• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan PP AB Pintu terhadap PP AA Pintu

HASIL EKSPERIMEN DENGAN SIMULASI

B. Perbandingan Antar Ruang Dalam Suatu Pengkondisian

3. Perbandingan PP AB Pintu terhadap PP AA Pintu

Perbandingan PP-AB-pintu terhadap PP-AA-pintu menunjukkan penurunan nilai iluminasi dari P2-V1 ke P2-V2 pada semua ruang. Penurunan nilai iluminasi tertinggi pada ruang Bilik 1 sebesar 117 lux, Bilik 3 109 lux, Bilik 2 76 lux dan terendah pada ruang Laras-Pematang sebesar 11 lux.

149

Berdasarkan diagram dan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa dengan mengubah posisi bukaan dapat meningkatkan kinerja pencahayaan alami sesuai teori posisi bukaan yang dikemukakan oleh Szokolay (1998) dengan menurunkan posisi bukaan hingga mencapai bidang kerja dapat meningkatkan nilai iluminasi seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Wirawan (2007) yang juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Indrani (2008). Namun pada penelitian ini, jika posisi bukaan diturunkan akan terjadi peningkatan nilai iluminasi, tetapi jika terlalu diturunkan hingga mencapai bidang kerja maka akan menurunkan kembali nilai iluminasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis bukaan pada penelitian yang dilakukan oleh Wirawan (2007) yaitu menggunakan bukaan tipe vertikal / jendela (rasio tinggi lebih besar dari lebar bukaan), sedangkan bukaan pada rumah Adat Balai Padang menggunakan tipe horizontal (rasio lebar lebih besar dari tinggi bukaan) yang memanjang dari ujung ke ujung dinding.

5.3.3 Perbandingan Perubahan Nilai Daylight Factor

Pengaruh perubahan posisi bukaan ditinjau dari perubahan nilai Daylight factor ditunjukkan pada gambar 5.19.

Gambar 5.19. Diagram Perbandingan Nilai Daylight Factor Perubahan Posisi Bukaan

A. Perbandingan Antar Pengkondisian Dalam Suatu Ruangan 1. Perbandingan Pada Ruang Laras-Pematang

Laras-Pematang Bilik 1 (besar) Bilik 2 (sedang) Bilik 3 (kecil) P1-V2 / base case P2-V1 AA pintu 1,7m P2-V2 AB bidang kerja 1m

Min R.tidur Min R.Tamu Min Dapur

150

Nilai DF pada base case 1,53%, PP-AB-pintu 2,49% dan PP-AA-pintu 2,38%. Merubah posisi bukaan dapat mempengaruhi kinerja pencahayaan alami sesuai dengan teori posisi bukaan oleh Szokolay (1998). Penurunan posisi bukaan hingga ke bidang kerja dapat meningkatkan kinerja pencahayaan alami sesuai dengan rekomendasi penelitian Wirawan (2007) dan Indrani (2008).

Penurunan bukaan hingga 1,7m mengakibatkan bukaan pada ruang Laras-Pematang tidak terbayangi oleh overhang 3m, sehingga cahaya alami dapat masuk lebih maksimal. Hal ini sesuai dengan rekomendasi penelitian yang dilakukan oleh Indrani (2008) yang menunjukkan bahwa pada bukaan yang terdapat overhang dapat dilakukan upaya dengan menurunkan bukaan minimal memiliki rasio panjang overhang dan ketinggian jendela yang terbayangi adalah 1:1,2.

Jika ketinggian terus diturunkan hingga ambang bawah mencapai bidang kerja 1m pada P2-V2 maka terjadi penurunan nilai rata-rata DF. Hal ini

diakibatkan oleh posisi bukaan yang terlalu rendah hanya dapat menjangkau area di dekat bukaan dan tidak dapat menjangkau area yang jauh dari bukaan pada ruang Laras-Pematang yang memiliki dimensi yang luas dan dalam.

2. Perbandingan Pada Ruang Bilik 1 (Besar)

Nilai DF pada base case 2,19%, PP-AB-pintu 2,34% dan PP-AA-pintu 1,17%. Kinerja pencahayaan alami pada ruang Bilik 1 sama dengan ruang Laras-Pematang. Pada P2-V2 terjadi penurunan DF yang sangat signifikan hingga 1,17% karena ruang Bilik 1 terdapat obstruksi berupa bangunan tetangga yang memiliki tinggi 6m tetapi hanya berjarak 2-3m yang dapat mengurangi cahaya alami yang masuk ke dalam ruangan (Ander, 1995) serta bukaan pada Bilik 1 tidak memiliki sudut vertikal 25o sesuai rekomendasi dari Littlefair (2001).

3. Perbandingan Pada Ruang Bilik 2 (Sedang)

Nilai DF pada base case 2,36%, PP-AB-pintu 2,42% dan PP-AA-pintu 1,66%. Kinerja pencahayaan alami pada Bilik 2 sama dengan Bilik 1.

4. Perbandingan Pada Ruang Bilik 3 (Kecil)

Nilai DF pada base case 2,65%, PP-AB-pintu 4,84% dan PP-AA-pintu 3,75%. Kinerja pencahayaan alami pada ruang Bilik 3 dan pembahasannya sama dengan ruang Laras-Pematang yaitu dengan menurunkan bukaan dapat meningkatkan nilai iluminasi, tetapi jika terlalu rendah dapat menurunkan DF.

151

B. Perbandingan Antar Ruang Dalam Suatu Pengkondisian

1. Perbandingan PP AB Pintu terhadap PL WWR 20% (base case)

Penurunan posisi bukaan dari base case ke PP-AB-pintu meningkatkan DF 0,96% pada Laras-Pematang, Bilik 1 0,15%, Bilik 2 0,06% dan Bilik 3 2,19%. 2. Perbandingan PP AA Pintu terhadap PL WWR 20% (base case)

Penurunan posisi bukaan dari PP-AB-pintu ke PP-AA-pintu DF 0,85% pada Laras-Pematang dan 1,1% pada Bilik 3, sedangkan pada ruang Bilik 1 terjadi penurunan 1,02% dan 0,7% pada Bilik 2. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan posisi bukaan harus memperhatikan obstruksi (Ander, 1995) serta sudur vertikal dari bukaan dengan obstruksi minimal 25o (Littlefair, 2001).

3. Perbandingan PP AB Pintu terhadap PP AA Pintu

Penurunan posisi bukaan dari PP-AB-pintu ke PP-AB-pintu secara keseluruhan menurunkan nilai DF. Penurunan pada ruang Laras-Pematang sebesar 0,11%, Bilik 1 1,17%, Bilik 2 0,7% dan bilik 3 1,09%. Hal ini menunjukkan rekomendasi terbaik tidak pada bidang kerja tetapi pada ambang atas sejajar dengan pintu setinggi 1,7m. Faktor yang menentukan penurunan posisi bukaan juga memperhatikan pembahasan pada perubahan luasan sebelumnya yaitu posisi bukaan harus memperhatikan pembayangan terhadap overhang karena overhang dapat menghalangi cahaya alami yang masuk dengan menurunkan DF (Evans, 1981) dengan tipe overhang miring dapat menurunkan DF lebih besar daripada overhang datar (Prianto, 2013) serta memperhatikan rasio panjang overhang dan tinggi bukaan 1:1,2. Posisi bukaan diturunkan setinggi pintu 1,7m pada P2-V1 sudah menunjukkan rasio pembayangan 1:1,2 sehingga tidak harus menurunkan hingga bidang kerja seperti pada penelitian yagn dilakukan oleh Wirawan (2007) karena memiliki perbedaan bentuk yaitu pada penelitian Wirawan berbentuk vertikal, sedangkan bukaan rumah Adat Balai Padang berbentuk horizontal.

Gambar 5.20 menunjukkan kesimpulan bahwa perubahan posisi bukaan mempengaruhi kinerja pencahayaa alami seperti teori yang diungkapkan oleh Szokolay (1998) dengan posisi bukaan semakin diturunkan maka semakin besar peningkatan nilai DF seperti rekomendasi pada penelitian Wirawan (2007) dan Indrani (2008), tetapi jika terlalu rendah pada titik tertentu maka nilai DF akan berbalik turun seperti grafik pada gambar 5.19. Penurunan posisi bukaan harus

152

memperhatikan faktor obstruksi dan sudut pandang vertikal. Jika terdapat obstruksi, maka terjadi penurunan DF yang sangat signifikan dibandingkan dengan tidak ada obstruksi. Jika sudah memenuhi rasio pembayangan 1:1,2 dengan overhang (Indrani, 2008), maka penurunan posisi bukaan tidak harus mencapai bidang kerja 1m.

Gambar 5.20Grafik Kesimpulan Pengaruh Posisi Bukaan terhadap Kinerja Pencahayaan Alami

5.3.4 Perbandingan Perubahan Nilai Distribusi Pencahayaan Alami

Pengaruh perubahan posisi bukaan ditinjau dari perubahan nilai distribusi mengguanakan standart yang dikemukakan oleh Ander (2005) yaitu minimal 40% luas ruangan memiliki nilai DF sesuai standart ditunjukkan pada gambar 5.21.

Gambar 5.21. Diagram Perbandingan Nilai Distribusi 40% terkait Perubahan Posisi Bukaan

A. Perbandingan Antar Pengkondisian Dalam Suatu Ruangan 1. Perbandingan Pada Ruang Laras-Pematang

Ketinggian Bukaan P1-V1 P2-V2 / base case P2-V1 obstruksi Min R.tidur Min R.Tamu Min Dapur 2 % 1,5 % 1 % minimum % % % % % %

Laras-Pematang Bilik 1 (besar) Bilik 2 (sedang) Bilik 3 (kecil) P1-V2 / base case P2-V1 AA pintu 1,7m P2-V2 AB bidang kerja 1m

153

Distribusi pencahayaan alami pada Laras-Pematang menunjukkan persentase 63% pada base case, 81% pada PP-AB-pintu dan 54% pada PP-AA-pintu. Secara keseluruhan, menurunkan posisi bukaan dapat mencapai 40% area yang memenuhi standart DF. Pada PP-AA-pintu posisi bukaan diturunkan terlalu rendah sehingga hanya dapat menjangkau pada area yang dekat dengan bukaan dibandingkan dengan dimensi ruang Laras-Pematang yang besar dan dalam. Merubah posisi bukaan dapat meningkatkan kinerja pencahayaan alami sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Szokolay (1998). Penurunan posisi bukaan dapat meningkatkan distribusi pencahayaan alami di dalam ruangan juga sesuai dengan rekomendasi penelitian yang dilakukan oleh Wirawan (2007). Namun jika bukaan terlalu diturunkan hingga bidang kerja, maka akan terjadi penurunan DF sehingga dapat mengurangi persentase area yang memenuhi standart DF berdasarkan pembahasan iluminasi dan DF sebelumnya.

2. Perbandingan Pada Ruang Bilik 1 (Besar)

Distribusi pencahayaan alami pada Bilik 1 menunjukkan persentase 60% pada base case, PP-AB-pintu 75% dan PP-AA-pintu 63%. Pembahasan penurunan posisi bukaan sama dengan kinerja pencahayaan alami ruang Laras-Pematang. 3. Perbandingan Pada Ruang Bilik 2 (Sedang)

Distribusi pencahayaan alami pada ruang Bilik 2 menunjukkan persentase 75% pada base case, PP-AB-pintu 80% dan PP-AA-pintu 85%. Pada Bilik 2, tidak mengalami penurunan persentase dari PP-AB-pintu ke PP-AA-pintu seperti pada Laras-Pematang dan Bilik 1 karena Bilik 2 memiliki dimensi ruang yang lebih kecil dan tidak terlalu dalam dibandingkan dengan Bilik 1 sehingga cahaya alami yang masuk dapat menjangkau area yang lebih luas dibandingkan pada Bilik 1. 4. Perbandingan Pada Ruang Bilik 3 (Kecil)

Distribusi pencahayaan alami pada ruang Bilik 3 menunjukkan persentase 86% pada base case, 100% pada PP-AB-pintu dan PP-AA-pintu. Kinerja pencahayaan alami dan pembahasan penurunan posisi bukaan sama dengan Bilik 2. Pada Bilik 3, jika posisi bukaan diturunkan maka terdapat potensi secara keseluruhan pada ruangan memenuhi standart DF. Hal ini dapat dilihat pada persentase distribusi pencahayaan alami mencapai 100% pada PP-AB-pintu dan PP-AA-pintu yang tidak dijumpai pada Laras-Pematang maupun Bilik 1 dan 2.

154

B. Perbandingan Antar Ruang Dalam Suatu Pengkondisian

1. Perbandingan PP AB Pintu terhadap PL WWR 20% (base case)

Penurunan posisi bukaan dari base case ke PP-AB-pintu meningkatkan persentase ruangan yang memenuhi standart DF mencapai 18% pada Laras-Pematang, Bilik 1 15%, Bilik 2 5% dan Bilik 3 14%. Seluruh ruangan menunjukkan jika posisi diturunkan dari posisi asal hingga pada PP-AB-pintu, terjadi kenaikan persentase distribusi pencahayaan alami. Selain dapat menjangkau area yang lebih dalam (Evans, 1981), penurunan posisi bukaan juga memaksimalkan cahaya alami yang masuk karena tidak terbayangi oleh overhang dengan rasio minimal 1:1,2 (Indrani, 2008).