• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

2.5.1 HEPATITIS B

Virus Hepatitis menyebabkan 1,34 juta kematian pada tahun 2015, jumlah yang sebanding untuk kematian yang disebabkan oleh TBC dan lebih tinggi dari yang disebabkan oleh HIV. Namun, jumlah kematian akibat virus hepatitis terus meningkat seiring waktu, sementara kematian yang disebabkan oleh TB dan HIV menurun. Kebanyakan kematian akibat virus hepatitis pada tahun 2015 disebabkan oleh penyakit hati kronis (720.000 kematian karena sirosis) dan kanker hati primer (470.000 kematian karena karsinoma hepatoseluler). Secara global, pada tahun 2015, diperkirakan 257 juta orang hidup dengan infeksi HBV kronis (WHO, 2017).

Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), (suatu anggota family Hepadnavirus, genus Orthohepadnavirus) suatu virus DNA yang berlapis ganda, berbentuk bulat dan bereplikasi terutama di hepatocytes (WHO, 2017).Dan dapat menyebabkan hepatitis akut atau kronis (Wolfram H Gerlich, 2013).

Penularan dapat terjadi secara horizontal yaitu dari darah, transfusi darah, suntikan yang tidak aman, melalui hubungan seksual dan dapat terjadi penularan secara vertical yaitu dari ibu ke bayi selama proses persalinan (Kemenkes, 2015).

Kebanyakan orang tidak mengalami gejala apa pun ketika baru terinfeksi hepatitis b. Namun, beberapa orang memiliki penyakit akut dengan gejala yang berlangsung beberapa minggu, termasuk menguningnya kulit dan mata (jaundice), urin gelap, kelelahan ekstrim, mual, muntah, dan sakit perut. Sejumlah kecil orang dengan hepatitis akut dapat berkembang menjadi gagal hati akut, yang dapat menyebabkan kematian. Pada beberapa orang, virus hepatitis B juga dapat menyebabkan infeksi hati kronis yang kemudian dapat berkembang menjadi sirosis (jaringan parut hati) atau kanker hati (WHO, 2019).

2.5.2 TUBERCULOSIS

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis . Tuberkulosis paling sering mengenai paru-paru tetapi dapat juga mengenai organ lainnya seperti selaput otak, tulang, kelenjar superfisialis dan lain-lain. Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah infeksi Mycobacterium tuuberculosis terjadi respon imunitas selular yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin (Ranuh et.al, 2017).

M. tuberculosis menyebar melalui droplet ketika individu yang menderita batuk PTB aktif dan mengeluarkan bakteri ke udara. TB biasanya mempengaruhi paru-paru dan juga dapat mempengaruhi tempat lain (TB luar paru-paru (extrapulmonary), terutama pada anak-anak). Gejala dan tanda TB bervariasi secara signifikan dengan usia, status kekebalan, situs yang terinfeksi, dantingkat keparahan penyakit (WHO, 2017).

Gejala umum TB pada orang dewasa adalah batuk yang terus-menerus selama 2-3 minggu atau lebih, batuk berdahak kadang berdarah, nyeri dada, penurunan berat badan, demam, menggigil, berkeringat malam hari, kelelahan, dan kehilangan selera makan. Bakteri ini biasanya menyerang orang lain, misalnya ginjal, tulang belakang, otak, kelenjar, dan sebagainya. Pada anak-anak gejala tuberkulosis paru berbeda dengan orang dewasa, keluhan yang sering dijumpai adalah anak tidak mau makan, berat badan jauh di bawah rata-rata anak seumurnya. Penderita yang sudah positif menderita tuberkulosis diobati melalui Program Nasional Penanggulangan TBC (Strategi DOTS). Penderita harus mengonsumsi OAT (Obat Anti Tuberkulosis) minimal 6 bulan. Cara pencegahan yang paling efektif yaitu dilakukan melalui vaksinasi (Cahyono, 2010).

2.5.3 DIFTERI

Corynebacterium merupakan genus bakteri berbentuk gram positif. Difteri disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae,spesies anaerob fakultatif dan berbentuk klub (club shaped) .

Difteri bersifat ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran nafas bagian atas. Penularannya bisa karena kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena adanya makanan terkontaminasi bakteri difteri.

Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam ringan, radang tenggorokan, hilang nafsu makan, dan dalam 2–3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil (pseudomembrane).

2.5.4 PERTUSIS

Penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis (batuk rejan), Penyakit ini menyerang mulut, hidung, dan tenggorokan.

Pertusis merupakan penyakit yang sangat menular dan dapat menyerang semua golongan umur, makin muda usia terkena pertusis, makin berbahaya. Kasus terbanyak terjadi pada anak umur 1 tahun.

Pertusis menular melalui udara pernapasan, yaitu percikan air ludah. Seorang penderita menjadi infeksius sampai 3 minggu setelah serangan batuk dimulai.

Gejala akan mulai timbul 3-12 hari setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Infeksi berlangsung selama 6 minggu dan berkembang melalui 3 tahapan, biasanya gejala dimulai dengan batuk dan pilek ringan selama 1-2 minggu (stadium kataral).

Kemudian, diikuti dengan masa jeda batuk (stadium paroksismal), disini timbul 5-15 kali batuk diikuti dengan menghirup napas bernada tinggi. Batuk atau lendir yang kental sering merangsang terjadinya muntah. Tahap terakhir gejala pertusis disebut dengan tahap konvalesen, yang ditandai dengan batuk dan muntah semakin

berkurang, anak tampak merasa lebih baik. Kadang-kadang batuk terjadi selama berbulan-bulan biasanya akibat iritasi saluran pernapasan (Cahyono, 2010)

2.5.5 TETANUS

Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Clostridium tetani merupakan bakteri gram positif, berbentuk spora, dan bersifat anaerob.

Clostridium tetani masuk kedalam tubuh manusia melalui luka, misalnya luka tusuk, luka robek, luka tembak, luka bakar, luka gigit, luka suntikan, infeksi telinga, rahim sesudah persalinan atau keguguran, pemotongan tali pusat yang tidak steril.

Clostridium tetani menghasilkan neurotoksin tetanospasmin yang sangat kuat.

Toksin ini menghambat neurotransmiter di sistem saraf pusat dan menyebabkan gejala awal seperti, kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking) antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir.Gejala berikutnya kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku (Kemenkes RI, 2015)

2.5.6 HEMOFILUS INFLUENZA TIPE B

Hemofilus Influenza tipe B merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dibeberapa organ, seperti meningitis, epiglotitis, pneumonia, artritis, dan selulitis. Banyak menyerang anak di bawah usia 5 tahun, terutama pada usia 6 bulan–1 tahun.

Hemofilus Influenza tipe B ditularkan dalam bentuk droplet melalui nasofaring.

Gejala yang ditimbulkan pada selaput otak akan timbul gejala menigitis (demam, kaku kuduk, kehilangan kesadaran), dan pada paru menyebabkan pneumonia (demam, sesak, retraksi otot pernafasan), terkadang menimbulkan gejala sisa berupa kerusakan alat pendengaran.

2.5.7 POLIO ( POLIOMYELITIS)

Poliomielitis merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, atau 3. Secara klinis menyerang anak di bawah umur 15 tahun dan menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis)

Respons terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala sampai adanya gejala kelumpuhan total dan atropi otot, pada umumnya mengenai tungkai bawah dan bersifat asimetris, dan dapat menetap selamanya bahkan sampai dengan kematian. Masa inkubasi poliomielitis berlangsung 6-20 hari dengan kisaran 3-35 hari.

Kebanyakan poliomielitis tidak menunjukkan gejala apapun. Infeksi semakin parah jika virus masuk dalam sistem aliran darah. Kurang dari 1% virus masuk pada sistem saraf pusat, akan tetapi virus lebih menyerang dan menghancurkan sistem saraf motorik, hal ini menimbulkan kelemahan otot dan kelumpuhan. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.

2.5.8 CAMPAK

Penyakit Campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles, merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) dari genus Morbillivirus dan termasuk golongan virus RNA. Penyakit campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae measles yang ditularkan melalui udara (percikan ludah) dari bersin atau batuk penderita (Kemenkes RI, 2015).

Masa penularan penyakit Campak terjadi pada 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash. Puncak penularan pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit. Masa Inkubasi terjadi pada 7 – 18 hari. Gejala Campak ditandai dengan:

1. Demam dengan suhu badan biasanya > 38 C selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair.

2. Bercak kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga.

3. Gejala pada tubuh berbentuk makulopapular selama 3 hari atau lebih yang pada kisaran 4-7 hari menjalar keseluruh tubuh.

4. Khas (Patognomonis) ditemukan Koplik's spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam.

Virus campak sangat sensitif terhadap sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Untuk memastikan diagnosis penyakit campak diperlukan konfirmasi laboratorium dengan melakukan pemeriksaan serologis (pengambilan darah pasien/serum darah) atau virologis (pengambilan urin pasien).

Dokumen terkait