• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON SOSIAL PENGUNJUNG LESEHAN TERHADAP PENGAMEN JALANAN DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RESPON SOSIAL PENGUNJUNG LESEHAN TERHADAP PENGAMEN JALANAN DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan

Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH:

HASNAWATI 105 382 672 13

PROGRAM STUDI STRATA SATU (S1) JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017

(2)

Kupersembahkan karya ini buat:

Suamiku tercinta Azwar Sultan, kedua orang tuaku H.Saleng dan Mina, kedua Mertuaku Muhammad Sultan S.E dan Rahmawati, S.Pd, Saudara(i)ku dan sahabat seperjuanganku, Atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(3)

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh H.

Nursalam M.Si dan Jamaluddin Arifin S.Pd M.Pd.

Skripsi ini membahas mengenai Respon Sosial Pengunjung Lesehan Terhadap Pengamen Jalanan di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriktif sehingga data yang ada perlu dianalisi atau di interpretasikan dengan menggukanan kata-kata atau kalimat yang rasional dan logis sesuai dengan data yang ada. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku sosial pengamen jalanan terhadap pengunjung lesehan dan penerimaan pengunjung lesehan terhadapa pengamen jalanan.

Dan hasil akhir yang ingin diperoleh adalah bukan untuk menggenaralisir hasil temuannya, namun untuk menjelaskan keunikan kasus yang sedang dikaji.

Hasil dari penelitian ini memperlihatkan perilaku sosial pengamen terhadap pengunjung yaitu: Menyanyikan lagu-lagu yang disenangi pengunkung, bersikap ramah, berperilaku baik dan sopan kepada pengunjung dan terkadang ada juga yang marah-marah terhadap pengunjung, memaksa, berkata kasar. Pandangan masyarakat terhadap pengamen juga bervariatif ada yang memandang bahwa dengan baik dan ada juga yang berpandangan tidak baik terhadap pengamen.

Dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, pandangan masyarakat bahkan sudah sejak dahulu kala mereka ada yang pro dan kontra tentang kehadiran pengamen dalam tataran sosial. Terkadang pandangan masyarakat yang disematkan kepada pengamen menjadikan mereka seolah-oleh penjahat yang siap untuk membahayakan. Dalam hal ini perlu adanya solusi yang tepat dalam penanganannya, untuk itu sebagai orang tua harus memberikan tanggung jawab dan kasih sayang kepada anak-anaknya.

Kata Kunci : Respon Sosial, Pengunjung, Pengamen

(4)

Assalamu Alaikum Warahmahtullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Respon Sosial Pengunjung Lesehan Terhadap Pengamen Jalanan Di Kota Makassar” dan merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Banyak hikmah dan pengalaman berharga yang dapat menjadi pelajaran bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Tapi tidak sedikit pula yang menjadi hambatan dan kesulitan yang didapatkan, namun berkat ketabahan, keikhlasan, kerja keras, serta ketekunan dan kemauan yang disertai dengan do’a dan motivasi dari berbagai pihak. Alhamdulillah Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Karena itu dalam kesempatan ini penulis ini menghaturkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimah kasih yang tak terhingga kepada:

Teristimewa kepada orang tua tercinta Ayahanda H.Salim dan ibunda Mirna, atas segala jerih payah, kasih sayang, pengorbanan baik materi maupun moril serta do’a yang senantiasa di berikan kepada penulis sampai akhir penulisan

(5)

Arifin S.Pd M.Pd, pembimbing II dengan ikhlas memberikan masukan, arahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini, Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE,Ak, M.Si, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib. S.Pd, M.Pd, P.hd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. H. Nursalam, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Serta semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu selama dalam proses penyelesaian Skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas jasa atas segala bantuan dan dorongan yang telah penulis dapatkan dari pihak-pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa sebagai hamba Allah SWT, tidak akan lepas dari segala kekhilafan serta segala keterbatasan. Akhirnya penulis berharap semoga aktivitas keseharian kita senantiasa bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

Makassar, September 2017

HASNAWATI

(6)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Defenisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP A. Kajian Pustaka... 10

1. Pengertian Respon Sosial... 10

2. Tinjauan Anak Jalanan dan Pengamen Jalanan ... 12

3. Tindakan Sosial... 17

4. Fenomena Pengamen Jalanan Dikota Makassar ... 18

5. Tinjauan Teori ... 20

6. Penelitian Yang Relevan ... 28

B. Kerangka Konsep ... 29 BAB III METODE PENELITIAN

(7)

E. Instrumen Penelitian... 34

F. Sumber Data... 35

G. Tehnik Pengumpulan Data... 36

H. Tehnik Analisis Data... 38

I. Tehnik Keabsahan Data ... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Makassar ... 40

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

BAB V PENERIMAAN PENGUNJUNG TERHADAP PENGAMEN A. Identitas Informan ... 50

B. Macam-Macam Pengamen... 54

C. Penerimaan Pengunjung Lesehan Terhadap Pengamen Jalanan... 57

D. Interpretasi Hasil Penelitian ... 60

BAB VI PERILAKU SOSIAL PENGAMEN TERHADAP PENGUNJUNG A. Identitas Informan ... 62

B. Relasi Sosial Pengamen Terhadap Keluarga/Orang Tua ... 67

C. Cara Dan Tindakan Informan Saat Mengamen... 68

D. Perilaku Sosisal Pengamen Terhadap Pengunjung ... 69

E. Interpretasi Hasil Penelitian ... 73

BAB VII PENUTUP A. KESIMPULAN ... 75

B. SARAN ... 76 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(8)

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 40

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk ... 42

Tabel 4.2 Jumlah Desa/Kelurahan ... 43

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan ... 44

Tabel 4.4 Banyak Penduduk Menurut Kelurahan ... 46

Tabel 5.1 Interpretasi Hasil Penelitian Penerimaan Pengunjung ... 61

Tabel 6. 1 Interpretasi Hasil Penelitian Perilaku Sosial Pengamen ... 77

(9)
(10)
(11)

A. Latar Belakang

Salah satu dampak negative yang muncul akibat adanya era globalosasi adalah masalah ekonomi. Meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk di Indonesia tidak di imbangi dengan tersedianya bahan pangan ,tempat tinggal yang layak serta lapangan pekerjaan. Kondisi inilah yang menimbulkan berbagai macam masalah serius seperti kemiskinan, kelaparan, meningkatnya jumlah tunawisma dan tingginya angka pengangguran dan putus sekolah pada anak-anak dan remaja dengan alasan ekonomi.

Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia mempunyai komitmen terpenuhinya hak anak dan perlindungan anak yang merupakan bagian dari hak asasi manusia antara lain hak untuk hidup, kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas dan terlindungi

Dalam UUD 1945, “fakir miskin dan anak terlantar itu di pelihara oleh Negara” berkmakna pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak – hak asasi anak jalanan pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umunnya. Mereka perlu mendapatkan hak haknya secara normal sebagai mana

(12)

lingkunga keluarga dan pilihan pemeliharaan (family environment and alternative) kesehatan dasar dan kesejahteraan, pendidika, rekreasi, dan budaya(education, leisure and culture activities), dan perlindungan khusus (special protection) .

Fenomena pengamen di era globalosasi sebagian besar di latar belakangi oleh kemiskinan. Kemiskinan bukanlah sesuatu yang terwujudsendiri , tetapi terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek dalam kehidupan manusia.

Aspek – aspek yang utama adalah social dan ekonomi.

Yang perlu di catat bahwa setiap manusia memiliki cara untuk mengembangkan dan menunjukkan bakat yang di miliki, manusia juga bebas berupaya untuk mendapatkan sesuatu yang di inginkan. Individu lahir menjadi pribadi yang unik dengan konsep gaya hidupnya, impian dan harapan yang berbeda dengan orang lain. Manusia memiliki kekuatan untuk bebas menjadi apapun sesuai dengan apa yang di kehendaki serta manusi bertanggung jawab atas apa yang di perbuatnya (Alvisol, 2009)

Melalui cara demikian, manusia menciptakan kekuatan kreatif untuk mengontrol kehidupannya mencapai tujuan akhir dan menentukan apa yang ingin di capainya, manusia juga dapat bebas dalam menentukna cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut

Kemiskinan yang terjadi di kota kota besar di Indonesia termasuk Makassar menimbulkan dampak negative bagi masyarakat dan dari itu lantas memunculkan banyak fenomena–fenomena social perubahan yang terjadi di masyarakat yang

(13)

semakin memberikan dinamika dalam hidup mengakibatkan munculnya mata pencaharian baru di Masyarakat, salah satunya adalah mengamen.

Kebutuhan hidup yang semakin bertambah menjadikan pengamen sebagai alternative untuk mendapatkan uang. Mereka biasanya kita jumpai di persimpangan jalan, di dalam bus dan warung makan. Pengamen menampilan sesuatu di depan audiens dengan bekal yang mereka miliki, lalu mereka mengharap uang dari audiens sesuai dengan ferfomance yang ia tampilkan.

Pengamen adalah pekerja seni yang menjual kesenian untuk mendapatkan imbalan, sehingga untuk mendapatkan uang yang sesuai yang di harapkan, sebaiknya pengamen memiliki kualitas seni yang bagus sebagai modal mereka menjalankan profesi tersebut .

Fenomena social pengamen memiliki dua arti yaitu pengaruh yang hanya bekerja di jalanan dan menunjukkan gaya kehidupan di jalanan. Bekerja di jalanan artinya mencari nafkah hanya mengandalkan pengamen untuk kebutuhan hidup sedangkan gaya hidup di jalanan hanya sekedar mewujudkan dapat hidup di jalanan dan tidak hanya mengandalkan hasil pengamen.

Perkembangan zaman yang semakin kompleks, budaya ngamen ini juga ikut berkembang menjadi salah satu peluang untuk mencari nafkah, pada kenyataannya saat ini, istilah pengamen jalanan atau musisi jalanan yang melekat pada pengamen kirany sudah kabur, karena mereka sekarang sudah banyak meninggalkan unsure seni sebagai identitas dan seharusnya menjadi untuk

(14)

mencari nafkah. Sekarang ini banyak di antara mereka meminta uang walaupun menyanyi seadanya dan suara sumbang dan ada pula hanya burgumam tidak jelas

Sebagian masyarakat menganggap bahwa pengamen memiliki gambaran yang buruk, mereka seperti tidak mau tau. Masyarakat hanya tau bahwa pengamen adalah kumpulan manusia pemalas, pemaksa dan amat pengganggu. Pengamen harusnya dapat di hargai sehingga mereka merasa dirinya di akui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk memprtahankan hidupnya dengan cara itu.

Pengamen sering di kucilkan dan tidak di anggap keberadaannya di dalam masyarakat, mereka hidup di jalanan dan berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Namaun sebagian dari mereka menganggap bahwa pekerjaannya sama mulianya dengan profesi lainnya.

Pengamen di warung makan/lesehan harusnya dapat memberikan hiburan bagi pengunjung.Meskipun begitu tidak semua pengamen mengerti tentang peran yang seharusnya, ada pengamen yang menampilkan lagu seadanya, terkesan memaksa saat meminta uang ataupun berharapa untuk lebih di kasihani.

Fenomena merebeknya pengamen menjadi persoalan yang komplek.

Pengamen jalanan sendiri merupakan salah satu dari beberapa persoalan seputar permasalahan yang perlu penanganannya secara cepat dan tepat.

Menurut Darsinah dkk (2013:14) , kajian penelitian yang relevan adalah uraian secara sistemiatis mengenai hasil-hasil penelitin yang telah di lakukan oleh

(15)

peneliti terdahulu. Penelitian tersebut harus ada hubungannya dengan penelitian yang akan di lakukan. Berikut akan di jelaskan mengenai penelitian yang sesuai dengan penelitian ini.

Penelitian Risjuliana (2014), berjudul “eksploitasi pengamen jalanan”

mengatakan bahwa hasil penelitian adalah Keberadaan pengamen jalanan dengan mencari nafkah sekiranya melahirkan banyak potensi terhadap diri mereka.

Beberapa bentuk-bentuk eksploitasi yang di alami oleh mereka berupa eksploitasi fisik dan eksploitasi psikologi. Dalam hal ini, dapat bersifat personal baik yang sudah actual maupun yang baru potensial.

Penelitian Hayyu (2011), berjudul “studi korelasi antara persepsi terhadap lingkungan social dengan motivasi menjadi pengamen” mengatakan bahwa hasil analisis data dengan menggunakan tekhnik korelasi product momen dari pearson di peroleh ® sebesar 0, 760 denga p<0,01, yang berarti dapat di simpulkan ada hubungan positif antar persepsi terhadap lingkungan social dengan motivasi menjadi pengamen, artinya semakin positive persepsi seseorang bahwa pengamen di terima di lingkungan sosialnya maka tinggi orang tersebut menjadi pengamen.

Penelitian Hakim (2010), betjudul “perbedaan motivasi kerja antara pengemis dan pengamen” mengatakan behwa selitnya seseorang mendapatkan pekerjaan membuat semakin mundurnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia.Pengemis dan pengamen merupakansalah satu dampak negative pembangunan tersebut, pengemis dan pengamen ini tentu sangat erat kaitannya dengan kemiskinan dan ketersediaan lapangan pekerjaan.

(16)

Penelitian Kristiana (2009), berjudul “Interaksi social pada pengamen di sekitar termina tirtonadi Surakarta” mengatakan semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di Negara ini.

Hal ini dapat di lihat dengan semakin banyaknya jumlah pengamen jalanan, terutama di Kota Surakarta. Pengamen jalanan timbul akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di kota ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor yang menyebabkan menjadi pengamen di sekitar terminal tirtonadi Surakarta dan sebagai interaksi social pengamen di sekitar terminal tirtonadi Surakarta. Untuk memperolah data yang perlukan dalam penelitian ini di gunakan metode wawancara, observasi atau catatan lapangan, dan dokumentasi

Informan dalam penelitian ini sebanyak lima orang dengan karakteristik, sebagai berikut: a).usia pengamen 18-30 tahun b).sudah berada di jalanan minimal 5 tahun, c) tidak bergantung secara financial kepada keluarga d) bekerja sebagai pengamen e) berkeliaran sekitar terminal tirtonadi Surakarta. Kesimpulan dari penelitian ini di peroleh bahwa latar belakang keberadaan pengamen di pengaruhi oleh factor a). keadaan kondisi keluarga b) keadaan ekonomi keluarga, c) keinginan untuk mencukupi kebutuhan hidup secara mandiri.

Makassar sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga menyimpan kesemrawutyan kota dengan segala problemnya. Pertumbuhan inftastruktur yang begitu cepat memaksa kaum marginal di kota Makassar ikut terdesak .

Berdasarkan pada uruian tersebut di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Respon Sosial Pengunjung Lesehan Terhadap Pengamen Jalanan di Kota Makassar”

(17)

Alasan peneliti menjadikan respon sosial pengunjung lesehan terhadap pengamen sebagai fokus penelitian karena sesuai data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa kehadiran pengamen memunculkan persepsi-persepsi atau pandangan dari masyarakat sekitar. Pengamen jalanan adalah lukisan sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat sekarang ini. Bahkan sudah sejak dahulu kala mereka ada yang pro dan kontra terhadap kehadiran mereka dalam tataran sosial sering mengintimidasi kaum pengamen. Pandangan positif terhadap pengamen menyebabkan kebanyakan dari subjek penelitian mengalami kecemasan yang rendah di bandingkan yang memiliki persepsi negative. Seseorang yang memiliki persepsi positif akan menganggap pengamen sebagai suatu hal yang biasa, bukan merupakan gangguan ataupun ancaman sehingga lebih dapat menerima keberadaannya dan tidak menimbulkan rasa tidak aman ketika pengamen lagi mengamen di pantai losari.

Lain halnya dengan orang yang memiliki pandangan negative terhadap pengamen, morang tersebut akan menganggap pengamen sebagai suatu gangguan, meresahkan bahkan ancaman sehingga orang tersebut mudah mengaalami kecemasan, pandangan dari masyarakat sekitar, bahkan sudah sejak lama mereka ada yang pro dan ada yang kontra terhadap kehadiran mereka dalam tataran sosial.

Pandangan positif dan negative seringkali mereka dapatkan. Bahkan sebagian dari mereka para pengamen yang sadar akan persepsi masyarakat yang keliru menggeranalisir citra mereka, berusaha melawannya. Mereka dengan idealismenya sendiri menentang persepsi tersebut dengan menampilkan citra diri mereka sesungguhnya.

(18)

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah di paparkan di atas maka permasalahan yang dapat di rumuskan adalah

1. Bagaimana penerimaan pengunjung lesehan terhadap pengamen jalanan di Kota Makassar

2. Bagaimana perilaku social pengamen jalanan terhadap pengunjung lesehan Kota Makassar

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak di capai melalui serangkaian kegiatan penelitian, karena segala yang di usakan pasti mencapai tujuan tertentu yang sesuai dengan permasalahan. Sesuai denga persepsi tersebut dan berpijak pada rumusan masalah yang telah di sebutkan , maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui gambaran penerimaan pengunjung lesehan terhadap Pengamen jalanan di Kota Makassar

2. Untuk mengetahui gamabaran perilaku social pengamen jalanan terhadap pengunjung lesehan di Kota Makassar

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang terkait akademisi serta masyarakat secara keseluruhan, manfaat yang dapat di perolah dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis

(19)

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kajian ilmu sosiologi mengenai respon sosial pengunjung lesehan terhadap pengamen jalana di kota makassar serta dapat member masukan terhadap peniliti selanjutnya

2. Manfaat Praktis

Memberikan pengetahuan sejauh mana kualitas pengamen jalanan dalammenghibur para pengunjung lesehan untuk mendapatka penghasilan serta menggambarkan Respon social pengunjung lesehan terhadap pengamen jalanan .

E. Defenisi Operasional

Untuk menciptakan kesatuan persepsi terhadap objek yang akan diteliti, maka perlu dikemukakan defenisi operasional sebagai berikut:

1. Respon berasal dari kata response yang berarti balasan atau tanggapan (reaction) .

2. Lesehan adalah suatu budaya dalam hal memperjualbelikan makanan atau sesuatu barang sembari duduk.

3. Pengamen adalah berasal dari kata amen atau mengamen (menyanyi, main musik dsb) untuk mencari uang

4. Pengamen jalanan merupakan sesorang yang mampu mempertunjukkan keahliannya dibidang seni yang mampu menghibur masyarakat yang ada disekitarnya disaat bernyanyi maupun main musik demi mendapatkan uang.

5. Kota Makassar adalah ibu kota dari provinsi sulawesi selatan.

(20)

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Respon Sosial

Respon berasal dari kata response, yang berarti belasan atau tanggapan (reaction).Respon adalah istilah psikologi yang di gunakan untuk menanamkan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatar belakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi.Respon pada prososesnya di dahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku untuk menghadapi rangsangan tertentu.Jadi berbicara tentang respon tidak terlepas dari pembahasan sikap.

Respon juga di artikan sebagai suatu sikap atau tingkah laku yang berwujud baik sebelum pemahaman yang detail, penelitian, pengaruh, dan penolakan, suka atau tidak suka, serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur,2003) .

Secara umum dapat di katakana bahwa tiga factor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu :

1. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang di lihatnya itu, ia di pengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya

2. Sasaran respon tersebut berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat – sifat orang itu biasanya berpengaruh terhadapa respon orang yang melihatnya. Dengan

(21)

kata lain gerakan, suara, tindakan-tindakan dan cirri-ciri lain dari sasaran respon tersebut turut menentukan cara pandang orang

3. Factor situasi, respon dapat di lihat secara konstektual artinya dari situasi mana respon itu timbuk mendapat perhatian. Situasi merupakan factor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapn seseorang (Mulyani: 2007: )

Dalam Dollard dan miller mengemukakan bahasa memegang peranan penting dalam pembentukan respon. Respon – respon tertentu terikat dengan kata–kata tertentu, oleh karena, itu ucapan dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hirarki mana yang bekerja (Cyrilla, 2009)..

Menurut teori simbolik, individu dalam memberikan respon di dasarkan pada pemahaman mereka terhadap fenomena social yang akan mereka respon. Berbeda dengan teori behavior, di mana individu dalam merespon fenomena social tidak di dasarkan pada pemahaman mereka fenomena social tersebut (Ritzer, Goerge dan Douglas J Goodman: 2004).

Ada beberapa prinsip atau hukum mengenai hubungan stimulus dan respon, antara lain

1. Law effect (hukum pengaruh hubungan)

Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika di sertai dengan perasaan senang dan puas tetapi sebaliknya kurang erat dan bahkan lenyap kalau di sertai dengan perasaan tidak senang.

(22)

2. Law of multifle response (hukum respon yang beragam)

Dalam situasi problematic, kemungkinan respon di terima dengan positif tidak segera nampak sehingga perlu di lakukan sosialisasi sehingga prosedur dapat di terima. Prosedur ini di sebut Trial and Eror.

3. Law of exercise (hukum penggunaan)

Hubungan antara stimulus dan respon akan tambah erat bila sering di pakai dan akan kurang bahkan lenyap bila jarang atau tidak pernah di gunakan.

4. Law of assimilation (hukum penusuaian)

Seseorang dapat meberikan respond dan menyusuaikan diri yang sesuai dengan situasi yang sebelumnya.

2. Tinjauan Anak Jalanan dan Peengamen Jalanan a. Anak Jalanan

Menurut undang-undang RI No. 23 Tahun 2002 Tentang perlindungan anak, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Odi Shalahuddin dalam bukunya “anak jalanan perempuan” mendefenisikan aanak jalanan sebagai berikut:

“seseorang yang berumur dibawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh wakttunya di jalanan dengan melakukan kegiatan- kegiatan guna mendapatkan uang atau guna mempertahankan hiddupnya”

Sedangkan Wahyu Nurhadjatmo dalam bukunya “Seksualitas Anak Jalanan”, memaparkan defenisi anak jalanan yang diberikan oleh UNICEF sebagai berikut:

(23)

“Anak jalanan adalah mereka yang masih dibawah umur 16 tahun (minor) yang menghabiskan sebagian besar waktu terjaganya untuk bekrja atau menggelandang di jalan-jalan kota ”.Dan/atau “Anak jalanan adalah mereka yang menjadikan jalanan (dalam arti luas, termasuk kegunaan bangunan yang tak berpenghuni) sebagai rumah mereka, sehingga merupakan suatu hasil dimana mereka tak memiliki perlindungan, pengawasan atau pengarahan dari orang-orang dewasa yang bertanggung jawab.

Anak (jamak:anak-anak) adalah seseorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Menurut psikologi, anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam belas tahun, periode ini biasanya di sebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun-tahun sekolah dasar (Bawengan, 1991:43).

Anak dalam makna sosial ini lebih mengarahkan pada perlindungan kodrati karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh seorang anak.

Faktor keterbatasan kemampuan karena anak berada pada prroses pertumbuhan, proses belajar, dan proses sosialisasi dari akibat usaha yang belum dewasa, disebabkan kemampuan daya nalar dan kondisi fisik dalam pertumbuhan dan mental spiritual yang berada dibawah kelompok usia orang dewasa.

Berdasarkan Undang-undang perkawinan No. 1/1974 pasal 47 (!) dikatakan bahwa anak adalah “seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, ada di bawah kekuasaan orang

(24)

tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya”. Dalam Undang- undang No. 4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak disebutkan anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum perrnah menikah.

Konversi hak anak (KHA), mendefinisikan anak secara umum sebagai yang umumnya belum mencapai 18 tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam perrundangan rnasional. Di dalam undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak (UUPA), anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak juga yang masih dalam kandungan.

Anak jalanan sebagai anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dijalanan baik mencari nafkah maupun berkeliaran dijalan dan tempat-tempat umum lainnya (Nurhadi, 1994:89).Berdasarkan pada penjelasan terdahulu tentang anak jalanan, dapat disimpulkan bahwa eksistensi anak adalah pemanfaatan pemanfaatan untuk keuntungan sendiri bagi orang tua atau orang yang lebih dewasa dari anak yang dibawah umur. Dengan kata lain anak-anak digunakan sebagai media untuk mencari uang atau mempekerjakan anak dengan tujuan ingin meraih keuntungan.

Berdasarkan defenisi operasional dan karakteristik jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dimana anak jalanan termasuk kedalam jenis penyandang masalah kesejahteraan sosial, anak jalanan adalah anak yang berusia 5-<18 tahun yang sebagian waktunya berada dijalanan sebagai

(25)

pengamen, pengemis, pedagang asongan, jualan koran, jasa semir sepatu dan mengelap mobil.

b. Pengamen Jalanan

1. Defenisi pengamen jalanan

Defenisi pengamen itu sendiri, awalnya berasal dari kata amen atau mengamen (menyanyi, main musik, dsb) untuk mencari uang. Amen atau mengamen (penari, penyanyi atau pemain musik yang tidak bertempat tinggal tetap, berpindah-pindah dan mengadakan pertunjukan ditempat umum). Jadi pengamen itu mempertunjukkan keahliannya dibidang seni.Seorang pengamen tidak bisa dibilang pengemis, karena perbedaannya cukup mendasar.Seorang pengamen yang sebenarnya harus betul–betul dapat menghibur orang banyak dan memiliki nilai seni yang tinggi, sehingga yang melihat, mendengar atau mendengar pertunjukkan itu secara rela merogoh koceknya, bahkan dapat memesan lagu kesukaannya dengan membayar mahal.

Semakin hari semakin banyak pengamen jalanan yang bertambah disetiap sudut-sudut jalan, ditempat keramaian seperti di warung-warung makan yang ada dikota Makassar mulai dari anak balita sampai yang sudah tua, dari yang dilengkapi musik seadanya sampai yang lengkap seperti pemain band, dari yang berpenampilan kotor sampai yang rapih, dari suaranya yang fals sampai yang bagus. Yang paling memprihatinkan adalah anak dibawah umur yang terpaksa dan dipaksa untuk ngamen dan setiap uang yang mereka dapat disetor kepada orang tua mereka atau kelompok tertentu.

(26)

Pengamen merupakan komunitas yang relatif baru dalam kehidupan pinggiran perrkotaan, setelah kaum gelandangan, pemulung, pekerja sex kelas rendah, selain itu juga dianggap “virus social” yang mengancam kemampuan hidup masyarakat, artinya pengamen jalanan dianggap sebagai anak nakal, tidak tahu sopan santun, brutal, pengganggu ketertiban masyarakat. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika mereka sering diperlakukan tidak adil dan kurang manusiawi terutama oleh kelompok masyarakat yang merasa terganggu oleh komunitas anak jalanan seperti golongan ekonomi kelas atas.(Evi Nurvida, 2000:14)

Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpilkan bahwa pengamen adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan anak jalanan dengan cara menyanyikan lagu baik menggunakan alat maupun tidak. Sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran dijalan atau tempat-tempat umum lainnya, atau bergantung dengan keluarganya dan mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup dijalanan.

2. Karakteristik Pengamen Jalanan

Berdasarkan tipologi tersebut untuk kemudian dapat dilihat karakteristik atau sifat-sifat yang menonjol dari pengamen jalanan, di antaranya adalah: (!) kelihatan kumuh dan kotor, baik kotor tubuh, maupun kotor pakaian, (2) memandang orang lain yang tidak hidup dijalanan sebagai orang yang dapat dimintai uang, (3) mandiri, artinya anak-anak tidak terlalu menggantungkan hidup, terutama dalam hal tempat tidur atau makan, (4) mimik wajah yang selalu memelas, terutama ketika berhubungan dengan orang yang bukan dari

(27)

jalanan, (5) anak-anak tidak memiliki rasa takut untuk berinteraksi baik berbicara dengan siapapun selama dijalanan, (6) malas untuk melakukan kegiatan anak “rumahan” misalnya jadwal tidur selalu tidak beraturan, mandi, membersihkan badan, gosok gigi, menyisir rambut, mencuci pakaian atau menyimpan pakaian. (Abdulsyani, 1987:32).

Bahwa secara umum anak-anak jalanan seperti pengamen jalanan yang biasa terdapat disekitar perkotaan memiliki kesamaan ciri-ciri, antara lain: (1) berada ditempat umum (jalanan, warung, pasar, pertokoan dan tempat-tempat hiburan) selama 3 (tiga) sampai dengan 24 jam sehari; (2) berpendidikan rendah (kebanyakan sudah putus sekolah, dan sedikit sekali yang berpendidikan tamat SD; (3) berasal dari keluarga tidak mampu (kebanyakan dari kaum urban, dan beberapa di antaranya tidak jelasw keluarganya); (4) melakukan aktivitas ekonomi (melakukan pekerjaan pada sektor informal).

(Andari, Soetji, 2007)

3. Tindakan Sosial

Manusia sebagai makhluk yang senantiasa melakukan tindakan-tindakan untuk menvcapai tujuan tertentu. Tindakan merupakan suatu perbuatan, perilaku atau aksi yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya guna mencapai tujuan tertentu. Dimana tindakan social adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan berorientasi atau dipengaruhi orang lain. Menurut Max Weber tindakana social dapat digolongkan menjadi 4 tipeyaitu:

1. Tindakan Rasional Instrumental

(28)

Tindakan ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan dicapai.

2. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai

Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu diperhitungkan oleh sipelaku.Pelaku hanya beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam criteria baik dan benar menurut ukuran dan penilaian masyarakat.

3. Tindakan Tradisional

Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan tindakan hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang digunakan.

4. Tindakan Afektif

Tindakan ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa pertimbangan akal budi.Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa perencnaan matang dan kesadaran penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai reaksi spontan atas suatu peristiwa.

4. Fenomena Pengamen Jalanan Di Kota Makassar

Makassar adalah ibu kota dari provinsi Sulawesi selatan yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Makassar memiliki wilayah seluas 175, 77 km/

dan penduduk sebesar kurang lebih 1, 25 jiwa dalam perkembangan kota

(29)

Makassar masih meninggalkan beberapa masalah kesejahteraan social salah satunya pengamen jalanan.

Salah satu tempat dikota Makassar yang marak pengamen jalanan yaitu warung makan/lesehan karena tempat ini ramai dengan pengunjung baik disore hari maupun dimalam hari karena keramaian tempat ini menjadikan lahan bagi pengamen jalanan untuk mencari nafkah. Interaksi social yang terjadi antara pengunjung dan pengamen sangat negative tidak sedikit dari mereka yang mengamen meresahkan pengunjung yang datang, permasalahan ini sering terlihat, pengamen yang langsung saja memainkan senar gitarnya dan menggetarkan pita suara, meskipun pengunjung tidak ingin menikmati sajian music mereka.

Di satu sisi mereka mencari nafkah dan mendapatkan pendapatan yang dapat membuatnya bertahan hidup dan menopang kehidupan keluarga. Namun di sisi lain kadang juga mereka berbuat hal-hal yang merugikan orang lain.

Salah satu tempat dikota Makassar yang marak dengan anak jalanan yaitu kawasan Pantai Losari yang merupakan kawasan pariwisata di kota Makassar, tempat ini selalu rame dengan pengunjung pada sore dan malam hari karena keramean tempat ini menjadikan lahan bagi anak jalanan mencari nafkah. Anak jalanan di kawasan Pantai Losari kebanyakan berprofesi sebagai pengamen, jumlah anak jalanan di pantai losari sebanyak 150 anak jalanan, anak jalanan yang ada berusia di kawasan pantai losari dari 4 - < 17 tahun. Interaksi sosial antara pengunjung dan anak jalanan sangat negatif tidak sedikit dari mereka yang mengamen di tempat ini meresahkan pengunjung yang datang di kawasan pantai losari, permasalahan dikawasan ini sering terlihat pengamen yang langsung saja

(30)

memainkan senar gitarnya dan menggetarkan pita suaranya, meskipun sang pengunjung tak ingin menikmati sajian musik yang mereka gelar.

Peristiwa itu pun akan berakhir dengan sebuah pemaksaan untuk membayar ongkos jasa, bahkan terkadang sang pengamen ngotot hingga upah itu diberikan. Bahkan anak jalanan di pantai Losari sangat berani memaksa pengunjung agar diberikan upah, mereka tidak takut karena anak jalanan dikawasan pantai losari berkelompok selain itu mereka juga di lindungi sama orang tua yang kebetulan bekerja sebagi pedagang asongan dan preman-preman yang ada dikawasan pantai losari itu menyebabkan mereka sangat agresif, tidak jarang juga sampai menimbulkan percekcokan antara pengunjung yang datang ketempat ini hubungan sosial antara anak jalanan sangat kental terlihat. Jaringan sosial yang ada dilingkungan ini sangat berpengaruh, dimana jaringan tersebut menfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi yang memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama dengan anak jalanan.

Melihat hal diatas siapa aktor yang berhubungan dekat dengan anak jalanan, orang tua bisa sebagai tokoh yang berperan penting karena kondisi ekonomi, selain itu orang-orang yang memanfaatkan keberadaan anak jalanan sebagai aset yang berharga (preman) juga bisa sebagai aktor dari fenomena yang terjadi dikawasan pantai Losari yang berhubungan dengan anak jalanan

5. Tinjauan Teori a. Tindakan Sosial

Teori tindakan social yang di perkenalkan oleh Max weber. Menurut Max Weber tindakan social adalah suatu tindakan individu sepanjang tindakan itu

(31)

mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan di arahkan kepada tindakan orang lain. Suatu tindakan individu akan di katakana tindakan social ketika tindakan itu benar–benar di arahkan kepada orang lain (individu lainnya). Bahkan terkadang tindakan dapat berupa berulang kembali dan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu (Weber dalam Turner 2000)

Ada 5 ciri-ciri tindakan social menurut Max Webere. Sebeagai berikut 1. Jika tindakan manusia itu menurut aktornya mengandung makna subjektif dan

hal meliputi berbagai tindakan nyata .

2. Tindakan nyata itu bisa bersifat membatin sepenuhnya

3. Tindakan itu bisa berasal dari akibat pengaruh positif atas suatu situasi, tindakan yang sengaja di ulang atau tindakan dalam bentuk perasetujuan secara diam- diam dari pihak manapun.

4. Tindakan itu di arahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu . 5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang

lain .

Selain ke lima ciri pokok tersebut, menurut weber tindakan social dapat pula di bedakan dari sudut waktu hingga ada tindakan yang di arahkan kepada waktu yang sekarang , waktu yang lalu, dan waktu yang akan datang. Sasaran suatu tindakan social bisa individu tetapi juga bias kelompok atau sekolompok orang .

Weber membedakan tindakan social ke dalam empat tipe yaitu:

1. Tindakan Rasional Instrumental

(32)

Tindakan ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan dicapai.

2. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai

Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu diperhitungkan oleh sipelaku.Pelaku hanya beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam criteria baik dan benar menurut ukuran dan penilaian masyarakat.

3. Tindakan Tradisional

Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasional. Seseorang melakukan tindakan hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang digunakan.

4. Tindakan Afektif

Tindakan ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa pertimbangan akal budi.Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa perencnaan matang dan kesadaran penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai reaksi spontan atas suatu peristiwa

b. Interaksi Simbolik

Interaksi simbolik merupakan istilah yang diperkenalkan oleh Blimmer tahun 1937 melalui tulisan-tulisannya yang dipengaruhi oleh pemikiran Jhon Dewey, William I, Thomas, dan Charless H. Cooley.

Dalam ilmu social, perspektif interaksi simbolik sering dianggap berada di

(33)

bawah perspektif interpretif atau perspektif fenomologis. Istilah fenomologis itu sendiri bias berrarti pandangan ilmu pengetahuan yang menganggap keadaan manusia dan makna subjektifnya sebagai focus untuk memahaminya tindakan social (Natanson dalam Mulyana 2008,59). Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, teori interaksi simbolik memiliki pengikut dan metodenya sendiri. Jika fenomologi menekankan upaya untuk

“memahami”, interaksi simbolik menekankan pada upaya “penafsiran” atas pemaknaan yang dihasilkan dalam interaksi (Laksono, 2013:255).

Berbeda dengan teori fungsionalisme Talcontt Prsons yang lebih menekankan struktur yang membentuk interaksi masyarakat, interaksi simbolik justru menganggap kalau perilaku manusialah yang merupakan factor terpenting yang membentuk interaksi tersebut. Proses tersebut terbentuk dari realitas social yang brsifat intersubjektif adalah tema yang bermakna anggota masyarakat membagi dan menginternalisasikan pemahaman mereka tentang dunia melalui sosialisasi dan memungkinkan mereka melakukan interaksi atau komunikasi. Dengan kata lain, dalam upaya memahami realitas social, interaksi simbolik akan menekankan focus penelitiannya pada subjek alih-alih struktur masyarakat.

Menurut interaksi simbolik, kehidupan social pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan symbol-simbol. Oleh karena itu, penganut teori ini akan berupaya memahami bagaimana symbol terbentuk, makna dalam symbol, dan bagaimana symbol itu memberikan pengaruh dalam interaksi social. Symbol itu sendiri, didefenisikan sebagai

(34)

suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respon manusia adalah dalam pengertian makna dan nilainya alih-alih dalam pengertian stimulasi fisik dari alat-alat inderanya (Douglas dalam Mulyana 2008:77). Dengan pengertian ini, banyak hal disekitar kita bisa diartikan sebagai symbol. Bahasa adalah symbol, gambar adalah symbol, ekspresi adalah symbol, dan masih banyak hal lainnya yang bisa diartikan sebagai symbol. Hal yang terpenting dalam symbol adalah bagaimana makna didalamnya bisa memengaruhi orang, jadi symbol bukan persoalan cirri fisik semata (Rose 1974:140). Dengan demikian, penganut interaksi simbolik yang beranggapan bahwa individu aktif dalam menafsirkan sesuatu disekelilingnya, mereka dapat menghindari problem- problem strukturalisme dan idealisme dan mengemudikan jalan tengah di antara kedua pandangan tersebut.

Dalam memandang individu atau kelompok, interaksi simbolik beranggapan bahwa berbeda dengan hewan, manusia aktif dalam membentuk dan menafsirkan makna yang mereka dapat disekeliling mereka. Inilah yang menjadi penyebab mengapa teknik-teknik ilmu alam susah kalau bukan tidak mungkin diterapkan ke dalam ilmu social.

Tindakan individu alih-alih terjadi secara alamiah, justru penuh dengan berbagai motif dan pemaknaan. Sebelum mengambil tindakan, dalam setiap situasi fenomologis, yakni secara alamiah, justru penuh dengan berbagai motif dan pemaknaan. Sebelum mengambil tindakan, dalam setiap situasi fenomologis, yakni konteks ruang, waktu dan historis yang secara unik

(35)

menempatkan individu, kitaq memiliki dan menerapkan persediaan n pengetahuan yang terdiri dari semua fakta, kepercayaan, keinginan, prasangka dan aturan yang kita pelajari dari pengalaman pribadi dan pengetahuan siap pakai yang tersedia bagi kita didunia yang ke dalamnya kita lahir (Mulyana 2008:62)

Sebagaimana yang dinyatakan Schutz (1964), setiap dari kita memiliki dua kategori pengetahuan sebagai persediaan pengetahuan dalam merespon symbol-simbol di sekitar kita.

1. Kategori pengetahuan yang bersifat pribadi atau mencirikhaskan individu dari individu yang lain. Kategori ini berhubungan identitas diri kita, atau proses penemuan dan pembentukan diri kita.

2. Kategori pengetahuan yang telah terbentuk dan dianut dalam sebuah kelompok yang berisi norma-norma, aturan, kebiasaan, budaya, dan common sense (akal sehat).

Kedua kategori pengetahuan inilah yang kita gunakan sebagai persediaan kita dalam merespons segala situasi yang kita temukan.

Schurtz juga menjelaskan bahwa dalam interaksi, individu atau actor secara khas merujuk kepada motif-motif tertentu. Motif yang dimaksud schurtz bisa dibagi menjadi dua yakni ‘motif untuk” dan

“motif karena”. Motif yang pertama menekankan keaspek harapan, rencana, atau sesuatu yang berorientasi kemasa depan. Sedangkan motif kedua lebih menekankan ke factor apa, yang terletak dibelakang, biasanya disebut alasan, yang menyebabkan individu melakukan

(36)

sesuatu. Didalam proses interaksi, bisa jadi terdapat pertukaran motif antara satu actor dengan actor lain

Premis yang membentuk interaksionisme simbolik

Secara ringkas, premis-premis yang membentuk interaksi simbolik bisa dijelaskan sebagai berikut.

1. Individu merespons sesuatu secara simbolik. Dalam artian, disetiap situasi individu secara aktif menafsirkan makna dari symbol-simbol yang didapatkannya dan mendefenisikan situasi seperti apa yang sedang mereka hadapi. Ketika menghadapi situasi, individu tidak bersifat mekanis tetapi bergantung dari bagaimana perspektif mereka dalam menghasilkan persepsi.

2. Makna dibentuk dari interaksi social. Dengan demikian pemaknaan atas sesuatu dibentuk atau dikonsesuskan dalam masyarakat.

3. Penafsiran yang diberikan individu bisa berubah dari waktu ke waktu tergantung perubahan situasi dalam interaksi social.

Akibatnya, karena tindakan dibentuk oleh persepsi yang berdasar pada perspektif, perubahan penafsiran terhadap makna juga bisa diberikan perubahan pada tindakan individu

George Ritzer (Dalam Mulyana 2008:73) meringkas teori interaksi simbolik kedalam prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi kemampuan berfikir.

2. Kemampuan berfikir itu dibentuk oleh interaksi social.

(37)

3. Dalam interaksi social orang belajar makna dan symbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yakni berfikir.

4. Makna dan symbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan dan interaksi khas manusia.

5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan symbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi yang khas manusia.

6. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena, anatara lain, kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan- tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih salah satunya.

7. Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin-menjalin ini membentuk kelompok dan masyarakat.

6. Penelitian Yang Relevan

Menurut Darsinah dkk (2013:14) , kajian penelitian yang relevan adalah uraian secara sistemiatis mengenai hasil-hasil penelitin yang telah di lakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian tersebut harus ada hubungannya dengan penelitian yang akan di lakukan. Berikut akan di jelaskan mengenai penelitian yang sesuai dengan penelitian ini.

Penelitian Hakim (2010), betjudul “perbedaan motivasi kerja antara

(38)

pekerjaan membuat semakin mundurnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia.Pengemis dan pengamen merupakansalah satu dampak negative pembangunan tersebut, pengemis dan pengamen ini tentu sangat erat kaitannya dengan kemiskinan dan ketersediaan lapangan pekerjaan.

Penelitian Hayyu (2011), berjudul “studi korelasi antara persepsi terhadap lingkungan social dengan motivasi menjadi pengamen” mengatakan bahwa hasil analisis data dengan menggunakan tekhnik korelasi product momen dari pearson di peroleh ® sebesar 0, 760 denga p<0,01, yang berarti dapat di simpulkan ada hubungan positif antar persepsi terhadap lingkungan social dengan motivasi menjadi pengamen, artinya semakin positive persepsi seseorang bahwa pengamen di terima di lingkungan sosialnya maka tinggi orang tersebut menjadi pengamen.

Penelitian Kristiana (2009), berjudul “Interaksi social pada pengamen di sekitar termina tirtonadi Surakarta” mengatakan semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di Negara ini.

Hal ini dapat di lihat dengan semakin banyaknya jumlah pengamen jalanan, terutama di Kota Surakarta. Pengamen jalanan timbul akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di kota ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor yang menyebabkan menjadi pengamen di sekitar terminal tirtonadi Surakarta dan sebagai interaksi social pengamen di sekitar terminal tirtonadi Surakarta. Untuk memperolah data yang perlukan dalam penelitian ini di gunakan metode wawancara, observasi atau catatan lapangan, dan dokumentasi

(39)

Informan dalam penelitian ini sebanyak lima orang dengan karakteristik, sebagai berikut: a).usia pengamen 18-30 tahun b).sudah berada di jalanan minimal 5 tahun, c) tidak bergantung secara financial kepada keluarga d) bekerja sebagai pengamen e) berkeliaran sekitar terminal tirtonadi Surakarta. Kesimpulan dari penelitian ini di peroleh bahwa latar belakang keberadaan pengamen di pengaruhi oleh factor a). keadaan kondisi keluarga b) keadaan ekonomi keluarga, c) keinginan untuk mencukupi kebutuhan hidup secara mandiri.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada hakekatnya bersuber pada kajian teori dan sering formulasikan dalam bentuk anggapan dasar. Surakhmad, sebagaimana di kutip oleh Arikunto (1993:35) “anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya di terima oleh penyidik”. Hal ini yang di maksud bahwa setiap peneliti harus mempunyai anggapan dasar yang di pakai sebagai dasar sementara bagi aktivitas penyelidikan atau penelitian secara ilmiah.

Perkembangan kota Makassar yang begitu pesat membuat seluruh elemen masyarakat Kota Makassar harus ikut dalam laju pembangunan yang semakin cepat termasuk jumlah penduduk. Sebagai kota yang menjadi barometer untuk wilayah Indonesia bagian timur, menyebabkan masyarakat berbondong- bonding untuk menetap.

Hal tersebut adalah salah satu alasan yang membuat sebagian rakyat kecil mencari rejeki. Salah satu cara yang digunakan oleh masyarakat adalah mengarahkan seluruh anggota keluarganya termasuk anak-anak yang belum

(40)

tersebut. Akibatnya Pantai Losari kini menjadi sedikit menakutkan karena jumlah anak yang mencari rezeki semakin bertambah.

Pendapatan dari turunnya anak-anak ke jalan tentu tidak sepadan dengan kerugian-kerugian yang bisa terjadi saat anak tersebut berada jauh dari rumah.

Paksaan dari orang menbuat sebagian anak harus merelakan waktu bermain dan waktu belajar harus tersita karena harus mencari uang tambahan.

Fenomena pengamen di era globalisasi di latar belakangi oleh kemiskinan. Kemiskinan bukanlah seseuatu yang terwujud sendiri, tetapi terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Aspek- aspek utama adalah aspek sosial dan ekonomi.

Kemiskinan yang terjadi di kota-kota besar termasuk Makassar menimbulkan dampak negatife dan dari itu memunculkan banyak fenomena sosial perubahan yang terjadi di masyarakat yang semakin menberikan dinamika dalam hidup mengakibatkan munculnya mata pencaharian baru di Makassar, salah satunya adalah mengamen.

Lesehan atau warung makan merupakan tempat bagi orang-orang yang ingin makan dan menjadi wadah bagi pengamen untuk mencari penghasilan dengan bernyanyi di depan orang-orang atau pengunjung yang datang di tempat tersebut untuk makan karena kebutuhan hidup yang semakin bertambah menjadikan pengamen sebagai alternative untuk mendapatkan uang..

Sebagian masyarakat atau pengunjung memberikan respon sosial yang berbeda sebagaian menganggap bahwa pengamen memiliki gambaran yang buruk, mereka seperti tidak mau tau. Masyarakat hanya tau bahwa pengamen adalah

(41)

kumpulan orang malas, pengganggu, dan pemaksa. Pengamen sering di kucilkan dan tidak di anggap keberadaannya dalam masyarakat.

Fenomena merebeknya pengamen menjadi persoalan yang komplek.

Pengamen jalanan sendiri merupakan salah satu dari beberapa persoalan seputar permasalahan yang perlu penanganannya secara cepat dan tepat sesuai dengan perilaku sosial yang di perlihatkan di hadapan orang-orang pada saat bernyanyi dan meminta uang pada pengunjung...

Maka dalam hal ini, pihak-pihak yang berwenang seperti pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi anak jalanan harus mencarikan solusi-solusi yang di anggap sebagai jalan keluar kehidupan pengamen jalanan tidak lagi berada di jalan.

Bagan Kerangka Konsep 2.1 Lesehan

Pengamen Pengunjung

Respon Sosial

Perilaku Sosial

(42)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis kualitatif artinya penelitian dilakukan secara mendalam serta menggunakan pendekatan deskriptif yang bermaksud untuk mendapatkan gambaran umum tentang respon pengunjung lesehan terhadap pengamen jalanan di lesehan kota makassar. Deskriptif yang dimaksud disini adalah dengan memutarkan dan menggambarkan data yang diperoleh secara apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti barulah kemudian peneliti menarik kesimpulan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Lesehan (warung makan) yang terletak di sekitar Anjungan Pantai Losari. Pantai Losari yang terbentang di sebelah Barat Kota Makassar yang terletak dalam wilayah Kecamatan Ujung Pandang Kelurahan Maloku dan Kelurahan Losari. Alasan memilih pantai Loasari sebagai lokasi penelitian, sebagai berikut:

a. Merupakan salah satu tempat masyarakat banyak berkunjung untuk makan b. Kebanyakan pengamen jalanan bekerja di berbagai Lesehan sekitar

anjungan pantai losari Kota Makassar

c. Merupakan tempat yang paling sering di kunjungi oleh para pengamen jalanan

(43)

d. Merupakan salah satu kawasan wisata yang utama dikota Makassar yang kapan saja bisa dikunjungi oleh masyarakat

e. Lokasinya mudah dijangkau karena dekat daerah domisili peneliti.

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini di lakukan dengan purposif sampling yaitu teknik penarikan informan dengan tujuan tertentu. Informan yang dipilih merupakan orang yang dianggap mampu memberikan data atau informasi tentang apa yang akan dicapai dalam penelitian ini. Dan informan yang terpilih ada 5 (lima) orang 3 orang pengunjung lesehan dan 2 orang pengamen jalanan dimana mereka dipilih menjadi informan karena telah berkunjung dilesehan tersebut dan sipengamen jalanan yang telah lama bekerja ditempat itu pula.

D. Fokus Penelitian

Sebagai mana yang telah di jelaskan pada latar belakang bahwa kemiskinan merupakan suatu masalah sosial dalam masyarakat. Keberadaan pengamen jalanan di setiap tempat khusunya di lesehan-lesehan kota makassar yang semakin meningkat sehingga membuat masyarakat kota menjadi resah karena keberadaan pengamen jalanan tersebut. Jadi yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perilaku sosial pengamen jalanan terhadap pengunjung lesehan di kota makassar.

2. Penerimaan atau respon social pengunjung lesehan terhadap Pengamen Jalanan di Kota Mkassar.

(44)

Bardasarkan konsep kemiskinan dalam kamus Bahasa Indonesia pengertian mengenai pengamen jalanan merupakan komunitas yang relatif baru dalam kehidupan pinggiran perkotaan, setelah kaum gelandangan, pemulung, pekerja sex kelas rendah, selain itu juga di anggap “virus social” yang mengancam kemampuan hidup masyarakat, artinya pengamen jalanan di anggap sbagai anak nakal, tidak tahu sopan santun, brutal, pengganggu ketertiban masyarakat. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika mereka sering diperlakukan tidak adil dan kurang manusiawi terutama oleh beberapa masyarakat yang merasa teganggu kenyamanannya oleh komunitas pengamen jalanan di saat sedang makan seperti golongan ekonomi kelas atas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengamen adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh anak jalanan dengan cara menyanyikan lagu baik menggunakan alat maupun tidak. Sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran dijalan atau di tempat-tempat umum lainnya, tidak atau bergantung dengan keluarga dan mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup dijalanan.

E. Instrumen Penelittian

Salah satu ciri dari penelitian kualitatif ialah peneliti sendiri merupakan instrumen utamanya.Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya ialah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Atas dasar pendapat di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama pengumpulan data yaitu peneliti sendiri, sedangkan teknik

(45)

pengumpulan data yang digunakan ialah Lembar angket atau kuesioner dan dilengkapi dengan lembar observasi observasi dan alat perekam (HP).

a. Lembar angket atau kuesioner adalah instrumen yang berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden (sumber yang diambil datanya melalui angket). Angket atau kuesioner dapat disebut sebagai wawancara tertulis, karena isi kuesioner merupakan suatu rangkaian pertanyaan tertulis yang di ajukan kepada responden dan diisi sendiri oleh responden.

b. Lembar Observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan dan ketercapaian tujuan dalam melakukan penelitian dilapangan.

c. Handphone (HP) adalah suatu alat yang digunakan untuk merekam dan mendokumentasikan pada saat melakukan penelitian dilapangan agar memperoleh data yang akurat sesuai tujuan yang ingin dicapai.

F. Sumber Data

Sumber data didapatkan dari informan yang terlibat di dalam proses atau keterlibatannya dengan pengamen jalanan. Data-data yang ingin dikumpulkan berasal dari beberapa sumber-sumber data yang dipilih dalam penelitian ini adalah seperti berikut:

1. Sember Data Primer

Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh peneliti dilapangan yaitu dari pengamen jalanan dikawasan lesehan kota makassar

(46)

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan untuk melengkapi data primer yang diperoleh dari pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik ini disebut juga pengamatan berperan serta.Peneliti melakukan pengamatan secara langsung kepada informan, dan ikut serta dalam akttivitas sehari-hari informan.Berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, teknik observasi diterapkan untuk mengamati secara langsung kondisi objektif dilapangan. Seperti kondisi lokasi penelitian, kondisi pengamen jalanan dan melihat bagaimana peran pihak-pihak yang berhubungan dengan pengamen jalanan disetiap lesehan kota makassar.

2. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam merupakan wawancara yang dilakukan secara mendalam terhadap informan langsung guna mendapatkan informasi- informasi yang berguna untuk memperdalam data.Wawancara mendalam juga dilakukan guna melengkapi serta menggali informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan data yang diperlukan dalam maslah penelitian tanpa terikat dengan pedoman. Langkah-langkah wawancara yang dilakukan:

(47)

a. Menetapkan informan dalam hal ini anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen di lesehan kota makassar sebagai informan dan pihak-pihak yang berhubungan dengan pengamen jalanan.

b. Menyiapkan pokok-pokok maslah dalam hal ini pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi bahan pembicaraan.

c. Mengawali atau membuka alur wawancara, yang akan dilakukan disini adalah melakukan pendekatan kepada informan sebelum melakukan wawancara kepada informan.

d. Melangsungkan alur wawancara, setelah melakukan pendekatan kepada anak jalanan peneliti mulai melakukan wawancara terhadap pengamen jelanan yang dijadikan informan.

e. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara, setelah peneliti mendapatkan intisari dari hasil wawancara peneliti mengakhiri wawancara .Selanjutnya peneliti menuliskan hasil wawancara yang didapat dari informan kedalam catatan lapangan.

f. Setelah merangkumkan hasil wawancara peneliti melakukan identifikasi dari masalah-maslah yang telah didapatkan dari hasil wawancara terhadap pengamen jalanan (informan)

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan mempelajari data-data yang ada seperti; peraturan daerah, buku atau laporan ilmiah, majalah, buletin, foto-foto dan lain sebagainya yang berhubungan dengan objek penelitian.

(48)

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif.Teknik ini sangat dimungkinkan sebab penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, sehingga data yang ada perlu di analisis atau diinterpretasikan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat yang rasional dan logis sesuai dengan data yang ada serta tujuan penelitian.

Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang dituliskan dalam cacatan lapangan dan studi dokumentasi.

Adapun langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif, dimana data yang diperoleh di lapangan, diolah kemudian disajikan dalam bentuk tulisan. Menyangkut analisis data kualitatif, menganjurkan tahapan- tahapan dalam menganalisis data kualitatif sebagai berikut: Reduksi data, yaitu menyaring data yang diperoleh dilapangan yang masih ditulis dalam bentuk uraian atau laporan terperinci, laporan tersebut direduksi, dirangkum, dipilih, difokuskan pada bantuan program, disusun lebih sistematis, sehingga mudah dipahami.

2. Penyajian data, yaitu usaha untuk menunjukkan sekumpulan data atau informasi, untuk melihat gambaran keseluruhannya atau bagian tertentu dari penelitian tersebut.

(49)

3. Kesimpulan, merupakan proses untuk menjawab permasalahan dan tujuan sehingga ditentukan saran dan masukan untuk pemecahan masalah.

I. Teknik Keabsahan Data

Sugiyono (2012:369-371), dalam penelitian ini, teknik keabsahan data yang digunakan adalah trianingulasi. Triangulasi dalam pemeriksaan keabsahan data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tringulasi teknik dan tringulasi waktu. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi waktu, untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakuakan pengecekan dengan wawancara, obsevasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

(50)

J. Jadwal Penelitian

Jadwal sebuah penelitian akan sangat membantu proses penelitian. Dengan adanya jadwal maka proses penelitian akan terstruktur dengan baik dan sistematik. Berikut ini jadwal kerja penelitian Respon Sosial Pengunjung Lesehan Terhadap Pengamen Jalanan Di Kota Makassar.

No Kegiatan Minggu Ke

I II III IV V VI

1 Survey awal dan penentuan lokasi penentuan

2 Penyusunan proposal 3 Seminar proposal 4 Perbaikan proposal 5 Pelaksanaan proposal

6 Pengelolaan data, analisis dan penyusunan laporan

7 Penyusunan Hasil Penelitian 8 Bimbingan Hasil Penelitian 9 Ujian Tutup (Skripsi)

Tabel 3.1

(51)

BAB IV

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

A. Gambaran Umum Kota Makassar 1. Letak Geografis dan Topografi

Kota Makassar terletak antara koordinat 119° 24’17’38” Bujur Timur dan kordinat 5°8’6’19 Lintang Selatan, dimana Kota Makassar terdiri atas 14 wilayah kecamatan, dengan 143 kelurahan dengan luas wilayah 175,77 km persegi.

Sedangkan batas - batas wilayah administratif dari letak Kota Makassar, antara lain :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros

Secara geografis, letak kota Makassar berada di tengah diantara pulau- pulau besar lain dari wilayah kepulauan nusantara sehingga menjadikan kota dengan sebutan “angin mammiri” ini menjadi pusat pergerakan spasial dari wilayah Barat ke bagian Timur maupun dari Utara ke Selatan Indonesia. Dengan posisi ini menyebabkan Kota Makassar memiliki daya tarik kuat bagi para imigran, baik dari Sulawesi Selatan itu sendiri maupun dari provinsi lain terutama dari kawasan Timur Indonesia untuk datang mencari tempat tinggal dan lapangan pekerjaan.

(52)

Kota Makassar cukup unik dengan bentuk menyudut di bagian Utara, sehingga mencapai dua sisi pantai yang saling tegak lurus di bagian Utara dan Barat. Di sebelah Utara kawasan pelabuhan hingga Sungai Tallo telah berkembang kawasan campuran termasuk armada angkutan laut, perdagangan, pelabuhan rakyat dan samudera, sebagai rawa-rawa, tambak dan empang dengan perumahan kumuh hingga sedang. Kawasan pesisir dari arah Tengah ke bagian Selatan berkembang menjadi pusat kota (Centre Bisnis District – CBD) dengan fasilitas perdagangan, pendidikan, permukiman, fasilitas rekreasi dan resort yang menempati pesisir pantai membelakangi laut yang menggunakan lahan hasil reklamasi pantai.

Kenyataan di atas menjadikan beban kawasan pesisir Kota Makassar saat ini dan dimasa mendatang akan semakin berat terutama dalam hal daya dukung dan aspek fisik lahan termasuk luasnya yang terbatas. Ditambah lagi pertumbuhan dan perkembangan penduduk sekitarnya yang terus berkompetisi untuk mendapatkan sumber daya di dalamnya.

(53)

2. Jumlah Penduduk

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Di Kota Makassar 2008-2009

KECAMATAN

JUMLAH PENDUDUK LAJU

PERTUMBUHAN PENDUDUK

2008 2009

MARISO 54.616 55.431 0,93

MAMAJANG 60.394 61.294 0,45

TAMALATE 152.197 154.464 2,08

RAPPOCINI 142.958 145.090 1,62

MAKASSAR 82.907 84.143 0,54

UJUNG PANDANG

28.637 29.064 0,51

WAJO 35.011 35.533 0,45

BONTOALA 61.809 62.731 1,09

UJUNG TANAH 48.382 49.103 1,21

TALLO 135.315 137.333 1,94

PANAKKUKANG 134.548 136.555 1,09

MANGGALA 99.008 100.484 2,98

BIRINGKANAYA 128.731 130.651 3,57

TAMALANREA 89.143 90.473 1,15

MAKASSAR 1.253.656 1.272.349 1,63 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam angka 2010

Jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2009 tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa.

(54)

Tabel 4.2

Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan Di Kota Makassar

Kecamatan Kelurahan RT RW

Mariso 9 50 230

Mamajang 13 57 292

Tamalate 10 71 308

Rappocini 10 37 140

Makassar 14 45 149

Ujung pandang 10 58 262

Wajo 8 82 504

Bontoala 12 51 201

Ujung tanah 112 91 445

Tallo 15 101 553

Panakkukan 11 91 420

Manggala 6 66 368

Biringkanaya 7 89 480

Tamalanrea 6 82 480

Makassar 143 971 4789

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam angka 2010

(55)

Adapun luas wilayah administrasi Kota Makassar tercatat 175,77 Km2 yang meliputi 14 kecamatan dan 143 kelurahan, 971 RW (Rukun Warga), dan 4.789 RT (Rukun Tetangga).

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa luas wilayah administrasi Kota Makassar tercatat 175,77 Km2 yang meliputi 14 kecamatan dan 143 kelurahan, 971 RW (Rukun Warga), dan 4.789 RT (Rukun Tetangga).

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Di Kota Makassar Tahun 2017

Kecamatan

Penduduk

Laki-Laki Perempuan Jumlah

Mariso 26.719 28.712 55.431

Mamajang 29.705 31.589 61.294

Tamalate 74.745 79.719 154.464

Rappocini 69.137 75.953 145.090

Makassar 39.832 44.311 84.143

Ujung Pandang 13.795 15.269 29.064

Wajo 17.147 18.386 35.533

Bontoala 29.460 33.271 62.731

Ujung Tanah 24.185 24.918 49.103

Tallo 67.101 70.232 137.333

Panakukkang 64.365 72.190 136.555

Manggala 48.219 52.265 100.484

Biringkanaya 62.660 67.991 130.651

Tamalate 43.200 47.273 90.473

Makassar 610.270 662.079 1.272.349 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam angka 2017

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Terima kasih kepada orangtua yang sudah mendukung serta membantu saya ketika skripsi saya mengalami kendala keuangan, sehingga skripsi saya bisa berjalan dengan baik

Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep bilangan dan lambang bilangan melalui permainan balok angka dalam mengembangkan kognitif anak di PAUD Nurul Hidayah. Penelitian

[r]

Berdasarkan pengertian pendidikan kesehatan diatas tersirat unsur-unsur pendidikan kesehatan yaitu input (sasaran pendidikan yaitu individu, kelompok atau masyarakat dan

Ezyload Nusantara Surabaya dalam 8 bulan terakhir mulai bulan Mei – Desember 2010 menunjukkan telah terjadi kecenderungan penurunan jumlah pelanggan (counter) yang melakukan

Karya Kita Bandung, diperoleh informasi bahwa motivasi kerja karyawan pada saat ini cenderung menurun hal ini disebabkan oleh kurangnya penghargaan diri dan pengakuan akan

(b) pada masing-masing model pembelajaran, manakah prestasi belajar dan aspek afektif matematika siswa yang lebih baik, kecerdasan logis matematika, visual,