• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Sosial Pengamen Terhadap Pengunjung Lesehan

PERILAKU SOSIAL PENGAMEN TERHADAP PENGUNJUNG Hasil penelitian ini didasarkan pada seluruh data yang berhasil dihimpun

D. Perilaku Sosial Pengamen Terhadap Pengunjung Lesehan

Max Weber menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Max weber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu.

Tindakan individu ini merupakan sosial yang rasional yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat (Ritzer, 1983).

Perilaku sosial pengamen terhadap pengamen terhadap pengunjung lesehean bervariatif, berikut beberapa perilku pengamen terhadap pengunjung lesehan yang tidak memberikan uang sesudah mengamen :

1. Marah-marah terhadap pengunjung 2. Memaksa pengunjung

3. Tetap pengunjung sampai pengamen memberikan uang 4. Meninggalkan pengunjung tersebut

Pada dasarnya mereka yang bekerja sebagai pengamen bukan hanya karena ingin menyalurkan hobi atau bakat akan menyanyi akan tetapi dapat juga di lihat dari tindakan mereka yang cenderung sebagian besar suka memaksa terhadap pengujung hal ini pada umumnya karena kadang mereka merasa kurang di hargai.

Pengamen seharusnya dapat dihargai, sehingga mereka merasa bahwa dirinya diakui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu. Pengamen sering dikucilkan dan tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka

sudah memiliki image yang jelek dalam masyarakat. Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan

“... Biasaki juga marah-marah kalau kayak tidak hargaiki, karena biasa ada orang kalau menyanyi ki tidak na responki, apa lagi kalau cape’ maki menyanyi baru tidak na kasihki uang na biarkan jaki saja menyanyi baru ujung”nya tidak ada uang pasti jengkelki juga”

Pada dasarnya mereka yang bekerja sebagai pengamen bukan hanya karena ingin menyalurkan hobi atau bakat akan menyanyi akan tetapi dapat juga di lihat dari tindakan mereka yang cenderung sebagian besar suka memaksa terhadap pengujung hal ini pada umumnya karena mereka merasa kurang di hargai.

Pengamen seharusnya dapat dihargai, sehingga mereka merasa bahwa dirinya diakui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu. Pengamen sering dikucilkan dan tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka sudah memiliki image yang jelek dalam masyarakat. Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Anak jalanan memilih hidup di jalan terkadang bukan hanya faktor kondisi kesulitan ekonomi namun juga karena mereka menikmati kondisi lingkungan di jalan. Pantai Losari yang merupakan kawasan pariwisata di kota Makassar, tempat ini selalu ramai dengan pengunjung pada sore dan malam hari karena keramaian tempat ini menjadikan lahan bagi para pengamen mencari nafkah dan

Adapun tindakan yang dilakukan informan pada saat mengamen 1. Permisi terlebih dahulu

2. Memulai memainkan alat musik 3. Ngobrol terhadap pengunjung

Anak jalanan memilih hidup di jalan terkadang bukan hanya faktor kondisi kesulitan ekonomi namun juga karena mereka menikmati kondisi lingkungan di jalan. Pantai Losari yang merupakan kawasan pariwisata di kota Makassar, tempat ini selalu ramai dengan pengunjung pada sore dan malam hari karena keramaian tempat ini menjadikan lahan bagi para pengamen mencari nafkah dan mendapatkan teman. Berikut perilaku sosial pengmen terhadap pengunjung yang merespo dengan baik

1. Selalu menyajikan lagu-lagu yang pengunjung yang ia senangi 2. Selalu menerima uang yang diberikan

3. Bersikap ramah terhadap pengunjung

4. Berperilaku baik dan sopan terhadap pengunjung

5. Berterimah kasih kepada pengunjung yang memberikan uang

Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang

keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya.

Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka memaksa, dan sampah masyarakat yang harus diasingkan.

Di satu sisi mereka dapat mencari nafkah dan mendapatkan pendapatan (income) yang dapat membuatnya bertahan hidup dan menopang kehidupan keluarganya. Namun di sisi lain mereka hadir juga sebagai penghibur kepada pengunjung yang sedang lagi ada masalah, baik masalah pribadi maupun masalah dengan keluarga.

Banyak orang berpikir, kemiskinan merupakan faktor dominan yang menyebabkan anak jalanan turun ke jalan untuk mengamen. Dari pengalaman beberapa responden yang penulis temui diungkapkan bahwa pada umumnya mereka turun ke jalanan selain karena untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, problem dengan keluarga juga merupakan faktor dominan yang mendorong mereka terjun ke jalan.

Dari berbagai tindakan pengamen terhadap pengunjung lesehan penulis juga mempertanyakan bagaimana perasaan pengamen selama ia menjalankan profesinya. Perasaan para pengamen juga maca-macam ada yang merasa bahagia karena bisa meghasilakn uang seperti yang dikatakan salah satu informan Adi (....)

“... ya selama mengamen bahagiaja juga karena bisama juga hidupi diriku, tidak mintama lagi uang sama orang tuaku kalau ada mau ku beli ...”

Beberapa anak jalanan di Kota Makassar menggantungkan hidupnya dengan cara berprofesi sebagai pengamen yang memainkan alat musik gitar dan alat musik sederhana yang terbuat dari tutup botol minuman bekas yang kemudian dirangkai sedemikian rupa hingga menghasilkan nada tertentu, ada juga yang berprofesi sebagai pedagang asongan maupun pengemis yang selalu mengharapkan belas kasihan dari pengujung yang datang

Di satu sisi mereka dapat mencari nafkah dan mendapatkan pendapatan (income) yang dapat membuatnya bertahan hidup dan menopang kehidupan keluarganya. Namun di sisi lain kadang mereka juga berbuat hal-hal yang merugikan orang lain, misalnya berkata kotor, mengganggu ketertiban jalan, merusak body mobil dengan goresan dan lain-lain, Salah satu tempat dikota Makassar yang marak dengan anak jalanan yaitu kawasan Pantai Losari yang merupakan kawasan pariwisata di kota Makassar, tempat ini selalu ramai dengan pengunjung pada sore dan malam hari karena keramaian tempat ini menjadikan lahan bagi anak jalanan mencari nafkah. Anak jalanan di kawasan Pantai Losari kebanyakan berprofesi sebagai pengamen.

Pengamen seharusnya dapat dihargai, sehingga mereka merasa bahwa dirinya diakui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu. Pengamen sering dikucilkan dan tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka sudah memiliki image yang jelek dalam masyarakat. Di jalanan mereka

berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya.

Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka

Ada juga diantara mereka merasa senang karena setiap hari berkumpul sama temannya, dan ada juga diantara mereka yang kurang senang kalau mendapatkan perlakuan yang kurang baik terhadap pengunjung.

E. Interpretasi Hasil Penelitian

Tabel 6.1

Interpretasi Hasil Penelitian Perilaku Sosial Pengamen Terhadap Pengunjung Lesehan

2 Berterima kasih dan menerima uang yang

BAB VII PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan pada tindakan sosial anak jalanan di kawasan pantai losari khususnya pada anak jalanan yang berprofesi sebagai pengamen dapat diambil kesimpulan bahwa:

1) Penerimaan pengunjung lesehan terhadap pengamen memunculkan permasalahan sebab masih ada yang pro dan kontra terhadap kehadiran mereka dalam tataran sosial sering mengintimidasi kaum pengamen.

Pandangan positif dan negatif sering kali mereka dapatkan bahkan sebagian dari mereka yang sadar akan persepsi masyarakat yang keliru menggeneralisir citra mereka, berusaha melawannya. Mereka dengan identitasnya sendiri menantang persepsi tersebut dengan menampilkan citra diri mereka sesungguhnya.

2) Anak jalanan memilih hidup di jalan terkadang bukan hanya faktor kondisi kesulitan ekonomi namun juga karena mereka menikmati kondisi lingkungan di jalan Tindakan mereka pada umumnya di dasari oleh hasrat ingin menuangkan kreatifitas mereka akan bakat menyanyi lewat mengamen. Sebab mengamen merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi mereka karena dengan mengamen mereka bisa menyalurkan hobi dan bakat mereka di bidang seni. Faktor-faktor yang menyebabkan mereka turun ke jalan untuk mengamen disekitar pantai losari adalah faktor internal yaitu keinginan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari

secara mandiri dan faktor eksternal yaitu keadaan hubungan keluarga yang kurang harmonis serta kondisi ekonomi keluarga yang jauh dari kecukupan.

Tindakan atau perilaku mereka kepada sesama pengamen, pengunjung, maupun terhadap aparat hukum dari hasil penelitian sangat beragam dimana tindakan mereka umumnya merupakan tindakan yang bertujuang untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima, pengamen seharusnya dapat dihargai sehingga mereka merasa bahwa dirinya diakui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu.

Permasalahan pengamen jalanan adalah adanya peningkatan secara kuantitas yang bersifat sporadis, serta lambannya penanganan dan penanggulangan yang seharusnya dilakukan. Padahal dengan membiarkan menjamurnya kehidupan anak jalanan seperti ini, berarti kita harus menerima kenyataan yang cukup riskan

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas maka saran dari penulis diharapkan dapat memberi manfaat adalah :

1) Masyarakat luas, khususnya para orang tua pengamen agar memberikan kasih sayang, ketentraman, penerimaan diri bahwa anak jalanan tidak

hanya sebagai tulang punggung keluarga atau pencari nafkah utama sehingga orang tua dapat memberikan hak yang sama seperti anak-anak lainnya.

2) Tindakan sosial anak jalanan diharapkan agar dapat berinteraksi sosial dengan baik terhadap lingkungan di sekitarnya sehingga interaksi sosial yang muncul adalah interaksi yang positif.

3) Bagi para Peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan acuan untuk mengungkap keragaman permasalahan dan pengalaman tentang berpikir positif yang belum tergali sehingga dapat menjadi rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

4) Bagi pemerintah diharapkan perlu melakukan realisasi program perlindungan anak di indonesia menjadi sebuah program prioritas bagi pemerintah dalam menjawab komitmen negara, sebagai negara yang meratifikasi konvensi hak anak dan sejumlah instrumen hukum yang telah dibuat. Mengeluarkan kebijakan negara yang bersifat teknis dalam melindungi anak dari segala macam pelanggaran hak anak.

Andari, Soetji, Uji Coba Model Perlindungan Anak Jalanan Terhadap Tindak Kekerasan. Yogyakarta: B2P3KS 2007

Bawengan, 1991. Pengantar Psikologi Kriminal. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Cyrilla, 2009. Teori Penguatan Dollard dan Miller. http/cyrilla.blogspot.com.5-april-2017

Damsar. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009

Martono, Nanang (2012) . Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Persfektif Pembangunan.

Jakarta : Jakarta Rajawali, Press 2008

Nurdjiatmo, Wahyu, Seksualitas Anak Jalanan (Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1999

Nurhadi, 1994. Anak-Anak Jalanan Dalam Warta Demografi Tahun Ke 24.

Jakarta: Universitas Indonesia.

Nurvida, Evi, 2000. Maslah Anak dan Implikasi Ekonomi. Jakarta: LP3ES

Ritzer, Goerge dan Douglas J Goodman. “Teori Sosiologi Modern” Jakarta, Prenada Media, 2004.

Ritzer, Goerge. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda . PT Raja Grafido Persada Jakarta. 2011

Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Sek

Soekanto, Sarjono. (2007) . Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Grafindo Raja Persada

Upe, Ambo, Tradisi Aliran Dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

M P

R I

A N

-A L

M P

I

A R

N

Umur : 45 Tahun

Lokasi Wawancara :Warung Anugrah Ujung Pandang

Saya mulai usaha ini sudah sekitar 6 tahun yang dulu masih warung kecil tapi sekarang alhamdulilah sudah lebih kesini makan dan anak-anak yang biasa nyanyi itu membuat ramai warung tapi sekarang tidak banyak lagi ngamen seperti dulu waktu saya baru punya warung ini. pantai losari. Tapi hal itu sudah biasa dan mereka biasa ditertibkan oleh satpol PP yang mengadakan razia.

Lokasi Wawancara :Warung Anugrah Ujung Pandang

Iya, saya sudah sering makan di warung ini karena kebetulan dekat dari

Ada positifnya ada juga negatifnya tapi lebih banyak negatifnya karena banyak pengamen yang hanya menjual jasa dengan ala kadarnya, ada yang hanya bertepuk tangan sambil mengeluarkan suaranya yang sumbang, ada yang membawa imitasi tamborin yang terbuat dari botol plastik bekas yang diisi pasir atau beras, atau pengamen yang

membawa gitar yang senarnya tak pernah lengkap dan penlarannya tidak tertata.

Belum lagi ada sekelompok pengamen yang membawakan lagu yang tak selesai kemudian disusul dengan tindakan memaksa yang setengah mengancam untuk diberikan uang. Dengan modal tampang seram dan tato ditubuh, mereka dengan mudah menimbun rezeki dari

Saya mengharapkan agar para orang tua tidak lagi membebaskan anaknya dengan menyeruhnya untuk mencari uang dengan cara mengamen lebih baik dia diberi modal untuk berdagang kecil.

Pekerjaan :Pengunjung Lesehan Tanggal Wawancara :10 Agustus 2017

No INTERVIEW INFORMAN KET

1 Siapa namata pak ? Syamsuriadi Pengunjung

2 Apa Pendapat Anda tentang pengamen yang ada di sini ?

Kalau saya tidk jadi masalahji dengan adanya pengamen di sini, mereka hanya menghibur orang-orang dengan kreatifitas yang ia miliki, di satu sisi kreatifitas itu juga ia gunakan

Pengamen yang ada di sini itu bekerja untuk mencari uang dengan menggunakan alat musik seadanya, saya tidak ada masalahji dengan penamen yang ada di sini yang penting sopanki juga caranya, karena

pengamen? kayak premanki caranya, kadang memaksa pengunjung, jadi orang pasti jengkel. Tapi bagi saya janganlah kita terlalu mencela mereka kalau mereka sopan sama kita juga harus baik sama mereka, mereka juga karen tidak ada lagi pilihan lain untuk mencari uang.

Pekerjaan :Pengamen

3 Di manaki tinggal ? Di sinije, di Jl. Rajawali 4 Di mnaki sekolah ? Ihh ... tidak sekolahma ada biasa yang tidak na izinkanki mengamen di depannya.

jaki saja menyanyi baru tidak na kasihki uang... ballassiki ...

10 Apa harapanta ke depannya ?

Ya .... saya ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi, yang bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan bisa juga saya kasih sekolah adekku.

Pekerjaan :Pengamen

2 Di manaki tinggal ? Di maccini gusung 3 Di manaki sekolah ? Berhentima kak, tindak

lanjutka sampai SMP ja 4 Di mana sekarang orang

tuata, apa na kerja ?

Adaji di rumah kak ... kalau mamakku jualan kue, kalau

Aminn

Pekerjaan :Pengamen

2 Di manaki tinggal ? Di cendrawasih 3 Di manaki sekolah ? Tidak sekolahma 4 Asli Makassarki

kalau begituki tidak di biarkan mki mengamen sama yang punya warung

9 Apa harapanta untuk masa depanta ?

Harapanku untuk masa depanku supaya bisaka dapat pekrjaan yang lebih baik, kalau mauki bikin grup band atau elekton dikampung tapi banyakpi uangku.

Wawancara Dengan Samsuryadi (Pengunjung) Tanggal 10 Agustus 2017

Wawancara Dengan Adi (Pengamen) Tanggal 16 Agustus 2017

Hasnawati, Lahir di Jeneponto, pada tanggal 13 November 1994. Anak ke tujuh dari tujuh bersaudara dan merupakan buah kasih sayang dari pasangan H. Saleng dan Mina.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Inpres No 231 Buttale’leng mulai tahun 2002 sampai tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Mts. Muhammadiyah Pokobulo dan tamat pada tahun 2010.

Kemudian pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan di SMA PGRI Sungguminasa Gowa dan tamat pada tahun 2013. Setelah itu melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi yaitu pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dokumen terkait