• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran perempuan dalam keluarga dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 peran, diantaranya peran reproduktif (peran domestik rumah tangga), peran produktif, dan peran sosial. Setiap peran dapat dikerjakan baik secara mandiri oleh perempuan dan laki-laki, atau dikerjakan secara bersama-sama.

Peran Reproduktif Keluarga Responden

Peran reproduktif dalam penelitian ini adalah peran yang dilakukan perempuan dan anggota keluarga lain yang berhubungan dengan kegiatan rumah tangga. Pekerjaan reproduktif disebut pula sebagai pekerjaan domestik yang dilakukan untuk menjamin pemeliharaan dan kelangsungan keluarga, diantaranya membersihkan rumah, belanja kebutuhan sehari-hari, memasak, mencuci piring, mencuci pakaian dan menyetrika, mengatur keuangan keluarga, mengasuh anak serta mendampingi anak belajar.

Tabel 20 Persentase profil aktivitas rumah tangga keluarga responden peserta program PEKKA Kota Cimahi tahun 2016

Profil aktivitas Reproduktif

Pembagian Kerja (%)

Total Perempuan Laki-laki Bersama

Memasak 92,9 0 7,1 100,0 Belanja kebutuhan sehari-hari 88,1 2,4 9,5 100,0 mengatur keuangan keluarga 81,0 7,1 11,9 100,0 Menyetrika pakaian 76,2 0 23,8 100,0 Mencuci pakaian 71,4 0 28,6 100,0 Mengasuh anak 71,4 0 28,6 100,0 Mendampingi anak belajar 71,4 0 28,6 100,0 Mencuci piring 64,3 0 35,7 100,0 Membersihkan rumah 59,5 4,8 35,7 100,0

Data pada tabel 21 menunjukkan profil aktivitas reproduktif sehari-hari. Seluruh kegiatan reproduktif dikerjakan mayoritas oleh perempuan. Hal ini terjadi karena meskipun masih ada responden yang tinggal bersama suami, namun kegiatan domestik tetap lekat dengan kehidupan perempuan sehingga tanggung jawab perempuan dalam menyelesaikan pekerjaan domestik rumah tangga lebih tinggi.

Gambar 6 Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi menurut peran perempuan dalam sektor reproduktif Tahun 2016

Berdasarkan data dalam gambar 6, peran perempuan dalam sektor reproduktif tergolong menyebar tidak merata. Hal ini dapat memungkinkan bahwa peran perempuan dalam sektor produktif tidak berpengaruh terhadap sumbangan pendapatan perempuan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Peran perempuan dalam peran reproduktif paling tinggi adalah mengerjakan 9 jenis peran reproduktif secara mandiri dari 10 pekerjaan reproduktif.

Kota Cimahi merupakan daerah di wilayah Jawa Barat dengan penduduk mayoritas suku sunda, dan seluruh responden PEKKA merupakan penduduk Kota Cimahi yang mayoritas bersuku sunda sehingga kontruksi gender yang terbentuk adalah persepsi bahwa perempuan mengerjakan pekerjaan domestik dan laki-laki bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah. Hal ini disimpulkan bersadarkan hasil wawancara mendalam yang menggambarkan bahwa hampir seluruh responden mengerjakan pekerjaan reproduktif rumah tangga secara mandiri tanpa dibantu anggota keluarga laki-laki.

“..ah ibu mah nggak apa-apa kalau nggak di bantu juga, neng. Kan bapak

udah kerja seharian jadi capek kalo harus bantuin ibu di rumah lagi...”

(RDI, 41 tahun)

Meskipun pekerjaan domestik masih dianggap sebagai kewajiban perempuan, data dalam tabel 20 menunjukkan adanya keterlibatan laki-laki dalam mengerjakan pekerjaan reproduktif. Membersihkan rumah dan mencuci piring lebih banyak dikerjakan secara bersama-sama oleh laki-laki dan perempuan.

“... ya lumayan neng, ada yang bantuin ngepel. Atau kalau ibu lagi masak

dibantuin cuci piringnya. Kadang nyuci baju juga sendiri-sendiri...” (Ibu DDE, 50 tahun)

Tergambar bahwa anggota keluarga laki-laki hanya membantu pekerjaan reproduktif sehingga tidak banyak pekerjaan rumah yang dikerjakan secara mandiri

oleh laki-laki. Selain dikerjakan secara mandiri oleh perempuan maupun laki-laki, pekerjaan domestik dapat dilakukan secara bersama-sama.

Peran Produktif Keluarga Responden

Dalam penelitian ini, peran produktif merupakan peran yang dimiliki oleh anggota keluarga yang merupakan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan untuk keluarga. Peran tersebut diantaranya adalah memiliki pekerjaan di luar rumah, menghasilkan barang untuk konsumsi keluarga, menghasilkan barang untuk diperjualbelikan, menghasilkan jasa untuk diperjualbelikan, menjadi tulang punggung keluarga, dan memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga.

Menurut data pada tabel 21, aktivitas produktif tertinggi yang dilakukan perempuan secara mandiri adalah aktivitas menghasilkan barang untuk diperjualbelikan, kemudian tertinggi kedua adalah pekerjaan menghasilkan barang untuk konsumsi keluarga. Berdasarkan data kualitatif yang didapat responden kebanyakan memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang, baik skala warung besar maupun warung kecil di depan rumah. Aktivitas produktif yang paling rendah adalah menghasilkan jasa untuk diperjualbelikan.

Tabel 21 Persentase profil aktivitas produktif keluarga responden peserta program PEKKA Kota Cimahi tahun 2016

Profil aktivitas produktif

Pembagian Kerja (%)

Total Perempuan Laki-laki Bersama

Menghasilkan barang untuk diperjualbelikan 64,3 7,1 28,6 100,0 Menghasilkan barang untuk konsumsi keluarga 61,9 9,5 28,6 100,0

Bekerja di luar rumah 42,9 19,0 38,1 100,0

Menjadi tulang punggung keluarga 42,8 31,0 26,2 100,0 Memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga 38,1 23,8 38,1 100,0 Menghasilkan jasa untuk diperjualbelikan 35,7 16,7 47,6 100,0

Responden mengaku bahwa berdagang merupakan kegiatan produktif yang paling mungkin dilakukan karena dapat dilakukan di rumah sehingga tidak membuat responden harus meninggalkan rumah dan meninggalkan kewajiban sebagai ibu rumah tangga, namun bisa memberikan penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga.

Gambar 7 Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi menurut peran perempuan dalam sektor produktif Tahun 2016

Sebaran data pada gambar 7 menunjukkan bahwa skor perempuan yang melakukan pekerjaan di sektor produktif secara mandiri terbanyak adalah 6 poin. Sehingga data tidak menyebar merata dan diduga bahwa sub variabel peran perempuan dalam sektor porduktif tidak berpengaruh pada sumbangan pendapatan perempuan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga.

Peran Sosial Keluarga Responden

Peran sosial keluarga dalam penelitian ini mencakup pada kegiatan yang dilakukan di luar kegiatan rumah tangga dan pekerjaan produktif. Melingkupi kegiatan RT atau RW, kerja bakti, arisan, pengajian, syukuran, membantu acara tetangga, kegiatan politik, kegiatan pemberdayaan masyarakat, menjadi anggota kelembagaan formal, maupun menjadi ketua dalam sebuah kelembagaan.

Data pada tabel 22 menunjukkan pembagian peran sosial keluarga responden. Pekerjaan sosial paling tinggi yang dilakukan hanya oleh perempuan adalah kegiatan menjadi peserta program pemberdayaan dan arisan. Sedangkan pekerjaan yang paling jarang dilakukan hanya oleh perempuan adalah mengikuti pekerjaan politik.

Tabel 22 Persentase profil aktivitas sosial keluarga responden peserta program PEKKA Kota Cimahi tahun 2016

Profil aktivitas produktif

Pembagian Kerja (%)

Total Perempuan Laki-laki Bersama

Menjadi peserta program pemberdayaan 85,7 0 14,3 100 Arisan 85,7 0 14,3 100 Pengajian 81,0 0 19,0 100 Pertemuan RT/RW 69,0 16,7 14,3 100 Menjadi anggota PKK 66,7 0 33,3 100 Syukuran 64,3 11,9 23,8 100

Mengikuti kegiatan dari

sebuah lembaga 59,5 0 40,5 100 Kerja bakti 57,7 28,6 14,3 100 Membantu acara tetangga 47,6 16,7 35,7 100 Mengikuti kegiatan politik 47,6 0 52,4 100

Perempuan dalam keluarga responden peserta PEKKA juga lebih aktif di kegiatan kemasyarakatan dibanding laki-laki. Seperti menghadiri pertemuan RT/RW, menjadi anggota PKK, mengikuti kegiatan dari sebuah lembaga, dan kerja bakti.

ibu juga kader, suka ikutan posyandu sama PKK. Kadang bantuin bikin

PMT buat kegiatan posyandu. Lumayan nambah pengalaman. Ibu juga suka ngaji tiap selasa bareng sama ibu-ibu lain gitu, ada pengajian rutin. Kalau bapak biasanya ikut pengajian malam jumat sama kerja bakti, itu

juga kalau bapak ada di rumah.” (SMI, 38 tahun)

Grafik pada gambar 8 menunjukkan bahwa peran perempuan dalam sektor sosial tidak tersebar secara merata. Responden terkumpul di skor 12,5 yang berarti dalam keluarga responden peran sosial yang dikerjakan secara mandiri oleh perempuan mayoritas dalam nilai yang paling tinggi. Kegiatan PEKKA pada kenyataannya diberikan terlebih dahulu kepada perempuan yang aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Pendamping lapang beranggapan bahwa perempuan yang aktif dalam kegiatan sosial di lingkungannya akan lebih bertanggung jawab terhadap program PEKKA.

“ emang sengaja neng kader diduluin. Kalau kader mah ngga usah

ditagih iuran juga pada langsung bayar. Ketemunya oge setiap hari

sama ibu. Jadi nggak lupa bayar. Diajakin kegiatan juga gampang” (Ibu tuti, Ketua kelompok PEKKA Kelurahan Karang Mekar)

Gambar 8 Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi menurut peran perempuan dalam sektor sosial Tahun 2016

Perempuan memiliki peran yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki dalam sektor sosial. Peserta PEKKA aktif dalam berbagai kegiatan sosial disamping harus mengerjakan aktivitas reproduktif secara mandiri dan turut andil dalam pekerjaan produktif untuk menambah pendapatan keluarga.

Akses dan Kontrol Keluarga Responden

Dalam konteks ini, akses adalah peluang yang dimiliki oleh perempuan untuk menikmati sesuatu, yang dianalisis berdasarkan persepsi responden terhadap perilaku dalam mengakses sumberdaya dan manfaat dari program pemberdayaan masyarakat. Sedangkan kontrol adalah sejauhmana perempuan mengambil keputusan atau mengontrol penggunaan sumberdaya tertentu. Sumberdaya dapat berupa materi (bernilai ekonomis, politis, sosial, dan waktu) dan diukur dengan berapa banyak sumberdaya yang mampu dikontrol oleh perempuan.

Akses terhadap sumberdaya dan manfaat lebih banyak dinikmati oleh laki- laki dan perempuan secara bersama. Responden menganggap seluruh sumberdaya dan manfaat yang dimiliki keluarga merupakan hak dari setiap anggota keluarga sehingga harus dapat di akses secara adil oleh semua anggota keluarga.

Tabel 23 Persentase profil akses terhadap sumberdaya dan manfaat keluarga responden peserta program PEKKA Kota Cimahi tahun 2016

Akses Persentase pembagian Akses (%) Total

Perempuan Laki-laki Bersama

Modal uang 42,9 4,8 52,4 100 Sarana Produksi 42,9 4,8 52,4 100 Lahan 42,9 2,4 54,8 100 Tanah 40,5 7,1 50,0 100 Pemegang kedudukan di kelompok sosial 40,5 0 59,5 100 Pemegang kedudukan di masyarakat 40,5 0 59,5 100 Pendapatan rumah tangga 38,1 7,1 54,8 100 Bantuan dana 35,7 0 64,3 100 Pemberdayaan Masyarakat 28,6 0 71,4 100 Pendidikan 23,8 0 76,8 100 Fasilitas umum 23,8 0 76,2 100 Makanan 19,0 0 81,0 100 Pakaian 19,0 0 81,0 100

Data pada tabel 23 menjelaskan bahwa mayoritas akses terhadap sumberdaya dan manfaat rumah tangga digunakan oleh perempuan dan laki-laki secara merata. Sehingga kepemilikan lahan, modal usaha, pendidikan, sarana produksi dan pemberdayaan masyarakat dapat dimiliki oleh semua anggota keluarga. Berdasarkan grafik pada gambar 9, akses perempuan terhadap sumberdaya dan manfaat tidak tersebar merata dan cenderung dalam tingkat yang paling rendah.

Dalam keluarga responden seluruh anggota keluarga cenderung diperbolehkan untuk mengakses sumberdaya dan manfaat secara bersama-sama. Modal uang dan sarana produksi lebih banyak dikendalikan bersama meskipun perempuan lebih dominan. Akses terhadap manfaat dari pendidikan, makanan, dan pakaian cenderung diakses secara bersama. Namun, Laki-laki terlihat tidak dominan dalam mengelola akses secara mandiri.

Gambar 9 Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi menurut akses perempuan terhadap sumberdaya dan manfaat keluarga tahun 2016 Kontrol membatasi anggota keluarga untuk dapat mengendalikan sumberdaya dan manfaat. Perempuan dominan memiliki kontrol untuk pendapatan rumah tangga, modal uang, sarana produksi, dan kepemilikan tanah.

Tabel 24 Persentase profil kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat keluarga responden peserta program PEKKA Kota Cimahi tahun 2016

Kontrol Persentase Pembagian Kontrol (%) Total Perempuan Laki-laki Bersama

Tanah 50,0 14,3 35,7 100,0 Modal uang 50,0 9,5 40,5 100,0 Sarana Produksi 50,0 7,1 42,9 100,0 Lahan 50,0 16,7 33,3 100,0 Pendidikan 23,8 0 76,2 100,0 Pemberdayaan Masyarakat 31,0 0 69,0 100,0 Bantuan dana 33,3 0 66,7 100,0 Fasilitas umum 23,8 0 76,2 100,0 Makanan 19,0 0 81,0 100,0 Pakaian 19,0 0 81,0 100,0 Pendapatan rumah tangga 59,5 9,5 31,0 100,0 Pemegang kedudukan di kelompok sosial 42,9 0 57,1 100,0 Pemegang kedudukan di masyarakat 40,5 0 59,5 100,0

Menurut tabel 25, presentase pembagian kontrol sumberdaya dan manfaat keluarga lebih banyak dimiliki oleh bersama (laki-laki dan perempuan). Hal ini terjadi karena untuk akses terhadap sumberdaya dan manfaat diupayakan merata dalam keluarga. Laki-laki dominan memiliki kontrol dalam kepemilikan lahan dan tanah. Kontrol bersama dilakukan terhadap seluruh sumberdaya dan manfaat yang dimiliki oleh keluarga responden.

Sebanyak 50 persen responden memiliki kontrol yang dominan dalam penguasaan tanah, modal uang, sarana produksi, dan lahan. Merujuk pada wawancara mendalam dengan responden penguasaan tanah dimiliki perempuan dengan memiliki sertifikat kepemilikan tanah dan aset atas nama anggota keluarga perempuan. Modal uang dikuasai oleh perempuan karena dana PEKKA diberikan secara langsung kepada anggota PEKKA untuk dipergunakan sebagai modal usaha.

Gambar 10 Sebaran responden peserta PEKKA Kota Cimahi berdasarkan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat dalam keluarga tahun 2016

Data pada gambar 10 menunjukkan bahwa kontrol perempuan terhadap sumberdaya dan manfaat dalam keluarga responden peserta PEKKA tersebar tidak merata dominan perempuan tidak memiliki kontrol yang dikuasai sendiri, namun dikuasai secara bersama dengan anggota keluarga laki-laki.

Sebaran responden dalam pembagian kerja dalam rumah tangga menunjukkan adanya dualisme yaitu data banyak terkumpul di nilai terendah dan tertinggi. Untuk membuktikan adanya perbedaan antara perempuan yang menjadi ibu rumah tangga dan kepala keluarga, maka data dikelompokkan dan dibuat tabulasi silang. Terlihat adanya perbedaan antara ibu rumah tangga dan kepala rumah tangga. Kepala rumah tangga memiliki peran reproduktif yang lebih tinggi daripada perempuan ibu rumah tangga. Begitu pula dengan peran produktif dan

lebih tinggi dibandingkan perempuan ibu tumah tangga.

Dalam keluarga responden, peran perempuan kepala rumah tangga terlihat lebih dominan dalam melakukan peran-peran dalam rumah tangga baik dalam peran reproduktif (domestik), produktif, sosial, serta akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat keluarga.

Ikhtisar

Bab ini memaparkan pembagian kerja berdasarkan gender di dalam keluarga responden. Perempuan dominan mengerjakan pekerjaan domestik (reproduktif) yang identik dengan pekerjaan rumah tangga. Akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat keluarga cenderung dimiliki oleh laki-laki dan perempuan secara bersama.

Perempuan yang menjadi kepala rumah tangga memiliki tanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan domestik, produktif, sosial, serta akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan mamfaat keluarga. Berbeda dengan perempuan ibu rumah tangga yang cenderung dominan mengerjakan pekerjaan domestik namun memiliki pembagian kerja merata untuk pekerjaan produktif, sosial, serta akses dan kontrol dalam keluarga.

PERAN PEREMPUAN DALAM PROGRAM