• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan pada Aspek Metode Pendidikan Islam Menurut Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung

ANALISIS KOMPARATIF KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MOHAMMAD NATSIR DAN HASAN LANGGULUNG

C. Perbandingan pada Aspek Metode Pendidikan Islam Menurut Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung

Sementara itu, dalam membahas mengenai metode pendidikan Islam yang digunakan dalam pembelajaran, Natsir menerapkan metode yang disesuaikan dengan kondisi dan tujuan yang ingin dicapai. Metode yang digunakan adalah metode cerita dan metode keteladanan.

Metode cerita merupakan metode yang lazim dan telah sejak dulu digunakan oleh para pendidik dalam proses pembelajaran. Metode ini dinilai masih menjadi metode yang efektif untuk keberhasilan pembelajaran. Sedangkan untuk metode keteladanan lebih terpusat pada

seorang pendidik yang diharuskan memiliki akhlak yang mulia karena menjadi teladan bagi para peserta didik.

Kedua metode yang diterapkan oleh Natsir membutuhkan kemampuan seorang pendidik untuk dapat mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Maka dari itu, perlu peningkatan kualitas seorang pendidik terutama kemampuannya dalam menarik perhatian ataupun simpati dari peserta didik yang akan beermanfaat dalam menerapkan metode cerita. Sedangkan untuk metode keteladanan, sebenarnya jika seseorang telah memiliki jiwa seorang pendidik maka sudah seharusnya berusaha untuk menjaga setiap sikap, tindakan dan ucapan yang mengarah pada kebaikan karena pada dasarnya secara langsung maupun tidak langsung setiap sikap, tindakan dan ucapan seorang pendidik akan ditirukan oleh para peserta didiknya.

Maka keberhasilan pembelajaran tidak hanya tergantung pada hal-hal yang bersifat teknis saja seperti dalam proses pembelajaran di kelas, akan tetapi juga yang bersifat di luar teknis seperti dalam kehidupan sehari-hari.

Yang terakhir mengenai metode pendidikan Islam yang digunakan dalam proses pembelajaran, Hasan Langgulung menggunakan metode yang tidak jauh berbeda dengan metode yang digunakan para ahli pendidikan Islam. Metode-metode tersebut diantaranya adalah ceramah

interaktif, diskusi aktif, simulasi dan lain sebagainya dengan menggunakan sesuai dengan waktu dan materi yang akan disampaikan.

Metode pendidikan yang digagas oleh Hasan Langgulung tidak hanya merupakan langkah-langkah yang berkaitan dengan pembelajaran saja, akan tetapi juga berkaitan dengan aspek-aspek yang lain seperti tujuan pendidikan Islam sendiri dan tindakan-tindakan yang dilakukan sesuai dengan hasil dari pembelajaran yang telah berlangsung.

Untuk lebih memotivasi para peserta didik maka diberikanlah sebuah hadiah yang sedang mereka suka, keinginan untuk mendapatkan hadiah membuat peserta didik belajar lebih giat sehingga prestasinya meningkat. Tetapi untuk mencegah peserta didik yang tidak disiplin dalam proses pembelajaran, maka sudah tepat jika memberikan hukuman sebagai pendidikan sikapnya. Ganjaran dan hukuman diberikan sesuai dengan kebutuhan dari peserta didik sendiri.

Dari uraian kedua tokoh tersebut mengenai metode pendidikan Islam, terdapat perbedaan diantara keduanya. Mohammad Natsir dalam metodenya lebih terfokus pada pendidik sehingga figur pendidik sangat berperan besar terhadap keberhasilan pembelajaran. Sedangkan Hasan Langgulung lebih kompleks karena dalam menggunakan metode-metode yang banyak digunakan, tetapi harus memperhatikan dari segi tujuan pendidikan Islam itu sendiri serta pembelajaran yang berlangsung. Beliau menambahkan perlu adanya tindakan dari hasil pendidikan berupa

ganjaran sebagai motivasi dalam belajar dan hukuman sebagai usaha pencegahan dari potensi-potensi yang buruk.

Pemikiran dan gagasan mengenai konsep pendidikan Islam dari Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung dipengaruhi oleh latar belakang sosial historis atau dapat dikatakan kondisi sosial yang melingkupi. Kedua tokoh yang hidup di masa perjuangan kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan dimana pendidikan Islam yang mengalami dikotomi ilmu. Natsir merupakan tokoh pemikir pendidikan Islam yang mengalami masa tersebut sehingga menjadikan pola pikir untuk mengubah wajah pendidikan di Indonesia agar sesuai dengan ajaran Islam.

Hasan Langgulung juga merupakan tokoh yang hidup di masa yang tidak jauh berbeda dari Natsir. Akan tetapi, beliau menghabiskan pendidikan tingginya di luar negeri, sehingga pola pikir yang muncul dari Langgulung adalah dari kacamata yang lebih luas dengan melihat pendidikan Islam di lingkup dunia internasional.

Dengan melihat perbandingan pemikiran Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung terutama dari segi tujuan, kurikulum dan metode pendidikan Islam menunjukkan bahwa perlu adanya upaya untuk menyempurnakan konstruk pendidikan Islam secara berkelanjutan. Penelitian mengenai pendidikan Islam telah dilakukan oleh banyak pemikir-pemikir besar pendidikan Islam sebelum Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung, seperti Ghozali, Ibn Khaldun, Al-Attas, Al-Faruqi. Salah seorang yang berkompeten dan gigih dalam upaya melihat

dan mencari kosepsi ilmu pengetahuan yang tidak menafikan dimensi spiritual menjadi urgen adalah Seyyed Hossein Nasr (Widiyanto, 2015:4).

Seyyed Hossein Nasr merupakan sosok cendekiawan yang piawai dalam bidang filsafat dan sejarah ilmu, serta merupakan sosok yang otoritatif untuk berbicara tentang perjumpaan antara tradisi dan modernitas, Timur dan Barat. Posisi ini ditambah perspektif tradisionalnya, menjadikan pemikiran Nasr tentang ilmu mempunyai karakter tersendiri. Pemikiran Nasr tentang ilmu tersebut merupakan hal yang urgen karena bisa dijadikan dasar untuk membangun kerangka filosofis dan sistem pendidikan Islam (Widiyanto, 2015:73).

Menurut Asfa Widiyanto (2015:74), pemikiran Nasr tentang ilmu juga bisa digunakan untuk menata ulang sistem pendidikan Islam. Restorasi pendidikan Islam yang dapat dilihat dari komponen-komponen pendidikan itu sendiri, seperti tujuan pendidikan Islam, menurut Nasr, mengacu dan mengarah pada totalitas manusia yang mencakup aspek rasional, moral dan spiritual. Metode pendidikan ynag dikembangkan Nasr berbasiskan tradisional seperti oral-transmission, modelling, penalaran logis dan sebagainya. Materi pendidikan Islam mencakup ilmu-ilmu naqli dan ilmu-ilmu aqli yang diberikan secara seimbang. Pendidik, dalam perspektif Nasr, harus memiliki kematangan intelektual, emosional dan spiritual, yang model tertingginya bisa dilihat dalam sosok hakim. Peserta didik diharapkan tidak lepas dari akar tradisinya, sehingga bisa memahami dan mengimplementasikan ilmu Islam secara baik.

Konsepsi Nasr tentang pendidikan Islam dapat dijadikan sebagai rujukan konstruksi sistem pendidikan Islam pada umumnya serta khususnya di Indonesia. Dalam bentuk sistem pendidikan Islam di Indonesia yang masih berkembang, konstruk pemikiran Nasr dapat menjadi acuan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang diinginkan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian tentang “Konsep Pendidikan Islam (Studi Pemikiran

Mohammad Natsir Dan Hasan Langgulung)”, dapat disimpulkan bahwa :

1. Konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Mohammad Natsir

mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan kepada peserta didik agar dapat tujuan pendidikan itu sendiri. Tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh Natsir adalah menjadikan peserta didik sebagai hamba yang bertakwa kepada Allah SWT. dengan tidak meninggalkan pengembangan potensi kemampuan dan keterampilan untuk melalui kehidupan di dunia dengan kesuksesan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka diperlukan kurikulum yang berlandaskan tauhid dan tidak memisahkan antara ilmu pengetahuan umum dengan ilmu agama. Kedua ilmu tersebut memilki peran yang sama pentingnya dalam proses pendidikan. Beliau juga menambahkan bahasa sebagai sarana komunikasi dalam pendidikan, terutama bahasa Arab. Dalam pembelajaran, metode merupakan alat bagi guru untuk menyampaikan ilmu. Natsir menerapkan metode cerita dan metode keteladanan. Kedua metode tersebut lebih efektif dalam pembelajaran.

2. Konsep pendidikan Islam Hasan Langgulung bahwa tujuan pendidikan Islam itu untuk membentuk peserta didik kepada tujuan awal penciptaannya yaitu sebagai khalifah atau memiliki sifat-sifat seorang khalifah dalam diri masing-masing peserta didik, serta menyiapkan peserta didik dari segi kognitif, sosiologis dan keterampilan untuk mencapai kesuksesan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Dalam segi kurikulum, Hasan Langgulung memiliki konsep Islamisasi ilmu yang artinya memadukan antara ilmu-ilmu umum dan ilmu agama sehingga akan tercapai tujuan pendidikan Islam yang diinginkan. Dalam pembelajaran, metode yang digunakan harus mempertimbangkan tujuan dari pendidikan yang akan dicapai serta tindakan-tindakan yang perlu untuk memotivasi dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam menyikapi hasil dari pendidikan tersebut seperti dengan memberikan hadiah dan hukuman.

3. Adapun persamaan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pada

aspek tujuan pendidikan Islam yaitu bahwa keduanya berpendapat tujuan pendidikan Islam adalah membentuk peserta didik menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah dan memiliki akhlakul karimah. Selain itu, keduanya juga menginginkan adanya keterpaduan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan dalam materi pendidikan walaupun ada sedikit perbedaan bahwa Hasan Langgulung menghendaki tidak hanya materi pendidikan saja yang terintegrasi, tetapi juga dalam komponen kurikulum yang lain seperti tujuan, metode dan penilaian.

Sedangkan perbadaan yang paling terlihat adalah pada segi metode pendidikannya, jika Natsir lebih menerapkan metode cerita dan keteladanan, Langgulung menggunakan metode diskusi aktif, simulasi, ceramah dan metode-metode yang umum digunakan dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dan tindakan dari hasil pembelajaran.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Banyak aspek yang dapat ditelaah dari kedua tokoh pemikir

pendidikan Islam dalam penelitian ini. Yang dapat penulis lakukan dalam penelitian ini hanya sebatas pada masalah konsep pembaruan pendidikan yang dilakukan oleh Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung. Untuk itu penulis menyarankan kepada peneliti lain agar berkenan melakukan penelitian terhadap pemikiran kedua tokoh tersebut ditinjau dari aspek yang lain.

2. Kepada para praktisi pendidikan pada umumnya, dan pendidikan

Islam pada khususnya, diharapkan untuk banyak mengambil intisari dari pemikiran Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung dalam upaya untuk mengadakan pembaruan dan inovasi pada pendidikan Islam. Serta untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan mutu dan kualitas pendidikan Islam di Indonesia,

baik yang diselenggarakan di lembaga pendidikan Islam maupun lembaga pendidikan umum.

3. Kepada para praktisi pendidikan pada umumnya dan kepada

penulis pada khususnya, hendaknya mengetahui dan memahami konsep pendidikan yang dikemukakan oleh Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung bahwa pendidikan agama dan pendidikan umum itu harus diselaraskan sehingga membentuk manusia yang berakhlak mulia serta iman yang kuat.