• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program yang akan disusun didasarkan pada hasil penilaian kebutuhan dan persoalan nyata yang dihadapi KSM yang bergerak dalam bidang industri rajutan dalam menciptakan kebersamaan dalam mengembangkan aktivitas ekonomi masyarakat. Dalam proses penilaian ini digunakan prinsip partisipatif dimana penyajian dan fakta yang diperoleh selama berada dilapangan senantiasa ditindaklanjuti dengan diskusi reflektif bersama masyarakat. Hal ini dilakukan agar dalam perencanaan program dapat menghasilkan program yang aspiratif. Prinsip pemberdayaan juga tetap diperhatikan, dimana segenap unsur masyarakat yang tergabung atau terlibat dalam pengelolaan KSM dapat mengemukakan pendapat dan ikut andil dalam menentukan kesepakatan yang menyangkut kepentingan bersama dalam perencanaan program.

Agar wujud rencana aksi yang disusun dapat benar-benar mewakili keinginan masyarakat, maka perlu dipahami terlebih dahulu arti penting dan pengaruh yang dapat positifnya bagi masyarakat dan peran apa yang dapat dilaksanakan oleh masing-masing komponen masyarakat yang terlibat.

7.1. Latar Belakang.

Sebagaimana diketahui, salah satu tujuan dari konsep pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan dalam program P2KP adalah untuk mengentaskan kemiskinan. Untuk kepentingan tersebut program P2KP telah mengembangkan konsep pengembangan masyarakat melalui Kelompok Swadaya Mandiri (KSM), dalam hal ini kelompok target adalah kelompok yang memiliki kekuatan atau potensi ekonomis yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu sarana meningkatkan kapasitas dan kualitas ekonomi masyarakat. Namun demikian, karena konsep pengembangan kelompok yang diterapkan cenderung bersifat top down (dipaksakan/dibentuk), pada akhirnya dalam perjalananya muncul permasalahan-permasalahan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok-kelompok tersebut tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya sebagai kelompok secara optimal.

Berdasarkan kondisi-kondisi yang diperoleh dari hasil pengamatan dilapangan, disimpulkan bahwa agar kelompok-kelompok tersebut dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai kelompok dengan optimal, diperlukan suatu upaya yang signifikan sedemikian rupa kelompok-kelompok tersebut dapat berperan dan berfungsi secara optimal. Walaupun dipahami bahwa salah satu penyebab ketidakberfungsian kelompok-kelompok tersebut adalah karena proses pembentukannya yang masih bersifat top down, tidak berarti untuk mewujudkan kelompok yang dapat menjalankan peran dan fungsinya secara optimal harus dilakukan melalui pembentukan kelompok baru. Dengan pertimbangan waktu, tenaga dan biaya, tindakan yang dipandang efektif dan ekonomis adalah dengan melakukan penguatan terhadap kelompok-kelompok yang sudah ada. 7.2. Analisis Stakeholders

Masyarakat banyak mengetahui informasi P2KP justru dari informasi yang diperoleh dari masyarakat setempat yang telah memperoleh manfat P2KP terlebih dahulu atau masyarakat yang terlibat dalam kegiatan P2KP. Oleh karena itu pembagian tugas antar anggota BKM, kader atau KSM dan lainnya akan lebih efektif karena masyarakat umumnya lebih percaya dan mudah memperoleh informasi dari masyarakat sendiri daripada aparat pemerintah. Kecenderungan ini menggugah kesadaran BKM untuk melakukan reorientasi pendekatan dalam proses sosialisasi yang selama ini nuansanya masih bersifat formal.

Nuansa pendekatan informal direalisasikan dengan memanfaatkan aktivitas-aktivitas pertemuan rutin yang biasa dilakukan masyarakat antara lain : arisan, pengajian keliling, kegiatan Majelis Ta'lim dll. Proses sosialisasi dengan memanfaatkan kegiatan keagamaan memiliki beberapa manfaat; 1) peserta yang hadir biasanya cukup beragam (mencakup berbagai lapisan masyarakat tidak terkecuali masyarakat golongan miskin); 2) kondisi masyarakat yang agamis cenderung lebih mudah memahami dan menerima sesuatu termasuk P2KP bila dikaitkan dengan pendekatan agama. Oleh karena itu kader masyarakat harus memperkuat pemahaman pengurus dan anggota KSM mengenai substansi dan nilai-nilai P2KP agar informasi yang disampaikan oleh mereka akan lebih tepat.

76

Komitmen yang telah ditunjukan para pemimpin kolektif BKM perlu juga didukung kemauan dan komitmen politik pemerintah termasuk pemerintah Kelurahan. Pelaksanaannya disesuaikan dengan peran dari masing-masing stakeholders, misalnya :

7.2.1. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).

Badan ini berperan sebagai respresentasi kepemimpinan kolektif masyarakat memiliki peran:

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan serta aturan main secara demokratis dan partisipasif mengenai hal-hal yang yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. b. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan

keputusan yang telah diambil BKM, khususnya dalam hal : 1) Membuka akses dan kesempatan seluas-luasnya kepada

masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan dan keuangan yang dibawah kendali BKM.

2) Memfasilitasi aspirasi dan prakarsa masyarakat dan perumusan kebutuhan dan usulan program penanggulangan kemiskinan di wilayah desa untuk dikomunikasikan dan diintegrasikan dengan program serta kebijakan desa, dan kecamatan.

3) Memfasilitasi jejaring kerjasama dengan berbagai potensi sumber daya yang ada di luar masyarakat setempat.

7.2.2. Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (POJK) :

a. Sebagai penanggung jawab kegiatan di tingkat kecamatan (merupakan wakil pemerintah daerah), memiliki kewenangan untuk mengesahkan dan memberikan persetujuan pencairan dana bantuan langsung masyarakat-P2KP.

b. Melakukan pemantuan dan pengawasan pelaksanaan dan pemanfaatan dana P2KP di wilayahnya.

c. Melakukan sinkronisasi kebijakan yang diambil BKM dengan kebijakan desa dan kecamatan.

d. Meniciptakan iklim yang kondusif yang memungkinkan potensi masyarakat golongan miskin dapat berkembang.

7.2.3. Pemerintah (Kelurahan) :

a. Menyusun perencanaan pembangunan dengan mengakomodasi program penanggulangan kimiskinan yang telah dirumuskan BKM dalam PJM-Pronangkis.

b. Menciptakan iklim yang kondusif yang memungkinkan potensi masyarakat golongan miskin dapat berkembang.

c. Memfungsikan LPM agar berperan sebagai mitra BKM dalam pemberdayaan kelompok usaha kecil dan golongan miskin. d. Melakukan pemantuan dan pengawasan pelaksanaan dan

pemanfaatan dana P2KP di wilayahnya.

e. Mengidentifikasi dan mengkomunikasikan jenis usaha yang dapat mendukung pengembangan aktivitas ekonomi masyarakat.

7.2.4. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) :

a. Menggugah prakarsa dan partisipasi masyarakat yang memungkinkan golongan miskin dengan segenap potensi yang dimilikinya bisa diberdayakan.

b. Menggalang kerjakasama dengan BKM sebagai lembaga bentukan baru yang memiliki visi yang sama dalam pemberdayaan masyarakat (golongan miskin).

c. Melakukan pemantuan dan pengawasan pelaksanaan dan pemanfaatan dana P2KP di wilayahnya.

d. Bersama relawan pendamping KSM mengindentifikasi dan mengkomunikasikan jenis usaha yang dapat mendukung pengembangan aktivitas ekonomi keluarga miskin.

7.2.5. Relawan Pedamping :

a. Menjaga dan menjamin agar KSM telah memenuhi kriteria kelayakan.

b. Mengembangkan berbagai sikap positif dalam kelompok (komunikasi, kerjasama, disiplin, tanggung renteng dll).

c. Memberikan masukan kepada kelompok baik terkait dengan permasalahan ataupun rencana-rencana pengembangan oleh kelompok.

d. Membantu menyusun proposal, pengembangan usaha ekonomi KSM.

78

e. Membantu memfasilitasi KSM / anggota KSM yang memerlukan bantuan teknik usaha.

f. Mendorong fungsi kelompok dalam memperlancar pengelolaan pinjaman bergulir.

7.2.6. LSM, Perguruan Tinggi, Pengusaha, Perbankan, Dinas/Instansi terkait yang digalang oleh KMW atau BKM Kelurahan Binong yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan kelompok swadaya : a. Memberikan pelatihan dan bantuan teknis yang dibutuhkan KSM

/ anggota.

b. Membantu pemasaran produk yang dihasilkan KSM / anggota. c. Memberikan layanan financial yang terintegrasi dangan layanan

UPK.

7.2.7. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) :

a. Motor penggerak usaha ekonomis produktif. b. Merumuskan aturan main (sanksi) di tingkat KSM. c. Menampung usulan seluruh anggota KSM.

d. Mengembangkan kerjasama antar KSM.

e. Menyempurnakan dan menyepakati usulan seluruh anggota KSM.

7.3. Penggalian Alternatif Pemecahan Masalah

Dalam upaya mencari dan merumuskan konsep alternatif pemecahan masalah yang terjadi dalam KSM, melalui pembahasan antara pengelola P2KP di Kelurahan Binong (BKM), tokoh masyarakat, KSM-KSM ekonomi dan stakeholders, yang dilaksanakan pada tanggal 21 April 2009, serta mempertimbangkan fakta bahwa salah satu penyebab tidak optimalnya peran dan fungsi KSM disepakati bahwa konsep alternatif pemecahan masalah harus berbasis komunitas. Hal ini dilatarbelakangi kenyataan b bahwa salah satu faktor utama penyebab kurangnya peran dan fungsi KSM dalam meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat adalah karena konsep pembentukan kelompok yang tidak berbasis komunitas.

Melalui pemikiran tersebut diharapkan konsep alternatif pemecahan masalah yang muncul dapat memberikan kontribusi positif bagi peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat. Selanjutnya untuk mengetahui bagaimana bentuk konsep pemecahan masalah yang tepat dan sesuai

dengan keinginan masyarakat, seperti halnya proses identifikasi potensi dan permasalahan, pencarian tersebut juga dilakukan melalui pendekatan partisipatif melalui forum Focus Group Discussion.

Guna mengarahkan agar forum diskusi tersebut lebih terfocus pada upaya penggalian konsep alternatif pemecahan masalah dan penyusunan program aksi. Peneliti menyusun gambaran umum terkait dengan tujuan yang diharapkan melalui penguatan KSM tersebut. Dalam gambaran tersebut, peneliti juga menyampaikan pandangan peneliti mengenai alternatif yang mungkin diterapkan. Alternatif yang disampaikan tersebut berdasarkan data-data hasil kajian yang telah dilakukan, yang meliputi meliputi 3 kegiatan utama, yaitu:

1. Meningkatkan kapasitas dan kualias sumber daya manusia;

2. Membangun sinergi antara KSM dengan kelembagaan sosial dalam masyarakat dan ;

3. Memberdayakan kelompok.

Dari diskusi perencanaan partisipatif muncul beberapa alternatif yang diusulkan bagi upaya penguatan KSM yang bergerak di bidang industri rajutan berbasis komunitas. Salah satu diantaranya yang paling dominan adalah adanya Perubahan Peran dan Fungsi KSM rajutan. Dalam pandangan masyarakat, selama ini peran KSM ini tidak lebih hanya sebagai fasilitator dalam menerima bantuan dari program P2KP. Sementara sebagai sebuah wadah bagi pencapaian tujuan kelompok, KSM justeru bersifat statis. Selain itu, terpengaruh tingginya tingkat persaingan usaha rajutan dan kurangnya pembinaan oleh pengelola program P2KP menyebakan orientasi pengembangan usaha anggota KSM cenderung ditujukan pada upaya meningkatan jumlah produksi tanpa mempertimbangkan aspek lainnya, sebagaimana dikemukakan oleh Bp. DD (anggota KSM “Damar Suci” yang menyatakan :

“ ... kalau kita kita lihat ..main frame otaknya di Binong adalah memperbanyak alat, itu sudah menunjukkan kita produsen rajut.., kita kalau nego.. apabila order ada.., misalkan lagi rame, di kepalanya (pengrajin) ada uang.. untuk beli mesin..menurut saya itu kesalahan besar .. harusnya Binong itu kaya produk tapi kenapa tidak ada segi marketingnya? Ini mah diperbanyak saja produksi.. akhirnya.. tanah abang (pembeli) meminta dengan harga penekanan (murah).. dijamin..! Akhirnya kita menghadapi dilema persaingan harga yang tidak sehat..”

80

Atas dasar kondisi tersebut menurut Bp. Swd, idealnya aktivitas KSM yang bergerak dalam bidang usaha industri rajutan tidak langsung berhubungan langsung dengan industri rajutan itu sendiri, melainkan memainkan peran sebagai agen pemasaran bagi hasil produksi industri rajutan itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Bp. Swd, ia menyatakan :

“...Nah harusnya.. tetap saya berpikiran .. bagaimana P2KP itu bisa berhasil, pertama KSM-nya itu harus bisa a.. selain sebagai fasilitator kredit juga harus bisa ee.. apa..sebagai fasilitator misalnya kalau di rajut marketnya saja. Jadi nggak usah kelompok.. misalnya kelompok satu misalnya KSM anu.. anggotanya lima, dikasih 10 juta. Sudah saja KSM satu pengrajinnya 5 produknya apa, beli saja oleh KSM, KSM-nya yang menjembatani market. Karena KSM rajut Binong minim sekali market bu..semua otaknya itu terjumus ke produsen, Kita berlimpah produk, kenapa tidak kita menggali sebagai corong market, dan itu harus bisa memberikan.. istilahnya apa..mengambil.. apa.. memasarkan produk-produk anggota KSM.. itu pertama manfaatnya aman..dana, kedua KSM pun punya tugas lain selain sebagai fasilitator dana..tapi fasilitator marketing.”

Sepintas, pandangan tersebut lebih ditujukan pada manajemen pengelolaan Prgoram P2KP, tanpa menyentuh aspek kelompok (KSM) yang menjadi topik diskusi. Intinya masyarakat menginginkan agar program P2KP hanya menjadi penyandang dana talangan bagi pemasaran produk rajutan, dana talangan itulah yang dikelola oleh KSM rajutan. Pandangan tersebut juga menunjukkan bahwa masyarakat masih menginginkan keberadaan KSM, hanya saja perlu dilakukan perubahan peran dan orientasi aktivitas ekonomi yang akan dilaksanakan. Konsep ini dipertegas oleh pendapat yang disampaikan oleh Bp. Swd yang menyatakan :

“..Perlu ada semacam ee.. semacam terobosan.. sudah saja dana itu dipakai untuk marketingnya. Jadi istilahnya perputaran uang P2KP itu ee..akan berputar apabila kita tidak memberikan ke pengrajin rajut itu uangnya. ... Jadi begini pak.. kebetulan saya ketua KSM.. saya membawahi 5 orang, dulu kita belum berfikir soal marketing.. dana itu dikasihkan 2 juta-2juta..,dan dibiarkan anggota itu bergelut (berusaha) sendiri, pas kondisi usaha yang saya bilang itu (krisis), kita tidak bisa memprediksi. Karena KSM bukan pemain spekulan ataupun pemain pialang, jadi dia tidak tau hasil rajut akan rame atau seperti sekarang.. jadi penyebabnya.., uang yang 2 juta itu satu orang dibelikan alat (mesin rajut)..sudah angsuran..sistemnya, bunga 1,5 %, dibelikan investasi, investasi perlu modal kerja berbentuk bahan..bahannya kredit.. ke tukang benang.., pas kondisi sepi..bahan belum dibayar.., karena bajunya (produk) tidak keluar (terjual), mesin buat P2KP.. Jadi permasalahannya kelompok tetap ada..Cuma yang

harus dipikirkan adalah bagaimana kelompok itu bisa menjadi.. bukan hanya sebagai gerombolan pengambil dana saja..”

Berdasarkan pendangan-pandangan tersebut, disimpulkan bahwa agar KSM yang bergerak di bidang industri rajutan dapat menjalankan peran dan fungsinya secara optimal perlu dilakukan perubahan peran dan fungsi KSM itu sendiri. Pemikiran ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pada saat ini volume produksi rajutan tidak seimbang dengan kebutuhan pasar. Kondisi ini dikhawatirkan justeru akan meningkatkan kemiskinan, bukan sebaliknya.

7.4. Program Aksi

Bagaimana rencana dan keinginan tersebut dapat terealisir, maka dalam forum FGD tersebut peneliti juga mengarahkan agar disusun suatu program aksi yang akan dilaksanakan. Dalam proses diskusi ini, peneliti hanya berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan agar materi yang dibahas tidak keluar dari topik bahasan. Sementara baik kesepakatan yang dibuat atupun keputusan yang diambil sebagai jalan keluar permasalahan yang dihadapi sepenuhnya ditentukan oleh para peserta berdasarkan hasil diskusi tersebut.

Sebagai acuan pembahasan, peneliti memberi gambaran agar dalam program aksi yang akan disusun tersebut hendaknya tahapan-tahapan kegiatan dalam program dapat mengakomodir kepentingan-kepentingan strategis lain yang kiranya dapat semakin memperkuat kelompok antara lain terkait dengan upaya :

a. Penguatan keorganisasian kelompok dengan pembentukan Struktur Organisasi, Penyusunan Uraian Tugas.

b. Pengembangan sistem jaringan, melalui pengikatan kerjasama dengan stakeholder terkait.

c. Peningkatan Kualitas Manajemen Usaha Sumber Daya Manusia. Melanjutkan usulan mengenai alternatif pemecahan masalah yang disepakati, komunitas pengrajin rajutan kokoh pada pandangan bahwa KSM rajutan yang telah ada, akan lebih efektif apabila hanya menjalankan satu peran strategis yang sangat dibutuhkan oeleh para pengrajin rajutan, yatitu sebagai agen pemasaran, sebagaimana dikemukakan oleh Bp. Swd berikut :

82

“ Ini sudah kita kelompok 1, klp 2, klp 3.. kita mah nunggu setoran saja.., dijamin kalau menurut saya itu tidak akan pernah berubah, UKM di kita tidak akan pernah berubah, ini mohon maaf saja UKM di Binong tidak akan pernah berubah. Kita disini berlimpah produk, kenapa tidak kita menggali sebagai corong market, dan itu harus bisa memberikan.. istilahnya apa..mengambil.. apa.. memasarkan produk-produk anggota KSM.. itu pertama manfaatnya aman..dana, kedua KSM pun punya tugas lain selain sebagai fasilitator dana..tapi fasilitator marketing.”

Dari penjelasan tersebut, secara teknis diharapkan agar beberapa KSM rajutan merubah perannya dari yang semula sebagai produsen rajutan menjadi agen pemasaran. Artinya mereka kalau dapat dipersamakan kurang lebih berperan sebagai pengepul hasil industri rajutan dari para pengrajin/ pengusaha rajutan dilingkungan kelurahan Binong. Melalui peran ini, diharapkan selain dapat mengurangi persaingan tidak sehat yang terjadi diantara pengrajin/ pengusaha rajutan, mereka juga dapat menjaga stabilitas harga produk rajutan dipasaran.

Secara konseptual keinginan tersebut relatif mudah diterapkan. Namun bila ditinjau dari aspek sosial psikologis manusia, penerapan program aksi tersebut sangat bergantung pada kepedulian berbagai stakeholders yang terkait dan sampai sejauh mana komitmen para pengrajin rajutan itu sendiri. Untuk kepentingan tersebut, stakeholders terkait harus dikondisikan terlebih dahulu sedemikian rupa sehingga dengan konsep program aksi tersebut mereka tidak merasa dirugikan. Demikian juga dengan para pengrajin rajutan anggota KSM yang akan beralih peran sebagai agen marketing, mereka harus dikondisikan sedemikian rupa sehingga dapat melihat kebaikan-kebaikan yang dapat mereka peroleh dari perubahan tersebut.

Terkait dengan kepedulian stakeholders, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKP) selaku sentral dalam pengelolaan anggaran program P2KP diharapkan dapat mengevaluasi kembali kebijakan pemberian bantuan yang selama ini diterapkan. Selama ini proses persetujuan pemberian bantuan P2KP dilakukan melalui analisa kebutuhan riil KSM berdasarkan aktivitas produktif yang telah dilaksanakan. Dengan perubahan peran dan fungsi KSM sebagaimana yang diformulasikan oleh masyarakat, kebijakan tersebut tidak relevan lagi. Karena sebagai pengepul, dana yang dibutuhkan oleh KSM marketing sifatnya sangat situasional, kebutuhan hanya muncul manakala terjadi ketidakseimbangan

antara produksi dengan harga pasaran. Pada saat itulah KSM marketing ini menjalankan peranya dengan membeli produk rajutan agar tidak merugikan para pengrajin. Dan untuk kepentingan tersebut, BKM harus dapat mempertimbangkan untuk tidak terlalu terikat dengan kebijakan yang selama ini diterapkan.

Selanjutnya pada saat harga dipasaran telah cukup signifikan dengan biaya produksi, barulah produk yang berada di KSM dipasarkan. Hasil pemasaran ini selanjutnya dikembalikan kepada BKM dengan ketentuan kompensasi bunga pinjaman yang sama, yaitu 1,5%. Sehingga dengan mekanisme tersebut tidak mengganggu kepentingan-kepentingan lain terkait dengan dana P2KP. Dana tersebut tetap dapat bergulir kepada kelompok masyarakat lainnya. Hal ini didukung pernyataan Bp. Swd, dimana dinyatakan :

“ Jadi menurut saya kalau 10 juta itu untuk perkelompok 5 orang.. sudah saja 10 juta itu digunakan untuk dana talangan. Kelompok 5 orang itu punya produk apa, beli produknya. Sebelum Tanah Abang (Pembeli) mengirim (membayar) karena masih sepi (pemasaran) .., upah karyawan yang harus dibayar berapa ? 1 juta 1 orang ? talangi dengan dana itu, apa bila tranfer dari jakarta masuk.. simpan lagi .. bunganya perhari.. sesuai kebutuhan... “

Menindaklanjuti hasil diskusi tersebut, disimpulkan bahwa guna memberdayakan KSM pengrajin rajutan diperlukan langkah-langkah kongkrit sesuai dengan keinginan masyarakat. Dan dari hasil diskusi juga dapat dirumuskan beberapa tindakan yang akan dilaksanakan dalam mewujudkan program aksi sebagaimana yang diinginkan masyarakat, antara lain :

1. Memperkuat peran dan fungsi KSM melalui kegiatan : a. Memformulasikan struktur organisasi kelompok.

b. Melakukan reorientasi kelompok. (terkait perubahan peran yang diharapkan)

c. Merumuskan aturan dan sanksi dalam KSM.

d. Meningkatkan kapasitas dan kualitas SDM melalui kegiatan ;

- Pemberian pemahaman kepada anggota tentang peran dan strategi kelompok.

- Melaksanakan pelatihan teknis produksi, manajemen usaha, administrasi organisasi dan pemasaran.

84

e. Meningkatkan peran pendamping kelompok melalui pertemuan rutin sebagai upaya meningkatkan motivasi kelompok.

Para pelaku kegiatan ini terdiri dari pengurus dan anggota KSM, BKM, dan relawan pedamping/ fasilitator.

2. Merevisi kebijakan P2KP melalui BKM terkait dengan mekanisme seleksi penyaluran dana bantuan dengan :

a. Membangun sinergi antara KSM dengan BKP dalam bentuk kesepakatan, khususnya terkait dengan KSM marketing.

b. Merumuskan konsep peran pemerintah (kelurahan,kecamatan dan kota) dan organisasi sosial di kelurahan Binong (LPM/LSM); terkait dengan program P2KP.

c. Merancang produksi bersama yang saling melengkapi. d. Menciptakan jaringan pada organisasi lokal.

Para pelaku kegiatan ini terdiri dari para pengrajin rajutan yang tergabung dalam KSM, BKM, LKM, Instansi terkait, Fasilitator, LSM dan relawan pendamping.

Keseluruhan kegiatan dalam rancangan program aksi yang disusun bisa dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12.

Rancangan Kegiatan dalam Program Pemberdayaan Pengrajin Rajutan Melalui Penguatan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Bagi Pengembangan Aktivitas Ekonomi Masyarakat

Program Tujuan Langkah-langkah

Kegiatan Indikator Kinerja Pelaksana

Penanggung Jawab

Kegiatan Sumber Dana Waktu

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia.

Meningkatkan pengetahuan teknis dan daya saing anggota

- Melaksanakan / mengikut sertakan para pengrajin dalam pelatihan teknis produksi baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, LSK kaupun dengan menghadirkan tenaga ahli.

Anggota KSM memiliki:

- Kemampuan mengelola

usaha dan keahlian untuk mengembangkan variasi hasil produksi.

- Kemampuan komnikasi

bisnis dalam upaya mengembangkan akses pemasaran. - Pengrajin - Instansi pemerintah terkait al ; Disnaker, Dinas Perindag, Dep Kop. - Fasilitator. - Pemerintah (Kelurahan) - Badan Keswadeayaan Masyarakat. - Instansi terkait. - Pengurus KSM. - Instansi terkait. - LSM 2 s/d 3 bulan Pengembangan Kelompok Melakukan

Reorientasi peran dan fungsi KSM .

- Menetapkan struktur

organisasi kelompok.

- Merumuskan pembagian tugas yang jelas sebagai pencerminan kebersamaan menuju kemandirian.

- Memperkuat ikatan sosialantar KSM secara informal. - Penataan Manajemen Kelompok - Mengupayakan revisi kebijakan mekanisme penyaluran bantuan P2KP. - Terbentuknya struktur organisasi kelompok. - Adanya pembagian tugas

yang jelas diantara anggota-anggota KSM.

- Terselenggaranya forum-forum pertemuan antar KSM yang bersifat informal. - Meningkatkan motivasi dan

kualitas kerjasama dalam kelompok.

- Adanya kemudahan

pengajuan permohonan bantuan dari program P2KP.

- Pengurus dan anggota KSM. - Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). - Pengurus KSM. - Pemerintah (Kelurahan) - Badan Keswadeayaan Masyarakat. - Kelompok (KSM) - Swadaya 1 Bulan Penataan Proses Produksi Menciptakan dan menjamin adanya keseimbangan antara produksi dan kebutuhan pasar - Menyusun perencanaan

proses produksi dengan mempertimbangakan aspek sosial yang berkembang, misalnya hari-hari besar keagamaan dsb.

- Melakukan loby-loby dan

- Tersusunnyan jadwal

produksi.

- Meningkatnya sistem

perputaran barang dan biaya. - Terjalinya kerjasama dengan agen-agen - Pengurus KSM - Instansi pemerintah terkait, al ; DisPerindag dan PD. Pasar - Pengurus KSM Kelompok (KSM) 2-6 bulan

86

Program Tujuan Langkah-langkah

Kegiatan Indikator Kinerja Pelaksana

Penanggung Jawab

Kegiatan Sumber Dana Waktu

komunikasi dengan pasar/

pengelola guna

mengembangakan jaringan pemasaran.

penjualan.

- Meningkatnya proses

revolving biaya produksi dan pengembalian pinjaman. Meningkatkan akses permodalan Membangun sinergi antara KSM dengan kelembagaan keuangan formal dan lembaga keuangan mikro lainnya.

- Melakukan

pendekatan-pendekatan kepada lembaga-lembaga keuangan formal dan informal.

- Membuat konsep kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan formal dan informal.

- Terjalinnya hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan formal dan informal. - Pengurus KSM - Instansi pemerintah terkait, al ;