• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diabetes Melitus

DM Variabel Grade

IV.1.6. Perbedaan Nilai Kecepatan Hantar Saraf dan Intensitas Nyer

berdasarkan Kriteria Pengendalian DM Pada Pasien CTS pada DM

Distribusi rerata dan simpangan baku KHS sensoris berdasarkan kriteria pengendalian DM sebelum pemberian methylcobalamin adalah 24.10  34.08 pada kriteria baik, 37.93  17.12 pada kriteria sedang, dan 36.30  18.01 pada kriteria buruk, dan setelah pemberian methylcobalamin adalah 49.70  2.96 pada kriteria baik 38.41  17.39 pada kriteria sedang dan 37.83  18.76 pada kriteria buruk. Dengan uji kruskal-wallis didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada distribusi rerata nilai KHS sensoris berdasarkan kriteria pengendalian DM pada penderita CTS dengan DM sebelum dan setelah pemberian methlcobalamin (p=0.878 dan p=0.243).

Distribusi rerata dan simpangan baku KHS motoris berdasarkan kriteria pengendalian DM sebelum pemberian methylcobalamin adalah 49.25  8.59 pada kriteria baik, 51.31  6.67 pada kriteria sedang, dan 48.71  10.91 pada kriteria buruk, dan setelah pemberian methylcobalamin adalah 47.10  4.66 pada kriteria baik, 52.06  4.96 pada kriteria sedang dan 44.83  6.35 pada kriteria buruk. Dengan uji one way ANOVA didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada distribusi rerata nilai KHS motoris berdasarkan kriteria pengendalian DM pada penderita CTS dengan DM sebelum pemberian methlcobalamin (p=0.798) dan terdapat perbedaan yang signifikan pada distribusi rerata nilai KHS motoris berdasarkan kriteria pengendalian DM pada penderia CTS dengan DM setelah pemberian methylcobalamin (p=0.038). Dengan analisa post hoc LSD, didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada distribusi rerata nilai KHS motoris pada kelompok kriteria sedang dengan buruk (p=0.014).

Distribusi rerata dan simpangan baku skor VAS berdasarkan kriteria pengendalian DM sebelum pemberian methylcobalamin adalah 6.00  1.41 pada kriteria baik, 5.30  1.88 pada kriteria sedang, dan 4.16  2.13 pada kriteria buruk, dan setelah pemberian methylcobalamin adalah 3.50  0.70 pada kriteria baik, 4.00  2.08 pada kriteria sedang dan 3.00  2.09 pada kriteria buruk. Dengan uji one way ANOVA didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada distribusi rerata skor VAS berdasarkan kriteria pengendalian DM pada penderita CTS dengan DM sebelum dan setelah pemberian methlcobalamin (p=0.395 dan p=0.613). (tabel 23)

Tabel 23. Perbedaan Nilai KHS dan VAS Berdasarkan Kriteria Pengendalian DM

Variabel Kriteria Pengendalian DM p

Baik n= 2 Sedang n=13 Buruk n=6 Sebelum pemberian methylcobalamin (n=21) KHS sensoris 24.10  34.08 37.93  17.12 36.30  18.01 0.878 KHS motoris 49.25 8.59 51.31 6.67 48.71 10.91 0.798 VAS 6.00 1.41 5.30 1.88 4.16 2.13 0.395 Setelah pemberian methylcobalamin (n=21) KHS sensoris 49.70 2.96 38.41 17.39 37.83 18.76 0.243 KHS motoris 47.10 4.66 52.06 4.96 44.83 6.35 0.038* VAS 3.50 0.70 4.00 2.08 3.00 2.09 0.613

Seluruh nilai dalam rerata  sb

Uji one-way ANOVA atau uji Kruskal-Wallis. *Uji post-hoc LSD: baik vs sedang p = 0.240; baik vs

buruk p = 0.612; sedang vs buruk p= 0.014

IV.1.7. Perbedaan Nilai Kecepatan Hantar Saraf dan Intensitas Nyeri

Berdasarkan Ada Tidaknya Komplikasi Pada Pasien CTS dengan DM

Distribusi rerata KHS sensoris N.Medianus berdasarkan ada atau tidaknya komplikasi DM pada pasien CTS dengan DM sebelum pemberian methylcobalamin adalah 45.15  3.10 m/s pada pasien dengan komplikasi dan 34.03  19.69 m/s pada pasien tanpa komplikasi dan setelah pemberian methylcobalamin adalah 47.17  3.65 m/s pada pasien dengan komplikasi dan 37.47  18.19 m/s pada pasien tanpa komplikasi. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji mann-whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada distribusi rerata nilai KHS sensoris N.Medianus berdasarkan ada tidaknya komplikasi DM pada pasien CTS dengan DM sebelum dan setelah pemberian methylcobalamin. (p=0.345 dan p=0.193).

Distribusi rerata nilai KHS motoris N.Medianus berdasarkan ada atau tidaknya komplikasi DM pada pasien CTS dengan DM sebelum pemberian methylcobalamin adalah 49.12  5.78 m/s pada pasien dengan komplikasi dan 50.67  8.3 m/s pada pasien tanpa komplikasi dan setelah pemberian

methylcobalamin adalah 47.60  4.35 m/s pada pasien dengan komplikasi dan 49.97  6.48 m/s pada pasien tanpa komplikasi. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada distribusi rerata nilai KHS motoris N.Medianus berdasarkan ada tidaknya komplikasi DM pada pasien CTS dengan DM. (p=0.676 dan p=0.193).

Distribusi rerata skor VAS berdasarkan ada atau tidaknya komplikasi DM pada pasien CTS dengan DM sebelum pemberian methylcobalamin adalah 5.25  2.62 m/s pada pasien dengan komplikasi dan 5.00  1.83 m/s pada pasien tanpa komplikasi dan setelah pemberian methylcobalamin adalah 4.00  2.16 m/s pada pasien dengan komplikasi dan 3.58  2.00 m/s pada pasien tanpa komplikasi. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t tidak berpasangan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada distribusi rerata skor VAS berdasarkan ada tidaknya komplikasi DM pada pasien CTS dengan DM. (p=0.866 dan p=0.744). (tabel 24)

Tabel 24. Perbedaan Rerata Nilai KHS dan VAS Berdasarkan Ada Tidaknya

Komplikasi DM pada Pasien CTS dengan DM

Variabel Komplikasi DM p Ada Tidak Sebelum pemberian methylcobalamin (n=21) KHS sensoris 45.15  3.10 34.03  19.69 0.345** KHS motoris 49.12  5.78 50.67  8.3 0.676* VAS 5.25  2.62 5.00  1.83 0.866* Setelah pemberian methylcobalamin (n=21) KHS sensoris 47.17  3.65 37.47  18.19 0.193** KHS motoris 47.60  4.35 49.97  6.48 0.407* VAS 4.00  2.16 4.00  2.16 0.744*

Seluruh nilai dalam rerata  sb,

IV.2. PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain kuasi eksperimen berupa rancangan “perlakuan” ulang atau pretest and posttest design, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian methylcobalamin terhadap kecepatan hantar saraf dan intensitas nyeri pada pasien CTS dengan DM dan pasien CTS tanpa DM. Pada penelitian ini diagnosis CTS ditegakkan dengan anamnese, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan elektrofisiologi berupa pemeriksaan KHS. Bagi pasien yang memenuhi kriteria inklusi, dilakukan penilaian skala nyeri dengan menggunakan VAS dan diberikan perlakuan berupa pemberian methylcobalamin 500 μg tiga kali sehari selama satu bulan, kemudian dilakukan pemeriksaan KHS dan VAS ulang.

IV.2.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Pada penelitian ini terdapat 42 pasien CTS, yang terbagi dalam dua kelompok yaitu pasien CTS dengan DM dan pasien CTS tanpa DM, yang masing- masing kelompok terdiri dari 21 pasien. Dari 42 pasien CTS pada penelitian, ini terdapat 8 laki-laki (19%), yang terdiri dari 5 pasien DM dan 3 pasien tanpa DM serta 34 perempuan (81%), yang terdiri dari 16 pasien DM dan 18 pasien tanpa DM. Pada penelitian ini dijumpai pasien perempuan lebih banyak dibanding laki- laki pada kedua kelompok pasien.

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Kim dkk (2000) pada 48 pasien CTS dengan DM (37 perempuan dan 11 laki-laki) dan 50 pasien CTS tanpa DM (50 perempuan) dan dengan penelitian oleh Ogura dkk (2003) pada 37 pasien CTS yang juga mendapatkan lebih banyak pasien perempuan yaitu sebanyak 30 pasien, juga dengan penelitian oleh Oge dkk (2004) yang menemukan 16 pasien

CTS dari 100 subjek dengan DM dan 11 diantaranya adalah perempuan dan menemukan hubungan jenis kelamin wanita dengan peningkatan risiko CTS.(p=0.003).

Studi oleh Sato dkk (2005) pada 135 pasien CTS dengan stroke juga menemukan lebih banyak pasien perempuan yaitu sebanyak 75 pasien. Penelitian oleh Tay dkk (2006) pada 134 pasien CTS juga mendapatkan lebih banyak pasien perempuan yaitu sebesar 81.3%, begitu juga dengan penelitian oleh Hardoim dkk (2009) pada 166 pasien CTS yang menemukan pasien perempuan sebanyak 92.8%. Penelitian oleh Povlsen dkk (2010) pada 106 pasien CTS juga menemukan lebih banyak pasien perempuan yaitu 86 pasien dibanding laki-laki. Penelitian oleh Nunez dkk (2010) pada 54 pasien CTS menemukan 35 pasien perempuan (64.8%) dan 19 lelaki (35.2%). Penelitian oleh Bulut dkk (2011) pada 38 pasien CTS terdiri dari 35 pasien perempuan dan 3 laki-laki.

Carpal tunnel dapat berfungsi sebagai ruang pembatas yang tertutup. Pasien dengan CTS cenderung memiliki ukuran carpal tunnel yang lebih kecil dibandingkan normal. Rasio dari isi carpal tunnel dengan volumenya berkurang seiring pergelangan tangan menjadi lebih kecil, dan karena wanita secara umum memiliki ukuran pergelangan tangan yang lebih kecil, hal ini dapat menjelaskan tentang meningkatnya prevalensi CTS pada wanita dibandingkan dengan pria. (Freeland dkk, 2007)

Rerata usia pasien pada penelitian ini adalah 56.05  8.27 tahun (43 -75) tahun. Pada penelitian Ogura dkk (2003) didapatkan rerata usia pasien adalah 60.7 tahun (14–88) tahun. Pada studi oleh Sato dkk (2005) didapatkan rerata usia pada pasien CTS yaitu 71.3  4.4 tahun. Pada penelitian oleh Tay dkk (2006),

rerata usia subjek adalah 53.6 tahun (28-84) tahun. Rerata usia pasien CTS pada penelitian oleh Hardoim dkk (2009) pada 166 pasien CTS adalah 49 tahun (20-76) tahun. Penelitian oleh Povlsen dkk (2010) pada 106 pasien CTS menemukan rerata usia 56 tahun (22 -93) tahun. Penelitian oleh Nunez dkk (2010) menemukan rerata usia adalah 58 14 tahun (29 -88) tahun. Penelitian Bulut dkk (2011) pada 38 pasien CTS menemukan rerata usia 54.8 tahun (33 -81) tahun.

Pada penelitian ini didapatkan rerata usia pada kelompok pasien dengan DM ( 57.81  8.68) tahun lebih tinggi dibanding dengan rerata usia pada kelompok pasien tanpa DM (54.29 7.64) tahun, namun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik. Kim dkk (2000) melakukan penelitian untuk mengetahui signifikansi klinis dari asymptomatic electrophysiologic CTS. Pada studi ini dilakukan pemeriksaan KHS pada 48 pasien CTS dengan DM, dibandingkan dengan 50 pasien CTS tanpa DM dan 56 kontrol. Rerata usia pada pasien CTS dengan DM adalah 52.6 tahun, pada pasien CTS tanpa DM adalah 53.6 tahun dan 51.3 tahun pada kelompok kontrol. Pada studi oleh Oge dkk (2004) pada 100 pasien DM yang menemukan 16 pasien CTS, didapatkan rerata usia pada kelompok pasien DM dengan CTS adalah 46.37  15.02 tahun, yang lebih tinggi dibanding rerata usia pasien DM tanpa CTS (41.8  15.05 tahun ) dan dibanding kontrol (38.3  10.3 tahun)

Dari 42 pasien CTS pada penelitian ini, pekerjaan yang paling banyak adalah pegawai negeri sipil yaitu sebanyak 20 pasien (47.6%) lalu ibu rumah tangga sebanyak 9 pasien (21.4%), kemudian perawat sebanyak 9 orang (21.4%), guru sebanyak 6 orang (14.3%), pedagang dan petani sebanyak 1 orang (2.4%). Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada distribusi pekerjaan pada kedua

kelompok. Penelitian oleh Nunez dkk (2010) pada 54 pasien CTS menemukan pekerjaan terbanyak adalah pensiunan (25.9%), kemudian professional (16.7%), lalu hand labor dan ibu rumah tangga (masing-masing 14.8%).

Carpal tunnel syndrome merupakan kondisi yang berkaitan dengan pekerjaan (occupational health condition) yang paling sering dijumpai, terutama pada pekerjaan yang melibatkan tekanan tinggi, getaran dan gerakan yang berulang pada pergelangan tangan. (Aroori dkk, 2008;Katz, dkk 2002; Palmer dkk, 2011). Sindrom ini kini lebih sering dijumpai berkaitan dengan penggunaan komputer atau mesin ketik. (Vinik dkk, 2004).

Tanda Phalen positif pada 21 pasien (50%), tanda Tinel positif dijumpai pada 10 pasien (23.85%), tanda kompresi postif pada 12 pasien (28.6%) dan fungsi motorik APB terganggu dijumpai pada 9 pasien (21.4%). Pada penelitian oleh Baysal dkk (2006) terdapat tanda Phalen positif pada 81.3% pasien dan tanda Tinel positif pada 68.8%.

Sebagian besar pasien mengalami CTS bilateral yaitu sebanyak 25 pasien (59.5%) yang terdiri dari 12 pasien DM (57.1%) dan 13 pasien tanpa DM (61.9%). Penelitian oleh Ogura dkk (2003) pada 37 pasien CTS menemukan bahwa 23 pasien (62%) mengalami CTS bilateral. Penelitian oleh Tay dkk (2006) pada 134 pasien CTS juga menemukan bahwa sebagian besar pasien mengalami CTS bilateral yaitu pada 108 pasien (80.6%) dan CTS unilateral pada 26 pasien (19.4%). Penelitian oleh Nunez dkk (2010) menemukan 38 pasien (70.4%) dengan CTS bilateral, 10 CTS tangan kanan (18.5%) dan 6 (11.1%) CTS pada tangan kiri.