• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTENSIS

3. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Behavior (perilaku) adalah kegiatan organisme yang dapat diamati dan bersifat umum mengenai otot-otot dan kelenjar-kelenjar sekresi eksternal sebagaimana terwujud pada gerakan bagian-bagian tubuh atau pada pengeluaran air mata, keringat.Teori perilaku dalam psikologi menegaskan bahwa dalam mempelajari individu, yang seharusnya dilakukan oleh para ahli psikologi adalah menguji dan mengamati perilakunya dan bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh.26

b. Dinamika Proses Perilaku Manusia

1) Dipandang dari segi motifnya setiap gerak perilaku manusia itu selalu mengandung tiga aspek, yang kedudukannya bertahap dan berurutan (sequential), yaitu:

a) Motivating states (timbulnya kekuatan dan terjadinya ke siapan sediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormol dalam diri organism atau karena terangsang oleh stimulasi tertentu).

b) Motivated behavior (bergeraknya organism kea rah tujuan tertentu sesuai dengan sifat kebutuhan yang hendak dipenuhi dan dipuaskannya, misalnya lapar cari makanan dan memakannya).

c) Satisfied conditions (dengan berhasilnya dicapai tujuan yang dapat memenuhi dalam diri organism pulih kembali ialah terpeliharanya, homeostasis, kondisis demikian dihayati sebagai nikmat dan puas atau lega).

25

Ibid, h. 580. 26

Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. ke-6, h. 54.

1. Karena terjadinya metabolisme dan penggunaan atau pelepasan kalori, perangsangan kembali, dan sebagainya, kepuasaan itu hanya bersifat temporal (sementara). 27

c. Pengembangan Perilaku (Model Behavioral)

Rumpun model mengajar pengembangan perilaku (behavioral) direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar-mengajar. Aktivitas mengajar, menurut teori ini, harus ditunjukan pada timbulnya perilaku baru atau perubahannya perilaku siswa kearah yang sejalan harapan.

Rumpun model mengajar behavioral banyak dilandasi oleh asumsi empiris bahwa segenap perilaku siswa adalah fenomena yang dapat diobservasi, diukur, dan dijabarkan dalam bentuk perilaku-perilaku khusus. Perilaku-perilaku khusus inilah yang menjadi tujuan belajar siswa.28

Beberapa di antara bentuk atau wujud perkembangan perilaku tersebut, antara lain:

1) Perkembangan perceptual (pengamatan ruang, pengamatan wujud, dan situasi);

2) Perkembangan penguasaan dan control motorik (koordinasi penginderaan dan gerak);

3) Perkembangan penguasaan pola-pola keterampilan mental fisik (cerdas, tangkas, dan cermat);

4) Perkembngan pengetahuan bahasan dan berpikir.

Ada dua cara pendekatan utama dalam memahami perkembangan perilaku, yaitu:

1) Pendekatan longitudinal digunakan untuk memahami perkembangan perilaku seseorang atau sejumlah kasus tertentu (mengenai satu atau sejumlah aspek perilaku atau pribadi tertentu) dengan mengikuti proses

27

Abin Syamsuddin Makmum, Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran

Modul, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. ke- 9, h. 38-39. 28

perkembangan dari satu titik waktu atau fase tertentu ke titik waktu atau fase yang berikutnya. Oleh karena itu, tekniknya berbentuk case study (studi kasus), case history, autobigrafi, eksperimentasi, dan sebagainya. 2) Adapun pendekatan cross sectional biasanya digunakan untuk

memahami suatu aspek atau sejumlah aspek perkembangan tertentu pada suatu atau beberapa kelompok populasi tingkatan usia subjek secara serempak pada saat yang sama. Oleh karena itu, teknik yang sesuai dengan pendekatan ini, antara lain teknik survei.

d. Proses dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku

Secara faktual, perkembangan bukan dimulai sejak kelahiran seseorang dari rahim ibunya, melainkan sejak terjadinya konsepsi, ialah saat berlangsunganya pembuahan atau perkawinan (pertemuan sprema dan sel telur atau ovum) yang menghasilkan benih manusia (zygote) yang kemudian berkembang menjadi organisme atau janin (embryo) sebagai calon (prototype) manusia yang dikenal sebagai fetus (bayi dalam kandungan). Pada umumnya, setiap fetus memerlukan waktu sekitar sembilan bulan atau 266 hari (Lefrancois, 1975:17) sampai matang (mature) atau lahir (natal).

Variasi individual memang terjadi, ada yang lebih awal (premature) dari waktu tersebut dan ada pula yang lebih lambat (late mature), bergantung kondisinya. Mulai sejak lahir bayi menjalani masa kanak-kanak, remaja, dewasa sampai hari tuanya yang pada umumnya memerlukan waktu (life span) sekitar 60-70 tahun, yang sudah barang tentu bervariasi pula sesuai dengan kondisi yang memungkinkannya.

Ada tiga faktor dominan yang mempengaruhi proses perkembangan induvidu (manusia) yaitu:

1) Faktor pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah (nature)

2) Faktor lingkungan (environment) yang merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan (nature)

3) Faktor waktu (time) yaitu saa-saat tibanya masa peka atau kematangan (maturation).

Ketiga faktor dominan itu dalam proses berlangsungnya perkembangan induvidu (manusia) berperan secara interaktif, yang dapat dijelaskan secara fungsional atau regresional.29

e. Aspek-Aspek Perkembangan Perilaku

1) Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik a) Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik ini mencakup aspek-aspek anatomis dan fisologis. (1) Perkembangan Anatomis

Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada struktur tulang-belulang.Indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan badan secara keseluruhan.

(2)Perkembangan Fisiologi

Perkembangan fisiologi ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara kuantitatif, kualitatif, dan fungsional dari system-sistem kerja hayati seperti konstraksi otot, peredaran darah dan pernapasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan perernaan.

b) Perkembangan Perilaku Psikomotorik

Perilaku psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular sytem (Persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konotif).

Loree (1970: 75) menyatakan bahwa dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus dikuasai oleh setiap induvidu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegangbenda (prehension). Kedua jenis perkembangan psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working).

2) Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif a) Perkembagan Bahasa

Kemampuan berbahasalah yang membedakan manusia dengan hewan.

29

Dengan bahasanyalah manusia:

(1) Mengkodifikasikan, mencatat dan menyimpan berbagai hasil pengalaman pengamatan (observasi)-nya berupa kesan dan tanggapan (persepsi), informasi, fakta dan data.

(2) Mentransformasikandan mengolah berbagai bentuk informasi tersebut di atas melalui proses berpikir.

(3) Mengkoordinasikan dan mengekspresikan cita-cita, sikap, penilaian dan penghayatan.

(4) Mengkomunikasikan (menyimpan dan menerima) berbagai informasi, buah pikiran, opini, sikap, dan lain-lain.

b) Perkembangan perilaku dan Fungsi-Fungsi Kognitif

Perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu menurut Loree (1970:77), dapat dideskripsikan dengan dua cara ialah secara kualitatif dan secara kuantitatif.

3) Perkembangan Perilaku Sosial, Moralitas, dan Keagamaan 4) Perkembangan Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian30.

f.Bentuk-Bentuk Perilaku

Dalam buku Psikologi Pemmbelajaran PAI karangan Tohirin, ditulis bahwasanya perilaku/tingkah laku dapat dibedakan menjadi empat bagian yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya:

1) Tingkah laku motorik

Tingkah laku motorik adalah tingkah laku dalam bentuk gerakan, seperti: berjalan, berlari, duduk dan sebagainya.

2) Tingkah laku kognitif

Tingkah laku kognitif adalah tingkah laku dalam bentuk bagaimana induvidu mengenal alam di sekitarnya, seperti: pengamatan, berpikir, mengingat, mencipta dan lain sebagainya.

3) Tingkah laku konatif

Tingkah laku konatif adalah tingkah laku yang berupa dorongan dari induvidu, misalnya: kemauan, motif, kehendak, nafsu dan lain sebagainya.

30

4) Tingkah laku afektif

Tingkah laku afektif adalah tingkah laku dalam bentuk perasaan atau emosi, seperti: senang, nikmat, gembira, sedih, cinta, dan lain sebagainya.31

Bentuk perilaku dari yang sederhana hingga yang kompleks adalah: 1) Mengenal tanda isyarat.

2) Menghubungkan stimulus dengan respon. 3) Merangkaikan dua respon atau lebih. 4) Asosiasi verbal.

5) Diskriminasi. 6) Mengenal konsep. 7) Mengenal prinsip. 8) Pemecahan masalah.32

g. Ciri-Ciri Perilaku atau Pribadi yang Memiliki Konsep Diri (Self Concepts) adalah:

1) Merasa yakin atau percaya diri akan kemampuannya untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.

2) Merasa setara dengan orang diri. 3) Dapat menerima pujian orang lain.

4) Mampu memperbaiki dirinya apabila mengalami kegagalan. 5) Mempunyai kepedulian terhadap kepentingan orang lain.33

Dokumen terkait