• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan pada Aspek Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung

ANALISIS KOMPARATIF KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MOHAMMAD NATSIR DAN HASAN LANGGULUNG

B. Perbandingan pada Aspek Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung

Mengenai kurikulum pendidikan Islam yang digagas oleh Natsir, beliau tidak mendefinisikan secara langsung mengenai kurikulum pendidikan Islam. Dalam menyusun kurikulum pendidikan Islam beliau mengemukakan bahwa tidak ada pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum seperti yang pernah terjadi pada pendidikan di masa penjajahan dan awal kemerdekaan karena hal tersebut merupakan sistem dari sekularisme barat. Untuk mencapai tujuan pendidikan Islam seperti yang diinginkan perlu adanya integrasi antara ilmu umum dan ilmu agama dengan mempertimbangkan kebutuhan sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik. Dengan begitu, akan tertanam sikap kemandirian bagi setiap peserta didik dalam menyikapi realitas kehidupannya.

Dalam kurikulum pendidikan saat ini konsep integrasi ilmu tersebut telah berjalan dengan diberlakukannya kurikulum 2013.

Kurikulum tersebut mengintegrasikan pelajaran-pelajaran yang

sebelumnya berdiri sendiri ke dalam tema-tema dan subtema-subtema tertentu sesuai dengan muatan pelajaran dan tujuan dari kurikulum itu sendiri.

Beliau meletakkan tauhid sebagai dasar atau landasan dalam pendidikan Islam yang akan diselenggarakan. Hal ini merupakan sebuah keharusan karena jika dilihat dalam sudut pandang agama, Islam memiliki

ajaran yang dilaksanankan oleh pemeluknya yang mana ajaran-ajaran tersebut pada intinya bermuara pada ketauhidan makhluk kepada Allah SWT. Tuhan semesta alam ini. Beliau memberikan contoh tentang betapa pentingnya ketauhidan bagi seorang makhluk dalam kehidupan nyata. Sebagai makhluk, manusia seharusnya sadar bahwa dia tidak memiliki daya dan upaya selain daya dan upaya yang telah Allah berikan. Allah merupakan segalanya bagi manusia, termasuk tempat bergantung dan berserah diri karena pada hakikatnya apa yang ada pada diri manusia bukanlah milik manusia itu, akan tetapi adalah milik Sang Pencipta yaitu Allah SWT.

Natsir menambahkan tentang penguasaan bahasa sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas lagi seperti pengetahuan yang terdapat di negeri orang. Dengan bahasa, pemahaman tentang pengetahuan yang belum pernah didapatkan dari para ahli di seluruh dunia akan lebih mudah dimengerti. Hal tersebut disebabkan karena pada intinya pendidikan adalah proses komunikasi yang terjalin antara pendidik dan peserta didik, bahasa merupakan sarana komunikasi yang mudah untuk berkomunikasi dengan orang dari budaya yang lain atau daerah yang lain, bahkan negara di belahan dunia yang lain.

Sedangkan Hasan Langgulung mendefinisikan kurikulum sebagai perencanaan program pendidikan bagi peserta didik yang dibuat dan diawasi oleh sekolah secara penuh untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Hal ini berarti bahwa setiap kegiatan pendidikan yang

diselenggarakan telah direncanakan secara seksama dari pelaksanaan belajar mengajar hingga pengawasan harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik oleh sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

Lebih lanjut Hasan Langulung menjelaskan bahwa kurikulum memiliki unsur-unsur yang terdapat dalamnya diantaranya yaitu tujuan, materi, metode dan penilaian. Beliau mengemukakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sehubungan dengan itu, perlu adanya pembaruan dan pengembangan kurikulum pada setiap saat karena pengembangan kurikulum merupakan upaya konstruktif untuk mencapai tujuan pendidikan.

Berbicara tentang ilmu, sumber utama ilmu sendiri merupakan berasal dari Sang Pencipta ilmu itu sendiri yaitu Allah SWT. Akan tetapi secara garis besar sumber ilmu diklasifikasikan menjadi dua, yaitu yang berasal dari wahyu dan akal atau yang selanjutnya dinamakan pengetahuan abadi dan pengetahuan yang diperoleh.

Pengetahuan abadi yang dimaksudkan adalah pengetahuan yang

berasal dari Al-Qur‟an dan Hadis. Kedua sumber ilmu tersebut merupakan

sumber ilmu yang akan terus digunakan sepanjang hidup manusia bahkan setelah meninggalkan dunia. Akan tetapi pada masa Hasan Langgulung, pengetahuan ini masih diajarkan hanya di sekolah agama atau pondok pesantren dan sekolah non-formal.

Sedangkan pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil dari pemikiran dengan menggunakan akal. Pengetahuan ini mengharuskan kita untuk mencari pengetahuan yang belum pernah kita ketahui. Pengetahuan ini telah didapatkan di sekolah-sekolah umum yang setiap hari dipelajari.

Hal ini menjadi perhatian karena tidak sesuai dengan konsepsi Islam dalam pendidikan. Pendidikan agama yang masih dianggap hanya sebagai ilmu tambahan dan sebagai pelengkap, sedangkan ilmu-ilmu seperti sosiologi, matematika, biologi, fisika dan kimia menjadi dasar dalam pendidikan kita. Agar sesuai dengan konsepsi Islam, maka selain ilmu-ilmu pengetahuan yang telah disebutkan sebelumnya tidak boleh meninggalkan ilmu agama sebagai dasar dalam pendidikan agar tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan. tidak boleh meninggalkan salah satunya, baik ilmu pengetahuan maupun ilmu agama katena keduanya memiliki perannya masing-masing dalam kehidupan manusia.

Hasan Langgulung mengungkapkan konsep Islamisasi ilmu yang merupakan respon dari penolakan terhadap pendidikan Barat yang bersifat materialistis dan relavistis atau dapat diartikan sebagai sifat yang memandang realitas sebagai sesuatu yang bermakna secara material bagi manusia. Sifat-sifat tersebut tidak mengakui sesuatu yang tidak bermateri sebagai suatu realitas. Hasan Langgulung ingin mengembalikan pemahaman pendidikan pada ajaran Islam yang membuat manusia mengenali dan mengakui posisi masing-masing baik itu yang bermateri maupun yang tidak dalam realitasnya.

Maka dari itu, melalui pendidikan agama Islam diperlukan dalam menjawab respon tersebut. Dalam hal ini beliau mengaitkan dengan isi kurikulum, dalam pendidikan seharusnya tidak ada pemisahan antara ilmu umum dan ilmu agama. Hal itu dikarenakan menurut konsepsi Islam agar kurikulum itu bersifat Islam haruslah konsep Islam berpadu dengan mata pelajaran yang lain.

Konsep Islamisasi ilmu yang digagas oleh Hasan Langgulung merupakan Islamisasi ilmu yang bersifat modern dengan merumuskan kembali kurikulum yang telah kehilangan jiwa Islamnya agar kembali sejalan dengan konsepsi Islam.

Dalam merumuskan konsep kurikulum harus dimulai dari dasar-dasar kurikulum itu sendiri agar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan. Hal ini berarti proses Islamisasi ilmu tidak hanya dilakukan pada materi pendidikannya saja, akan tetapi juga pada komponen-komponen kurikulum yang lain seperti tujuan pendidikan, metode pendidikan dan penilaian.

Dengan adanya Islamisasi ilmu tersebut diharapkan kurikulum mampu menyentuh seluruh potensi peserta didik dan seluruh aspek kehidupan manusia dalam upayanya mencapai tujuan pendidikan Islam.

Dari gagasan kurikulum pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung, keduanya memiliki kesamaan bahwa tidak ada pemisahan atau dikotomi ilmu pengetahuan dengan ilmu

agama. Keduanya harus berjalan bersamaan dalam pendidikan agar dapat mencapai tujuan pendidikan Islam yang diinginkan.

Perbedaan dari pemikiran keduanya tentang kurikulum adalah bahwa Natsir menginginkan agar ilmu agama bisa memiliki tempat dalam dunia pendidikan sehingga tidak semakin terbawa oleh arus sekularisme dengan cara mengintegrasikan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Hasan Langgulung tidak hanya sebatas mengintegrasikan kedua ilmu tersebut dari segi materi pendidikan saja, tetapi juga seluruh aspek kurikulum. Disamping itu, adanya upaya untuk mengembalikan sistem pendidikan sesuai dengan konsep Islam.

C. Perbandingan pada Aspek Metode Pendidikan Islam Menurut