• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.12 Perhitungan Laju Korosi

Perhitungan laju korosi dilakukan untuk mengetahui laju korosi dari spesimen uji setiap bulannya. Perhitungan laju korosi disini dilakukan juga untuk membandingkan laju korosi spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas dan spesimen baja S45C dengan perlakuan quenching tempering 600º C.

Langkah pengujian laju korosi:

1. Spesimen yang telah diambil dari pantai ditimbang terlebih dahulu menggunakan timbangan, untuk mengetahui pertambahan beratnya.

Gambar 3.28 Spesimen ditimbang untuk mengetahui berat kotor

2. Spesimen dibersihkan dari terak korosi, setelah itu direndam dengan accu zurr supaya spesimen benar-benar bersih dari korosi.

Gambar 3.29 Spesimen dibersihkan dengan accu zurr

3. Membersihkan spesimen, kemudian ditimbang kembali untuk mendapatkan berat bersih dari spesimen tersebut.

Gambar 3.30 Spesimen ditimbang untuk mencari berat bersih

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang diambil dalam tugas akhir ini meliputi data uji komposisi, uji tarik, uji impek, dan data laju korosi. Setelah memperoleh data, data selanjuatnya akan diolah dan dibahas untuk membandingkan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas dan spesimen baja S45C dengan perlakuan panas quenching tempering 600ºC.

4.1 Hasil Uji Komposisi

Hasil yang diperoleh dari uji komposisi yang dilakukan di PT. ITOKOH CEPERINDO menunjukkan bahwa bahan spesimen S45C mengandung:

Tabel 4.1 Uji Komposisi spesimen.

Fe C Si Cr Mn Cu

98,4022 0,4726 0,2289 0,0167 0,6945 0,0297

Masih banyak unsur lain yang terdapat dalam bahan spesimen S45C, yang berdasarkan prosentasenya dapat diabaikan. Untuk lebih jelasnya hasil dari uji komposisi disajikan dalam lampiran.

4.2 Pengujian Tarik

Pengujian tarik dilakukan pada spesimen baja S45C dengan fariasi spesimen baja S45C tidak terkorosi, baja S45C terkorosi 45 hari, baja S45C terkorosi 90 hari dan spesimen baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C tidak terkorosi, spesimen baja S45C dengan perlakuan panas tempering terkorosi 45 hari dan spesimen baja S45C dengan perlakuan panas tempering terkorosi 90 hari. Pengujian dilakukan di Laboratorium Logam Universita Sanata Dharma Yogyakarta yang memiliki kapasitas 5000 kg (5 ton).

Hasil pengujian tarik pada spesimen uji awal dan yang sudah mengalami korosi di lingkungan pantai dalam waktu 0 hari, 45 hari, dan 90 hari disajikan dalam Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.

1. Data uji Tarik disajikan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3

Untuk perhitunga Kekuatan Tarik /Tensile Strength pada Tabel 4.2 dan 4.3 diperoleh dari persaman (2-2):

𝑈𝑇𝑆 = 𝐹𝑚𝑎𝑥

Tabel 4.2 Tabel data uji Tarik spesimen polos tanpa perlakuan tempering 600º C

Nama Spesimen D

Rata-rata 2396,482 77,857 15,05

P6

Rata-rata 2191,912 70,298 14,09

Tabel 4.3 Tabel data uji Tarik spesimen dengan perlakuan tempering 600º C

2. Kekuatan Tarik /Ultimate Tensile Strength (UTS)

Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji Tarik, pada Tabel 4.2 dan 4.3 akan disajikan dalam bentuk grafik. Grafik UTS spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas disajikan pada Gambar 4.1. Grafik UTS spesimen baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C disajikan pada Gambar 4.2. Grafik perbandingan UTS spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen

baja S45C yang mengalami perlakuan panas tempering 600º C disajikan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.1 Grafik Kekuatan Tarik Spesimen Baja S45C Tanpa Perlakuan Panas

Gambar 4.2 Grafik Kekuatan Tarik Spesimen Baja S45C Dengan Perlakuan Panas Quenching Tempering 600º C

Gambar 4.3 Grafik perbandingan kekuatan tarik spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen baja S45C mengalami perlakuan Quenching

Tempering 600º C

Dari Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Gambar 4.3 nampak bahwa kekuatan tarik setiap spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas maupun spesimen baja S45C dengan perlakuan panas quenching tempering 600º C mengalami penurunan yang sangat signifikan.

Gambar 4.1 menunjukan kekuatan tarik pada spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas mengalami penurunan. Rata-rata awal kekuatan tarik spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas sebesar 77,857 kg/mm². Rata-rata kekuatan tarik pada 45 hari di pantai sebesar 76,372 kg/mm². Sedangkan pada 90 hari terkorosi di pantai spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas mengalami penurunan kekuatan tarik yang signifikan dibandingkan dengan 0 hari dan 45 hari sebesar 70,298 kg/mm².

Gambar 4.2 menunjukan kekuatan tarik pada spesimen baja S45C dengan perlakuan panas quenching tempering 600º C mengalami penurunan. biasa dilihat pada spesimen T11 sampai T15. Pada spesimen T11 memiliki kekuatan tarik sebesar 66,7 kg/mm², spesimen T12 memiliki kekuatan tarik sebesar 71,47

77.857 76.327

kg/mm², spesimen T13 memiliki kekuatan tarik sebesar 71,74 kg/mm², spesimen sehingga diameter uji spesimen semakin berkurang dan terjadi ketidak rataan pada permukaan spesimen dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.3 menunjukan bahwa kekuatan tarik spesimen tempering lebih tinggi di bandingkan dengan spesimen polos dikarenakan spesimen sebelum mendapatkan perlakuan tempering mengalami peningkatan nilai kekuatan tarik dalam proses metode perlakuan quenching setelah itu mendapatkan perlakuan tempering 600º C untuk meningkatkan daya keuletan yang besar dan sekaligus menurunkan sedikit kekuatan tariknya dengan metode tempering suhu 600° C, penurunan kekuatan tarik dengan tempering suhu 600° C tidak terlalu banyak mengurangi kekuatan tarik setelah terkena perlakuan quenching oleh karena itu kekuatan tarik atara spesimen uji tanpa perlakuan panas dengan spesimen tempering mempunyai selisih kekuatan tarik yang signifikan.

3. Regangan/Elongation (Ԑ)

Untuk hasil Elongation uji Tarik, pada Tabel 4.2 dan 4.3 akan disajikan dalam bentuk grafik. Grafik regangan spesimen polos tanpa perlakuan tempering 600º C Gambar 4.4. Grafik regangan spesimen polos dengan perlakuan tempering 600º disajikan pada Gambar 4.5. Grafik perbandingan regangan spesimen polos tanpa perlakuan tempering 600º C dengan spesimen dengan perlakuan tempering 600º C disajikan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.4 Grafik regangan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas

Gambar 4.5 Grafik regangan spesimen baja S45C dengan perlakuan quenching tempering 600ºC

Gambar 4.6 Grafik perbandingan regangan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas yengan spesimen baja S45C mengalami perlakuan quenching tempering

600º C

Dari Gambar 4.6 tampak bahwa Spesimen uji baja S45C dengan perlakuan quenching tempering 600º C mempunyai elongation yang lebih rendah dibandingkan dengan spesimen uji tanpa perlakuan panas. Spesimen uji baja S45C dengan perlakuan panas quenching tempering 600º C sebelum terkorosi mempunyai rata-rata elongation sebesar 14,82%. Setelah terkorosi selama 45 hari mengalami penurunan menjadi 13,74%. Setelah terkorosi 90 hari mengalami penuruna yaitu sebesar 13,16%. Spesimen tanpa perlakuan sebelum terkorosi mempunyai rata-rata elongation sebesar 15,05%, setelah terkorosi 45 hari spesimen uji mengalami penurunan menjadi 14,13%, dan setelah mengalami korosi selama 90 hari mengalami penurunan menjadi 14,09%.

Elongation pada spesimen uji dengan perlakuan panas tempering maupun spesimen uji tanpa perlakuan panas mengalami penurunan setiap waktu kontaknya dengan lingkungan pantai. Penurunan elongasi pada kedua sesimen uji tersebut disebabkan oleh korosi yang menyerang permukaan spesimen uji sehingga spesimen menjadi semakin kasar dan berkurang kualitas spesimen baja S45C.

15.05

Permukaan spesimen uji tarik yang nampak semakin kasar akibat korosi dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Spesimen uji tarik baja S45C mengalami peningkatan kekasaran

4.3 Pengujian Impak

Pengujian Impak dilakukan untuk mengetahui keuletan sebuah material S45C terhadap beban kejut/dinamik. Pengujian ini menggunakan 5 spesimen pada tiap fariasinya, pengujian dilakukan di Laboratorium Logam Institut Sains

& Teknologi AKPRIND Yogyakartayang memiliki kapasitas 30,000 kg.

Hasil pengujian Impak pada spesimen uji awal dan yang sudah mengalami korosi di lingkungan pantai dalam waktu 0 hari, 45 hari, dan 90 hari disajikan dalam Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.

1. Data uji Tarik disajikan pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5

Perhitunga Harga Keuletan pada Tabel 4.4 dan 4.5 diperoleh dari Persaman (2-5):

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑢𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛 =

𝑊

𝐴

joule/𝑚𝑚

2

Tabel 4.4 Tabel data uji Impak spesimen tanpa perlakuan tempering 600º C

Rata-rata 47,5126 0,5938

P6

Rata-rata 46,1312 0,5764

P11

Rata-rata 43,0534 0,5380

Tabel 4.5 Tabel data uji Impak spesimen dengan perlakuan tempering 600º C

Rata-rata 105,4572 1,3182

T6

Rata-rata 99,4852 1,2440

T11

Rata-rata 87,8418 1,0982

2. Harga Keuletan

Untuk lebih jelasnya untuk hasil harga keuletan pada Tebel 4.4 dan Tabel 4.5 akan disajikan dalam bentuk grafik. Grafik harga keuletan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas akan disajikan pada Gambar 4.8. Grafik harga keuletan spesimen baja S45C dengan perlakuan tempering 600º C disajikan pada Gambar 4.9. Grafik perbandingan harga keuletan spesimen uji tanpa perlakuan panas dengan spesimen uji mengalami perlakuan tempering 600º C disajikan pada Gambar 4.10.

Gambar 4.8 Grafik harga keuletan spesimen baja S45C tanpa perlakuan tempering 600º C

Gambar 4.9 Grafik harga keuletan spesimen baja S45C dengan perlakuan tempering 600º C

Gambar 4.10 Grafik perbandingan harga keuletan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen uji mengalami perlakuan tempering 600º C

Dari Gambar 4.8, Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 menunjukan bahwa penurunan harga keuletan yang dialami spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas lebih rendah dari pada spesimen baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C. Rata-rata awal harga keuletan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas sebesar 0,5938 J/mm2. Rata-rata harga keuletan pada 45 hari sebesar 0,5764 J/mm2 dan rata-rata harga kueletan pada 90 hari mengalami penurunan yang signifikan sebesar 0,538 J/mm2.

Pada Spesimen baja S45C dengan perlakuan tempering 600º C diketahui harga keuletan juga mengalami penurunan, penurunan yang signifikan terjadi pada 90 hari. Rata-rata awal harga keuletan spesimen baja S45C dengan perlakuan tempering 600º C sebesar 1,3182 J/mm2. Rata-rata harga keuletan pada 45 hari sebesar 1,2440 J/mm2 dan pada 90 hari mengalami penuruan harga keuletan sebesar 1,0982 J/mm2

Gambar 4.10 diketahui bahwa spesimen uji dengan perlakuan panas tempering 600º C lebih ulet dari pada spesimen tanpa perlakuan panas karena spesimen baja S45C tempering sebelumnya telah mengalami peningkatan

0.5938 0.5764 0.5380

kekuatan dengan cara metode quenching sebelum akhirnya diturunkan sedikit kekuatannya dengan metode tempering 600º C. Semakin tinggi suhu tempering pada spesimen uji maka akan semakin ulet sifatnya dan pengecilan diameter serta meningkatnya kekasaran dari spesimen uji akibat terkorosi setiap bulannya dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Spesimen Uji Impak baja S45C mengalami peningkatan kekasaran 4.4 Perhitungan Laju Korosi Pengujian Tarik Dan Impak

Laju korosi digunakan untuk mengetahui kecepatam spesimen uji terkorosi pada setiap bulannya. Perhitungan laju korosi juga untuk membandingkan laju korosi antara spesimen uji polos dan spesimen uji dengan perlakuan tempering.

1. Data perhitungan laju korosi disajikan pada Tabel 4.6, Tabel 4.7, Tabel 4.8 dan Tabel 4.9

Perhitungan laju korosi dilakukan dengan mdd (milligrams/decimeter/day), yang diperoleh daripersamaan (2-1):

Tabel 4.6 Data laju korosi spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas

Tabel 4.7 Data laju korosi spesimen uji tarik baja S45C dengan pelakuan

Tabel 4.8 Data laju korosi spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas

Tabel 4.9 Data laju korosi spesimen uji impak baja S45C dengan perlakuan

2. Grafik dan Pembahasan

Berdasarkan Tabel 4.6, Tabel 4.7, Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 akan disajikan pada Gambar 4.12 Grafik laju korosi spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas. Gambar 4.13 Grafik laju korosi spesimen uji tarik baja S45C dengan perlakuan tempering 600º C, Gambar 4.14 Grafik perbandingan laju korosi spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen uji tarik baja S45C mengalami perlakuan tempering 600º C, Gambar 4.15 Grafik laju korosi spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas, Gambar 4.16 Grafik laju korosi spesimen uji impak baja S454C dengan perlakuan tempering 600º, Gambar 4.17 Grafik perbandingan laju korosi spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen uji impak baja S45C mengalami perlakuan tempering 600º C.

Gambar 4.12 Grafik Laju Korosi Spesimen Uji Tarik Baja S45C Tanpa Perlakuan Panas

Gambar 4.13 Grafik laju korosi spesimen uji tarik baja S45C dengan perlakuan temperiang 600º C

Gambar 4.14 perbandingan laju korosi spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen uji tarik baja S45C mengalami perlakuan

tempering 600º C

Gambar 4.15 Grafik laju korosi spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas

Gambar 4.16 Grafik laju korosi spesimen uji impak baja S454C dengan perlakuan tempering 600º C

Gambar 4.17 perbandingan laju korosi spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen uji impak baja S45C mengalami perlakuan

tempering 600º C

Dari Tabel 4.6 untuk data laju korosi spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas dan Tabel 4.7 untuk spesimen uji tarik baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C, terlihat nilai laju korosi sama-sama mengalami peningkatan nilai laju korosi kecuali pada 0 hari, pada 45 hari spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas mengalami kenaikan rata-rata sebesar 158,64 mdd dan pada 90 hari mengalami kenaikan yang signifikan rata-rata sebesar 190,28 mdd.

Pada Spesimen uji tarik dengan pelakuan panas tempering 600º C mengalami kenaikan pada 45 hari mengalami kenaikan laju korosi rata-rata sebesar 76,07 mdd. Sedangkan pada 90 hari mengalami kenaikan yang sangat signifikan rata-rata sebesar 91,33 mdd.

Tabel 4.8 menunjukan data laju korosi spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas dan Tabel 4.9 untuk spesimen uji impak baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C juga mengalami peningkatan nilai laju korosi pada 45 hari spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas mengalami

kenaikan rata-rata sebesar 110,18 mdd. Sedangkan pada 90 hari mengalami kenaikan yang signifikan rata-rata sebesar 145,66 mdd. Sedangkan spesimen uji impak baja S45C dengan pelakuan tempering 600º C mengalami kenaikan pada 45 hari mengalami kenaikan laju korosi rata-rata sebesar 52,29 mdd. Sedangkan pada 90 hari mengalami kenaikan yang sangat signifikan rata-rata sebesar 66,76 mdd.

Gambar 4.14 dan Gambar 4.17 menunjukkan bahwa nilai laju korosi terendah ada pada spesimen baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600°C di bandingkan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas. Menurut Hadi Perdana dkk dari Jurnal Metalurgi 2017 menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu tempering yang digunakan maka laju korosi yang dihasilkan akan semakin rendah karena peningkatan suhu tempering dapat menurunkan tegangan sisa dan ketahanan korosi akan meningkat.Sedangkan menurut Sotya anggoro dari Jurnal Engine menyimpulkan jika heat treatment yang dilakukan pada baja dapat mengurangi tegangan sisa pada baja yang diakibatkan oleh proses quenching dan dapat mempengaruhi laju korosi yang terjadi dengan berubahnya struktur mikro dari logam. Sebelum proses tempering, baja mengandung satu fasa yang dominan yaitu fasa martensit yang mempunyai struktur tetragonal pemusatan ruang.

Kemudian saat proses tempering martensit akan bertransformasi menjadi ferit (α) dan karbida karena akibat dari pendinginan yang cukup lama karena menggunakan media udara sebagai pendinginnya. Pada saat penemperan pada suhu yang tinggi karbida-karbida yang tersebar akan mengumpul kembali, hal ini membuat jumlah batas butir dari ferit dan karbida akan berkurang yang otomatis laju korosinya juga akan berkurang hal itu mengakibatkan ketahanan baja terhadap serangan korosi.

75 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian, pengujian, dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Spesimen uji tarik baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C mengalami kenaikan kekuatan tarik pada setiap pengujian dibandingkan spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas. Kekuatan tarik pada 0 hari spesimen baja S45C dengan perlakuan tempering 600º C adalah 83,82 kgf/mm2, pada 45 hari adalah 83,80 kgf/mm2 dan pada 90 hari adalah 74,35 kgf/mm2. Sedangkan untuk spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas pada 0 hari adalah 77,857 kgf/mm², pada 45 adalah 76,327 kgf/mm² dan pada 90 hari terkorosi adalah 70,298 kgf/mm2.

2. Perlakuan tempering pada baja S45C meningkatkan harga keuletan pada setiap pengujian dibandingan Spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas.

Harga keuletan spesimen uji impak baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C pada 0 hari adalah 1,3182 J/mm2 sedangkan pada 45 hari adalah 1,2440 J/mm2 dan untuk 90 hari terkorosi adalah 1,0982 J/mm2 dibandingkan dengan harga keuletan spesimen uji impak Baja S45C tanpa perlakuan panas pada 0 hari adalah 0,5938 J/mm2 sedangkan untuk 45 hari adalah 0,5764 J/mm2 dan untuk 90 hari terkorosi adalah 0,5380 J/mm2. 3. Perlakuan tempering menyebabkan laju korosi pada spesimen baja S45C

dengan perlakuan panas tempering 600º C lebih rendah dibanding spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas. Perbandingan rata-rata pada 45 hari laju korosi spesimen uji tarik baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C sebesar 76,07 mdd sedangkan pada 90 hari sebesar 91,33 mdd dan untuk spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas pada 45 hari sebesar 158,64 mdd dan 90 sebesar 190,28 mdd. Dan pada pengujian impak perbandingan laju korosi rata-rata pada 45 hari laju korosi spesimen uji impak baja S45C dengan perlakuan panas tempering

600º C sebesar 52,29 mdd dan untuk 90 hari sebesar 66,76 mdd sedangkan pada 45 hari spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas sebesar 110,18 mdd dan untuk 90 hari sebesar 145,66 mdd.

5.2 Saran

Setelah melakukan proses penelitian dan pengambilan data penulis masih banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu agar penelitian-penelitian berikutnya mendapatkan hasil yang lebih baik, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini memerlukan waktu penelitian selama 3 bulan.

Berikutnya dapat dijadikan topik penelitian lebih lanjut dengan waktu kontak terhadap lingkungan pantai yang lebih lama.

2. Dalam penelitian ini dilakukan penempatan spesimen dengan jarak 100 meter dari bibir pantai. Berikutnya dapat dijadikan topik penelitian lebih lanjut dengan jarak lebih jauh dari bibir pantai.

3. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni saat musim hujan.

Berikutnya dapat dijadikan judul topik penelitian lebih lanjut saat musim kemarau.

4. Dapat dijadikan topik penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh bentuk spesimen terhadap korosi.

77

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Syarief

.

Uji Kekerasan Baja Konstruksi St-42 Pada Proses Heat Treatment. INFO TEKNIK Volume 7 No. 1, Juli 2006.

ASTM A 370-08a. 2008. Standard Test Method and Definitions for Mechanical Testing of Steel Products. ASTM International.

Budi Syahri, dkk, Analisis Kekerasan Baja Assab 705 Yang Diberi Perlakuan Panas Hardening Dan Media Pendingin; INVOTEK: Jurnal Inovasi, Vokasional dan Teknologi, Vol. 17 No. 1, April 2017.

Budiman, H. 2016. Analisis Pengujian Tarik (Tensile Test) Pada Baja St37 Dengan Alat Bantu Ukur Load Cell. Jurnal J-Ensitec: Vol 03|No. 01, November 2016.

Christiyanto, S.T.D. 2017. Pengaruh Lingkungan Pantai Terhadap Laju Korosi Dan Sifat Mekanik Pada Baja Karbon Sedang Dengan Perlakuan Panas Quenching Dan Normalizing. Skripsi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Calister, William. 2007. Material Science and Engineering An Introduction. New York:

John Wiley & Sons, Inc.

Diater, G, E. 1993. Metalurgi Mekanik. Jilid 1 dan 2, edisi ketiga, alih bahasa oleh Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta.

Edi Widodo, dan Miftahul Huda. Optimasi Holding Time untuk Mendapatkan Kekerasan Baja S45C; R.E.M. (Rekayasa, Energi, Manufaktur) Jurnal Vol. 1. No.1. 2016.

Gunawan Dwi Haryadi. 2006. Pengaruh Suhu Tempering Terhadap Kekerasan, Kekuatan Tarik Dan Struktur Mikro Pada Baja K-460. Jurnal ROTASI – Volume 8 Nomor 2 April 2006

Hadi Perdana, dkk. 2017. Pengaruh Suhu Dan Waktu Tempering Terhadapkekerasan, Struktur Mikro, Dan Laju Korosi Baja Tahan Karat Martensitik 13cr3mo3ni, Teknik Metalurgi. FT. UNTIRTA, Jl. Jenderal Sudirman Km 03 Cilegon, Banten 42435 Indonesia.

Handoyo, Y. 2013. Perancangan Alat Uji Impak Metode Charpy Kapasitas 100 Joule. Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 1, No. 2, Agustus 2013, Universitas Islam 45, Bekasi.

JIS Z 2202. 1973 JIS Hand Book Non- Ferrous Metals and Metallurgy, Jepanese Standards Association.

Murtiono, A. 2012. Pengaruh quenching dan tempering terhadap kekerasan dan kekuatan tarik serta struktur mikro baja karbon sedang untuk mata pisau pemanen sawit. Jurnal e-Dinamis, Volume II, Sumatera Utara.

Mulyadi dan Sunitra, E. 2010. Kajian perubahan Kekerasan dan Difusi Karboon Sebagai Akibat dari Proses karburisasi dan Proses Quenching pada Material Gigi Perontok Power Thresher. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 7.

No.1. Hal 33-49.

R Kumar. R K Behera. S Sen., 2015, Effect Of Tempering Temperature And Time On Strength And Hardness Of Ductile Cast Iron, Iop Conference Series:

Materials Science And Engineering.

Sheng-Guan Qu. Ya-Long Zhang. Fu-Qiang Lai and Xiao-Qiang Li., 2018, Effect of Tempering Temperatures on Tensile Properties and Rotary Bending Fatigue Behaviors of 17Cr2Ni2MoVNb Steel, School of Mechanical and Automotive Engineering, South China University of Technology, Guangzhou China, Multidisciplinary Digital Publishing Institute (MDPI) International Journal.

Setyahandana, B., Materi Kuliah Bahan Teknik Manufaktur, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Siska Prifiharni, Moch. Syaiful Anwar1, dan Efendi Mabruri., 2016, Pengaruh Perlakuan Panas terhadap Struktur Mikro dan Ketahanan Korosi Baja Tahan Karat Martensitik 13Cr-1Mo, Widyariset | Vol. 2 No. 1 (2016) Hlm. 9 – 16.

Sotya, A. 2017. Pengaruh Perlakuan Panas Quenching Dan Tempering Terhadap Laju Korosi Pada Baja Aisi 420. Jurnal ENGINE Vol,1 No,2. Nopember 2017, pp no 19-29.

Suprianto, D. 2017. Pengaruh Variasi Temperatur Pada Proses Hardening Terhadap Kekerasan, Struktur Micro Baja Aisi 1025 Dengan Media Pendingin. Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Tekhnik Harapan Medan.

Syaefudin. 2001. Pengerasan Baja Karbon Rendah dengan Metode Nitridasi dan Quenching. Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang.

Tri Karyono, Budianto, dan Reza Gadis Pamungkas. Analisis Teknik Pencegahan Korosi Pada Lambung Kapal Dengan Variasi Sistem Pencegahan Iccp Dibandingkan Dengan Sacp; Jurnal Pendidikan Profesional, Volume 6, No. 1, April 2017.

Utomo, B. 2009. Jenis Korosi Dan Penanggulangannya. Jurnal KAPAL, Vol. 6, No.2, Juni 2009

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengujian Komposisi

Lampiran 2. Grafik Uji Tarik tanpa perlakuan panas dan Quenching Tempering 600ᵒ C

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 0 Bulan (P1)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 0 Bulan (P2)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 0 Bulan (P3)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 0 Bulan (P4)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 0 Bulan (P5)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 1½ Bulan (P6)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 1½ Bulan (P7)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 1½ Bulan (P8)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 1½ Bulan (P9)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 1½ Bulan (P10)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 3 Bulan (P11)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 3 Bulan (P12)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 3 Bulan (P13)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 3 Bulan (P14)

Benda Uji Tanpa Perlakuan Panas 3 Bulan (P15)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 0 Bulan (T1)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 0 Bulan (T2)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 0 Bulan (T3)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 0 Bulan (T4)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 0 Bulan (T5)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 1½ Bulan (T6)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 1½ Bulan (T7)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 1½ Bulan (T8)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 1½ Bulan (T9)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 1½ Bulan (T10)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 3 Bulan (T11)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 3 Bulan (T12)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 3 Bulan (T13)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 3 Bulan (T14)

Benda Uji Quenching Tempering 600ᵒ C 3 Bulan (T15)

Lampiran 2. Data Uji Impak Tanpa Perlakuan Panas dan Quenching Tempering 600ᵒ C

Data Uji Impak Tanpa Perlakuan Panas

Data Uji Impak Quenching Tempering 600ᵒ C