• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan pendidikan aqidah akhlak dengan perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan pendidikan aqidah akhlak dengan perilaku siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah Jakarta Timur"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

SURYANI NIM. 1810011000044

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Tsnawiyah (MTs) As-Sa'adah Jakarta Timur

Kala Kunci : Pendidikan Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa.

Penelilian ini benujuan uotuk mengclahui Hubungan Pendidikan Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa'adah Jakarta Tlmur. Peneltian ini telah dilaksanakan pada Bulan Dcscmber sampai Bulan Februari 2014.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode korelasi dcngan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu sampel purposive sampling yang berdasarkan pada cirri-ciri 3t3U sifaf-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paul yang eral dengan cara cirri-ciri alau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan penycbaran angkct dengan benluk pilihan ganda. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment.

Penelitian ini menggunakan sampel 27 orang siswa, sedangkan yang dijadikan sumber dalam penelitian ini Dra. Amelia, S. M. Pd. I adalah guru Mala Pelajaran Aqidah Akhlak dan siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa'adah Jakarta Timur. InSlrumen yang diberikan berupa angkct yang berjumlah 20 butir soal pertanyaan. Pertanyaanl angket yang diberikan kepada responden.

Dalam penelitian ini penulis mcngamati guru Aqidah Akhlak, yang tcrdiri dari liga tahapan, yaitu tahapan mendidik, mengajar, dan membimbing.

Dari hasil I-Iubungan Pendidikan Aqidah Akhlak dengan Pcrilaku Siswa. Hasil ini dapat dilihat dalam penelilian ini, bahwa terdapat hubungan yang signifikan anatara Pendidikan Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa r tabel sebesar "" 0,273, dan teffilasuk katagori kuat (nilai r label pada rcntang 0,40-0,70) dengan nilai KD sebesar 38,81%. Dengan demikian terdapat I-Iubungan Pendidikan Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah As-Sa'adah Jakarta Timur.

(7)

ii

yang memelihara semesta alam yang dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “ Hubungan Pendidikan Aqidah

Akhlak dengan Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah

Jakarta Timur”.

Penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari orang-orang yang mendukung dan

membantu penyelasaikan skripsi ini sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu melalui lembaran ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D, Dekan Falkultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Falkultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag. 3. Dr. Dimyati, M.Ag yang telah meluangkan waktu tenaga dan pikirannya untuk

membimbing penulisan skripsi dengan penuh kesabaran.

4. Suami tercinta Dasikin Salam, yang setia mengantar dan menjemput saya ketika saya mencari buku.

5. Orang tua kami yang tercinta, Bapak M. Ali Abas dan Ibu Salwah yang telah

mendo’akan dan mendukung agar dimudahkan dalam menyelesaikan skripsi

ini, menjadi sarjana di beri kesehatan dan panjang umur.

6. Kepala Sekolah TK. Islam Raudhatul Jannah Dr. H. Eti Rofiatus Sa’adah yang begitu banyak memberi semangat, pengarahan dan partisipasi dalam penyusun skripsi ini.

7. Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah H. Muhamad Anis,

S.Ag.

8. Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah Dra. Amelia, S, M.Pd.I.

(8)

iii

Atas dukungan dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulis skripsi ini, walaupun masih terdapat kekurangan. Namun tidak mematahkan semangat penulis untuk menyelesaikan dengan usaha dan

berdo’a kepada Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya kata ucapkan Alhamdulillah

dan terima kasih.

Jakarta, 17 April 2014

(9)

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Indentifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTENSIS A. Dekripsi Teoritik ... 10

1. Pengertian pendidikan ... 10

2. Pengertian Aqidah Akhlak ... 12

a. Pengertian Aqidah ... 12

b. Pengertian Akhlak ... 14

c. Akhlak Mulia Rasulullah Sebagai Uswatun Hasanah ... 17

d. Macam-Macam Akhlak ... 17

e. Sendi-Sendi Akhlak ... 18

f. Penerapan Akhlak ... 19

(10)

h. Manfaat Mempelajari

Ilmu Akhlak ... 20

i. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 23

j. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 23

3. Perilaku ... 24

a. Pengertian Perilaku ... 24

b. Dinamika Proses Perilaku Siswa ... 24

c. Pengembangan Perilaku (Model Behavioral) ... 25

d. Proses dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku ... 26

e. Aspek-aspek Perkembangan Perilaku ... 27

f. Bentuk-bentuk Perikau ... 28

g. Ciri-ciri Perilaku atau Pribadi yang Memiliki Konsep Diri (Self Concepts)... 29

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

C. Kerangka Berpikir ... 31

D. HipotesisPenelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian... 32

C. Variabel Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Teknik Analisa Data ... 39

H. Hipotesis Statistik ... 40

(11)

1. Letak Geografis ... 41

2. Sejarah Berdirinya ... 41

3. Visi dan Misi ... 42

4. Struktur Organisasi ... 45

5. Keadaan Guru, Siswa dan Ketenagaan Lainnya ... 46

a. Keadaan Guru... 46

b. Keadaan Siswa ... 47

c. Ketenagaan Lainya ... 47

6. Sarana dan Fasilitas ... 48

B. Deskripsi Data ... 49

C. Analisa dan Interprestasi Data ... 50

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

E. Keterbatasan Penelitian ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Aqidah Akhlak merupakan pendidikan yang memberikan pendidikan berperilaku yang baik, tetapi dengan diadakanya Pendidikan Akhlak di sekolah-sekolah masih banyak siswa yang berperilaku yang tidak baik didalam sekolah dan lingkungan diluar sekolah.

Perilaku yang tidak baik di sekolah seperti: tidak mempunyai sopan santun ketika berbicara terhadap guru, tidak memperhatikan saat guru menjelaskan mata pelajaran, ketika belajar tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, berkelahi didalam kelas, berteriak-teriak di dalam kelas, wibawa para guru di mata murid-murid kian jatuh. Murid-murid masa kini, khususnya yang menduduki sekolah-sekolah menengah kota-kota pada umumnya hanya cenderung menghormati guru karena ada udang di balik batu. Sebagian siswa-siswa di kota menghormati guru karena mereka ingin mendapat nilai yang tinggi atau naik kelas dengan peringkat tinggi tanpa kerja keras.

Sebagian lainnya lagi menghormati guru agar mendapatkan dispensasi “maaf dan maklum” apalagi mereka telat menyerahkan tugas, kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Perilaku yang tidak baik di luar lingkungan sekolah seperti: tidak harmonisnya hubungan antara ayah dengan ibu, tempat tinggal atau wilayah perkampungan yang kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal yang mengajaknya kearah yang tidak baik semisalnya: tawuran,

(13)

sekolah berbuat kasar terhadap temannya, berkata-kata yang tidak baik, serta sikap yang kurang baikkepada kedua orang taunya. Adegan (peran) yang di tampilkan di film (sinetron) seharusnya memberikan hiburan yang mendidik, tetapi sayang film (sinetron) sekarang ini, tidak memberikan hiburan yang mendidikan, namun banyak pengaruh negatifnya di bandingkan pengaruh dari positifnya. Dengan melihat keadaan ini seharusnya orang tua mendampingi putra-putrinya saat menonton film di rumah.

Faktor yang membuat berperilaku yang tidak baik seorang anak (siswa)

juga dapat dipengaruhi oleh faktor orang tua yang sibuk (kedua orang tuanya bekerja), sehingga anak kurang perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya secara utuh, karena kesibukkan mereka. Dukungan dari kedua orang tua harusnya diberikan kepada putra-purti mereka, tidak cukup orang tua mengandalkan guru di sekolah saja. Itulah sebabnya anak berperilaku yang tidak baik. Pendidikan Aqidah Akhlak yang sudah diberikan di sekolah harusnya dapat memberikan dampak yang positif atau yang baik untuk membentuk perilaku yang lebih baik bagi para peserta didik.

Perilaku siswa berperilaku buruk (kurang baik) karena mereka menginginkan perhatian guru, sekalipun hal itu bersifat negatif. Berperilaku burukpun memperoleh perhatian dan dukungan teman sebaya. Serta sesuatu yang tidak menyenangkan, membosankan, menyebabkan frustasi, atau melelahkan. Hal ini khususnya berlaku bagi siswa yang mengalami kegagalan berulang di sekolah. Tetapi bahkan siswa yang paling mampu dan termotivasi pun kadang-kadang merasa bosan dan frustasi. Siswa yang berperilaku yang buruk hanya untuk melarikan diri dari kegiatan yang tidak menyenangkan.1

Ada 4 tipe perilaku yang kurang baik, yaitu: 1. Perilaku untuk menarik perhatian.

Murid-murid yang tidak menaikkan statusnya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungannya, biasanya akan mencari jalan baik, baik melalui tindakan untuk menarik perhatian yang aktif dan pasif. Bentuk

1

(14)

mencari perhatian yang aktif bersifat merusak, misalnya bergaya sok, melawak, mengacau, menjadi anak nakal, anak yang terus-menerus bertanya atau rewel. Bentuk pasif dalam perhatian yang bersifat merusak misalnya, pemaksaan atau ingin mendapatkan perhatian orang lain dengan meminta tolong terus.

2. Perilaku untuk mencari kekuasaan.

Perilaku untuk mencari kekuasaan hampir sama dengan kasus di atas, namun sifatnya lebih kuat yakni mencari perhatian yang sifatnya merusak.

3. Perilaku untuk melampiaskan dendam.

Murid yang mencari melampiaskan dendam disebabkan putus asa dan bingung sehigga mencari keberhasilan dengan cara menyakiti orang lain, menyerang secara fisik (mencakar, memukul, menendang) bermusuhan dengan teman-temannya, memaksa dengan kekuasaan.

4. Perilaku yang memperhatikan ketidakmampuan.2

Oemar Muhammad al-Tour al-Syaebani, sebagaimana di kutip Tohirin (1987: 13) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku induvidu dilandasi oleh niali-nilai Islam dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakatnnya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses Pendidikan.3

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.4Yang dimaksud dengan akhlak peserta didik dalam uraian bukan hanya sekedar hal-hal yang berkaitan dengan ucapan, sikap, dan perbuatan yang harus ditampakan oleh peserta didik dalam pergaulan disekolah dan diluar sekolah, melainkan berbagai ketentuan lainnya yang memungkinkan dapat mendukung efekvitas proses belajar mengajar. Pengetahuan terhadap

2

Abdul Majid, Perencanan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. ke- 9, h. 155-116.

3

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 2005), h. 9.

4

(15)

akhlak peserta didik ini bukan hanya perlu diketahui oleh setiap peserta didik dengan tujuan agar menerapkannya, melainkan juga perlu diketahui oleh setiap pendidik, dengan tujuan agar dapat mengarahkan dan membimbing para peserta didik untuk mengikuti akhlak tersebut.5

Akhlak peserta didik itu ada yang berkaitan dengan akhlak terhadap Tuhan, dengan sesama manusia dan ajaran jagat raya. Akhlak peserta didik terhadap Tuhan antara lain berkaitan dengan kepatuhan dalam melaksanakan semua perintah orang tua dan guru, menaati peraturan pemerintah, menghargai

dan menghormati kerabat, teman dan manusia pada umumnya, adat istiadat dan kebiasaan positif yang berlaku di masyarakat. Adapun akhlak peserta didik terhadap alam, antara lain berkaitan dengan kepedulian terhadap pemeliharaan lingkungan alam dan lingkungan sosial, seperti peduli terhadap kebersihan, ketertiban, keindahan, keamanan, dan kenyamanan.

Di samping akhlak secara umum sebagaimana tersebut di atas, terhadap pula akhlak yang secara khusus berkaitan dengan tugas dan fungsi sebagai peserta didik. Akhlak yang secara khusus ini penting dimilki setiap peserta didik dalam rangka mendukung efektivitas atau keberhasilannya dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar.Di kalangan para ahli pendidikan terdapat gagasan yang berkaitan dengan rumusan tentang akhlak yang khusus ini dengan menggunakan latar belakang pendekatan yang berbeda-beda. Dengan menggunakan pendekatan tasawuf dan fiqh, Imam al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fatiyah Hasan Sulaiman misalnya menganjurkan agara peserta didik memilki niat ibadah dalam menuntut menjauhkan diri dari pemikiran para ulama yang saling bertentangan,mengutamakan ilmu-ilmu yang terpuji untuk kepentingan akhirat dan dunia, memulai belajar dari yang mudah menuju yang sukar, dari yang konkret menuju yang abstrak, dari ilmu yang fardhu’ain menuju ilmu yang fardhu kifayah, tidak berpindah pada pelajaranyang lain sebelum menuntaskan pelajaran yang terdahulu, mengendapkan sikap ilmiah

(scientific) dalam mempelajari suatu ilmu, mendahulukan ilmu agama daripada

5

(16)

ilmu umum, mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, serta mengikuti nasihat pendidik.

Selanjutnya Abd.Al-Amir Syamsi al-Din, secara lebih sistematis mengemukakan pendapat Ibn Jama’ah tentang tiga hal yang berkaitan dengan akhlak yang harus dimiliki oleh peserta didik, antara lain:

1. Akhlak terhadap diri sendiri, yang antara lain: memelihara diri dari perbuatan dosa dan maksiat, memiliki niat dan motivasi yang ikhlas dan kuat dalam menuntut ilmu, bersikapsederhana dan menjauhkan dari dari

pengaruh duniawi.

2. Akhlak terhadap pendidik, yang antara lain mematuhi, memuliakan, menghormati, memulaikan dan menerima segala keputusannya.

3. Akhlak terhadap kegiatan belajar-mengajar yang antara lain senantiasa memperdalam ilmu yang dipelajari dari guru, mempelajari ilmu secara bertahap serta berusaha mempraktikannya.6

4. Selanjutnya, Mohammad Athiyah al-Abrasyi lebih jauh menyebutkan dua belas kewajiban yang harus dilakukan oleh peserta didik (siswa). Kedua belas kewajiban ini sebagai berikut:

a. Membersihkan diri dari sifat-sifat tercela. b. Memiliki niat yang mulia.

c. Meninggalkan kesibukan duniawi.

d. Menjalani hubungan yang harmonis dengan guru. e. Menyenangakan hati guru.

f. Memuliakan guru. g. Menjaga rahasia guru.

h. Menunjukkan sikap sopan santun kepada guru. i. Tekun dan bersungguh-sungguh dalam belajar.

j. Memilih waktu belajar yang tepat. k. Belajar sepanjang hayat.

l. Memelihara rasa persaudaraan dan persahabatan.7

6

Ibid,h. 182-183.

7

(17)

Upaya untuk mewujudkan agar seseorang mempunyai pribadi atau perilaku yang baik perlu mendapatkan pembentukan yang lebih baik lagi agar sikap dan perilakunya dapat tumbuh sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.Oleh sebab itu apabila baik akhlaknya maka baik pula sikap serta perilakunya, dan sebaliknya apabila rusaknya akhlaknya maka rusak pula sikap serta perilakunya.

Berbeda dengan etika dan moral yang lebih menampilkanaspek lahiriah, maka akhlak mencakup perbuatan atau keadaa lahir dan batin. Dalam

hubungan ini Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya: “Katakanlah Tuhan hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan Hujjah untuk itu, dan (mengharamkan) kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui.”

Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 134 yang berbunyi:





















































Artinya: “ (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencntai orang yang berbuat kebaikan.”8

Maka salah satu untuk memiliki akhlak atau perilaku yang baik serta menanamkan nilai-nilai yang baik kepada para putra-putri kita maka harus memasukan mereka kepada lembaga pendidikan yang dinamakan sekolah. Baik itu tingkat SD atau MI hingga tingkat atas Yaitu Perguruan Tinggi yang terdapat Mata Pelajaran Agama Islam. Di sekolah Madrasah Tsanawiyah

8

(18)

(MTs) adalah sekolah yang mengajarkan nilai-nilai yang baik, bermoral yang baik, serta perilaku yang baik.Agar para generasi muda penerus bangsa Indonesia ini memilki akhlak yang bermoral tinggi, serta berperilaku sesuai dengan cerminan yang ada di dalam ajaran-ajaran Islam sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an Kitab Suci yang Mulia.

Pendidikan Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah menanamkan berperilaku yang baik atau berbudi perkerti yang baik, kearah yang mencerminkan tuntunan dari ajaran Islam. Penguasaan siswa terhadap

materi mata Pelajaran Aqidah Akhlak yang telah di pelajari di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah serta pengaruhnya dengan perilaku siswa sebagai berikut:

a. Mata pelajaran Aqidah Akhlak yang dimaksud adalah penguasaan bahan materi untuk meningkatkan pengetahuan siswa, pemahaman bagi siswa, dan penerapan materi mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah.

b. Perilaku siswa yang dimaksud adalah setiap gerak-gerik atau perilaku siswa yang dimilikinya sebagai hasil dari belajar Aqidah Akhlak.

Tingkah laku Afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak lepas dari pengaruh pengalaman belajar.9

Dari uraian latar belakang di atas, maka untuk membuktikan tersebut, penulis tertarik untuk membahas serta menelitinya. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan berjudul: “Hubungan Pendidkan Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) AS-Sa’adah Jakarta

Timur.”

9

(19)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penulis dapat membuat identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Masih banyak siswa yang belum menghormati guru di sekolah. 2. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tua.

3. Pengaruhnya perilaku yang tidak baik di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs)AS-Sa’adah.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan idenfikasi masalah di atas, penelitian ini di batasi pada: Hubungan Pendidikan Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs)As-Sa’adah Jakarta-Timur.

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan lingkup masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Adakah Hubungan Pendidikan Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa diMadrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah Jakarta Timur.

E. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Pendidikan Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs)As-Sa’adah Jakarta Timur.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak dan secara rinci manfaat penelitian ini dapat di uraikan sebagai berikut :

(20)

2. Penulis dapat menambah wawasan dalam proses penelitian lapangan. 3. Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah sebagai masukan dalam

menentukan kebijakan lembaga ke depan juga bagi guru dapat masukan untuk meningkatan kualifikasi professional mereka.

4. Hasil penelitian ini dapat menambah semangat dan juga dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan tentang pendidikan khususnya pada bidang Mata Pelajaran Aqidah Akhlak.

5. Sebagai pemahaman dan penanaman guru agama terhadap Pendidikan

(21)

10 A. Deskripsi Teoritik

1. Pengertian Pendidikan

Akar kata pendidikan adalah “didik” atau “mendidik” yang secara

harfiah artinya memelihara dan memberi latihan. Sedangkan “pendidikan” adalah tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang melalui upaya dan pelatihan.

Dalam bahasa Arab, pendidikan disebut “ tarbiyah” yang berarti

proses persiapan dan pengasuhan manusia pada fase-fase awal

kehidupannya yakni pada tahap perkembangan masa bayi dan kanak-kanak (Jalal, 1988). Dalam sebuah Kamus Arab-Inggris Modern disebutkan bahwa kata rabb, dan tarabbana, dan tarabbabal walada memiliki arti yang sama yakni to foster atau to bring up (Elias & Elias, 1982), artinya memelihara/ mengasuh anak.

Dalam bahasa Inggris, pendidikan disebut education yang kata kerjanya to educate. Padanan kata ini adalah to develop, artinya member peradaban dan mengembangkan. Istilah education memiliki dua arti, yakni arti dari sudut orang yang menyelenggarakan pendidikan dan arti dari sudut orang yang dididik. Dari sudut pendidik, education berarti perbuatan atau proses memberikan pengetahuan atau mengajarkan pengertahuan. Sedangkan dari sudut peserta didik, education berarti proses atau perbuatan memperoleh pengetahuan.1

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian yang luas dan repsentatif (mewakili/

1

(22)

mencerminkan segala segi), pendidikan ialah…the total process of

developing human abilities and behavariors, drawing on almost all life‟s

experiences (Tardif, 1987). (Seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan).2

Pendidikan, menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1, adalah usaha sadar yang dilakukan untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan agar peserta didik tersebut berperan dalam kehidupan masa depannya.3

Pendidik ialah tenaga professional yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat,

minat, kecerdasan, akhlak, moral, pengamalan, wawasan, dan keterampilan peserta didik. Seorang pendidik adalah orang yang berilmu pengetahuan dan berwawasan luas, memiliki keterampilan, pengamalan, kepribadian mulia, memahami yang membaca dan meneliti, memilki keahlian yang dapat diandalkan, serta menjadi penasihat.4

Pendidikan Islam sangat menekankan pendidik yang professional, yaitu pendidik yang selain memiliki kompetensi akademik, pedagogi dan sosial, juga kompetensi kepribadian. Dengan kompetensi akademik mutu penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan akan dapat dicapai; dengan kompetensi pedagogi, proses belajar mengajar akan dapat dilaksanakan secara efesien dan efektif; dengan kompetensi sosial, keterlibatan masyarakat, stakeholder, dan lainnya dalam menunjang keberlangsungan pendidikan akan diberdayakan dan dimaksimalkan; dan dengan kompetensi kepribadian, hasil pendidikan dan pengajaran akan

2

Ibid, h. 10. 3

Ibid, h. 34. 4

(23)

dapat memengaruhi pembentukan watak dan karakter peserta didik yang baik.5

2. Pengertian Aqidah Akhlak

Pengertian Aqidah Akhlak terdiri dari dua kata yaitu Aqidah dan Akhlak yang memiliki arti secara terpisah.

a. Pengertian Aqidah

Definisi Aqidah di lihat dari istilah etimologi (bahasa) berasal dari kata „aqid yang berarti pengikatan. Banyak sekali bahasa arab yang

berkaitan dengan kata aqidah, seperti “I‟tiqad” yang berarti “Kepercayaan hati” atau “Mu‟aqid” yang berarti “yang beri „tiqad” (yang mempercayai).

Dengan demikan dapat diartikan, bahwa aqidah menurut bahasa adalah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu atau sesuatu yang dipercayai hati.

Secara termologi (istilah), aqidah adalah suatu kesatuan kenyakinan yang utuh dan murni dalam hati dan perbuatan yang tersusun mulai yakin akan ke-Esa-an Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya, hari pembalasan dan Takdir baik dan buruk semuanya dari Allah.

Dengan demikian aqidah juga bisa dikatakan sebagai keimanan/ kenyakinan/ kepercayaan yang sesungguhnya, yang tertanam kedalam hati dengan penuh kenyakinan, tak ada perasaan syakwangkasa dan ragu-ragu, serta mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktivitas keseharian. Jadi iman bukan hanya sekedar ucapan dan pengetahuan tentang rukun Iman. Akan tetapi iman harus diaktualitaskan dalam setiap sendi kehidupan.

Sebagaimana telah kita fahami mengenai definisi aqidah secara bahasa dan istilah, maka ruang lingkup aqidah merupakan susunan dari enam perkara yang merupakan pokok / sendi dalam kehidupan manusia dengan istilah Rukun Iman, yaitu:

1) Iman kepada Allah 2) Iman kepada Malikat 3) Iman kepada Kitab Allah 4) Iman kepada Rasul Allah

5

(24)

5) Iman kepada Hari kebangkitan / Hari qiamat 6) Iman kepada Takdir Allah (baik dan buruk).6

Dalam pengertian buku Prof. Dr. Muhaimin, dkk, aqidah adalah bentuk masdar dari kata “‟aqada, ya‟qidu „aqdan-„aqidatan” yang berarti

simpulan,ikatan, sangkutan, perjanjian, dan kokoh. Sedangkan secara teknis akidah berarti iman, kepercayaan, dan keyakinan. Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang menghujam atau simpul di dalam hati.

Ibnu Taimiyah dalam bukunya “Aqidah al-Wasithiyah

menerangkan makna aqidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengan jiwanya menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap dan tidak dipengaruhi oleh keraguan dan juga tidak

dipengaruhi oleh syakwasangka. Sedang Syekh Hasan al-Banna dalam bukunya al-„aqa‟id menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keraguan.

Kedua pengertian tersebut menggambarkan bahwa ciri-ciri aqidah dalam Islam adalah berikut:

1) Aqidah berdasarkan pada kenyakinan hati, tidak menuntut yang serba rasional, sebab ada masalah tertentu yang tidak rasional dalam akidah; 2) Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia sehingga pelaksanaan aqidah

menimbulkan ketentraman dan ketenangan;

3) Aqidah Islam diasumsikan sebagai perjanjian yang kokoh, maka dalam pelaksanaan akidah harus penuh keyakinan tanpa disertai kebimbangan dan keraguan;

4) Aqidah dalam Islam tidak hanya diyakini, lebih lanjut perlu pengucapan

dengan kalimah “thayyibah” dan diamalkan dengan perbuatan yang

saleh;

6

(25)

5) Keyakinan dalam aqidah Islam merupakan masalah yang supraempiris maka dalil yang dipergunakan dalampencarian kebenaran tidak hanya didasarkan atas indra dan kemampuan manusia, melainkan membutuhkan wahyu yang dibawa oleh para Rasul Allah SWT.7

b. Pengertian Akhlak

Akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangi, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.

Dalam konsepnya akhlak adalah suatu sikap mental (balun lin-nafs) yang mendorong untuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan.8

Sedangkan pengertian akhlak secara etimologis berasal dari kata

khuluq dan jamaknya akhlak yang berarti budi pekerti, etika, moral. Secara etimologis, akhlak berarti character, disposition, dan moral

constitution.9

Menurut Al-Ghazali, akhlak adalah gambaran tentang kondisi yang menetap di dalam jiwa. Semua perilaku yang bersumber dari akhlak tidak memerlukan proses berpikir dan merenung. Perilaku baik dan

terpuji yang berasal dari sumber di jiwa disebut al-akhlaq al-fadhilah (akhlak baik) dan perilaku buruk di sebut al-akhlaq al-radzilah (akhlak

buruk).10

Masih menurut Al-Ghazali definisi akhlak adalah suatu sikap

(bay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai

perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik.

7

Muhaimin, et al, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Predana Media, 2007), Cet. ke- 2, h. 259-260.

8

Moh. Ardani, Akhlak- Tasawuf :Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat & Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), h. 25-27.

9

Muhaimin, op .cit, h. 262. 10

(26)

Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.11

Akhlak menurut Al-Ghazali mempunyai tiga dimensi:

a) Dimensi diri yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya, seperti ibadat dan shalat.

b) Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulan dengan sesamanya.

c) Dimensi metafisis, yakni aqidah dan pegangan dasarnya. Dengan demikian, akhlak itu mempunyai empat syarat: 1) Perbuatan baik dan buruk.

2) Kesanggupan melakukannya. 3) Mengetahuinya.

4) Sikap mental yang memuat jiwa cenderung kepada salah satu dua sifat, sehingga mudah melakukan yang baik atau yang buruk.

Sedangkan menurut Al-farabi, ia menjelaskan bahwa akhlak bertujuan untuk memperoleh kebahagian yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahkan oleh setiap orang.12

Imam Al-Ghazali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam, yaitu:

1) Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan nafsunya, sehingga pelakunya disebut: al-jaaHilu.

2) Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa meninggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya disebut: al-jaaHiludadlu.

3) Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik. Maka pelakunya disebut: al-jaaHiludadllulfaasiqu.

4) Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya, sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran pelakunya, kecuali hanya khawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih

11

Moh. Ardani, op. cit, h.. 28-29. 12

(27)

hebat lagi. Orang yang melakukannya disebut: al-jaaHiludadllulfaasiqusyariiru.

Menurut Al-Ghazali, tingkatan keburukan akhlak yang pertama. Kedua, ketiga masih dididik dengan baik, kedua dan ketiga masih bisa dididik menjadi baik, sedangkan tingkatan keempat, sama sekali tidak bisa dipulihkan kembali.13

Al-Ghazali menentukan satu langkah bagi orang dalam mendidik anak-anak mereka sebagai berikut:

1) Menjauhakan anak dari teman sebaya yang mungkin mengaajarakan akhlak yang buruk.

2) Tidak membiasakan anak untuk manja dan sejahterah sehingga ia menghabiskan usianya untuk mencari keduanya dan tidak bisa bersabar menghadapi penderitaanyang dapat menimbulkan bahaya dan kehancuran bagi dirinya pada saat dewasa.

3) Mengajarkan anak tata karma dalam menikmati makanan sehingga tidak rakus; mengajarkan anak mengambil makanan dengan tangan kanan, serta lain-lain.

4) Anak diajarkan membaca Al-Qur’an, cerita-cerita tentang orang-orang yang baik untuk menanamkan cinta kepada kaum yang saleh di Kuttab

(tempat belajar mengaji yang biasanya berada di salah satu pokok masjid).

5) Menghargai dan memberi ganjaran atas akhlak atau perilaku baik yang ditampilkan anak, tetapi jika ia melanggar akhlak baik hanya pada saat-saat tertentu maka selayaknya hal itu diabaikan dan harga dirinya tidak dijatuhkan.

6) Anak dilarang bersikap sombong dihadapan kawan-kawannya, dan dibiasakan untuk bersikap rendah hati serta menghargai setiap oarng yang bergaul dengannya

13

(28)

7) Anak dibiasakan untuk menghargai oarng yang lebih besar, berdiri bagi oarng yang lebih atas, meluaskan tempat baginya, dan diajarkan untuk taat kepada orang tua, guru, pendidik, dan oarng yang lebih besar darinya.

8) Anak harus diajarkan untuk tidak mencuri, memakan yang haram, berkhianat, berbohong, dan menipu.14

c. Akhlak Mulia Rasulullah Sebagai Uswatun Hasanah

Dalam hal akhlak karimah, selayaknya kita meneladani akhlak Beliau, Bahwa Rasulullah S.a.w senantiasa banyak merendah dan

berdoa’a sepenuh hati.Beliau selalu memohon kepada Allah S.w.t agar

menghiasi dirinya dengan adab-adab yang baik dan akhlak

mulia.Didalam do’anya Rasulullah S.a.w mengatakan, “Ya, Allah,

baguskanlah bentukku dan akhlakku.”

Anas r.a berkata “ Beliau tidak membiarkan menipu atau ia

mengatakan: mencela dan tidak pula membairkan sesuatu melainkan mengingatkan kami dan melarang kami melakukannya. Firmannya dalam surat An-Nahl ayat 90 yang berbunyi :









Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

pelajaran.”15

d. Macam-Macam Akhlak 1) Akhlak Al-Karimah

Akhlak Al-Karimah atau akhlak mulia terbagi kepada tiga bagian:

14

Netty Hartati, dkk, op. cit, h. 69-75.

15

(29)

a) Akhlak Terhadap Allah

b) Akhlak Yang Baik Terhadap Diri Sendiri c) Akhlak Yang Baik Terhadap Sesama Manusia

2) Akhlak Al-Mazmudah

Akhlak Al-Mazmudah merupakan akhlak yang tercela. Macam-macam akhlak tercela, diantaranya :

a) Berbohong

b) Takabur (sombong) c) Dengki

d) Bakhil.16

e) Sendi-Sendi Akhlak

Akhlak dalam wujud pengalamanya dibedakan menjadi dua: 1) Akhlak Mulia

Tentang akhlak terpuji ada empat sendi yang cakup mendasar dan menjadi induk seluruh akhlak. Disebut Al-Ghazali, sebagai berikut:

a) Kekuatan ilmu wujudnya adalah hikmah (kebijaksanaan). b) Kekuatan marah wujudnya adalahsyaja‟ah (berani).

c) Kekauatan nafsu syahwat wujudnya adalah „iffah (perwira). d) Kekuatan keseimbangan di antara kekuatan yang tiga di atas

wujudnya ialah adil, yaitu kekuatan jiwa yang dapat menuntun amarah dan syahwat sesuai dengan apa yang dikendaki oleh hikmah.

Dari empat sendi akhlak yang terpuji, akan lahirlah perbuatan-perbuatan baik seperti: jujur, suka memberi kepada sesama, tawadhu, tabah, tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, berani dalam kebenaran, menghormati orang lain, sabar, pemalu, memelihara rahasia, qanaah (menerima hasil usaha dengan senang hati), menjaga diri dari hal-hal yang haram dan , sebagainya.

16

(30)

2) Akhlak Tercela

Sendi-sendi akhlak tercela, yaitu:

1. Khubtsan wa Jarbazah (keji dan pintar busuk), dan balhan (bodoh). 2. Tahawwur (berani tapi sembrono), jubun (penakut) dan khauran

(lemah, tidak bertenaga).

3. Syarhan (rakus) dan jumud (beku) 4. Zalim.17

f) Penerapan Akhlak

1) Akhlak kepada Allah, Sikap Taat Kepadanya. 2) Akhlak Kepada Rasullah, Siap Mencontohnya 3) Akhlak Kepada Kedua Orang Tua.

4) Santun dalam Pergaulan. 5) Giat Belajar dan Tahan Uji.

6) Giat Menuntut Ilmu dan Kuat Menahan Nafsu. 7) Sikap Toleransi.18

g) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak 1) Aliran Nativisme

Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, dan lain-lain.

2) Aliran Empirisme

Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.

17

Moh. Ardani, op. cit, h. 61-64.

18

(31)

3) Aliran Konvergensi

Aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.19

h)Manfaaat Mempelajari Ilmu Akhlak

Sebagai salah satu ciri khas ilmu adalah pragmatis keberadaan suatu ilmu harus mempunyai fungsi dan faedah bagi manusia. Kegunaan ilmu semata-mata untuk dapat mengetahui rahasia-rahasia di samping juga dapat diperhitungkan baik dan buruknya suatu langkah yang dijalani

Orang yang berakhlak karena ketakwaan kepada Tuhan semata-mata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan, antara lain: 1) Mendapat teman yang baik di dalam masyarakat.

2) Akan disenangi orang dalam pergaulan.

3) Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan

sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.

4) Orang yang bertakwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan

kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik.

5) Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan kesukaran.

Dengan bekal ilmu akhlak, orang dapat mengetahui batas mana yang baik dan batas mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sessuai dengan tempatnya. Dengan maksud dapat menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya. Orang yang berakhlak dapat memperoleh:

19

(32)

a) Irsyad :Artinya dapat membedakan antara amal yang baik dan amal yang buruk.

b) Taufiq : Perbuatan kita dengan tuntunan Rasulullah Saw.dan dengan akal yang sehat.

c) Hidayah : Berarti seseorang akan gemar melakukan yang baik dan terpuji serta menghindari yang buruk dan tercela.20

Dr. Hamzah Ya’cub menyatakan bahwa hasil atau hikmah dan

faedah dari akhlak, adalah sebagai berikut: 1) Meningkatan derajat manusia

Orang yang berilmu secara praktis memiliki keutamaan dengan derajat yang lebih tinggi. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Az -Zumar ayat 9, yang berbunyi:















Artinya: (Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malamm dengan sujud dan berdiri, karenatakut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,”Apakah sama orang-orang yang

tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat

yang dapat menerima pelajaran.”21

2) Menuntut kepada kebaikan

Ilmu akhlak bukan sekedar memberitahuakan mana yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong kita supaya membentuk hidup yang suci dengan memproduksi kebaikan dan kebajikan yang mendatangkan manfaat bagi manusia.

3) Manifestasi kesempurnaan Iman

20

A. Mostofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005), Cet. ke-3, h. 26-27.

21

(33)

Iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan akhlak. Dengan perkataan lain bahwa keindahan akhlak adalah manifestasi daripada kesempurnaan iman.

4) Keutamaan di hari kiamat

Disebutkan dalam berbagai hadits bahwa Rasulullah Saw. Menerangkan orang-orang yang berakhlak luhur, akan menempati kedudukan yang terhormati di hari kiamat.

5) Kebutuhan pokok dalam keluarga

Sebagaiman halnya makanan, minuman, pakaian dan perumahan merupakan kebutuhan material yang primer dalam suatu keluarga, maka akhlak adalah kebutuhan primer dari segi moral. Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan keluarga sejahterah.

6) Membina kerukunan antar tetangga

Dimulai dari lingkungan keluarga kita, meningkat kepada lingkungan yang lebih luas,bahkan hubungan antar tetangga, mutlak diperlukan akhlak yang baik.

7) Untuk mensukseskan pembangunan bangsa dan Negara

Suatu bangsa atau Negara akan jaya, apabila warga negaranya terdiri dari porang-orang/masyarakat yang berakhlak mulia. Sebaiknya Negara akan hancur apabila warganya terdiri dari orang-orang yang bejat akhlaknya.

8) Dunia betul-betul membutuhkan akhlakul karimah

Dari dulu sampai sekarang, dunia selalu penuh orang-orang baik dan orang-orangjahat.Masalah ini hakikatnya tidak lepas dari karakter atau akhlak para pemimpin, di mana dia bertindak sebagai penggerak dan pelakunya.22 Tepat sekali apa yang dinyatakan Allah dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 41 yang berbunyi:

22

(34)















Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di alut, disebabkan karenaperbuatantangan manusia; Allah menghendaki agra mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali baik (kejalan yang benar).”23

i. Mata pelajaran Aqidah Akhlak

Mata pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk:

a. Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai aqidah Islam.24

j. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Ruang lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

1) Aspek aqidah terdiri atas dasar dan tujuan aqiah Islam, sifat-sifat Allah, al-asma‟al husna, iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qada Qadar.

2) Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlaas, ta‟at,

khauf, taubat, tawakal, dan ta‟aawun, berilmu, kreatif, produktif, dan pergaulan remaja.

23

Departemen Agama RI (Jakarta: Al-Huda, 2005). 24

(35)

3) Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, ghibah, fitnah, dan namiimah.25

3. Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Behavior (perilaku) adalah kegiatan organisme yang dapat diamati dan bersifat umum mengenai otot-otot dan kelenjar-kelenjar sekresi eksternal sebagaimana terwujud pada gerakan bagian-bagian tubuh atau pada pengeluaran air mata, keringat.Teori perilaku dalam psikologi menegaskan bahwa dalam mempelajari individu, yang seharusnya dilakukan oleh para ahli psikologi adalah menguji dan mengamati perilakunya dan bukan

mengamati kegiatan bagian dalam tubuh.26 b. Dinamika Proses Perilaku Manusia

1) Dipandang dari segi motifnya setiap gerak perilaku manusia itu selalu mengandung tiga aspek, yang kedudukannya bertahap dan berurutan (sequential), yaitu:

a) Motivating states (timbulnya kekuatan dan terjadinya ke siapan sediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormol dalam diri organism atau karena terangsang oleh stimulasi tertentu).

b) Motivated behavior (bergeraknya organism kea rah tujuan tertentu sesuai dengan sifat kebutuhan yang hendak dipenuhi dan dipuaskannya, misalnya lapar cari makanan dan memakannya).

c) Satisfied conditions (dengan berhasilnya dicapai tujuan yang dapat memenuhi dalam diri organism pulih kembali ialah terpeliharanya, homeostasis, kondisis demikian dihayati sebagai nikmat dan puas atau lega).

25

Ibid, h. 580. 26

(36)

1. Karena terjadinya metabolisme dan penggunaan atau pelepasan kalori, perangsangan kembali, dan sebagainya, kepuasaan itu hanya bersifat temporal (sementara). 27

c. Pengembangan Perilaku (Model Behavioral)

Rumpun model mengajar pengembangan perilaku (behavioral)

direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar-mengajar. Aktivitas mengajar, menurut teori ini, harus ditunjukan pada timbulnya perilaku baru atau perubahannya perilaku siswa kearah yang sejalan harapan.

Rumpun model mengajar behavioral banyak dilandasi oleh asumsi empiris bahwa segenap perilaku siswa adalah fenomena yang dapat

diobservasi, diukur, dan dijabarkan dalam bentuk perilaku-perilaku khusus. Perilaku-perilaku khusus inilah yang menjadi tujuan belajar siswa.28

Beberapa di antara bentuk atau wujud perkembangan perilaku tersebut, antara lain:

1) Perkembangan perceptual (pengamatan ruang, pengamatan wujud, dan situasi);

2) Perkembangan penguasaan dan control motorik (koordinasi penginderaan dan gerak);

3) Perkembangan penguasaan pola-pola keterampilan mental fisik

(cerdas, tangkas, dan cermat);

4) Perkembngan pengetahuan bahasan dan berpikir.

Ada dua cara pendekatan utama dalam memahami perkembangan perilaku, yaitu:

1) Pendekatan longitudinal digunakan untuk memahami perkembangan perilaku seseorang atau sejumlah kasus tertentu (mengenai satu atau sejumlah aspek perilaku atau pribadi tertentu) dengan mengikuti proses

27

Abin Syamsuddin Makmum, Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. ke- 9, h. 38-39.

28

(37)

perkembangan dari satu titik waktu atau fase tertentu ke titik waktu atau fase yang berikutnya. Oleh karena itu, tekniknya berbentuk case study

(studi kasus), case history, autobigrafi, eksperimentasi, dan sebagainya.

2) Adapun pendekatan cross sectional biasanya digunakan untuk memahami suatu aspek atau sejumlah aspek perkembangan tertentu pada suatu atau beberapa kelompok populasi tingkatan usia subjek secara serempak pada saat yang sama. Oleh karena itu, teknik yang sesuai dengan pendekatan ini, antara lain teknik survei.

d. Proses dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku

Secara faktual, perkembangan bukan dimulai sejak kelahiran seseorang dari rahim ibunya, melainkan sejak terjadinya konsepsi, ialah saat berlangsunganya pembuahan atau perkawinan (pertemuan sprema dan sel telur atau ovum) yang menghasilkan benih manusia (zygote) yang kemudian berkembang menjadi organisme atau janin (embryo) sebagai calon (prototype) manusia yang dikenal sebagai fetus (bayi dalam kandungan). Pada umumnya, setiap fetus memerlukan waktu sekitar sembilan bulan atau 266 hari (Lefrancois, 1975:17) sampai matang

(mature) atau lahir (natal).

Variasi individual memang terjadi, ada yang lebih awal (premature) dari waktu tersebut dan ada pula yang lebih lambat (late mature), bergantung kondisinya. Mulai sejak lahir bayi menjalani masa kanak-kanak, remaja, dewasa sampai hari tuanya yang pada umumnya memerlukan waktu (life span) sekitar 60-70 tahun, yang sudah barang tentu bervariasi pula sesuai dengan kondisi yang memungkinkannya.

Ada tiga faktor dominan yang mempengaruhi proses perkembangan induvidu (manusia) yaitu:

1) Faktor pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah (nature)

2) Faktor lingkungan (environment) yang merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan (nature)

(38)

Ketiga faktor dominan itu dalam proses berlangsungnya perkembangan induvidu (manusia) berperan secara interaktif, yang dapat dijelaskan secara fungsional atau regresional.29

e. Aspek-Aspek Perkembangan Perilaku

1) Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik a) Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik ini mencakup aspek-aspek anatomis dan fisologis. (1) Perkembangan Anatomis

Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada struktur tulang-belulang.Indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan badan secara keseluruhan.

(2)Perkembangan Fisiologi

Perkembangan fisiologi ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara kuantitatif, kualitatif, dan fungsional dari system-sistem kerja hayati seperti konstraksi otot, peredaran darah dan pernapasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan perernaan.

b) Perkembangan Perilaku Psikomotorik

Perilaku psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular sytem (Persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konotif).

Loree (1970: 75) menyatakan bahwa dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus dikuasai oleh setiap induvidu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegangbenda (prehension). Kedua jenis perkembangan psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working).

2) Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif a) Perkembagan Bahasa

Kemampuan berbahasalah yang membedakan manusia dengan hewan.

29

(39)

Dengan bahasanyalah manusia:

(1) Mengkodifikasikan, mencatat dan menyimpan berbagai hasil pengalaman pengamatan (observasi)-nya berupa kesan dan tanggapan (persepsi), informasi, fakta dan data.

(2) Mentransformasikandan mengolah berbagai bentuk informasi tersebut di atas melalui proses berpikir.

(3) Mengkoordinasikan dan mengekspresikan cita-cita, sikap, penilaian dan penghayatan.

(4) Mengkomunikasikan (menyimpan dan menerima) berbagai informasi, buah pikiran, opini, sikap, dan lain-lain.

b) Perkembangan perilaku dan Fungsi-Fungsi Kognitif

Perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu menurut Loree (1970:77), dapat dideskripsikan dengan dua cara ialah secara kualitatif dan secara kuantitatif.

3) Perkembangan Perilaku Sosial, Moralitas, dan Keagamaan 4) Perkembangan Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian30.

f.Bentuk-Bentuk Perilaku

Dalam buku Psikologi Pemmbelajaran PAI karangan Tohirin, ditulis bahwasanya perilaku/tingkah laku dapat dibedakan menjadi empat bagian yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya:

1) Tingkah laku motorik

Tingkah laku motorik adalah tingkah laku dalam bentuk gerakan, seperti: berjalan, berlari, duduk dan sebagainya.

2) Tingkah laku kognitif

Tingkah laku kognitif adalah tingkah laku dalam bentuk bagaimana induvidu mengenal alam di sekitarnya, seperti: pengamatan, berpikir, mengingat, mencipta dan lain sebagainya.

3) Tingkah laku konatif

Tingkah laku konatif adalah tingkah laku yang berupa dorongan dari induvidu, misalnya: kemauan, motif, kehendak, nafsu dan lain sebagainya.

30

(40)

4) Tingkah laku afektif

Tingkah laku afektif adalah tingkah laku dalam bentuk perasaan atau emosi, seperti: senang, nikmat, gembira, sedih, cinta, dan lain sebagainya.31

Bentuk perilaku dari yang sederhana hingga yang kompleks adalah: 1) Mengenal tanda isyarat.

2) Menghubungkan stimulus dengan respon. 3) Merangkaikan dua respon atau lebih. 4) Asosiasi verbal.

5) Diskriminasi. 6) Mengenal konsep. 7) Mengenal prinsip. 8) Pemecahan masalah.32

g. Ciri-Ciri Perilaku atau Pribadi yang Memiliki Konsep Diri (Self Concepts) adalah:

1) Merasa yakin atau percaya diri akan kemampuannya untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.

2) Merasa setara dengan orang diri. 3) Dapat menerima pujian orang lain.

4) Mampu memperbaiki dirinya apabila mengalami kegagalan. 5) Mempunyai kepedulian terhadap kepentingan orang lain.33

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang telah dilakukan terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan di antaranya adalah sebagai berikut:

1.Leiliy Amalus Sholehah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dengan judul skripsi: “Peran Guru Pendidikan

Agama Islam dalam Pembentukan Kepribadian Siswa (Study Kasus di

SMA Negeri 46 Jakarta).”

31

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Isalam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h. 7

32

Ibid, h. 81-82. 33

(41)

Perhitungan dengan menggunakan teknik kolerasi product moment terhadap koefisiensi korelasi atau nilai r hitung sebesar 0,868 dibandingkan dengan nilai r tabel yang dapat sebesar 0,312 pada taraf signifikan 5% dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai r hitung r tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.

2.Iin Muthamainnah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

HIdayatullah Jakarta, dengan judul skripsi: “Peran Guru Pendidikan

Agama Islam dalam Membentuk Akhlak Siswa sebagai upaya Menanggulangi Kenakalan Remaja (Study Kasus di SMK Dinamika Pembangunan 1-2 Jakarta).”

a. Peran guru Agama Islam sebagai Pendidikan di SMK Dinamika Pembangunan 1-2 Jakarta dapat dikatagorikan sangat baik. Karena mencapai rata-rata prosentase 80,65% guru Agama Islam dapat mendidik siswa untuk menjalankan perintah agama, serta mendidik siswa dalam berpakaian rapih dan sopan.

b. Guru Agama Islam sebagai evaluator dalam pelaksanaan Pendidikan Islam di SMK Dinamika Pembangunan 1-2 Jakarta, di katagorikan

baik, karena mencapai rata-rata 70%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa guru Agama Islam dapat mengevaluasi tingkah laku siswa.

3.Rosida Indah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dengan judul skripsi: “Hubungan Pendidikan Agama

Islam dengan Kepribadian Ialami Siswa SMP Negeri 4 Ciputat.”

Setelah penulis melakukan pengolahan data hasil perhitungan yang menggunakan rumus korelasi product moment. Dihasilakn perolehan angka korelasi 0,65 yang berada pada kisaran 0,40-0,70, maka antara variabel X dan Y termasuk korelasi positif atau cukup. Dengan demikian

melihat tabel “r” product moment, ternyatab dengan df sebesar 36 pada

(42)

Penelitian dari ketiga relevan penelitian dengan yang dilakukan penulis ada beberapa keterkaitan dalam teknik korelasi product momentnya, melalui teknik pengumpulan data dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan penyebaran angket. Pembahasan variabel X tidak sama, tetapi variabel Y sama dengan membahas perilaku siswa, populasi dan sampel juga ada perbedaan jumlahnya respodennya. Tempat dan waktu penelitian berbeda.

C. Kerangka Berpikir

Dalam lembaga pendidikan formal, keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari motivasi belajar yang dapat diraih oleh siswa. Sedangkan salah satu faktor penting yang sangat berhubungan Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa proses belajar siswa tidak selamanya berhasil memuaskan.Bisa saja seseorang mengalami kegagalan atau ketidak keberhasilan meraih prestasi.Kegagalan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor itu diantaranya perilaku siswa.Oleh karena itu, perkembangan kecerdasan siswa itu perlu dirangsang seperti melalui buku bacaan, majalah, media, sarana prasarana belajar dan sebagainya.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotensis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.34 Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotensis sebagai berikut:

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan Pendidikan Aqidah Akhlak dengan Perilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah.

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan Pendidikan Aqidah Akhlak denganPerilaku Siswa di Madrasah Tsanawiyah(MTs) As-Sa’adah.

34

(43)

32 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah Jakarta Timur yang bertempat di Jl. Raya Condet RT 009/ RW 05 No. 63 Cililitan Jakarta Timur. Waktu penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, mulai dari bulan Desember 2013 sampai bulan Februari2014.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan/ mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisa sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah. Metode penelitian adalah ilmu yang mempelajari

cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisis dan menyimpulkan data-data, sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu pengetahuan berdasarkan bimbingan Tuhan.1

Metode-metode ilmiah untuk penelitian ini dikelompokkan dalam penelitian, cara berpikir dan berbuat yang disiapakan dengan baik untuk mengadakan penelitian ini agar mencapai suatu tujuan penelitian. Metode diartikan sebagai cara teknis yang dilakuakan dalam proses penelitian. Sesuai dengan tujuanya, penelitain dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran, suatu pengetahuan, di mana usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.2

Memperoleh berhasilnya tidaknya suatu penelitian banyak tergantung pada tepat tidaknya di dalam memlih suatu metode penelitian tersebut. Oleh karena

1

Cholid Narbuko, dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, (PT. Bumi Aksara, 2005), Cet ke- 7, h. 2

2

(44)

itu, metode penelitian merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam melaksanakan penelitian.

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian deskriptif analisi (descriptive research) ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Data tersebut akan diberikan kuantitatif item pernyataan dari indikator konsep yang diujikan dan diberikan kepada responden yang diambil sampel dari penelitian ini (siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs)As-Sa’adah Jakarta Timur).

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel Pendidikan Aqidah Akhlak dalam Perilaku Siswa. Supaya setiap variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat dimengerti dengan jelas, serta untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan pengertian, maka perlu pembatasan pengertian dari variabel yang akan diteliti yaitu:

1. Variabel Bebas (Independen variabel)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendidikan Aqidah Akhlak dikonotasikan dengan huruf (X).

2. Variabel Terikat (Dependen variabel)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Perilaku Siswa, variabel terikat ini dikonotasikan dengan huruf (Y).3

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.4

Adapun dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah keseluruhan dari siswa-siswi kelas Madrasah Tsanawiyah (MTs) As-Sa’adah yang berjumlah 182 siswa. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tekniksampel

3

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet ke- 8, h. 39.

4

(45)

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut yang erat dengan cara ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat-sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel.5Dalam penelitian ini tidak semua siswa yang diambil untuk sampel ini, hanya kelas 3 saja yang diambil untuk sampel penelitian, berjumlah 3 kelas yang siswanya berjumlah 50 orang siswa. Alasannya karena:

1. Kepala sekolah menyarankan atau mengizinkan untuk kelas 3 saja yang diambil untuk sampel penelitiannya.

2. Siswa-siswi di kelas 3 lebih banyak jumlah muridnya, dibandingkan di kelas yang lain.

3. Siswa-siswi di kelas 3, lebih lama belajar Pendidikan Aqidah Akhlaknya dibandingkan kelas dibawahnya (kelas 1 dan kelas 2).

4. Untuk mengetahui tingkat pemahaman materi Pendidikan Aqidah Akhlak yang dipelajari selama 3 tahun yang diberikan oleh guru di sekolah.

Sedangkan teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.6

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.7 Untuk menyederhanakan proses pengumpulan data, maka peneliti mengacu kepada pendapat Suharmisi Arikunto, yaitu apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.8 Berdasarkan pendapat

5

Cholid Narbuko, dan Abu Achmadi, op.cit. h.116. 6

Ibid, h. 111. 7

Ibid, h. 81. 8

(46)

tersebut, maka peneliti mengambil 15% dari populasi sebagai sampel (27 orang siswa).

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian, disamping perlu menggunakan metode yang tepat juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Di bawah ini akan diuraikan teknik penelitian sebagai cara yang

dapat ditempuh untuk mengumpulkan data.9 1. Angket

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung ( penelitian tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau dir

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Daftar Skor Skala Likert
Tabel 1 Secara detil ditunjukan pada Tabel dibawah ini:
Rekapitulasi Siswa MTs As-Tabel 2 Sa’adah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai sebuah contoh dapat dilihat dari teori permintaan ( demand ) dalam ilmu ekonomi yang berbunyi “apabila permintaan terhadap sebuah barang naik, maka

tersebut untuk memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan informasi seputar kegiatan iLab perlu dilakukan evaluasi usabilitas untuk mengetahui apakah website tersebut

Berdasarkan analisis, perancangan, implementasi dan pengujian yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dari hasil pengembangan Aplikasi Penentuan Rute

Jadi, menurut Pasal 1892, perbuatan hukum yang dapat dibatalkan karena adanya cacat yang tidak berakibat batal demi hukum, masih dapat disahkan melalui penetapan ataupun

Dari permasalahan tersebut maka diambil solusi untuk penentuan keputusan dengan topik “Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Jurusan menggunakan weighted

Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dijelaskan dengan mengetahui safety stock untuk masing-masing klasifikasi atau kelompok, maka akan mempermudah PT. Astra

sengketa selesai.. Jika pemohon pengajuan sengketa tidak puas atas putusan atasan PPID, sengketa dapat dilanjutkan melalui Komisi Informasi. Pengajuan sengketa ke

Pergeseran jarum dan infiltrasi lokal dari larutan ke dalam jaringan subkutan bukanlah hal yang jarang terjadi. Infiltrasi ditunjukkan dengan edema disekitar tempat