4.2 Peran Semantik Argumen VMBB
4.2.2 Peran Khusus Argumen VMBB
Verba tindakan, yakni VMBB mensyaratkan dua argumen yang berperan
sebagai ACTORsebagai agendan UNDERGOERsebagai pasien.
ACTORmelakukan suatu tindakan sehingga sesuatu terjadi pada UNDERGOERyang mengalami perubahan fisik (berperan khusus sebagai pasien) akibat dari perbuatan agen sebagai penyebab terjadinya suatu aktivitas (Sudipa,
2004: 307). Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya pada konsep “verba memotong”, pasien mengalami perubahan fisik akibat dari tindakan “memotong” yang dilakukan oleh agen, baik mengalami pemisahan maupun tetap dalam satu satuan, tetapi hanya mengalami robekan.
4.2.2.1 Peran Berlapis “Lokatif” pada Entitas Bernyawa (animate)
Sudipa (2004: xxi) mengatakan bahwa peran semantik pada argumen verba tindakan pantas untuk dicatat sebagai fenomena baru yang bisa diusulkan sebagai suatu model kajian. Model kajian seperti ini adalah proses dari langkah-langkah yang berlapis untuk menentukan peran tertentu pada suatu argumen verba khususnya argumen VMBB. Ada beberapa leksikon verba dapat dianalisis secara berlapis, dan ada beberapa yang lainnya tidak. Perhatikan data di bawah ini. 4-67 Tiang ngetep tali
(Abiansemal, Badung)
Tiang ngetep tali Saya PREF-potong tali ‘Saya memotong tali’
A/ agen U/ pasien
Data di atas dapat dianalisis terbatas hanya pada penentuan peran umum saja. Dalam hal ini, aktor sebagai agen, UNDERGOER sebagai pasien. Tidak ada analisis peran berlapis yang dapat dilakukan untuk menentukan peran-peran yang lebih khusus lagi pada argumen ngetep. Bandingkan dengan data berikut ini. 4-68 Jagale ngorok cēlēnge
(Abiansemal, Badung)
Jagal-e PREF-getepbaongcēlēng-ē ‘Jagal-DEFmemotongbagian leherbabi-DEF’
U/lok Lapis II
A/agen V U/pasien Lapis I
4-69 Bapan tiangēnyamblēh siap caru (Abiansemal Badung)
Bapan tiangē nyamblēh siap Bapa-n tiang-ēPREF-getepbaong siap
Ayah-POSS saya-DEFmemotongbagian leherayam
U/lok Lapis II
A/agen V U/pasien Lapis I
4-70 Sang Nakula nyempal para yudanē (Abiansemal, Badung)
Sang Nakula nyempal para yudane ART Nama PREF-getep baongpara yuda-ne
‘Sang Nakulamemotongbagian leherpara prajurit-DEF U/lok Lapis II
A/agen V U/pasienLapis I
4-71 Algojonē munggal tahanannē (Abiansemal Badung)
Algojo-nē munggal tahanan-nē
Algojo-DEF PREF-getep baong tahanan-DEF ‘Algojo-itumemotongbagian lehertahanan-itu’
U/lok Lapis II
Jika diperhatikan, data di atas merujuk pada entitas berupa manusia dan hewan. Fitur semantik yang melekat pada verba ngorok, nyamblēh, nyempal, mancung, dan munggal, tidak saja mengandung unsur makna “memotong”, tetapi juga mengandung unsur berupa bagian entitas yang diacu. Pada dasarnya, bagian entitas yang dikenai tindakan adalah bagian atas, tengah, bawah, dan bagian lainnya. Khusus terhadap leksikon-leksikon pada data di atas, tentu saja tindakan yang dilakukan mengacu kepada bagian atas, khususnya bagian leher entitas. Tindakanngorok yang dilakukan oleh seorang agen mengindikasikan bahwa aktivitas “memotong” dilakukan terhadap entitas yang mengacu pada bagian leher. Demikian juga aktivitas nyamblēh, nyempal, mancung, dan munggal mensyaratkan bahwa bagian leher entitaslah yang harus dikenai tindakan “memotong” tersebut dan sangat tidak benar apabila dikenai pada bagian lain dari entitas.
Selain merujuk pada bagian leher entitas, bagian lain entitas juga dapat berelasi dengan aktivitas “memotong”. Hal ini terjadi karena di dalam pikiran agen, ditargetkan bagian mana yang terlebih dahulu yang harus dikenai tindakan. Tentu saja hal tersebut berhubungan dengan hasil yang diinginkan oleh agen. Bagian lain entitas yang dapat menjadi sasaran adalah bagian dada. Data berikut dapat memberikan penjelasan mengenai hal tersebut.
4-71 Juru masakē ningkag bē bēbēkē (Peguyangan Kaja, Denpasar)
Juru masak-ē ningkag bē bēbēk-ē Juru masak-DEF PREF-geteptangkah bē bēbēk-DEF ‘Juru masak-itumemotongbagian dadadaging bebek itu’
U/lok Lapis II
A/agen V U/pasien Lapis I
Leksikon ningkag pada data di atas mengharuskan adanya dua argumen. Adapun argumen tersebut adalah juru masakē‘juru masak itu’ sebagai agen dan bē bēbēkē‘daging bebek itu’ sebagai pasien. Fitur semantik yang terkandung dalam verba ningkag tidak hanya bermakna “memotong”, tetapi juga merujuk pada bagian dada entitas yang dikenai tindakan. Apabila seseorang ningkag siap ‘memotong dengan membelah bagian dada ayam’, maka terlebih dahulu timbul dalam pikiran agen adalah mengarahkan alat ke bagian dada entitas. Hal ini disebabkan oleh agen menginginkan dada entitas mengalami perubahan, yakni terbelah sehingga memudahkan agen untuk membakar atau memanggang entitas tersebut setelah tindakan “memotong” dilakukan.Selain itu, bagian entitas yang dapat dijadikan sasaran tindakan “memotong” adalah bagian perut. Data berikut dapat menjelaskannya.
4-73 Melahang nudag / nudēg siapē (Singaraja)
Melahang nudag / nudēg siap-ē Melahang PREF-getepbasang siap-DEF ‘Hati-hatilah memotongbagian perutayam itu’
U/lok Lapis II
Data di atas menunjukkan bahwa tindakan “memotong”dilakukan dengan menyasar bagian perut entitas. Sebelum tindakan dilakukan, yang terbayang dalam pikiran agen adalah menginginkan agar perut entitas menjadi terbuka sehingga memudahkan untuk mengambil dan mengeluarkan organ-organ yang ada di dalamnya. Nudēg / nudagbermakna ‘memotong bagian perut bagian luar’ dan tidak akan berterima apabila yang menjadi sasarannya adalah bagian lain dari entitas, seperti kepala, leher, kaki, dan lainnya. Itulah fitur semantik yang melekat pada verba nudēg / nudag.
Istilah memotong perut bagian luar entitas direalisasikan sebagai leksikon nudēg / nudag. Aktivitas ini sering terjadi setelah seorang agen menyembelih hewan untuk tujuan tertentu. Ketika proses memotong bagian perut hewan dilakukan dengan beberapa langkah mulai dari membelah bagian perut luar sekaligus mengeluarkan isinya, maka tindakan memotong tersebut tidak lagi terealisasi sebagai leksikon nudēg / nudag, melainkan sebagai leksikon murak. Data berikut dapat memberikan gambaran mengenai hal tersebut.
4-74 Belin tiangē ngruak cēlēng (Gianyar)
Beli-n tiang-ē ngruak cēlēng
Beli-POSS tiang-DEFPREF-getepngedasangbasang cēlēng ‘Kakak saya itu memotong (&) membersihkanperut babi’
Lapis I A/agen V U/pasien Tindakan “memotong” yang menyasar bagian perut entitas, dimana hal yang dilakukan adalah memotong bagian perut luar kemudian membersihkan isi atau organ yang ada di dalamnya, dapat direalisasikan sebagai leksikon murak. Ketika nudēg / nudagdilakukan, hanya perut bagian luar entitas yang menjadi sasaran. Namun, ketika murak dilakukan, perut bagian luar beserta isi di dalamnya ikut menjadi sasaran. Itulah yang menjadi fitur semantik antara nudēg / nudagdan murak meskipun keduanya memiliki fitur peranUNDERGOER lokatif yang sama. Tindakan “memotong” juga dapat menyasar bagian kelamin entitas. Aktivitas memotong seperti ini biasanya dilakukan terhadap hewan peliharaan yang berjenis kelamin jantan. Peran khususUNDERGOER, yakni peran pasien sudah jelas dimiliki oleh entitas. Namun, peran lokatif dimiliki oleh bagian tubuh entitas yang menjadi sasaran tindakan yang dilakukan. Data berikut dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai peran UNDERGOER/lokatif dan UNDERGOER/pasien pada argumen verba.
4-75 Pekak Kompiang meles kuluknē (Abang, Karangasem)
Pekak Kompiang meles kuluk-nē Pekak Kompiangngetep&ngaadangbutuh kuluk-POSS
‘Kakek Kompiangmemotong &mengeluarkanbagianbatu peliranjingnya’
Lapis I A/agen V U/pasien
4-76 Pak Gede nyulēncēlēngnē (Denpasar Timur)
Pak Gede nyulēn cēlēng-nē
Pak Gedengetep&ngaadang butuh cēlēng-POSS
‘Pak Gedememotong &mengeluarkan bagian batu pelirbabinya’ U/lok (Lapis II)
Lapis I A/agen V U/pasien
Jika diperhatikan, data di atas merujuk pada entitas berupa hewan. Fitur semantik yang melekat pada verba nyulēndan meles tidak saja mengandung unsur makna “memotong”, tetapi juga mengandung unsur berupa bagian entitas yang diacu. Aktivitas nyulēndan meles memiliki makna ‘memotong dan mengeluarkan batu pelir dari kelamin entitas’, karena pada dasarnya bagian entitas yang dikenai tindakan adalah bagian kelamin. Sekali lagi, tindakan seorang agen, yakni nyulēndan meles mengindikasikan bahwa aktivitas “memotong” dilakukan terhadap entitas yang mengacu pada bagian kelamin.
Bagian pangkal kaki dan pangkal lengan juga sering dikenai tindakan “memotong”. Hal tersebut juga tercermin dalam makna verba khususnya VMBB. Sasaran tindakan yang berupa pangkal kaki atau pangkal lengan entitas biasanya dilakukan ketika memotong hewan yang telah disembelih kemudian dibersihkan bagian perutnya, tetapi badan entitas masih dalam keadaan satu bagian utuh. Tindakan “memotong” yang mengarah pada bagian yang dimaksud, terealisasi sebagai leksikon mukang. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenainya, disajikan data sebagai berikut.
4-77 Trunanē mukang bē siap cundangē (Abang, Karangasem)
Truna-n ē mukang bē siap cundang-ē Truna-DEFPREF-getepbatisbē siap cundang-DEF ‘Lelaki itumemotongbagian kakiayam hasil aduan-itu’
U/lok Lapis II
A/agen V U/pasien Lapis I
Variasingetep batis ‘memotong bagian pangkal kaki’ direalisasikan sebagai leksikon mukang. Leksikon ini mengharuskan hadirnya dua argumen, yakni ACTOR/ agen yang mengendalikan peristiwadan UNDERGOER/ pasien yang mengalami perubahan fisik akibat dari tindakan yang dilakukan agen. Setelah dilakukan analisis peran, tenyata leksikon mukang memiliki peran berlapis, yakni UNDERGOER / lokatif. Hal ini disebabkan oleh tindakan mukang menyasar ke bagian pangkal kaki atau pangkal lengan entitas.
4.2.2.2 Peran Berlapis “Lokatif’” pada Entitas Tak Bernyawa (inanimate)
Verba-verba di atas berkolokasi dengan entitas bernyawa (animate). Selain berkolokasi dengan entitas bernyawa, ada juga beberapa verba yang berkolokasi dengan entitas tak bernyawa (inanimate) apabila ditinjau dari segi peran semantik
argumennya. Adapun verba-verba yang dimaksud adalah munggel, nyukur, ngirutin, nēmos, dan ngerot.
4-78 Bapan tiangē munggel candinē (Abiansemal, Badung Intf) Bapan tiangē munggel candinē
Bapa-n tiang-ē munggel candi-nē Bapa-POSStiang-DEFPREF-getepmuncuk candi-DEF ‘Ayah saya memotongujungcandi itu’
U/lok Lapis II
A/agen V U/pasien Lapis I Verba munggel pada data di atas menghadirkan argumen ACTORsebagai agen dan UNDERGOERsebagai pasien. Namun, ketika dilakukan analisis peran berlapis, ternyata ada sebuah peran lokatif yang dimiliki oleh UNDERGOER. Hal ini tentu saja disebabkan oleh verba munggel yang menyasar ke salah satu bagian entitas, yakni bagian atas. Verba ini biasanya berkolokasi dengan bagian atas tembok, candi, atau bagian cerita yang tidak penting (Sudipa, 2005: 290). Bertitik tolak dari analisis peran berlapis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa verba munggel berkolokasi dengan bagian ujung atas entitas.
4-79 Wayan nyukur padangnē (Penebel, Tabanan) Wayan nyukur padangnē
NamaPREF-getep muncuk padang-POSS ‘Wayanmemotongbagian atas rumputnya’
U/lok Lapis II
A/agen V U/pasien Lapis I
Verba nyukur pada umumnya mengacu pada entitas seperti rambut manusia dan rumput maupun tanaman hias. Dari hasil analisis peran, diketahui bahwa nyukur menghadirkan dua argumen, yakni ACTORsebagai agen dan UNDERGOERsebagai pasien. Unsur lokatiftersirat di dalam verba, yaitu verba mencerminkan bahwa bagian ujung ataslah yang dikenai tindakan “memotong”. Seseorang yang memotong rambut (mencukur) pada umumnya memotong bagian atas dari rambut entitas. demikian juga dengan memotong tanaman hias, mengacu pada bagian atas.
4-80 Muridē ngirutin potlotnē (Penatih, Denpasar)
Murid-ē ngirutin potlot-nē Murid-DEFPREF-getepmuncuk potlot-POSS ‘Siswa itu memotongbagian ujungpensilnya’
U/lok Lapis II
A/agen V U/pasien Lapis I
Verba ngirutin pada data di atas hanya mengacu pada entitas pensil, dengan argumen ACTORsebagai agen dan UNDERGOERsebagai pasien. Ngirutin bermakna ngetep muncuk ‘memotong bagian ujung’ entitas sehingga unsur lokatif terdapat di dalamya. Hal ini disebabkan oleh di dalam pikiran agen terdapat keinginan untuk meruncingkan ujung pensilnya sehingga bagian ujung itulah yang
pada akhirnya dikenai tindakan. Demikian juga verba nēmos, mensyaratkan bahwa bagian ujung entitas yang harus dikenai tindakan. Apabila tindakan “memotong” dilakukan terhadap bagian lain dari entitas, maka istilahnya akan lain.
4-81 Tukange nēmos kayu jatinē (Abiansemal, Badung)
Tukang-ē nēmos kayu jati-nē
Tukang-DEFPREF-getep tanggun kayu jati-DEF ‘Tukang itu memotongbagian ujungkayu jati itu’
U/lok Lapis II
A/agen V U/pasien Lapis I
Tidak hanya bagian atas maupun ujung, tetapi peran UNDERGOER– lokatif juga bisa menyasar bagian lain entitas. Bagian yang dimaksud adalah bagian sisi dan bawah entitas.
4-82 I Rai ngerot tiing lakar anggona layangan (Mengwi, Badung)
I Rai ngerottiing lakar anggona layangan
NamaPREF-getepsisintiing lakar anggona layangan
‘I Raimemotongbagian pinggirbambu akan digunakan layangan’
U/lok Lapis II
A/agen V U/pasien Lapis I
4-83 Pekak nortor punyan nyambunē (Abiansemal, Badung)
Pekak nortor punyan nyambu-nē
PekakPREF-getepbungkilpunyan nyambu-DEF ‘Kakekmemotongbagian bawahpohon jambu itu’
U/lok Lapis II
A/agen V U/pasien Lapis I
Leksikon ngerot dan nortor masing-masing mengikat dua argumen, yakni ACTORsebagai agen dan UNDERGOERsebagai pasien. Secara berlapis, kedua leksikon tersebut mengacu pada salah satu bagian entitas. Ngerot mensyaratkan agar bagian sisi atau pinggir entitas yang dikenai tindakan, sedangkan nortor mensyaratkan agar bagian bawah pohon yang dikenai tindakan. Seseorang ngerot berarti menghaluskan bagian pinggir suatu entitas yang pada umumnya adalah batangan bambu yang sudah dibelah. Seseorang nortor berarti memotong bagian bawah pohon yang dekat dengan bagian akar, menandakan unsur lokatif yang terdapat pada argumen verba.
4.2.2.3 Peran Berlapis “Benefaktif ”
4-84 Doktērē ngetep usus buntunē I Raka
‘Dokter itu memotong usus buntunya I Raka’ (Abiansemal, Badung)
Dokter-DEFPREF-ngetep usus buntu-POSSART nama Dokter itumemotongusus buntu-nyaI Raka
BenefaktifLapis III