BAB 4. HASIL PENELITIAN
5.6. Pengaruh Sikap Responden terhadap Pelaksanaan IMD di Kota
Sikap bidan merupakan merupakan predisposisi terhadap perilaku IMD. Sikap masih berupa reaksi tertutup sehingga sikap merupakan kesiapan bidan untuk bereaksi terhadap pelaksanaan IMD pada saat menolong asuhan persalinan normal.
Hasil analisis bivariat menunjukkan berdasarkan sikap bidan praktek swasta cenderung melaksanakan IMD (55,4%) dan tetapi bidan praktek swasta bersikap kurang baik tidak melaksanakan IMD (56,5%). Uji statistik chi square diperoleh p=0,016<0,05, berarti ada hubungan sikap bidan praktek swasta terhadap pelaksanaan IMD.
Sejalan dengan penelitian Fretti (2012) tentang faktor yang memengaruhi bidan dalam kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Onan Hasang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara sikap bidan dalam kegiatan Inisiasi Menyusu Dini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden bersikap baik dalam pelaksanaan IMD (58,6%) dan sesuai dengan hasil jawaban responden menyatakan tidak setuju bahwa pelaksanaan IMD setelah 1 jam (47,7%), payudara dibersihkan terlebih dahulu sebelum memulai menyusu 1 jam pertama (49,5%), memberikan bayi kepada ibu untuk memulai menyusu setelah 1 jam pertama bayi
lahir (63,1%), menyelimuti dan memakaikan topi pada bayi sebelum meletakkan bayi di dada ibu agar mencegah hipotermi (49,5%), kontak kulit ibu dan bayi dalam 1 jam pertama tidak dapat mencegah perdarahan pasca persalinan (49,5%).
Responden menyatakan setuju setelah tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu selama 1 jam (44,1%), menunda prosedur menimbang, mengukur bayi, pemberian vitamin Kı, obat tetes mata hingga bayi selesai menyusu pertama (66,7%), meletakkan bayi kontak kulit dengan kulit ibunya selama ≤1 jam sampai bayi dapat menyusu sendiri (68,5%), dan menghindari membersihkan cairan ketuban pada tangan bayi karena dapat membantu bayi mencari puting ibu (39,6%).
Apabila bidan memiliki sikap yang setuju terhadap IMD, maka bidan tersebut sangat berperan dalam menurunkan Angka Kematian Bayi (AKI) karena faktanya dalam satu tahun, empat juta bayi berumur 0-28 hari meninggal. Jika semua bayi di dunia segera setelah lahir diberi kesempatan menyusu dini dengan membiarkan kontak kulit ibu ke kulit bayi setidaknya selama satu jam maka satu juta nyawa bayi ini dapat diselamatkan (Roesli, 2008).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Sikap bidan yang positif terhadap IMD sangat berdampak pada asuhan persalinan yang dibantunya, sebaliknya sikap yang kurang menerima IMD berdampak tidak dilaksanakan IMD sehingga dapat menurunkan pemahaman ibu bersalin tentang pentingnya IMD.
Berkaitan dengan hal ini, maka bidan harus banyak mengetahui tentang IMD baik dari pengertian, prosedur yang tepat serta manfaatnya baik bagi ibu maupun bayinya sehingga melalui pemahaman yang tepat mengenai IMD akan dapat mengubah
persepsi dan selanjutnya perubahan perilaku dalam prosedur penatalaksanaan persalinan dapat meningkatkan keberhasilan pelaksanaan IMD.
Upaya mewujudkan sikap positif akan IMD menjadi suatu perbuatan nyata tidak hanya faktor perubahan pemahaman yang benar mengenai IMD, namun diperlukan pula faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas yakni ruang laktasi, selimut bayi dan topi bayi, guna mendukung proses pelaksanaan IMD. Selain itu, guna mendorong sikap bidan yang positif atau menerima IMD menjadi sebuah pelaksanaan dan merubah sikap bidan yang kurang menerima IMD menjadi positif akan IMD, maka bidan harus mendapatkan pelatihan atau seminar secara tepat tentang IMD agar bidan tersebut bersedia melakukan IMD pada setiap persalinan yang dibantunya, hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa responden yang pernah pelatihan dan melaksanakan IMD sebesar (62,1%).
Salah satu hasil pengamatan di lapangan bahwa bidan yang pertama kali memberikan susu botol pada bayi baru lahir dengan alasan bayi menangis dan ASI belum keluar, hal ini menyebabkan masih adanya bidan praktek swasta gagal melaksanakan IMD disebabkan agresivitas promosi susu formula untuk bayi.
Kerjasama bidan praktek swasta dengan produsen susu masih banyak dijumpai.
Produsen susu juga menjadi salah satu sumber pemasukan bidan, sehingga para bidan tergiur akan bonus yang ditawarkan. Hal inilah yang membuat bidan praktek swasta kurang melaksanakan IMD dan karena kebijakan di Dinas kesehatan setempat yang tidak tegas dalam punisment bagi bidan praktek swasta yang tidak melakukan IMD.
5.7 Pengaruh Motivasi Responden terhadap Pelaksanaan IMD di Kota Binjai Tahun 2015
Pemahaman terhadap motivasi bidan praktek swasta tentang pelaksanaan IMD berkaitan erat pula tentang pemahaman tentang motif, yaitu kebutuhan, keinginan, tekanan, dorongan, dan desakan hati yang membangkitkan dan mempertahankan keinginan bidan praktek swasta untuk melaksanakan IMD. Hasil analisis bivariat menunjukkan berdasarkan motivasi bidan praktek swasta yang baik cenderung melaksanakan IMD (53,8%), tetapi bidan praktek swasta bersikap kurang dan tidak melaksanakan IMD (57,6%). Uji statistik chi square diperoleh p=0,017<0,05, berarti ada hubungan motivasi bidan praktek swasta dengan pelaksanaan IMD di Kota Binjai.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Aprilia (2009) bahwa ada hubungan antara motivasi bidan dengan pelaksanaan IMD khususnya pada bidan praktek swasta yang ramai klien karena waktu yang tidak cukup.
Hasil penelitian memberikan gambaran pentingnya perhatian terhadap variabel motivasi bila ingin meningkatkan persentase bidan yang melaksanakan IMD, sehingga bidan dapat merasakan kepuasan tersendiri bila motivasi berupa penghargaan diperoleh berasal dari kinerja yang baik akan pelaksanaan IMD.
Pendapat (Notoadmodjo, 2007) menyatakan motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat berubah dalam memberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan, memberikan pengakuan dan perhatian individual dari organisasi atau pemerintahan setempat dapat mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi seseorang sehingga terjadinya peningkatan kompetensi individu.
Sejalan dengan penelitian Hidayati (2013) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan dalam pelaksanaan IMD di RSUP Dr. Kariadi Semarang bahwa ada hubungan motivasi bidan dengan pelaksanaan IMD.
Hal yang sama juga dilihat dari penelitian Puteri (2013) tentang pengaruh faktor instrinsik dan ekstrinsik terhadap pelaksanaan IMD oleh Bidan di Puskesmas Rawat Inap Pasuruan Malang didapati bahwa motivasi berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan IMD.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden lebih banyak bermotivasi baik (70,3%), sesuai dengan hasil jawaban bidan praktek swasta bahwa mereka menyatakan setuju meletakkan bayi di dada ibu agar merangsang kontraksi otot rahim sehingga mencegah perdarahan pasca persalinan (58,6%), meletakkan bayi di dada ibu selama ≤1 jam sampai bayi dapat menyusu sendiri agar bayi dapat menyusu lebih awal (78,4%).
Responden meletakkan bayi di dada ibu setelah tali pusat dipotong agar dapat mengurangi rasa nyeri saat plasenta lahir (61,3%), meletakkan bayi di dada ibu untuk menyusu sendiri sampai 1 jam agar bayi mendapatkan kolostrum (86,5%), meletakkan bayi di dada ibu untuk menyusu sendiri sampai 1 jam agar mencegah bayi hipotermia (64,9%), meletakkan bayi di dada ibu untuk menyusu sendiri sampai 1 jam agar mengurangi bayi menangis (85,6%), meletakkan bayi di dada ibu saat memindahkan ke ruangan lain agar proses menyusu tetap berlangsung (75,7%), meletakkan bayi di dada ibu setelah melakukan tindakan asuhan persalinan (menimbang, mengukur bayi, pemberian vitamin Kı, obat tetes mata) apabila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama (64,0%).
Motif dapat menimbulkan adanya motivasi bidan untuk melakukan pekerjaannya. Motif itu sendiri dapat berasal dari luar individu, misalnya motif berupa tekanan dari atasan, atau dapat pula berasal dari dalam individu, misalnya terdorong keinginan atau kebutuhannya. Salah satu dorongan yang dapat meningkatkan motif bidan praktek bidan swasta adalah adanya penghargaan.
Menurut Wiyono (2000) bahwa penghargaan adalah alat-alat yang digunakan dalam mendorong orang melakukan sesuatu, penghargaan dapat berupa uang (finansial) atau bukan uang (non finansial). Penghargaan finansial antara lain dapat berbentuk upah, gaji, jaminan sosial seperti asuransi, pensiun, hadiah, bonus dan sebagainya.
Motivasi yang dirumuskan oleh Terry G (1986) dalam Notoatmodjo (2007) adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan, tindakan, tingkah laku atau perilaku. Bidan praktek swasta memiliki motivasi yang kurang baik sehingga tidak melaksanakan IMD disebabkan mereka merasa tidak menekankan pentingnya IMD bagi ibu dan bayi yang merupakan faktor keberhasilan ASI eksklusif nantinya.
Berdasarkan hasil pengamatan penelitian diperoleh bahwa ada bidan praktek swasta mendapatkan penghargaan finansial yang diberikan oleh produsen susu formula kepada bidan yang memberikan susu formula pada pasien persalinan sehingga hal ini menarik bidan praktek swata untuk melakukan pemasaran susu formula jenis merk tertentu.
Hal ini sejalan dengan hasil temuan dari Nutrition and Health Surveillance System (2002), di daerah pedesaan di Indonesia, sebagian besar ibu (60%) melahirkan
di rumah dan hampir semua ibu tidak mendapat contoh susu formula. Dua puluh dua persen (22%) dari ibu melahirkan di rumah bersalin dengan bantuan bidan dan sekitar 10%-nya mendapat contoh susu formula gratis atau informasi tentang susu formula, dan hampir 20% ibu membeli susu formula yang dicontohkan. Di daerah pinggiran kota, hampir setengah dari semua ibu melahirkan di rumah bersalin dengan bantuan bidan, 27-50% ibu tidak menerima contoh susu formula, 15-36% menerima contoh, dan 20-42% membeli susu formula yang dicontohkan.
Peran pemerintah setempat diharapkan dapat memberikan dukungan yang penuh untuk pelaksanaan IMD, misalnya dapat berupa penghargaan non finansial karena penghargaan ini memberi peluang untuk mengembangkan penghargaan pribadi seperti pengembangan diri yang dapat meningkatkan kompetensi pelayanan kebidanan serta kesempatan berprestasi, sehingga penghargaan non finansial ini dapat memberi dampak positif terhadap kinerja bidan, salah satu diantaranya bidan lebih bertanggungjawab atas pelayanan kebidanan yang lebih baik, sehingga didapatkan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan Dinas Kesehatan Kota Binjai yaitu tentang sarana dan prasarana untuk mendukung sosialisasi IMD, pemberian reward kepada bidan praktek swasta bila melakukan IMD, adanya target dan evaluasi/penelitian secara rutin oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kota Binjai yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat terhadap pelaksanaan IMD oleh bidan praktek swasta, dimana ini merupakan salah satu stimulan bagi bidan praktek swasta sehingga termotivasi untuk selalu melaksanakan IMD.
5.8 Pengaruh Pelatihan dan Pengetahuan Responden terhadap Pelaksanaan IMD di Kota Binjai Tahun 2015
Hasil analisis multivariat diperoleh bahwa variabel pelatihan dimana nilai p=0,016 dan pengetahuan nilai p=0,008 berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan IMD. Sejalan dengan penelitian Otto (2012) yaitu hubungan pelatihan APN dengan pengetahuan dan keterampilan bidan desa dalam pertolongan persalinan di Kota Gorontalo diperoleh ada hubungan bermakna pelatihan dengan pengetahuan (p=0,025).
Penelitian serupa oleh Hajrah (2012) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan perilaku bidan dalam pelaksanaan IMD (p<0,05), dengan mengikuti pelatihan bidan akan lebih terampil dan akan lebih percaya diri dalam melaksanakan IMD. Bidan yang pernah mengikuti pelatihan berpeluang hampir 4 kali untuk melaksanakan IMD dibanding bidan yang tidak pernah mengikuti pelatihan. Penelitian Widiastuti (2011) tentang faktor-faktor yang memengaruhi pelaksanaan IMD di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Soewondo Kendal bahwa ada pengaruh pengetahuan bidan terhadap pelaksanaan IMD (p=0,001<0,05).
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) telah menetapkan 58 langkah dalam program Asuhan Persalinan Normal (APN) yang didalamnya terdapat pelatihan IMD. IMD menjadi begitu penting untuk dilakukan karena sejak tahun 2008 diterapkan dalam APN. APN merupakan standar asuhan persalinan normal yang bersih dan aman bagi semua ibu bersalin yang harus diterapkan oleh penolong persalinan. Tujuan APN
adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayi yang dilahirkannya (Depkes RI, 2008).
Pendapat Soetjiningsih (1997) menyatakan bahwa pelatihan petugas harus mendapat perhatian khusus, terutama bagi tenaga kesehatan yang bertanggung jawab langsung untuk melayani ibu dan memberi keterangan yang obyektif dan konsisten mengenai pelaksanaan IMD. Petugas kesehatan tidak saja dibekali pengetahuan tentang IMD, tetapi mereka juga harus menguasai dengan baik teknik pelaksanaan IMD yang benar. Pengetahuan saja tentu tidak cukup, petugas juga memerlukan sikap yang baik dan mendukung terhadap pelaksanaan IMD, yang didapat melalui pelatihan IMD.
Hasil dari model regresi logistik bahwa variabel pelatihan dan pengetahuan bidan praktek swasta berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan IMD dengan nilai Percentage Correct diperoleh sebesar 78,1% (overall percentage) yang artinya variabel pelatihan dan pengetahuan mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap pelaksanaan IMD sebesar 78,1%, sedangkan sisanya sebesar 21,9%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Pelatihan dan pengetahuan bidan berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD.
Bidan yang pernah mengikuti pelatihan APN akan semakin tinggi kemungkinan melaksanakan IMD dengan baik. Berdasarkan nilai Exp(B) faktor pelatihan Exp (B)=3,374 lebih besar dari faktor pengetahuan Exp (B)=2,295. Hal ini berarti faktor pelatihan lebih dominan memengaruhi pelaksanaan IMD.
Sesuai dengan penelitian Mardiah (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan dalam mendukung program IMD di Kota Pekanbaru didapat bahwa pelatihan merupakan variabel yang paling dominan memengaruhi kinerja bidan dalam mendukung program IMD di Kota Pekanbaru Tahun 2011. Perlunya di masa mendatang untuk meningkatkan pelaksanaan IMD dengan meningkatkan frekuensi pelatihan bagi bidan praktek swasta dan sekaligus dapat meningkatkan pengetahuan tentang pelaksanaan IMD.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bidan praktek swasta mayoritas melaksanakan IMD di Kota Binjai.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur, pelatihan, pengetahuan, sikap dan motivasi bidan praktek swasta dengan pelaksanaan IMD di Kota Binjai.
3. Ada pengaruh pelatihan bidan praktek swasta terhadap pelaksanaan IMD dengan nilai Exp(B) 3,374, bidan praktek swasta yang pernah mengikuti pelatihan mempunyai peluang untuk melaksanakan IMD sebesar 3,374 kali lebih besar dibandingkan yang tidak pernah mengikuti pelatihan. Variabel pelatihan lebih dominan memengaruhi pelaksanaan IMD.
4. Ada pengaruh pengetahuan bidan praktek swasta dengan pelaksanaan IMD dengan nilai Exp(B) 2,295, bidan praktek swata berpengetahuan baik mempunyai peluang untuk pelaksanaan IMD 2,295 kali lebih besar dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang.
6.2 Saran
1. Perlunya Dinas Kesehatan Kota Binjai meningkatkan pelatihan yang terkait pelaksanaan IMD kepada bidan, membuat suatu peraturan atau kebijakan tertulis
79
tentang promosi IMD, dan memberikan reward/penghargaan bagi bidan yang melaksanakan IMD pada setiap pertolongan persalinan.
2. Diharapkan organisasi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) agar memfasilitasi kegiatan seminar, dan pelatihan tentang inisiasi menyusu dini untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan bidan dalam pelaksanaan IMD.
3. Diharapkan bagi bidan praktek swasta agar meningkatkan kesadaran pentingnya pelaksanakan inisiasi menyusu dini dalam setiap pertolongan persalinan, sehingga dapat memengaruhi proses menyusui lebih lama sampai bayi berusia 2 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Linda., 2007. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Segera Pada Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur, FKMUI, Depok.
Aprilia Y, 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan IMD dan ASI Eksklusif di Kabupaten Klaten. Thesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
Awi, DD., EAD, Alikor., 2006. Barriers to Timely Initiation of Breastfeeding among Mothers og Healthy Full-term Babies Who Deliver at The University of Port Harcourt Teaching Hospital, Nigerian Journal of Clinical Practice Vol.9 (1)2006:57-64.
Baker, J.E., Sanei, L.C., Franklin Nadra., 2006. Early Initiation of and exclusive breastfeeding in large-scale community-based programmes in bolivia and madagascar. Academy for educational Development dalam J Health Popul Nutr 2006 Dec:24(4):530-539.
Baskoro, Anton., 2008. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui, Yogyakarta, Banyu Media.
Badan Pusat Statistik., 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Jakarta.
_________, 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Jakarta.
Daryati,. 2008. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Praktek Bidan Dalam Inisiasi Menyusu Dini pada Ibu Bersalin di Sanggau Kalimantan Barat.
Depkes RI, 2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Jakarta, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.
_________, 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Direktorat Gizi Masyarakat.
Deviyanti, Sutria, Ria, 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Denga Praktek Upaya Inisiasi Menyusu Dini Pada Bidan Di Kecamatan Sukmajaya, FKM UI, Depok.
81
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2012. Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.
Dinas Kesehatan Kota Binjai, 2013. Profil Dinas Kesehatan Kota Binjai.
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat., 2003. Gizi dalam Angka sampai tahun 2002. (Nutrition in Numbers until Year 2002). Jakarta, Indonesia.
Februhartanty dan Judhiastuty, 2008. Peran Strategis Ayah Dalam Optimalisasi Praktek Pemberian ASI : Sebuah Studi di Daerah Urban Jakarta. Ringkasan Disertasi Universitas Indonesia, Jakarta dari http: //www.gizi.net/ makalah/
download/ Summary-Eng-Indo-Yudhi.pdf. Diakses tanggal 2 Agustus 2015), Fikawati, Sandra., Syafiq, Ahmad., 2003. Hubungan antara menyusui segera
(immediate breastfeeding) dan pemberian ASI Eksklusif sampai dengan empat bulan. Jurnal Kedokteran Trisakti. VOL 22 No. 2 Mei-Agustus. Hal 47-5,5, 2003.
Fretti, Rutmina., 2012. Faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Onan Hasang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara. FKM. USU.
Gibson., 1996. Perilaku Struktur dan Proses Edisi Kelima Organisasi Jilid 1, Jakarta, Erlangga Ciracas.
Hajrah 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kabupaten Berau Tahun 2012, FKM UI, Depok.
Hidayat, Alimul, Aziz., 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif, Jakarta, Heath Books.
Hidayati., 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di RSUP Dr. Kariadi, Semarang.
Hikmawati, Isna., 2008. Faktor-Faktor Resiko Kegagalan Pemberian ASI Selama Dua Bulan (Studi Kasus pada Umur 3-6 bulan di Kabupaten Banyumas). (Tesis).
Universitas Diponegoro Semarang.
Ilyas, Yaslis,. 2002. Kinerja teori, Penilaian, dan Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI, Depok.
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi, Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (JNPK-KR/POGI), 2007. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Bahan Tambahan Inisiasi Menyusu Dini, JNPK. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Strategi Peningkatan Makanan Bayi dan Anak, Jakarta, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.
Linkages., 2007. Melahirkan, Memulai Pemberian ASI dan Tujuh Hari Pertama Setelah Melahirkan, HSP dan UNSAID.
Mardiah., 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Kinerja Bidan Dalam Mendukung Program IMD di Kota Pekanbaru, Jurnal Pasca Sarjana. Universitas Andalas.
Maryunani, Anik., 2012. Inisiasi Menyusu Dini Asi Eksklusif & Manajemen Laktasi, Jakarta, Trans Info Media.
Menteri Kesehatan RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 Tentang Pemberian ASI Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia, Jakarta.
______, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktek Bidan, Jakarta.
______, 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
_______, 2007. Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta.
_______, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
Nursalam., 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Nutrition and Health Surveillance System, 2002, Breastfeeding andComplementary Feeding Practices in Indonesia, Nutrition and Health Surveillance System Annual Report 2002, Helen Keller Worldwide. Jakarta.
Otto, Suliyanti., Masni., Naiem, Furqaan, M., 2012. hubungan pelatihan APN dengan pengetahuan dan keterampilan bidan desa dalam pertolongan persalinan di Kota Gorontalo, Jurnal FKM Universitas Hasanuddin, Makassar.
Peraturan Pemerintah RI, 2012. Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, Jakarta.
Prasetyono, Sunar, Dwi., 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif, Jakarta, Diva Press.
Puteri, R., 2013. Pengaruh Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Oleh Bidan di Puskesmas Rawat Inap Kabupaten Pasuruan, Jurnal Kedokteran Brawijaya, Malang.
Riduwan, 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung.
Riskesdas., 2013. Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Robin., 2003. Perilaku dan Kinerja. Jogyakarta, Media Baca.
Roesli, Utami., 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif, Jakarta, Pustaka Bunda.
Rusnita., 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Kamar Bersalin IGN RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
(Skripsi). FKMUI. Depok.
Siregar A., 2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya, Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara.
Soetjiningsih., 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sofyan, Mustika., Madjid, Nur Ainy. Siahaan, Ruslidjah., 2005. 50 Tahun IBI Bidan menyongsong Masa Depan, PP IBI 2005, Jakarta.
Sumiyati., 2011. Hubungan Pelatihan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Pelaksanaannya oleh Bidan di Kabupaten Sidoarjo, FKM UI, Depok.
Suryoprayogo., 2009. Keajaiban Menyusui, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Ulandari D, 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan Praktek Swasta di Kota Palembang. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.
Umar, N. 2000. Manfaat Pemakaian ASI Eksklusif. Cermin Dunia Kedokteran Vol.
126 Masalah Anak.
_______, 2009. ASI Eksklusif Menjelang Indonesia Sehat 2010, Jakarta, Cermin Dunia Kedokteran, Vol.36 No.2.
UNICEF., 2009. Melindungi Meningkatkan dan Mendukung Menyusui, Jakarta.
Wawan, A., dan Dewi, M., 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia, Yogyakarta, Nuha Medika.
Widiastuti, Puji, Yuni., 2011. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Soewondo Kendal, Program Studi Keperawatan Stikes Kendal.
Wiji, NR., 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui, Yogyakarta, Nuha Medika.
Wiyono D, 2000. Manajemen Pelayanan Kesehatan, Teori, Strategi Dan Aplikasi, Airlangga University Press, Surabaya.
Lampiran 1.
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Yang Memengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Bidan Praktek Swasta di Kota Binjai”.
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : ...
Umur : ...
Alamat : ...
Sehubungan dengan akan dilaksanakan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Yang Memengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Bidan Praktek Swasta di Kota Binjai Tahun 2015” maka saya, Bersedia/Tidak Bersedia untuk menjadi responden atau sampel penelitian yang akan dilakukan oleh Sri Juliani dari
Sehubungan dengan akan dilaksanakan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Yang Memengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Bidan Praktek Swasta di Kota Binjai Tahun 2015” maka saya, Bersedia/Tidak Bersedia untuk menjadi responden atau sampel penelitian yang akan dilakukan oleh Sri Juliani dari