• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Remaja 1. Perkembangan Fisik

2. Perkembangan Kognitif

Fungsi-fungsi kognitif menurut Solso dkk (2007) antara lain:

a. Atensi

Atensi merupakan “pemusatan upaya mental pada peristiwa-peristiwa sensorik atau peristiwa-peristiwa mental” (Solso dkk, 2007: 91). Penelitian tentang atensi mencakup lima aspek, yaitu kapasitas pemrosesan dan atensi selektif, tingkat rangsangan, pengendalian atensi, kesadaran, dan neurosis kognitif.

Isu-isu terkait atensi dapat diilustrasikan dalam contoh-contoh di bawah ini:

1) Kapasitas pemrosesan dan selektivitas

Kita dapat memperhatikan sejumlah stimuli eksternal dari dunia eksternal, namun kita tidak dapat memperhatikan seluruh stimuli yang ada.

2) Kendali

Kita memiliki kendali terhadap pilihan stimuli yang kita perhatikan.

3) Pemrosesan otomatis

Sejumlah besar proses rutin (seperti mengemudikan mobil) telah menjadi proses yang amat familiar sehingga memerlukan hanya sedikit atensi sadar dan dapat dilakukan secara otomatis.

4) Neurosains kognitif

Otak dan sistem saraf pusat (CNS; central nervous system) adalah pendukung anatomis bagi atensi, sebagaimana kognisi. 5) Kesadaran

Atensi membawa peristiwa-peristiwa ke alam kesadaran. Santrock (2007: 137) berpendapat bahwa atensi merupakan usaha untuk konsentrasi dan upaya mental yang terfokus. Atensi memiliki sifat selektif dan dapat beralih. Bersifat selektif (selektivity) berarti bahwa remaja mampu memfokuskan upaya mentalnya pada stimuli tertentu sembari mengabaikan stimuli lain. Contoh atensi bersifat selektif, yaitu seorang remaja yang sedang belajar dan ada sebuah Televisi (TV) yang dinyalakan. Remaja tersebut seharusnya mampu fokus pada materi ataupun tugas yang sedang dia kerjakan. Jika dia tidak mampu fokus pada kegiatan belajarnya karena TV, maka kemungkinannya remaja tersebut mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.

Atensi dapat beralih (shifttable) berarti remaja dapat mengalihkan upaya mentalnya untuk berfokus pada sebuah stimulus tertentu di antara stimuli lainnya. Contoh atensi bersifat beralih, yaitu seorang remaja sedang belajar dan pada saat sedang belajar tiba-tiba ada telepon berdering. Remaja tersebut dapat mengalihkan atensinya dari belajar ke telepon yang berdering.

b. Memori

Memori adalah mempertahankan informasi dalam jangka waktu lama (Santrock, 2007: 138). Remaja selalu menggunakan memorinya setiap kali melangkah, berpikir, dan bericara. Agar mampu belajar dan bernalar secara berhasil atau baik, remaja perlu mempertahankan informasi dan mengeluarkannya kembali ketika diperlukan. James (Solso dkk, 2007: 158-159) mengatakan bahwa memori dapat dibedakan menjadi dua, yaitu memori primer dan memori sekunder. Memori primer sering disebut sebagai memori jangka pendek. Memori jangka pendek tidak pernah meninggalkan kesadaran dan selalu menyediakan “tayangan” atau ingatan tentang peristiwa-peristiwa yang telah dialami. Santrock (2007: 138) menjelaskan bahwa memori jangka pendek merupakan suatu sistem memori dengan kapasitas terbatas di mana informasi dipertahankan 30 detik selama tidak dilakukan pengulangan (rehearsal) terhadap informasi yang masuk.

Robert dkk (Santrock, 2007: 138) menjelaskan bahwa memori jangka pendek bisa digunakan dalam pemecahan masalah. Remaja mungkin memiliki ruang penyimpanan yang lebih besar dalam memori jangka pendek daripada anak-anak, oleh karena itu remaja tidak terlalu banyak membuat kesalahan dalam memecahkan masalah yang melibatkan analogi. Sependapat dengan Robert dkk, Baddeley (Santrock, 2007: 139) menjelaskan

bahwa memori jangka pendek atau memori kerja merupakan “bangku kerja” mental di mana individu dapat memanipulasi dan mengumpulkan informasi ketika membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan menguasai bahasa tertulis dan lisan.

Memori sekunder sering disebut sebagai memori jangka panjang. James (Solso dkk, 2007: 159) menjelaskan bahwa “memori jangka panjang dapat didefinisikan sebagai jalur-jalur yang “terpahat” dalam jaringan otak manusia, dan setiap manusia memiliki struktur jalur yang berbeda.” Santrock (2007: 139) menjelaskan bahwa memori jangka panjang merupakan sistem memori yang relatif permanen yang mempertahankan sejumlah besar informasi dalam periode waktu yang lama. Memori jangka panjang meningkat secara berarti selama masa remaja meskipun hal ini belum didokumentasikan dengan cukup baik oleh para peneliti.

c. Mengingat

Sebagian besar kemampuan mengingat dan melupakan dikendalikan oleh proses-proses neural yang mengatur seluruh proses tersebut tanpa upaya sadar (Solso dkk, 2007: 225).

Menurut Suharnan (2005: 67) ingatan atau memory

menunjuk pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information overtime). Suharnan

(2005: 83) menyebutkan ada empat faktor yang mempengaruhi ketepatan mengingat kembali peristiwa yang lalu, yaitu:

1) Lamanya waktu yang telah dilalui sejak peristiwa itu dialami seseorang.

2) Peristiwa yang dialami apakah termasuk dalam peristiwa sedih, senang, atau netral bagi orang yang bersangkutan.

3) Self reference effects, yaitu apakah peristiwa tersebut dialami sendiri atau dialami orang lain.

4) Vivid memory adalah ingatan terhadap peristiwa yang pertama kali terjadi dengan sangat mengejutkan yang membuat emosi seseorang hanyut dalam peristiwa itu.

d. Bahasa

Menurut para psikolog kognitif (Solso dkk, 2007: 327) bahasa adalah

Suatu sistem komunikasi yang di dalamnya pikiran-pikiran dikirimkan (transmitted) dengan perantaraan suara (sebagaimana dalam percakapan) atau simbol (sebagaimana dalam kata-kata tertulis atau isyarat-isyarat fisik).

Sternberg (2008: 290) menjelaskan bahwa bahasa adalah penggunaan cara yang terorganisasikan dari pengombinasian kata-kata untuk berkomunikasi. Brown dkk (Sternberg, 2008: 291) menyebutkan minimal ada enam ciri bahasa, yaitu:

1) Alat komunikasi: Bahasa mengijinkan kita berkomunikasi dengan satu atau lebih orang yang memahami bahasa kita.

2) Simbol arbitrer: Bahasa menciptakan sebuah hubungan arbitrer antara simbol dan acuannya: sebuah ide/hal/ proses/hubungan/deskripsi.

3) Terstruktur secara reguler: Bahasa memiliki sebuah struktur; hanya susunan yang terpola secara khusus dari simbol-simbol yang memiliki makna karena penyusunan yang berbeda akan menghasilkan makna yang berbeda. 4) Terstruktur di berbagai tingkatan: Struktur bahasa

bisa dianalisis di lebih dari satu tingkatan (contoh, di tingkatan bunyi, tingkatan unit makna, di tingkatan kata, dan di tingkatan frasa).

5) Generatif, produktif: Di dalam batasan-batasan sebuah struktur linguistik, pengguna bahasa bisa memproduksi ucapan-ucapan baru. Kemungkinan bagi penciptaan ucapan baru ini tak terbatas sifatnya.

6) Dinamis: Bahasa terus berkembang.

Owens (Papalia dkk, 2009: 42) mengatakan bahwa dengan pemikiran formal remaja mampu mendefinisikan dan mendiskusikan hal-hal abstrak, seperti cinta, keadilan, dan kebebasan. Mereka menggunakan istilah-istilah seperti however,

otherwise, anyway, therefore, really, dan probably guna mengekspresikan hubungan logis antara klausa dan kalimat. Remaja menyadari bahwa kata-kata adalah simbol yang dapat memiliki arti ganda, oleh karena itu mereka senang menggunakan ironi, humor, dan metafor.

e. Pembentukan Konsep, Logika, dan Pengambilan Keputusan

1) Pembentukan konsep

Menurut Solso dkk (2007: 402), pembentukan konsep memiliki hubungan dengan pengasahan sifat-sifat yang sesuai dengan kelas objek atau ide. Konsep didefinisikan dalam ciri-cirinya. Ciri-ciri yang telah digunakan adalah karakteristik suatu objek atau kejadian yang juga merupakan karakteristik objek atau kejadian lain.

2) Pengujian hipotesis

Solso dkk (2007: 404) mengatakan bahwa tahap awal dalam pembentukan konsep, yaitu memilih hipotesis atau strategi yang konsisten dengan objek penyelidikan kita. Saat kita mencari untuk menemukan sesuatu, prosesnya meliputi pembentukan prioritas-prioritas.

3) Logika

Menurut Solso dkk (2007: 405), logika adalah ilmu berpikir. Sementara, berpikir yaitu proses umum untuk menentukan sebuah isu dalam pikiran.

f. Pemecahan Masalah

Solso dkk (2007: 434) menjelaskan bahwa pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik.

Evans (Suharnan, 2005: 289) mengatakan bahwa pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan pengubahan kondisi sekarang (present state) menuju kepada situasi yang diharapkan (future state atau desired

goal). Ellis dan Hunt (Suharnan, 2005: 289-290) menyebutkan bahwa ada beberapa langkah yang harus ditempuh guna memecahkan masalah, yaitu 1) pemahaman masalah, 2) penemuan berbagai hipotesis mengenai cara pemecahan masalah dan memilih dari salah satu di antara hipotesis-hipotesis itu, dan 3) menguji hipotesis yang dipilih itu dan mengevaluasi hasil-hasilnya.

g. Kreativitas

Berpikir kreatif (Santrock, 2007: 145-146) merupakan kemampuan untuk berpikir dengan menggunakan cara-cara baru dan untuk menemukan solusi-solusi yang unik terhadap persoalan.

Kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu

dipandang menurut kegunaannya). Menurut Wallas (Solso dkk, 2007: 445), ada empat tahapan dalam proses kreatif, yaitu:

1) Persiapan. Memformulasikan suatu masalah dan membuat usaha awal untuk memecahkannya.

2) Inkubasi. Masa di mana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalah dan perhatian dialihkan sejenak pada hal lainnya.

3) Iluminasi. Memperoleh insight (pemahaman yang mendalam) terhadap masalah tersebut.

4) Verifikasi. Menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi.

Ormrod (2008: 98) menjelaskan dengan kemampuan berpikir abstrak dan simbolis manusia sering menarik kesimpulan tentang siapa mereka sebagai warga masyarakat. Jawaban atau kesimpulan atas pertanyaan tentang diri menjadi jendela untuk masuk ke dalam perasaan diri (sense of self). Perasaan diri berhubungan dengan persepsi, keyakinan, penilaian, dan perasaan seseorang tentang identitas dirinya sebagai pribadi.

Dokumen terkait