• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknologi yang disediakan oleh penyedia teknologi membutuhkan proses alih teknologi untuk kelanjutan pengembangan teknologi oleh pihak penerima teknologi. Proses yang dilakukan oleh masing-masing pihak penyedia teknologi akan berbeda, bergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan, atau berdasarkan kesepakatan dengan pihak penerima teknologi (PKS). Komponen teknologi yang terdiri atas perangkat keras (technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (inforware), dan perangkat organisasi (orgaware) dari masing-masing penyedia teknologi perlu diperhatikan untuk keperluan proses alih teknologi tersebut. Pengkajian komponen-komponen tersebut dapat dilihat secara ringkas pada Tabel 12.

Tabel 12. Komponen teknologi dalam proses alih teknologi dari perusahaan penyedia ke penerima teknologi

53 1. Technoware

a. Mesin manual -

b. Mesin bermotor blower blower blower,pompa untuk

umpan dan lumpur,bioflow

diffuser

c. Mesin serbaguna tangki ekualisasi, tangki penyangga,

saringan

kolam conditioning

d. Mesin khusus penangkap minyak, menara pendingin, degassifier, MGF, CAT, EAT H2 e. Mesin otomatis S scrubber lamella clarifier, gas holder, tangki pengumpul buih

f. Mesin berkomputer flare stack moisture removal

yang disertai indikator aliran, flare

pengering biogas,

flare

g. Mesin terpadu DAF, LESAR CSTR, mesin gas Agriverde Lagoon Digester generator, cover lagoon TM 2. Humanware

a. Jumlah (orang) 4 (tidak diketahui) 8-12

b. Jabatan manajer, ahli kimia, pekerja, operator

manajer, pekerja manajer, operator, ahli mesin dan ahli elektro c. Kemampuan mengoperasikan, mengeset, mereparasi, mereproduksi, mengadaptasi mengeset, mereparasi, mereproduksi mengoperasikan, mengeset, mereparasi, mereproduksi d. Bentuk pelatihan cara pengoperasian

dan pemeliharaan

proses produksi biogas, penanganan

limbah cair, safety

3. Inforware rencana monitoring,

data monitoring harian, penyimpanan data secara elektronik dan dokumen tertulis, manual pada keadaan

mendesak

monitoring data melalui detektor gas, pengiriman data dua kali sehari ke PT AES

sistem monitoring terkomputasi, perekaman data,

know-how

Tabel 12. Komponen teknologi dalam proses alih teknologi dari perusahaan penyedia ke penerima teknologi (lanjutan)

54

Komponen Teknologi PT KIS PT AES PT KME

4. Orgaware

a. Struktur organisasi dipimpin oleh country manager yang bertanggung jawab pada manajer pusat

dipimpin oleh country manager,

pengembangan proyek ditangani oleh

manajer pengembangan bisnis

dipimpin oleh direktur

b. Sistem kerja penawaran dan penjualan alat, layanan pengembangan proyek CDM penanaman investasi dalam pengolahan anaerobik untuk destruksi metana dan/atau pemanfaatan biogas

layanan jasa sebagai inisiator dan pengembang proyek, jasa kontraktor untuk

biogas

c. Umur peralatan 10 tahun 7-10 tahun 10 tahun

4.7.1.Perangkat Keras (Technoware)

Perangkat keras berupa peralatan-peralatan yang disediakan oleh perusahaan penyedia teknologi untuk rangkaian proses pada batasan proyeknya. Komponen tersebut dilihat tingkat kecanggihan serta kompleksitasnya untuk menjadi bahan pertimbangan proses alih teknologi, disesuaikan dengan sumber daya yang ada di perusahaan penerima teknologi serta komponen teknologi lainnya yang disediakan oleh masing-masing perusahaan. Berdasarkan tingkat kecanggihannya, jenis mesin atau peralatan terbagi menjadi tujuh tingkatan yaitu mesin manual, mesin bermotor, mesin serbaguna, mesin khusus, mesin otomatis, mesin berkomputer, dan mesin terpadu (Harjanto 1996).

PT KIS Indonesia memiliki perangkat keras untuk proses pretreatment, pengolahan anaerobik, pengolahan sekunder dan tersier, penanganan biogas, dan penanganan lumpur. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peralatan tersebut berupa saringan dan penangkap minyak-lemak, tangki ekualisasi, penukar panas dan menara pendingin, tangki DAF, tangki penyangga, tangki pengumpul buih, LESAR-CSTR, degassifier, lamella clarifier, CAT, EAT, tempat penampung lumpur, MGF,

flare stack, tangki penampung gas, mesin gas, dan blower.Penjelasan mengenai fungsi dari peralatan- peralatan tersebut dapat dilihat pada Subbab Gambaran Umum Teknologi yang Digunakan.

Mesin-mesin atau peralatan tersebut dapat dipilah berdasarkan tingkat kecanggihannya, seperti yang terlihat pada Tabel 12. Dalam teknologi PT KIS, tidak ditemukan adanya mesin manual. Mesin bermotor yang ada berupa blower. Dengan adanya motor, blower dapat berfungsi menarik atau menyedot gas yang dihasilkan. Mesin serbaguna yang dimiliki PT KIS adalah tangki ekualisasi, tangki penyangga, dan saringan. Tangki ekualisasi dan tangki penyangga sebenarnya memiliki fungsi yang hampir sama, yaitu menghomogenkan limbah cair yang akan masuk ke tahapan pengolahan selanjutnya. Keduanya memiliki bentuk dan jenis tangki yang sama sehingga dapat diketahui bahwa tangki tersebut dapat digunakan pada beragam keperluan. Sementara, saringan merupakan alat atau mesin yang dapat digunakan untuk menyaring beragam bahan. Mesin khusus yang ada berupa penangkap minyak, menara pendingin, degassifier, MGF, CAT, dan EAT. Mesin-mesin tersebut memiliki fungsi khusus sehingga memiliki fitur yang berbeda dengan peralatan atau mesin pada umumnya. Lamella clarifier,gas holder, dan tangki pengumpul buih merupakan mesin otomatis.

55 memasukinya akan terendapkan karena pengaruh gravitasi. Gas holder termasuk ke dalam mesin otomatis karena gas holder yang dimiliki PT KIS merupakan jenis floating. Alat tersebut akan naik- turun secara otomatis sesuai dengan volume biogas yang ditampung. Flare stack merupakan mesin yang berkomputer. Mesin ini terhubung dengan sistem komputasi yang memuat indikator aliran biogas serta analisis kandungannya. Flare secara langsung akan mendestruksi biogas yang berlebih sesuai sensor yang terdapat pada sistem komputasinya.Mesin terpadu yang terdapat dalam teknologi PT KIS adalah DAF, LESAR-CSTR, dan mesin gas. LESAR-CSTR sebagai inti pengolahan anaerobik terhubung dengan berbagai peralatan lainnya, memiliki sistem pengaduk mekanik (lateral dan sentral) serta memiliki sistem recycle lumpur biomassa. Di sisi lain, mesin gas termasuk ke dalam mesin terpadu karena memiliki bagian-bagian yang saling terintegrasi, seperti yang telah dijelaskan pada Bab Tinjauan Pustaka.

PT AES AgriVerde Indonesia memiliki perangkat keras untuk pretreatment sederhana, pengolahan anaerobik dan penanganan biogas. Peralatan tersebut berupa kolam conditioning, AgriVerde Lagoon DigesterTM

Perangkat keras PT Karya Mas Energi terdiri atas pompa umpan, cover lagoon,bioflow diffuser, blower, H

, blower, flare, peralatan penghilangan uap air yang disertai dengan indikator aliran. Dari mesin-mesin tersebut, terdapat mesin bermotor, mesin serbaguna, mesin otomatis, mesin berkomputer, dan mesin terpadu. Mesin bermotor pada teknologi ini sama dengan teknologi pada PT KIS yaitu blower. Mesin serbaguna yang ada adalah kolam conditioning. Kolam ini pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan konstruksi kolam lainnya. Hanya saja fungsinya lebih menyelaraskan karakteristik air limbah yang dihasilkan dari proses produksi. Pada bagian mesin berkomputer, terdapat alat berupa moisture removalyang disertai indikator aliran. Terdapat sistem komputasi sehingga diperoleh informasi mengenai kandungan-kandungan dalam biogas yang dihasilkan.Informasi ini akan disalurkan ke bagian moisture removal sehingggaterjadi proses penghilangan uap air yang menghasilkan biogas dengan mutu yang lebih baik. Mesin terpadu dalam teknologi ini adalah cover lagooon. Reaktor dalam bentuk kolam tertutup tersebut terdiri atas geomembran, plastik HDPE penutup, pipa-pipa penyalur, serta sensor yang terhubung dengan bagian monitoring.

2S scrubber, pengering biogas, flare, generator, pompa lumpur, dan pompa

dewatering. Blower dan pompa-pompa yang digunakan merupakan mesin bermotor. Selain itu, sistem pengadukannya juga merupakan sistem mesin bermotor. Peralatan ini akan menghasilkan gelombang yang berfungi sebagai pengaduk. Akan tetapi, gelombang akan dihasilkan pada saat petugas menekan sejenis tombol saklar. Mesin khusus pada teknologi PT KME adalah H2S scrubber yang fungsinya merupakan penghilangan atau penurunan kadar H2

Jika dilihat secara keseluruhan pada Tabel 12, technoware pada teknologi PT KIS cenderung memiliki tingkat kecanggihan yang tinggi dengan kompleksitas yang tinggi juga. Kondisi tersebut perlu diimbangi dengan humanware yang berkompeten. Technoware pada teknologi PT AES cenderung bervariasi tingkat kecanggihannya dan memiliki kompleksitas yang rendah. Di sisi lain,

technoware pada teknologi PT KME cukup banyak yang memiliki tingkat kecanggihan sedang atau rendah.

S pada biogas sehingga kandungan gas metana dalam biogas lebih tinggi dan biogas lebih aman digunakan dalam konversi menjadi listrik. Mesin berkomputer sama dengan teknologi lainnya yaitu flare. Mesin berkomputer lainnya yang ada pada teknologi PT KME adalah pengering biogas. Alat ini terhubung dengan monitor. Sementara, mesin terpadunya berupa cover lagoon dan generator.

56

4.7.2.Perangkat Manusia (Humanware)

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, technoware dari ketiga penyedia teknologi umumnya tidak mengandung unsur mesin manual. Tingkat kecanggihan mesin yang ada berkisar dari sedang hingga tinggi. Oleh sebab itu, diperlukan humanware yang berkompeten untuk menjaga operasi tetap berjalan dengan baik. Jika ada masalah atau kerusakan, humanware yang ada diharapkan mampu mengatasinya dengan baik sehingga kerugian dapat diminimasi.

Umumnya, masing-masing pihak penyedia teknologi menyediakan teknisi khusus di awal penggunaan teknologi. Kondisi tersebut umumnya berlangsung selama satu tahun. Proses alih teknologi yang dilakukan oleh PT KIS Indonesia adalah melalui empat tenaga kerja atau lebih yang umumnya bekerja di PKS selama enam bulan. Tenaga kerja tersebut akan bertugas dalam pemeliharaan dan pengendalian operasi serta pelatihan ke sumber daya manusia yang ada di PKS penerima teknologi. Setelah enam bulan, tenaga kerja tersebut akan kembali ke PT KIS, atau tetap bekerja di PKS tersebut sesuai kesepakatan dan permintaan. Jika tenaga kerja tersebut tetap dipertahankan di PKS, tanggungan biayanya menjadi urusan PKS yang bersangkutan.

Tenaga kerja yang disediakan oleh PT KIS umumnya berupa operator, pekerja umum, tenaga kerja yang ahli di bidang kimia, serta seorang manajer. Jika dipilah berdasarkan tahapan kemampuan dalam humanware menurut Harjanto (1996), sumber daya manusia yang disediakan oleh PT KIS memiliki kemampuan mengoperasikan dan mengeset (operator dan pekerja), kemampuan mereparasi khususnya pada bidang kimia (ahli kimia), serta kemampuan mereproduksi dan mengadaptasi (manajer). Selain itu, PT KIS memberikan pelatihan kepada tenaga kerja lokal. Pelatihan yang diberikan hanya mengenai prosedur pengoperasian dan pemeliharaan.

Tenaga kerja yang disediakan oleh PT AES umumnya tetap bekerja di bagian proyek pada PKS pengguna teknologi. Untuk periode proyek tujuh tahun, tenaga kerja tersebut dapat bekerja selama tiga kali periode proyek. Sementara, pada proyek sepuluh tahun, tenaga kerja yang disediakan hanya akan bekerja selama satu kali periode proyek. Tenaga kerja yang ditempatkan oleh PT AES umumnya memiliki kemampuan mengeset, mereparasi, dan mereproduksi. Tenaga kerja tersebut akan melakukan pengontrolan secara rutin dan melaporkan hasilnya pada manajer pengembangan di kantor pusat PT AES. Kemampuan mengoperasikan diberikan kepada tenaga kerja lokal yang telah mendapatkan pelatihan. Umumnya, tenaga kerja lokal yang mendapatkan pelatihan adalah staf bagian penanganan limbah dan manajer pabrik. Pelatihannya meliputi penjelasan mengenai proses produksi biogas secara biologi, penggarahan mengenai limbah cair, dan penjelasan mengenai keamanan dalam mengoperasikan, memelihara, dan menghadapi masalah atau kerusakan.

Tenaga kerja yang disediakan oleh PT KME dalam proses alih teknologi bertugas melakukan pelatihan melalui kemampuan mereproduksi. Pelatihan yang diberikan adalah mengenai cara pengoperasian alat secara berkelanjutan (UNFCCC 2012). Kemampuan mereproduksi itu juga diperoleh dengan cara kerja sama dengan tenaga kerja lokal pada saat pengoperasian dan monitoring. Oleh sebab itu, kemampuan mengoperasikan, mengeset dan mereparasi juga tersedia. Tenaga kerja yang disediakan dari PT KME dapat berjumlah delapan hingga sepuluh orang yang terbagi dalam tiga shift. Tenaga kerja tersebut memiliki latar belakang teknik mesin atau teknik elektro. Pada proyek Tandun, jumlah tenaga kerja yang disediakan oleh PT KME adalah sekitar 12 orang dengan jumlah pekerja empat orang per shift. Empat orang tersebut terdiri atas seorang manajer dan tiga orang operator. Namun, jika kondisi idle, jumlah operator yang bertugas cukup dua orang saja.

57

4.7.3.Perangkat Informasi (Inforware)

Dalam proses alih teknologi, komponen inforware termasuk komponen yang cukup berpengaruh terhadap keberhasilan proses. Ketersediaan informasi dari perusahaan penyedia teknologi ke perusahaan penerima teknologi mutlak diperlukan. Umumnya informasi mengenai pengolahan anaerobik hingga penangkapan gas metana dapat diperoleh dari project design documentdan

monitoring report yang dikelola oleh UNFCCC dan dapat diakses oleh publik. Selain itu, informasi- informasi yang penting mengenai pelaksanaan proyek umumnya disampaikan melalui pelatihan. Namun, terdapat perangkat informasi lainnya yang diperlukan selama proses alih teknologi.

Pada proses alih teknologi PT KIS, komponen informasi yang berkaitan dengan proses aplikasi teknologi dimonitoring, diarsipkan, dan dianalisis oleh tim operasional dari PT KIS, kemudian dilaporkan kepada tim manajemen pabrik. Tim manajemen dan tim operasional bertugas melakukan monitoring setiap hari dan mengontrol setiap hari terhadap perangkat informasi awal yang berupa rencana monitoring. Penyampaian adanya kendala dilaporkan oleh teknisi kepada manajer pabrik. Hasil data yang ada disimpan secara elektronik dan disimpan dalam suatu dokumen tertulis yang digunakan hingga dua tahun setelah umur proyek berakhir ataupun pada saat issuance CER yang terakhir untuk keperluan pelaporan ke Departemen Lingkungan. Perangkat informasi lainnya yang terdapat pada aplikasi teknologi PT KIS adalah manual mengenai keadaan mendesak. Di dalam manual tersebut, terdapat instruksi mengenai cara penanganan keadaan mendesak tersebut. Manual ini disebarkan kepada semua operator. Pengukuran juga dilakukan untuk memperoleh data masalah dan memastikan tidak adanya kebocoran gas metana dari penyimpan gas (UNFCCC 2011b

Pada aplikasi teknologi PT AES, terdapat monitoringdata biogas menggunakan detektor gas. Detektor gas tersebut terhubung dengan sistem penyimpanan informasi. Informasi yang diperoleh digunakan untuk mengendalikan proses. Seandainya terjadi masalah, dapat dilakukan koordinasi dari manajer pusat AES. Pengecekan data dilakukan secara periodik yaitu dua kali pengiriman data setiap hari. Data dilaporkan kepada manajer di kantor PT AESMedan, dan pada waktu yang sama dilakukan pengiriman data kepada kantor pusat PT AES di Jakarta. Dengan adanya koneksi jaringan informasi ini, kendala-kendala yang terkait dengan proyek dapat ditangani dengan cepat dan tepat. Selain perangkat informasi tersebut, terdapat juga perangkat informasi di lokasi proyek terkait dengan masalah keamanan kerja.

).

Pada aplikasi teknologi PT KME, perangkat informasi yang digunakan pada rangkaian alat berupa kontrol distribusi biogas, sistem monitoring reaktor, kontrol pengering dan kontrol scrubber

secara komputasi.Data hasil monitoring dikumpulkan dan direkam. Rekaman data tersebut dijaga selama dua tahun.Selain adanya perangkat informasi untuk pengendalian, terdapat juga sistem komputasi yang terhubung dengan technoware, berfungsi sebagai pengatur parameter alarm. Dengan demikian, jika terjadi suatu masalah, tenaga kerja yang ada dapat segera mengetahuinya melalui alarm tersebut. Dalam proses alih teknologi, PT KME juga melakukan transfer know-how kepada PKS penerima teknologi (UNFCCC 2012).

4.7.4.Perangkat Organisasi (Orgaware)

Perangkat organisasi lebih terkait pada manajemen dan hubungan yang terpadu dalam bentuk perangkat organisasi dan peraturan. Komponen ini mewadahi perangkat teknis, kemampuan sumber daya manusia, dan perangkat informasi. Perangkat organisasi yang diamati pada pengkajian ini adalah pengaturan struktur organisasi, sistem kerja, dan rata-rata umur peralatan yang digunakan pada proyek. Aspek mengenai kerugian atau keuntungan, biaya produksi dan persentase anggaran tidak

58 dibahas pada bagian ini karena sudah dibahas pada Subbab Perbandingan Teknologi Berdasarkan Aspek Finansial.

PT KIS Indonesia dalam pengembangan proyeknya dipimpin oleh seorang country manager. Country manager ini bertanggung jawab pada proyek di negara yang bersangkutan. Dalam penerimaan suatu proyek untuk aplikasi teknologi, country manager akan memberi laporan kepada manajer pusat KIS Group di India. Di sisi lain, country manager akan mengatur pembagian sumber daya manusia untuk ditempatkan di proyek yang mulai dikembangkan. Sistem kerja dari PT KIS berupa penawaran dan penjualan alat dalam suatu paket teknologi kepada PKS calon penerima teknologi. Selain penjualan alat, PT KIS memberikan layanan teknologi berupa pengembangan proyek CDM “One Window”, terkait dengan solusi kunci berupa rencana bisnis dan evaluasi (studi kelayakan); desain; teknik, procurement dan konstruksi (EPC); operasi dan pemeliharaan (O&M); penyediaan mesin biogas dengan scrubber; CDM: PDD, validasi, registrasi, dan verifikasi; sertifikasi dan penjualan reduksi emisi (KIS Group 2012). Dalam proses alih teknologi tersebut, peralatan yang disediakan oleh PT KIS memiliki umur rata-rata 10 tahun. Peralatan tersebut disediakan oleh mitra kerja yang tergabung dalam KIS Group, salah satunya Lars Enviro Private Ltd.

PT AES AgriVerde Indonesia dalam pengembangan proyeknya juga dipimpin oleh seorang

country manager. Dalam hubungannnya dengan pihak PKS pengguna teknologi, manajer yang berhubungan langsung dalam menangani proyek adalah manajer pengembangan bisnis. Sistem kerja PT AES AgriVerde adalah penanaman investasi dalam pengolahan limbah cair kelapa sawit secara anaerobik yang diikuti dengan pendestruksian gas metana. PT AES cenderung menggunakan fasilitas kolam anaerobik PKS yang ada untuk diperbaiki menggunakan sistem cover lagoon untuk memperoleh CER. Hal ini disebabkan tidak adanya PKS yang mau berinvestasi pada teknologi tersebut pada saat PT AES mulai menjalankan proyek di Indonesia tahun 2007. Akan tetapi, ada kemungkinan perubahan sistem kerja menjadi sistem kerja yang sama dengan sistem dari teknologi lainnya. Dalam proyek yang sedang berlangsung, ada kemungkinan perpanjangan proyek menjadi pemanfaatan biogas. Hal tersebut sesuai dengan permintaan PKS yang menggunakan teknologinya. Rata-rata umur peralatan yang ada sekitar tujuh tahun. Akan tetapi, tersedia juga peralatan dengan umur rata-rata sepuluh tahun. Peralatan yang disediakan PT AES AgriVerde umumnya merupakan teknologi milik PT AES itu sendiri.

PT Karya Mas Energi dalam pengembangannya diatur oleh seorang direktur. Sistem kerjanya hampir menyerupai PT KIS. Akan tetapi, PT KME lebih menekankan pada layanan jasa sebagai inisiator dan pengembang proyek serta jasa kontraktor biogas dari limbah cair pabrik kelapa sawit (Wiryawan 2012). Bahan dan tenaga kerja yang digunakan oleh PT KME dalam pengembangan proyek berasal dari Indonesia selaku negara penyelenggara dengan syarat proyek layak secara ekonomi dan teknis. Jika kondisinya tidak layak, ada kemungkinan tenaga kerja didatangkan dari negara maju (negara Annex 1). Untuk mencegah hal tersebut, sumber daya manusia pada PT KME lebih banyak bekerja sama dengan tenaga kerja lokal untuk meningkatkan kompetensi pekerja lokal. Dalam penyediaan alatnya, PT KME bekerja sama dengan beberapa perusahaan penyedia peralatan atau mesin. Dalam hubungannya dengan penjualan CER, PT KME bekerja sama dengan Camco Carbon South East Asia Ltd. di Malaysia.

V.

PENUTUP

5.1.

KESIMPULAN

Hasil pengkajian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sudah terdapat beberapa industri kelapa sawit di Indonesia yang bekerja sama dengan penyedia teknologi penangkapan gas metana dari limbah cair untuk dikonversi menjadi energi listrik. Industri kelapa sawitdi Lampung dengan kapasitas olah rata-rata 45 ton TBS/jam belum memanfaatkan teknologi tersebut.

Perusahaan penyedia teknologi yang dikaji adalahPT KIS Indonesia, PT AES AgriVerde Indonesia, dan PT Karya Mas Energi. Dengan menggunakan teknologi penangkapan gas metana dan konversinya menjadi energi listrik, dapat diperoleh beberapa manfaat. Penggunaan teknologi tersebut pada keseluruhan pabrik kelapa sawit di Lampung akan menghasilkan reduksi emisi gas rumah kaca sebesar 117.413 ton CO2 ekuivalen per tahun. Biogas yang dihasilkan sebesar 34.738.065 m3

Di antara ketiga teknologi yang tersedia, terdapat persamaan dan perbedaan pada aspek teknis, lingkungan, maupun finansial. Persamaan dari ketiga teknologi tersebut adalah reduksi beban pencemaran limbah pada limbah cair kelapa sawit. Perbedaan mendasar yang terlihat adalah core technology dan batasan proyek dari masing-masing penyedia teknologi. PT KIS Indonesia menggunakan tangki digester anaerobik dengan batasan proyek dari pretreatment hingga penanganan biogas serta manajemen lumpur. PT AES AgriVerde Indonesia menggunakan cover lagoon dengan batasan proyek pada pengolahan anaerobik dan penanganan biogas. PT Karya Mas Energi menggunakan cover lagoon dengan batasan proyek dari penanganan awal hingga penanganan biogas, pembuangan efluen akhir dan pembuangan lumpur, tanpa memfasilitasi pengolahan aerobik.

. Sementara, potensi energi listrik yang dapat dihasilkan adalah 69.476.130 kWh per tahun atau setara dengan 8 MWh per jam.

Perbedaan pada aspek teknis, lingkungan, dan finansial dalam proses alih teknologi tergambarkan dalam bentuk keunggulan dan kelemahan masing-masing teknologi. Teknologi CSTR dari PT KIS Indonesia unggul pada parameter jenis bioreaktor anaerobik, waktu dan suhu proses, biogas yang dihasilkan, energi listrik yang dihasilkan, reduksi emisi gas rumah kaca, dan substitusi solar. Kelemahannya adalah kebutuhan lahan baru untuk instalasi alat, kompleksitas yang terlalu tinggi, skala pengolahan pada PKS yang kurang tepat, serta biaya investasi yang besar. Teknologi

cover lagoon dari PT AES AgriVerde Indonesia dan PT Karya Mas Energi unggul pada parameter skala pengolahan, kompleksitas alat, kebutuhan lahan, dan proses alih teknologi. Dibandingkan dengan teknologi milik PT AES AgriVerde Indonesia, teknologi cover lagoon milik PT Karya Mas Energi lebih unggul dalam biaya investasi dan pengembaliannya berdasarkan analisis kriteria investasi, dikarenakan perbedaan umur proyek dan perbedaan biaya di antara keduanya. Kelemahannya adalah masalah yang terkait dengan bioreaktor dan kondisi prosesnya serta volume biogas yang dihasilkan.

Secara keseluruhan, teknologi yang diusulkan untuk pengembangan awal di industri kelapa

Dokumen terkait