• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Proses Perlakuan Panas

Perlakuan panas (heat treathmen) pada baja digunakan untuk memodifikasi struktur mikro pada baja sehingga dapat mengubah karakteristik mekanik baja. Perubahan struktur mikro baja dengan perlakuan panas sangat bergantung pada proses pemanasan dengan suhu tertentu dan pendinginan dengan kecepatan tertentu.

Sebelum diberi perlakuan panas tempering, spesimen uji diberi perlakuan panas quencing terlebih dahulu untuk mengeraskan spesimen uji dan selanjutnya dilakukan proses tempering untuk melunakkannya.

3.6 Proses Quencing

Proses quencing dilakukan untuk mengeraskan spesimen uji, langkah awal dari proses ini adalah memanaskan spesimen uji ke dalam oven dengan suhu 850oC. Setelah suhu yang ditentukan telah tercapai, dilakukan penahanan suhu 60 menit agar seluruh bagian spesimen uji memiliki suhu yang sama.

Kemudian benda dikeluarkan dari oven dan didinginkan secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis dengan media pendinginan oli.

Gambar 3.20 spesimen didinginkan dalam oli

3.7 Proses Tempering

Baja yang telah melalui proses quencing akan mengalami kerapuhan.

Kerapuhan dapat dikurangi dengan melakukan proses tempering pada spesimen uji. Perlakuan panas tempering terdiri dari pemanasan kembali spesimen uji yang telah dikeraskan dibawah suhu kritis lalu dilanjutkan dengan pendinginan.

Berikut ini adalah langkah proses tempering pada spesimen uji :

1. Spesimen uji yang telah di quencing dimasukkan kembali ke dalam oven dan dipanaskan kembali dengan suhu 600o C.

Gambar 3.21 spesimen uji dipanaskan kembali dengan suhu 600o C

2. Setelah dipanaskan dengan suhu 600o C spesimen uji ditahan didalam oven selama 60 menit agar suhu dari oven merata pada spesimen uji.

3. Setelah mencapai 60 menit yang ditentukan, oven bisa dimatikan dan biarkan benda tetap berada di dalam oven hingga dingin.

Gambar 3.22 Spesimen uji dengan perlakuan tempering

3.8 Penempatan Spesimen Uji pada Lingkungan pantai

Penempatan pada lingkungan pantai bertujuan untuk membandingkan laju korosi antara spesimen polos dengan spesimen quenching tempering. Lama waktu ditempatkan di pantai adalah 45 hari sampai 90 hari dengan metode spesimen uji digantungkan pada lingkungan pantai, setiap bulan spesimen akan diambil untuk diuji, spesimen uji akan diuji tarik dan impak serta dihitung laju korosinya.

Gambar 3.23 Spesimen uji digantungkan pada lingkungan pantai

3.9 Uji Tarik

Pengujian tarik dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji tarik spesimen uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah besar secara kontinu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai

perpanjangan yang dialami spesimen uji (Djaprie, 1986:276). Mesin yang digunakan adalah jenis Universal Testing Machine dengan kekuatan tarik maksimum 5 ton (5000 kg).

Langkah-langkah pengujian tarik adalah:

1. Spesimen uji diukur menggunakan jangka sorong untuk mendapatkan dimensi awal.

2. Pada Gambar 3.23 Spesimen uji dipasang pada grip (penjepit) atas dan bawah pada mesin uji tarik dengan menaikan atau menurunkan grip bagian bawah, sehingga spesimen uji berada pada posisi grip dengan tepat dan betul-betul vertikal.

Gambar 3.24 Spesimen uji dipasang pada grip (penjepit) mesin uji tarik 3. Pada bagian ujung-ujung gauge length spesimen uji dipasang alat

pengukur pertambahan panjang (Ekstensometer).

4. Spesimen uji diberi beban sehingga spesimen uji akan bertambah panjang dan sampai pada saat spesimen uji tersebut mengalami kegagalan atau patah.

Gambar 3.25 spesimen uji tersebut mengalami kegagalan atau patah

5. Data hasil penarikan yang terlihat pada panel mesin dicatat. Data ini meliputi nilai pertambahan panjang, beban tarik dan print out diagram pertambahan panjang berbanding beban.

3.10 Uji Impak

Uji Impak digunakkan untuk mengetahui kekuatan, kekerasan, serta keuletan material. Oleh karena itu uji impak banyak dipakai dalam bidang menguji sifat mekanik yang dimiliki oleh suatu material tersebut. Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Perbedaan dari pembebanan jenis ini dapat dilihat pada strain rate.

Pada pembebanan cepat atau disebut dengan beban impak, terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi kinetik suatu beban yang menumbuk ke spesimen. Proses penyerapan energi ini, akan diubah dalam berbagai respon material seperti deformasi plastis, efek histerisis, gesekan, dan efek inersia.

Mesin yang digunakan adalah mesin uji impak impact Charpy HUNG TA INSTRUMENT CO. LTD.

Langkah-langkah pengujian impak adalah:

1. Spesimen uji diukur menggunakan jangka sorong untuk mendapatkan dimensi awal.

2. Pendulum dinaikkan sesuai sudut yang di sesuaikan serta dikunci. Dan Jarum penunjuk sudut diposisikan didepan dial lengan ayun.

3. Pengunci pada pendulum di lepaskan sehingga beban berayun tanpa di tahan spesimen uji, hal ini bertujuan untuk menentukan sudut bebas tanpa spesimen uji sebagai sudut ayun awal (α).

4. Spesimenn uji dipasang pada anvil (dudukan) dengan posisi takikan berada di sisi belakang pendulum dan senter.

Gambar 3.26 Spesimenn uji dipasang pada anvil (dudukan) 5. Pendulum dinaikkan sesuai sudut yang di sesuaikan serta dikunci.

6. Lepas pengunci pada pendulum, maka pendulum akan berayun dan mematahkan spesimen uji, hal ini untuk menentukan sudut yang dihasilkan pendulum setelah mematahkan spesimen uji pada jarum penunjuk sebagai sudut ayun akhir (β).

Gambar 3.27 Spesimen uji impak patah

7. Data hasil pengujian impak yang terlihat pada panel mesin dicatat. Data ini meliputi perbandingan jenis patahan dari beberapa spesimen uji, harga keuletan dari spesimen uji.

3.11 Pengujian Spesimen

Pengujian spesimen memiliki tujuan untuk mendapatkan data, dari data tersebut akan dibandingkan antara spesimen baja S45C yang mendapat perlakuan panas quenching tempering 600º C dengan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas yang belum mengalami korosi maupun sudah mengalami korosi selama 45 hari dan 90 hari.

3.12 Perhitungan Laju Korosi

Perhitungan laju korosi dilakukan untuk mengetahui laju korosi dari spesimen uji setiap bulannya. Perhitungan laju korosi disini dilakukan juga untuk membandingkan laju korosi spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas dan spesimen baja S45C dengan perlakuan quenching tempering 600º C.

Langkah pengujian laju korosi:

1. Spesimen yang telah diambil dari pantai ditimbang terlebih dahulu menggunakan timbangan, untuk mengetahui pertambahan beratnya.

Gambar 3.28 Spesimen ditimbang untuk mengetahui berat kotor

2. Spesimen dibersihkan dari terak korosi, setelah itu direndam dengan accu zurr supaya spesimen benar-benar bersih dari korosi.

Gambar 3.29 Spesimen dibersihkan dengan accu zurr

3. Membersihkan spesimen, kemudian ditimbang kembali untuk mendapatkan berat bersih dari spesimen tersebut.

Gambar 3.30 Spesimen ditimbang untuk mencari berat bersih

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang diambil dalam tugas akhir ini meliputi data uji komposisi, uji tarik, uji impek, dan data laju korosi. Setelah memperoleh data, data selanjuatnya akan diolah dan dibahas untuk membandingkan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas dan spesimen baja S45C dengan perlakuan panas quenching tempering 600ºC.

4.1 Hasil Uji Komposisi

Hasil yang diperoleh dari uji komposisi yang dilakukan di PT. ITOKOH CEPERINDO menunjukkan bahwa bahan spesimen S45C mengandung:

Tabel 4.1 Uji Komposisi spesimen.

Fe C Si Cr Mn Cu

98,4022 0,4726 0,2289 0,0167 0,6945 0,0297

Masih banyak unsur lain yang terdapat dalam bahan spesimen S45C, yang berdasarkan prosentasenya dapat diabaikan. Untuk lebih jelasnya hasil dari uji komposisi disajikan dalam lampiran.

4.2 Pengujian Tarik

Pengujian tarik dilakukan pada spesimen baja S45C dengan fariasi spesimen baja S45C tidak terkorosi, baja S45C terkorosi 45 hari, baja S45C terkorosi 90 hari dan spesimen baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C tidak terkorosi, spesimen baja S45C dengan perlakuan panas tempering terkorosi 45 hari dan spesimen baja S45C dengan perlakuan panas tempering terkorosi 90 hari. Pengujian dilakukan di Laboratorium Logam Universita Sanata Dharma Yogyakarta yang memiliki kapasitas 5000 kg (5 ton).

Hasil pengujian tarik pada spesimen uji awal dan yang sudah mengalami korosi di lingkungan pantai dalam waktu 0 hari, 45 hari, dan 90 hari disajikan dalam Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.

1. Data uji Tarik disajikan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3

Untuk perhitunga Kekuatan Tarik /Tensile Strength pada Tabel 4.2 dan 4.3 diperoleh dari persaman (2-2):

𝑈𝑇𝑆 = 𝐹𝑚𝑎𝑥

Tabel 4.2 Tabel data uji Tarik spesimen polos tanpa perlakuan tempering 600º C

Nama Spesimen D

Rata-rata 2396,482 77,857 15,05

P6

Rata-rata 2191,912 70,298 14,09

Tabel 4.3 Tabel data uji Tarik spesimen dengan perlakuan tempering 600º C

2. Kekuatan Tarik /Ultimate Tensile Strength (UTS)

Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji Tarik, pada Tabel 4.2 dan 4.3 akan disajikan dalam bentuk grafik. Grafik UTS spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas disajikan pada Gambar 4.1. Grafik UTS spesimen baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C disajikan pada Gambar 4.2. Grafik perbandingan UTS spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen

baja S45C yang mengalami perlakuan panas tempering 600º C disajikan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.1 Grafik Kekuatan Tarik Spesimen Baja S45C Tanpa Perlakuan Panas

Gambar 4.2 Grafik Kekuatan Tarik Spesimen Baja S45C Dengan Perlakuan Panas Quenching Tempering 600º C

Gambar 4.3 Grafik perbandingan kekuatan tarik spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen baja S45C mengalami perlakuan Quenching

Tempering 600º C

Dari Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Gambar 4.3 nampak bahwa kekuatan tarik setiap spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas maupun spesimen baja S45C dengan perlakuan panas quenching tempering 600º C mengalami penurunan yang sangat signifikan.

Gambar 4.1 menunjukan kekuatan tarik pada spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas mengalami penurunan. Rata-rata awal kekuatan tarik spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas sebesar 77,857 kg/mm². Rata-rata kekuatan tarik pada 45 hari di pantai sebesar 76,372 kg/mm². Sedangkan pada 90 hari terkorosi di pantai spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas mengalami penurunan kekuatan tarik yang signifikan dibandingkan dengan 0 hari dan 45 hari sebesar 70,298 kg/mm².

Gambar 4.2 menunjukan kekuatan tarik pada spesimen baja S45C dengan perlakuan panas quenching tempering 600º C mengalami penurunan. biasa dilihat pada spesimen T11 sampai T15. Pada spesimen T11 memiliki kekuatan tarik sebesar 66,7 kg/mm², spesimen T12 memiliki kekuatan tarik sebesar 71,47

77.857 76.327

kg/mm², spesimen T13 memiliki kekuatan tarik sebesar 71,74 kg/mm², spesimen sehingga diameter uji spesimen semakin berkurang dan terjadi ketidak rataan pada permukaan spesimen dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.3 menunjukan bahwa kekuatan tarik spesimen tempering lebih tinggi di bandingkan dengan spesimen polos dikarenakan spesimen sebelum mendapatkan perlakuan tempering mengalami peningkatan nilai kekuatan tarik dalam proses metode perlakuan quenching setelah itu mendapatkan perlakuan tempering 600º C untuk meningkatkan daya keuletan yang besar dan sekaligus menurunkan sedikit kekuatan tariknya dengan metode tempering suhu 600° C, penurunan kekuatan tarik dengan tempering suhu 600° C tidak terlalu banyak mengurangi kekuatan tarik setelah terkena perlakuan quenching oleh karena itu kekuatan tarik atara spesimen uji tanpa perlakuan panas dengan spesimen tempering mempunyai selisih kekuatan tarik yang signifikan.

3. Regangan/Elongation (Ԑ)

Untuk hasil Elongation uji Tarik, pada Tabel 4.2 dan 4.3 akan disajikan dalam bentuk grafik. Grafik regangan spesimen polos tanpa perlakuan tempering 600º C Gambar 4.4. Grafik regangan spesimen polos dengan perlakuan tempering 600º disajikan pada Gambar 4.5. Grafik perbandingan regangan spesimen polos tanpa perlakuan tempering 600º C dengan spesimen dengan perlakuan tempering 600º C disajikan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.4 Grafik regangan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas

Gambar 4.5 Grafik regangan spesimen baja S45C dengan perlakuan quenching tempering 600ºC

Gambar 4.6 Grafik perbandingan regangan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas yengan spesimen baja S45C mengalami perlakuan quenching tempering

600º C

Dari Gambar 4.6 tampak bahwa Spesimen uji baja S45C dengan perlakuan quenching tempering 600º C mempunyai elongation yang lebih rendah dibandingkan dengan spesimen uji tanpa perlakuan panas. Spesimen uji baja S45C dengan perlakuan panas quenching tempering 600º C sebelum terkorosi mempunyai rata-rata elongation sebesar 14,82%. Setelah terkorosi selama 45 hari mengalami penurunan menjadi 13,74%. Setelah terkorosi 90 hari mengalami penuruna yaitu sebesar 13,16%. Spesimen tanpa perlakuan sebelum terkorosi mempunyai rata-rata elongation sebesar 15,05%, setelah terkorosi 45 hari spesimen uji mengalami penurunan menjadi 14,13%, dan setelah mengalami korosi selama 90 hari mengalami penurunan menjadi 14,09%.

Elongation pada spesimen uji dengan perlakuan panas tempering maupun spesimen uji tanpa perlakuan panas mengalami penurunan setiap waktu kontaknya dengan lingkungan pantai. Penurunan elongasi pada kedua sesimen uji tersebut disebabkan oleh korosi yang menyerang permukaan spesimen uji sehingga spesimen menjadi semakin kasar dan berkurang kualitas spesimen baja S45C.

15.05

Permukaan spesimen uji tarik yang nampak semakin kasar akibat korosi dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Spesimen uji tarik baja S45C mengalami peningkatan kekasaran

4.3 Pengujian Impak

Pengujian Impak dilakukan untuk mengetahui keuletan sebuah material S45C terhadap beban kejut/dinamik. Pengujian ini menggunakan 5 spesimen pada tiap fariasinya, pengujian dilakukan di Laboratorium Logam Institut Sains

& Teknologi AKPRIND Yogyakartayang memiliki kapasitas 30,000 kg.

Hasil pengujian Impak pada spesimen uji awal dan yang sudah mengalami korosi di lingkungan pantai dalam waktu 0 hari, 45 hari, dan 90 hari disajikan dalam Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.

1. Data uji Tarik disajikan pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5

Perhitunga Harga Keuletan pada Tabel 4.4 dan 4.5 diperoleh dari Persaman (2-5):

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑢𝑙𝑒𝑡𝑎𝑛 =

𝑊

𝐴

joule/𝑚𝑚

2

Tabel 4.4 Tabel data uji Impak spesimen tanpa perlakuan tempering 600º C

Rata-rata 47,5126 0,5938

P6

Rata-rata 46,1312 0,5764

P11

Rata-rata 43,0534 0,5380

Tabel 4.5 Tabel data uji Impak spesimen dengan perlakuan tempering 600º C

Rata-rata 105,4572 1,3182

T6

Rata-rata 99,4852 1,2440

T11

Rata-rata 87,8418 1,0982

2. Harga Keuletan

Untuk lebih jelasnya untuk hasil harga keuletan pada Tebel 4.4 dan Tabel 4.5 akan disajikan dalam bentuk grafik. Grafik harga keuletan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas akan disajikan pada Gambar 4.8. Grafik harga keuletan spesimen baja S45C dengan perlakuan tempering 600º C disajikan pada Gambar 4.9. Grafik perbandingan harga keuletan spesimen uji tanpa perlakuan panas dengan spesimen uji mengalami perlakuan tempering 600º C disajikan pada Gambar 4.10.

Gambar 4.8 Grafik harga keuletan spesimen baja S45C tanpa perlakuan tempering 600º C

Gambar 4.9 Grafik harga keuletan spesimen baja S45C dengan perlakuan tempering 600º C

Gambar 4.10 Grafik perbandingan harga keuletan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen uji mengalami perlakuan tempering 600º C

Dari Gambar 4.8, Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 menunjukan bahwa penurunan harga keuletan yang dialami spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas lebih rendah dari pada spesimen baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C. Rata-rata awal harga keuletan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas sebesar 0,5938 J/mm2. Rata-rata harga keuletan pada 45 hari sebesar 0,5764 J/mm2 dan rata-rata harga kueletan pada 90 hari mengalami penurunan yang signifikan sebesar 0,538 J/mm2.

Pada Spesimen baja S45C dengan perlakuan tempering 600º C diketahui harga keuletan juga mengalami penurunan, penurunan yang signifikan terjadi pada 90 hari. Rata-rata awal harga keuletan spesimen baja S45C dengan perlakuan tempering 600º C sebesar 1,3182 J/mm2. Rata-rata harga keuletan pada 45 hari sebesar 1,2440 J/mm2 dan pada 90 hari mengalami penuruan harga keuletan sebesar 1,0982 J/mm2

Gambar 4.10 diketahui bahwa spesimen uji dengan perlakuan panas tempering 600º C lebih ulet dari pada spesimen tanpa perlakuan panas karena spesimen baja S45C tempering sebelumnya telah mengalami peningkatan

0.5938 0.5764 0.5380

kekuatan dengan cara metode quenching sebelum akhirnya diturunkan sedikit kekuatannya dengan metode tempering 600º C. Semakin tinggi suhu tempering pada spesimen uji maka akan semakin ulet sifatnya dan pengecilan diameter serta meningkatnya kekasaran dari spesimen uji akibat terkorosi setiap bulannya dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Spesimen Uji Impak baja S45C mengalami peningkatan kekasaran 4.4 Perhitungan Laju Korosi Pengujian Tarik Dan Impak

Laju korosi digunakan untuk mengetahui kecepatam spesimen uji terkorosi pada setiap bulannya. Perhitungan laju korosi juga untuk membandingkan laju korosi antara spesimen uji polos dan spesimen uji dengan perlakuan tempering.

1. Data perhitungan laju korosi disajikan pada Tabel 4.6, Tabel 4.7, Tabel 4.8 dan Tabel 4.9

Perhitungan laju korosi dilakukan dengan mdd (milligrams/decimeter/day), yang diperoleh daripersamaan (2-1):

Tabel 4.6 Data laju korosi spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas

Tabel 4.7 Data laju korosi spesimen uji tarik baja S45C dengan pelakuan

Tabel 4.8 Data laju korosi spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas

Tabel 4.9 Data laju korosi spesimen uji impak baja S45C dengan perlakuan

2. Grafik dan Pembahasan

Berdasarkan Tabel 4.6, Tabel 4.7, Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 akan disajikan pada Gambar 4.12 Grafik laju korosi spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas. Gambar 4.13 Grafik laju korosi spesimen uji tarik baja S45C dengan perlakuan tempering 600º C, Gambar 4.14 Grafik perbandingan laju korosi spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen uji tarik baja S45C mengalami perlakuan tempering 600º C, Gambar 4.15 Grafik laju korosi spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas, Gambar 4.16 Grafik laju korosi spesimen uji impak baja S454C dengan perlakuan tempering 600º, Gambar 4.17 Grafik perbandingan laju korosi spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen uji impak baja S45C mengalami perlakuan tempering 600º C.

Gambar 4.12 Grafik Laju Korosi Spesimen Uji Tarik Baja S45C Tanpa Perlakuan Panas

Gambar 4.13 Grafik laju korosi spesimen uji tarik baja S45C dengan perlakuan temperiang 600º C

Gambar 4.14 perbandingan laju korosi spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen uji tarik baja S45C mengalami perlakuan

tempering 600º C

Gambar 4.15 Grafik laju korosi spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas

Gambar 4.16 Grafik laju korosi spesimen uji impak baja S454C dengan perlakuan tempering 600º C

Gambar 4.17 perbandingan laju korosi spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas dengan spesimen uji impak baja S45C mengalami perlakuan

tempering 600º C

Dari Tabel 4.6 untuk data laju korosi spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas dan Tabel 4.7 untuk spesimen uji tarik baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C, terlihat nilai laju korosi sama-sama mengalami peningkatan nilai laju korosi kecuali pada 0 hari, pada 45 hari spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas mengalami kenaikan rata-rata sebesar 158,64 mdd dan pada 90 hari mengalami kenaikan yang signifikan rata-rata sebesar 190,28 mdd.

Pada Spesimen uji tarik dengan pelakuan panas tempering 600º C mengalami kenaikan pada 45 hari mengalami kenaikan laju korosi rata-rata sebesar 76,07 mdd. Sedangkan pada 90 hari mengalami kenaikan yang sangat signifikan rata-rata sebesar 91,33 mdd.

Tabel 4.8 menunjukan data laju korosi spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas dan Tabel 4.9 untuk spesimen uji impak baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C juga mengalami peningkatan nilai laju korosi pada 45 hari spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas mengalami

kenaikan rata-rata sebesar 110,18 mdd. Sedangkan pada 90 hari mengalami kenaikan yang signifikan rata-rata sebesar 145,66 mdd. Sedangkan spesimen uji impak baja S45C dengan pelakuan tempering 600º C mengalami kenaikan pada 45 hari mengalami kenaikan laju korosi rata-rata sebesar 52,29 mdd. Sedangkan pada 90 hari mengalami kenaikan yang sangat signifikan rata-rata sebesar 66,76 mdd.

Gambar 4.14 dan Gambar 4.17 menunjukkan bahwa nilai laju korosi terendah ada pada spesimen baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600°C di bandingkan spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas. Menurut Hadi Perdana dkk dari Jurnal Metalurgi 2017 menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu tempering yang digunakan maka laju korosi yang dihasilkan akan semakin rendah karena peningkatan suhu tempering dapat menurunkan tegangan sisa dan ketahanan korosi akan meningkat.Sedangkan menurut Sotya anggoro dari Jurnal Engine menyimpulkan jika heat treatment yang dilakukan pada baja dapat mengurangi tegangan sisa pada baja yang diakibatkan oleh proses quenching dan dapat mempengaruhi laju korosi yang terjadi dengan berubahnya struktur mikro dari logam. Sebelum proses tempering, baja mengandung satu fasa yang dominan yaitu fasa martensit yang mempunyai struktur tetragonal pemusatan ruang.

Kemudian saat proses tempering martensit akan bertransformasi menjadi ferit (α) dan karbida karena akibat dari pendinginan yang cukup lama karena menggunakan media udara sebagai pendinginnya. Pada saat penemperan pada suhu yang tinggi karbida-karbida yang tersebar akan mengumpul kembali, hal ini membuat jumlah batas butir dari ferit dan karbida akan berkurang yang otomatis laju korosinya juga akan berkurang hal itu mengakibatkan ketahanan baja terhadap serangan korosi.

75 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian, pengujian, dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Spesimen uji tarik baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C mengalami kenaikan kekuatan tarik pada setiap pengujian dibandingkan spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas. Kekuatan tarik pada 0 hari spesimen baja S45C dengan perlakuan tempering 600º C adalah 83,82 kgf/mm2, pada 45 hari adalah 83,80 kgf/mm2 dan pada 90 hari adalah 74,35 kgf/mm2. Sedangkan untuk spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas pada 0 hari adalah 77,857 kgf/mm², pada 45 adalah 76,327 kgf/mm² dan pada 90 hari terkorosi adalah 70,298 kgf/mm2.

2. Perlakuan tempering pada baja S45C meningkatkan harga keuletan pada setiap pengujian dibandingan Spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas.

Harga keuletan spesimen uji impak baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C pada 0 hari adalah 1,3182 J/mm2 sedangkan pada 45 hari adalah 1,2440 J/mm2 dan untuk 90 hari terkorosi adalah 1,0982 J/mm2 dibandingkan dengan harga keuletan spesimen uji impak Baja S45C tanpa perlakuan panas pada 0 hari adalah 0,5938 J/mm2 sedangkan untuk 45 hari adalah 0,5764 J/mm2 dan untuk 90 hari terkorosi adalah 0,5380 J/mm2. 3. Perlakuan tempering menyebabkan laju korosi pada spesimen baja S45C

dengan perlakuan panas tempering 600º C lebih rendah dibanding spesimen baja S45C tanpa perlakuan panas. Perbandingan rata-rata pada 45 hari laju korosi spesimen uji tarik baja S45C dengan perlakuan panas tempering 600º C sebesar 76,07 mdd sedangkan pada 90 hari sebesar 91,33 mdd dan untuk spesimen uji tarik baja S45C tanpa perlakuan panas pada 45 hari sebesar 158,64 mdd dan 90 sebesar 190,28 mdd. Dan pada pengujian impak perbandingan laju korosi rata-rata pada 45 hari laju korosi spesimen uji impak baja S45C dengan perlakuan panas tempering

600º C sebesar 52,29 mdd dan untuk 90 hari sebesar 66,76 mdd sedangkan pada 45 hari spesimen uji impak baja S45C tanpa perlakuan panas sebesar 110,18 mdd dan untuk 90 hari sebesar 145,66 mdd.

5.2 Saran

Setelah melakukan proses penelitian dan pengambilan data penulis masih banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu agar penelitian-penelitian berikutnya mendapatkan hasil yang lebih baik, maka perlu diperhatikan hal-hal

Setelah melakukan proses penelitian dan pengambilan data penulis masih banyak terdapat kekurangan. Oleh sebab itu agar penelitian-penelitian berikutnya mendapatkan hasil yang lebih baik, maka perlu diperhatikan hal-hal