• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONSTRUKSI TEORETIS TANGGUNG JAWAB KORPORASI

A. Manifestasi Pilar ‘State Duty to Protect Human Rights’ melalui Skema

2. Peristilahan Hukum Pidana Lingkungan

Hukum pidana pada tataran doktrinal diklasifikasikan menjadi hukum pidana umum dan hukum pidana khusus.468 Hukum pidana umum lazim disebut sebagai hukum pidana dalam kodifikasi.469 Dihubungkan dengan klasifikasi hukum pidana

467 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 13

468 Di samping itu, terdapat klasifikasi lain hukum pidana, di antaranya: hukum pidana materiil-formiil, hukum pidana objektif-subjektif, hukum pidana berdasarkan Adresat, dan hukum pidana Nasional-hukum pidana Internasional. Lihat, Eddy O.S.Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum

Pidana, ed. Revisi, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2016, hlm. 17-28 469 Ibid...hlm. 23

145 materiil-formiil,470 ketentuan materiil hukum pidana umum dikodifikasi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan ketentuan formil hukum pidana umum dikodifikasi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).471 Bertolak pada makna hukum pidana umum, hukum pidana khusus sudah seharusnya dimaknai sebagai ketentuan hukum pidana yang tidak terkodifikasi. Di samping itu, apabila dihubungkan dengan klasifikasi hukum pidana materiil-formiil, maka ketentuan materiil dan/atau formiil hukum pidana khusus sudah seharusnya pula berada di luar KUHP dan/atau KUHAP.472

Hukum pidana khusus di bidang lingkungan hidup dikenal dengan sebutan hukum pidana lingkungan. Kendati, pada dasarnya terdapat dua istilah yang dapat digunakan dalam kontekstualisasi lingkungan hidup ke dalam ketentuan hukum pidana. Dua istilah itu di antaranya “hukum pidana lingkungan” yang mulanya disebut oleh Loebby Loqman dalam seminar hukum lingkungan yang diselenggarakan Departemen Kehakiman pada 1991473 dan “segi-segi kepidanaan hukum lingkungan” yang disebut Koesnadi Hardjasoemantri dalam forum yang

470 Van Hammel dan Vos secara teoretis mengklasifikasi dua macam hukum pidana, yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formiil. Hukum pidana materiil merupakan aturan hukum pidana yang berisi ketentuan mengenai perbuatan-perbuatan yang dinyatakan terlarang dan mengatur tentang asas serta ketentuan yang menetapkan pidana bagi setiap orang yang melanggar asas atau ketentuan pidana. Sedangkan hukum pidana formil merupakan materi hukum pidana yang berfungsi untuk menegakkan hukum pidana materiil. Ibid... hlm. 14

471 Ibid...

472 Ibid...hlm. 24. Hukum pidana khusus terbagi menjadi dua bagian, di antaranya: (i) hukum pidana khusus dalam undang-undang pidana, yaitu hukum pidana khusus yang baik secara materiil maupun formiil menyimpang dari KUHP dan KUHAP. Misalnya, Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, dan lain sebgainya; dan (ii) hukum pidana khusus yang bukan dalam undang-undang pidana, yaitu hukum pidana khusus yang secara materiil atau formiil saja yang menyimpang dari KUHAP atau KUHAP. Misalnya, Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang tentang Kehutanan, dan lain sebagainya. Ibid...hlm. 24-25

473 Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan. Environmental Law Enforcemen, Alumni, Bandung, 2016, hlm. 193

146 sama.474 Tetapi, dalam penulisan ini penulis memilih istilah pertama sebagai nomenklatur yang reflektif terhadap hukum pidana dalam konteks lingkungan hidup, yaitu hukum pidana lingkungan.475

Istilah hukum pidana lingkungan sendiri secara sistematis terdiri dari dua kelompok kata, yaitu: hukum pidana dan lingkungan. Berangkat dari adanya frasa hukum pidana dalam sistematika istilah hukum pidana lingkungan, untuk memahami pengertian hukum pidana lingkungan dapat diawali dari pengertian hukum pidana terlebih dahulu.

Hukum pidana menurut Jan Remmelink adalah aturan hukum yang setidaknya: (i) memiliki ketentuan perintah atau larangan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu; (ii) memiliki ketentuan penitensier atau sanksi terhadap pelanggaran atas perintah atau larangan tertentu; dan (iii) diwujudkan dalam aturan-aturan yang secara temporal menetapkan batas ruang lingkup dari tindakan yang diperintahkan atau dilarang itu. Sedangkan menurut W.L.G. Lemaire, hukum pidana adalah:

“samengesteld uit die normen welke geboden en verboden bevatten en

waaraan (door de wetgever) als sanctie straf, d.i. een bijzonder leed, is gekoppeld. Men kan dus ook zeggen dat het strafrecht het normen

474 Koesnadi Hardjasoemantri menyebut bahwa hukum pidana lingkungan merupakan istilah yang keliru. Sebab, tidak ada hukum pidana lingkungan. Yang ada hanyalah segi-segi kepidanaan hukum lingkungan, segi-segi keperdataan hukum lingkungan, dan segi-segi administratif hukum lingkungan. Ibid...

475 Sebab penulis lebih sering menjumpai istilah pertama dalam beberapa tulisan. Th. G. Drupsteen misalnya, menggunakan istilah “Opstellen over het milieu strafrecht” yang apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia akan bermakna “karangan-karangan mengenai hukum pidana lingkungan”. Selain itu, Andi Hamzah juga menggunakan istilah “penegakan hukum pidana lingkungan” dalam bukunya yang berjudul “Penegakan Hukum Lingkungan”. Ibid... Adapun penulis lain yang selalu menggunakan istilah “hukum pidana lingkungan” adalah Harmien Hadiati Koeswadji dengan menerbitkan buku yang berjudul “Hukum Pidana Lingkungan” pada 1993. Harmien Hadiati Koeswadji, Hukum Pidana Lingkungan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm. cover

147

stelsel is, dat bepaalt op elke gedrangingen (doen of niet-doen waar handelen verplicht is_ en onder welke omstandigheden het recht met straf reageert en waaruit dare straf bestaat. (norms which involve musts and prohibitions that (by the legislator) has been linked to a sanction in form of punishment, namely a special affliction/suffering. Thereby, could also be said that criminal law is a system of nomrs which determine what kind of act and circumstance is that the punishment come into force, and what kind of punishment can be imposed on those acts)”.476

Rumusan lain mengenai hukum pidana dikemukakan oleh Moeljatno dengan menyebutkan bahwa hukum pidana merupakan keseluruhan hukum yang mengatur ketentuan-ketentuan mengenai: (i) perbuatan yang tidak boleh dilakukan sekaligus disertai sanksi berupa ancaman pidana bagi setiap orang yang melanggarnya; (ii) kapan dan dalam keadaan bagaimana sanksi-sanksi itu dapat dijatuhkan; hingga (iii) dengan cara bagaimana sanksi-sanksi pidana tersebut dapat dilaksanakan.477

Rumusan yang sama ditegaskan kembali oleh Eddy O.S. Hiariej dengan mengemukakan bahwa,

“hukum pidana sebagai aturan hukum dari suatu negara yang berdaulat, berisi perbuatan yang dilarang atau perbuatan yang diperintahkan, disertai dengan sanksi pidana bagi yang melanggar atau tidak mematuhi, kapan dan dalam hal apa sanksi pidana itu dijatuhkan dan bagaimana pelaksanaan pidana tersebut yang pemberlakuannya dipaksakan oleh negara”.478

Berpangkal pada rumusan-rumusan di atas, setidaknya hukum pidana secara esensial memiliki tiga bidang pengertian, di antaranya: pengertian hukum pidana secara materiil (hukum pidana materiil), pengertian hukum pidana secara formiil (hukum pidana formiil), dan pengertian hukum pidana secara eksekutoriil (hukum

476 Ibid...p. 1-2

477 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 1

478 Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip...Op.Cit., hlm. 13. Lihat juga, Eddy O.S. Hiariej,

148 pidana eksekutroiil).479 Adapun rincian pengertian-pengertian tersebut, di antaranya:

a. hukum pidana materiil, yaitu aturan hukum yang berisi ketentuan perbuatan yang tidak boleh dilakukan (criminal act) sekaligus disertai sanksi berupa ancaman pidana bagi setiap orang yang melanggarnya (criminal sanction);

b. hukum pidana formiil, yaitu ketentuan mengenai tata cara atau prosedur penjatuhan sanksi pidana atau tindakan bagi seseorang yang diduga telah melanggar aturan hukum pidana materiil;480

dan

c. hukum pidana eksekutoriil, yaitu ketentuan tentang pelaksanaan sanksi hukum pidana materiil terhadap seseorang yang telah dijatuhi hukuman.481

Dengan demikian, penulis sarikan bahwa makna hukum pidana lingkungan adalah:

a. hukum pidana lingkungan secara materiil adalah aturan hukum yang berisi ketentuan perbuatan yang tidak boleh dilakukan (criminal act) di bidang lingkungan hidup sekaligus disertai sanksi berupa ancaman pidana bagi setiap orang yang melanggarnya (criminal sanction);

479 Mahrus Ali, Ayu Izza Elvany, Hukum Pidana Lingkungan. Sistem Pemidanaan Berbasiss

Koservasi Lingkungan Hidup, UII Press, Yogyakarta, 2014, hlm. 5 480 Ibid... hlm. 6

149 b. hukum pidana lingkungan secara formiil adalah ketentuan mengenai tata cara atau prosedur penjatuhan sanksi pidana atau tindakan bagi seseorang yang diduga telah melanggar aturan hukum pidana materiil di bidang lingkungan hidup; dan

c. hukum pidana lingkungan secara eksekutoriil adalah ketentuan tentang pelaksanaan sanksi hukum pidana materiil di bidang lingkungan hidup terhadap seseorang yang telah dijatuhi hukuman.

Berdasarkan tiga pengertian hukum pidana lingkungan di atas, tampak cakupan hukum pidana lingkungan pada dasarnya sangatlah luas. Menyadari keterbatasan penulis, ruang lingkup elaborasi hukum pidana lingkungan dalam penulisan ini akan dibatasi pada pengertian hukum pidana lingkungan secara materiil saja, yaitu melingkupi aturan hukum yang berisi ketentuan perbuatan yang tidak boleh dilakukan atau dilarang (criminal act) di bidang lingkungan hidup sekaligus disertai sanksi berupa ancaman pidana bagi pelaku yang melanggarnya (criminal sanction).

3. Perwujudan ‘State Duty to Protect’ melalui Undang-Undang