• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Hortikultura Indonesia dan Negara-Negara

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Perkembangan Hortikultura Indonesia dan Negara-Negara

bekerja dengan cara bercocok tanam. Indonesia juga memiliki keanekaragaman komoditas pertanian. Kondisi iklim yang mendukung membuat musim buah- buahan, sayur-sayuran, dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang terdiri dari 4 jenis komoditi, yaitu sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka (tanaman obat). Permintaan terhadap komoditi-komoditi hortikultura cukup meningkat karena komoditi-komoditi tersebut memiliki manfaat dan kegunaan yang cukup baik bagi kelangsungan hidup manusia. Permintaan luar negeri lebih tinggi jika dibandingkan permintaan domestik. Hal ini menjadikan hortikultura Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, khususnya untuk ekspor. Pengembangan dan pembudidayaan sektor hortikultura akan membuat produksi hortikultura meningkat. Peningkatan produksi tidak hanya dapat memenuhi permintaan dan konsumsi domestik, melainkan dapat memenuhi permintaan pasar ekspor internasional, khususnya pasar ASEAN, sehingga dapat menjadi sumber devisa sektor nonmigas bagi pendapatan negara Indonesia. Perkembangan produksi hortikultura Indonesia, baik buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman hias, maupun tanaman biofarmaka, terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi ini diakibatkan oleh peningkatan luas areal tanam maupun areal panen, berkembangnya teknologi produksi serta penerapannya, semakin baiknya bimbingan terhadap petani dan pelaku usaha, semakin baiknya manajemen usaha, serta adanya penguatan dalam kelembagaan agribisnis hortikultura Indonesia.

Kementrian Pertanian (2013) menyatakan salah satu kendala ekspor hortikultura Indonesia adalah keterbatasan infrastruktur. Kebanyakan produk hortikultura Indonesia tidak bisa bersaing di pasar internasional karena infrastruktur pertanian di Indonesia, seperti jalan umum, bandar udara, serta pelabuhan kapal laut, masih sangat minim sehingga sulit untuk mendistribusikan komoditi hortikultura Indonesia ke luar negeri. Akses yang sulit mulai dari petani

sampai ke tahap perdagangan selanjutnya membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Distribusi yang sulit ini menjadikan kualitas hortikultura menjadi menurun ketika sampai di negara tujuan. Hal ini menyebabkan komoditi hortikultura Indonesia kalah saing dengan negara pesaing.

Manfaat dari produk hortikultura sangat tinggi. Buah-buahan dan sayur- sayuran mengandung vitamin, mineral, serta zat gizi lain yang diperlukan oleh tubuh manusia. Sementara itu tanaman biofarmaka menjadi obat-obatan alami yang bisa dijadikan alternatif obat generik. Sedangkan tanaman hias memiliki nilai estetika untuk ditawarkan berupa keindahan serta aroma yang menarik minat konsumen. Manfaat-manfaat yang disebutkan tadi menjadikan komoditi hortikultura sangat dicari oleh para konsumennya. Kebutuhan konsumsi perkapita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah konsumen, tingkat pendapatan masyarakat, tingkat harga, dan perubahan referensi konsumen. Rata- rata kelompok yang cenderung mengkonsumsi buah dan sayur lebih tinggi adalah kelompok penduduk berpenghasilan tinggi. Sementara itu kelompok yang berpenghasilan rendah cenderung lebih memprioritaskan kebutuhan pangan utama, seperti nasi. Tingkat konsumsi hortikultura masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Pada perhitungan konsumsi produk hortikultura, hanya buah- buahan dan sayur-sayuran saja yang digunakan sebagai dasar perhitungan. Hal ini dikarenakan data untuk konsumsi tanaman hias dan tanaman biofarmaka belum ada yang sahih.

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya pertanian yang sangat tinggi. Kekayaan ini bisa dilihat dari iklim yang mendukung untuk bertani, keragaman varietas serta ketersediaan lahan yang cukup luas jika dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN. Oleh sebab itu, sebenarnya Indonesia memiliki potensi ekspor hortikultura yang besar. Jika hortikultura dapat dibudidayakan dan dikembangkan dengan baik, produk-produk hortikultura Indonesia dapat bersaing di pasar internasional, khususnya pasar ASEAN. Indonesia masih kalah bersaing dengan negara-negara lain dalam hal penanganan pasca panen, distribusi hasil panen, serta standar mutu. Hortikultura merupakan komoditas yang disajikan dalam bentuk segar/dibekukan. Produk hortikultura rentan rusak apabila dikemas dan ditangani tidak dengan baik. Oleh sebab itu, kualitas dari produk hortikultura

harus selalu terjaga. Hal-hal tersebut menjadi hambatan ekspor hortikultura di pasar internasional. Pasar ASEAN memang lebih bebas jika dibandingkan dengan pasar Jepang, atau Taiwan. Namun, jika produk hortikultura Indonesia tidak memiliki mutu yang baik, Indonesia akan kalah bersaing dengan negara-negara lain di ASEAN yang juga memproduksi produk hortikultura. Distribusi serta teknologi pengawetan pun menjadi hambatan terbesar hortikultura Indonesia. Permintaan dan harga sebenarnya akan meningkat sejalan dengan perbaikan pada pasca panen, distribusi, serta teknologi.

Usaha untuk meningkatkan produktivitas hortikultura Indonesia bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti optimalisasi dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam, pemilihan dan penggunaan teknologi tepat guna, penggunaan bibit unggul, dan sebagainya. Peningkatan produktivitas ini diharapkan bisa meningkatkan devisa negara serta menekan jumlah impor hortikultura agar tidak tidak terjadi atau setidaknya mengurangi defisit neraca perdagangan Indonesia.

Kawasan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area) mulai diberlakukan tanggal 1 Januari 2003. Liberalisasi perdagangan AFTA akan menyebabkan pasar di semua negara anggota ASEAN akan makin terbuka serta makin tajamnya persaingan antar negara di kawasan ini, apalagi jika diberlakukan zero cost pada program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 nanti. Pada dasarnya, negara-negara anggota ASEAN memproduksi jenis produk perrtanian yang hampir sama karena kondisi iklim dan budaya yang hampir sama, termasuk komoditi hortikultura (Hadi dan Mardianto 2004).

Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang terdiri sayur- sayuran, buah-buahan, tanaman biofarmaka (tanaman obat), dan florikultura (tanaman hias) menjadi salah satu komoditi subjek perdagangan internasional. Karena tingkat konsumsinya yang tinggi, maka setiap negara berlomba-lomba untuk memproduksi komoditi hortikultura, baik untuk memenuhi kebutuhan/konsumsi domestik maupun untuk diperdagangkan di pasar internasional guna mendatangkan devisa bagi negara mereka. Salah satu kawasan yang berlomba-lomba untuk memproduksi komoditi hortikultura adalah negara- negara kawasan Asia Tenggara yang berada dibawah naungan ASEAN. Negara- negara ASEAN memiliki iklim yang cenderung sama dan sesuai untuk menanam

hortikultura, sehingga hampir semua negara ASEAN memproduksi komoditi hortikultura. Pada Tabel 9 dapat dilihat tiga negara produsen beberapa produk hortikultura terbesar di pasar ASEAN. Pada tabel di bawah, rata-rata Indonesia selalu termasuk ke dalam tiga produsen terbesar beberapa komoditi hortikultura, yaitu bunga potong, alpukat, semangka, kentang, jahe, serta temulawak, di pasar ASEAN. Bahkan, menurut data UNComtrade, Indonesia berhasil menjadi produsen terbesar di pasar ASEAN untuk komoditi temulawak pada tahun 2007 sampai tahun 2012.

Tabel 9 Negara Produsen Terbesar Beberapa Produk Hortikultura di Pasar ASEAN Tahun 2007-2012.

Rank Bunga Potong Alpukat Semangka Kentang Jahe Temulawak 1 Malaysia Singapura Malayasia Malaysia Singapura Indonesia 2 Thailand Indonesia Indonesia Singapura Indonesia Singapura 3 Indonesia Kamboja Thailand Indonesia Malaysia Malaysia Sumber : UNComtrade, 2013

Dokumen terkait