diantara semua kasus TB di Maluku Utara untuk tahun 2014 sebesar 18,1%. Angka ini menunjukkan adanya perbaikan

(56)

mutu diagnosis TB yang telah mengarah lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

c. HIV/AIDS dan Penyakit Menular Melalui Hubungan Seksual

Peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia dan khususnya Maluku Utara padabeberapa tahun terakhir menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Fenomena gunung es untuk penyakit HIV/AIDS sangat memerlukan perhatian khusus karena dibalik jumlah kasus yang terlacak ada 100 kasus lainnya yang tersembunyi di dalam masyarakat. Perilaku seksual yang tidak aman, penggunaan NAPZA suntik, sering berganti-ganti pasangan merupakan beberapa perilaku berisiko yang menjadi katalisator semakin bertambahnya jumlah penderita HIV/AIDS dari tahun ke tahun.

Di Maluku Utara hingga tahun 2014 jumlah penderita HIV terlacak sebanyak 59 orang, dan untuk kasus AIDS terlacak sebanyak 64 orang. Dengan proporsi per jenis kelamin 76 penderita berjenis kelamin pria & 47 penderita berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Kecenderungan peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS di Maluku Utara tahun 2004 - 2014 dapat dilihat pada gambar 3.9.

Gambar

Gambar  3.17  menunjukkan  tren  dari  tahun  2012  –  2014  yang  menggambarkan  penurunan  yang  cukup  bermakna  tiga  tahun  terakhir
Tabel 5.2  Rasio Tenaga Medis

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dihasilkan bahwa semakin banyak jumlah word vector pada data latih maka semakin tepat hasil akurasi yang dihasilkan yaitu dengan akurasi

Berdasarkan prinsip kepastian hukum sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 5 Perpres Nomor 76 Tahun 2007 yaitu bahwa bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan

Kementerian Perdagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelas jabatan ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan setelah

Yang selanjutnya hasil- hasil evaluasi yang diperoleh dari kegiatan pemantauan dapat dibuatkan rekomendasi- rekomendasi yang berguna bagi pengambil keputusan dalam mengelola

Kontribusi jenis pajak daerah yang baru tercantum dalam undang-undang nomor 28 tahun 2009 khususnya pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan serta pajak bumi

Sebab, penulis berasumsi bahwa mereka (para mufasir) mempunyai sudut pandang yang berbeda. Tafsir al-Misbah, misalnya, sebagaimana yang telah penulis paparkan

 Selain itu PT PJB juga telah menyampaikan laporan penilaian aktiva tetap pada tanggal 27 Januari 2016 melalui Surat Tambahan Dokumen Kelengkapan Permohonan Penilaian

Dengan melakukan observasi dan analisis pada VTR tentang pembelajaran matematika, dimana telah direkam seorang guru yang telah melaksanakan pembelajaran matematika dengan