• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.4 Manfaat Penelitian

2.1.8 Performansi Guru

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal pada umumnya, karena guru sering dijadikan teladan. Karena guru berperan penting dalam setiap proses pembelajaran. Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan (Sardiman 2011: 125). Oleh karena itu guru merupakan unsur di bidang pendidikan yang harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

Pada diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki kinerja tersendiri untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Menurut Mangkunegara (2001) dalam Wahyudi (2012: 128) performansi atau kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnya kinerja pekerja berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang diterapkan oleh lembaga atau organisasi tempat mereka bekerja.

Menurut Suharsaputra (2013) kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seorang pegawai untuk memperoleh hasil kerja yang optimal. Dengan demikian istilah kinerja mempunyai pengertian akan adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang dalam

melaksanakan aktivitas tertentu. Kinerja seseorang akan nampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari.

Kinerja guru adalah hasil kerja nyata secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya yang meliputi menyusun program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan evaluasi dan analisis evaluasi (Wahyudi 2012: 128). Ukuran kinerja guru dapat dilihat dari rasa tanggung jawabnya melaksanakan tugas, amanah, dan profesi yang diembannya, serta tanggung jawab moral yang dipikulnya.

Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan atau pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah. Guru bertugas sebagai fasilitator, motivator sekaligus sebagai salah satu sumber belajar di dalam kelas.

Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kompetensi kualifikasi akademik dan profesionalisme guru menyebutkan bahwa seorang guru harus memiliki empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi : (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; (2) Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik;

(3) Mengembangkan kurikulum yang terkait mata pelajaran yang diampu; (4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; (5) Memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran; (6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik; (7) Berkomunikasi efektif, empatik, dan santun ke peserta didik; (8) Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar. Sedangkan kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang berkaitan dengan performansi pribadi seorang pendidik, seperti: (1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; (2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; (4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri; (5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Selanjutnya ialah kompetensi sosial. Kompetensi sosial merupakan kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali siswa, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional ialah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing dan mendidik siswa dalam memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam standar nasional.

Sehubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar siswa, DeCecco dan Grawford (1974) mengajukan 4 fungsi pengajar (Slameto 2010: 175-176) : (1) Menggairahkan siswa. Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari pengajar harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan;

(2) Memberikan harapan realistis. Pengajar perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis siswa pada masa lalu, agar pengajar dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis, maupun terlalu optimis; (3) Memberikan insentif. Bila siswa mengalami keberhasilan, pengajar diharapkan memberi hadiah pada siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan lain sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran; (4) Mengarahkan. Pengajar harus mengarahkan tingkah laku siswa, dengan cara menunjukkan pada siswa hal-hal yang dilakukan secara tidak benar dan meminta pada mereka melakukan sebaik-baiknya.

Performansi guru dalam pembelajaran berpengaruh pada pemahaman konsep dan hasil belajar siswa. Jika guru mempersiapkan perencanaan pembelajaran secara matang membuat siswa turut aktif dan memahami pembelajaran. Seorang guru harus dapat menentukan metode, media, bahan, dan evaluasi pembelajaran yang tepat bagi siswa. Hasil belajar siswa akan menjadi rendah apabila guru tidak dapat mengelola pembelajaran dengan baik, mengingat guru merupakan orang yang bercampur tangan langsung dalam pembelajaran. 2.1.9 Model pembelajaran

Proses belajar mengajar yang dilakukan guru memerlukan metode yang tepat dalam mencapai tujuan proses belajar mengajar. Agar tujuan dalam proses belajar bisa tercapai secara efektif dan efisien, kemampuan dalam menguasi materi tidaklah mencukupi. Disamping penguasaaan materi, guru juga harus memiliki kemampuan untuk mengolah proses belajar mengajar dengan baik, yaitu

melalui pemilihan metode penyampaian materi serta model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar sesuai dengan materi yang diajarkan dan juga kemampuan siswa dalam menerima materi. Sehingga guru dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan secara maksimal.

Isjoni (2012: 45) menyatakan model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Dalam hal ini model pembelajaran dikembangkan dengan tujuan utama berawal dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Karena siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaan-kebiasaan, kebiasaan belajar yang bervariasi antara individu satu dengan individu yang lain. Mills dalam Suprijono (2012: 45) berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Dalam hal ini berarti model pembelajaran dikembangkan dari adanya suatu kenyataan atau fakta di lapangan, kemudian dibentuk model pembelajaran yang dapat menggambarkan keadaan tersebut.

Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas (Suprijono 2012: 46). Senada dengan pendapat tersebut Joyce dan Weil dalam Rusman (2010: 133) menyatakan model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan

membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, dalam arti pendidik dapat meilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Model pembelajaran dapat dikatakan sebagi pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada guru. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanaakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono 2010: 47). Arends dalam Suprijono (2012: 46) menyatakan model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Dalam hal ini model-model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan oleh guru hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki secara optimal.

Aunurrahman (2011: 141), menyatakan “… pengembangan berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung”. Oleh sebab itu seorang guru dalam menentukan model-model pembelajaran yang akan dikembangkan harus mengenal baik siswanya. Baik dalam hal keragaman kemampuan, motivasi belajar siswa, minat mengikuti pelajaran serta karakteristik pribadinya. Diharapkan dengan melakukan inovasi

penggunaan model-model pembelajaran, siswa akan senang belajar di sekolah dan tujuan pembelajaran dapat tecapai dengan baik. Hal ini dapat dikatakan bahwa model pembelajaran sebagai faktor motivasi eksternal.

Beberapa pendapat mengenai model pembelajaran, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan pola pengajaran yang dilakuakan oleh pendidik kepada peserta didik, dalam rangka melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta berdasarkan pada tujuan pendidikan tertentu. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi juga sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar

Dokumen terkait