• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Persampahan

1. Identifikasi Permasalahan Persampahan

Tabel 7-29Permasalahan Pengelolaan Persampahan

No Aspek PengelolaanPersampahan Permasalahan Yang Sudah DilakukanTindakanYang Akan Dilakukan A Kelembagaan :

Bentuk Organisasi Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator

Saat ini pengelolaan persampahan tanggung jawab Dinas Pasar dan Kebersihan Kabupaten Lampung Timur.

Meningkatkan keahlian melalui kursus dan pelatihan. Peningkatan SDM Tata Laksana (Tupoksi,

SOP,dll)

Kualitas dan Kuantitas SDM

No Aspek PengelolaanPersampahan Permasalahan Yang Sudah DilakukanTindakanYang Akan Dilakukan pengelolaan. Dimana

instansi yang menangani masalah pengelolaan persampahan yaitu Dinas Pasar dan Kebersihan.

Jumlah personil yang ada saat ini masih sangat kurang dan tidak

memenuhi standar berdasarkan rasio MDGs dimana , 1 petugas melayani 1000 penduduk . B Perundangan terkait sektor persampahan Lemahnya penegakan hukum terkait dengan kebersihan lingkungan. Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Lampung Timur belum memiliki Perda mengenai pengelolaan sampah terpadu. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersiha n beserta perubahannya. Keputusan Bupati

Lampung Timur No. 04 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Laksana Kerja Dinas-Dinas Di Kabupaten Lampung Timur.

Keputusan Bupati Lampung Timur tentang Susunan Organisasi dan Tata Laksana Kerja Dinas Cipta Karya Bidang Perumahan dan

Penyehatan Lingkungan.

Akan dibuat Perda tentang Kerjasama dengan Kabupaten Lain dalam hal pengelolaan dan pengolahan Sampah

C Pembiayaan Sumber-sumber

pembiayaan Anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah masih

didominasi dana APBD. Kemampuan daerah

dalam membiayai operasional pengelolaan persampahan di

Kabupaten Lampung Timur masih rendah.

Retribusi Jumlah pendapatan

daerah dari sektor retribusi sampah masih belum mampu untuk membiayai

No Aspek PengelolaanPersampahan Permasalahan Yang Sudah DilakukanTindakanYang Akan Dilakukan pengelolaan persampahan di Kabupaten Lampung Timur. D Peran serta Masyarakat dan swasta

Masih rendahnya peran serta masyarakat dalam mengelola sampah padat, seperti masih tingginya proses pengelolaan sampah padat melalui pembakaran atau ditimbun.

belum adanya proses pemilahan pada skala rumah tangga dan masih rendahnya pengawasan masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Belum ada minat dunia

usaha untuk

memanfaatkan sampah pasar yang secara teknis sebenarnya memiliki nilai ekonomis cukup tinggi karena 90% sampah pasar adalah sampah organik yang bisa memberikan nilai ekonomis jika

dimanfaatkan.

Adanya kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah. Pengembangan motivasi masyarakat dilakukan melalui penyadaran masyarakat, pendidikan di sekolah, dan pelatihan partisipatif yang melibatkan keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan manfaat dan pelayanan persampahan. E Teknis Operasional: Dokumen perencanaan (MP, FS, DED)

Pewadahan Pengadaan fasilitas pewadahan sampah hanya disediakan untuk wilayah pasar dan permukiman yang ada di jalur–jalur protokol kota dan jumlahnya masih belum mencukupi. Kondisi sistem

pewadahan sampah di Kabupaten Lampung Timur pada umumnya masih

dalam satu wadah dan belum menggunakan konsep pemilahan sehingga sampah organik dan anorganik masih dalam kondisi tercampur.

Penambahan Sarana

No Aspek PengelolaanPersampahan Permasalahan Yang Sudah DilakukanTindakanYang Akan Dilakukan keterlibatan Masyarakat

Penampungan

Sementara Sulitnya mendapatkanlahan untuk dijadikan tempat pembuangan sementara (meletakan container) di beberapa Kelurahan dengan kepadatan penduduk hunian yang relatif tinggi.

Penambahan TPS pada kawasan potensial penghasil sampah Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS)

Pengangkutan Pelayanan pengelolaan persampahan belum menjangkau ke seluruh kecamatan dimana pengelolaannya hanya terfokus pada 7 (tujuh) kecamatan saja dari 24 kecamatan yang ada. Saat ini, pada kawasan

perkotaan volume sampah yang terangkut hanya ± 22%.

Masih sering terjadinya timbunan sampah di Kabupaten Lampung Timur karena kurangnya armada angkut baik karena rusak maupun umur armada yang sudah tua.

Pengelolaan pada tiap Kelurahan (SOKLI) yang dilayani dengan gerobak dorong, kemudian mengumpulkanya pada tempat penampungan sementara.

Sistem pengelolaan pada jalan protokol di Kabupaten Lampung Timur yang dilayani dengan mobil

pengangkut sampah di bawah manajemen Dinas Pasar dan Kebersihan.

Peningkatan kualitas bak pengankut serta pengadaan motor sampah maupun truk sampah.

Pengolahan 3R Sampai saat ini di TPA Rantau Jaya Udik belum menggunakan konsep pengolahan sampah dengan 3R. Menerapkan pengelolaan sampah dengan sistem Pengolahan Sampah Secara Terpadu (SOKLI) dengan Pola penanganan sampah dengan 3R. Sosialisasi pada masyarakat dan petugas kebersihan Pengelolaan Akhir di

TPA Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) yang ada saat ini diperkirakan tidak akan mampu lagi menampung sampah yang ada di Kabupaten Lampung Timur. Pengelolaan sampah di

TPA masih dilakukan dengan cara open dumping. Hal ini tidak memenuhi persyaratan pengelolaan sampah di

Menerapkan pengelolaan sistem sanitary landfill di TPA Rantau Jaya Udik. Peningkatan dan

perluasan TPA Rantau Jaya Udik.

Membangun lokasi TPA baru yaitu ke TPA Sumber Rejo

Kecamatan Way Jepara dengan sistem pengolahan sanitary

No Aspek PengelolaanPersampahan Permasalahan Yang Sudah DilakukanTindakanYang Akan Dilakukan

Tidak ada pemeriksaan jenis sampah masuk, sehingga sampah jenis B3 (termasuk sampah medis) dapat dijumpai di dalam TPA.

Pengendalian

pencemaran di TPA Kondisi TPA Rantau JayaUdik ditinjau dari aspek teknis dan kesehatan memungkinkan terjadinya resiko-resiko lingkungan dan kesehatan akibat kondisi TPA yang tidak memenuhi persyaratan, pada sisi lain sampah juga masih dibuang dengan sistem open dumping.

Pembuatan Buffer dan pengolahan limbah lindi pada TPA Rantau Jaya Udik. Melakukan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat dan pemulung agar kegiatan mereka tidak menimbulkan

pencemaran baru di sekitar lokasi TPA. Meningkatkan

pelestarian dan pengelolaan lingkungan, khususnya sumber daya air dan kaitannya dengan persampahan melalui peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya upaya 3R. Melakukan kampanye penyadaran tentang pentingnya pengelolaan persampahan bagi kesehatan masyarakat. Sarana penunjang TPA Jumlah ketersediaan

sarana persampahan seperti gerobak sampah, container, dump truck armroll truck masih kurang dan perlu penambahan.

Pendataan, inventarisasi data sarana penunjang melalui peningkatakan kualitas sarana penunjang yang ada.

Melakukan

penambahan armada sampah seperti dump truck dan arm roll truck.

Sumber : RPIJM Kabupaten Lampung Timur, 2019 – 2023

2. Tantangan dan Peluang Pengembangan Persampahan

Adapun tantangan dan peluang pengembangan dalam sektor persampahanan di Kabupaten Lampung Timur meliputi:

a. Mengembangkan kerangka peraturan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan sarana dan prasarana persampahan.

Peraturan diperlukan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan melindungi terjadinya penyimpangan terhadap peran serta masyarakat pada semua tahapan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan sarana dan prasarana yang dibangun. Terobosan-terobosan peraturan perlu dilakukan untuk mengakomodasikan pendekatan pembangunan prasarana dan sarana persampahan yang bertumpu pada pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pemberdayaan masyarakat. Selain itu, perlu disusun peraturan yang mengatur status hukum prasarana dan sarana persampahan yang dibangun melalui anggaran bersama (sharing) antara pemerintah dengan masyarakat; antara anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya; antara masyarakat dengan lembaga keuangan pemberi bantuan (hibah) dan pinjaman; antara masyarakat dengan organisasi masyarakat setempat atau LSM, dan bentuk kerjasama keuangan antara masyarakat dengan pihak lainnya. Hal lain yang juga perlu diatur adalah mengenai pemindahan aset (asset transfer) dari pemerintah kepada masyarakat.

b. Meningkatkan investasi untuk pengembangan kapasitas sumber daya masyarakat pengguna

Melihat bahwa persoalan utama dalam pengelolaan prasarana dan sarana persampahan adalah terbatasnya kapasitas sumber daya manusia, khususnya sumber daya masyarakat pengguna, maka investasi untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam program pengelolaan persampahan harus ditingkatkan. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia bagi masyarakat pengguna dapat berbentuk bantuan teknis, penyediaan informasi pilihan dan fasilitasi dalam pembangunan prasarana dan sarana persampahan. Bantuan teknis diperlukan untuk membuka wawasan masyarakat terhadap pilihan-pilihan yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan mereka, termasuk keuntungan dan resiko yang harus dipikulnya. Pilihan-pilihan tersebut meliputi aspek teknis, pembiayaan, kelembagaan, sosial dan budaya kemasyarakatan, serta pelestarian lingkungan hidup.

c. Mendorong penerapan pilihan-pilihan pembiayaan untuk pembangunan dan pengelolaan sarana dan prasarana persampahan.

Dengan mengacu pada mekanisme pasar yang berprinsip bahwa pengguna membayar seluruh biaya pelayanan (user pay), maka masyarakat pengguna pelayanan persampahan harus membiayai seluruh biaya pembangunan prasarana dan sarana persampahan, baik biaya pembangunan maupun biaya operasi dan pemeliharaannya. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendasarkan biaya pembangunan sarana dan prasarana persampahan pada prinsip pemulihan biaya (cost recovery), yang artinya semua komponen biaya harus diperhitungkan dan harus ditanggung oleh pengguna.

Untuk menerapkan prinsip tersebut, maka masyarakat harus diberikan pilihan-pilihan sistem pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan mereka melalui pemberian sebanyak-banyaknya pilihan pembiayaan dalam pembangunan sarana dan prasarana persampahan serta memfasilitasi proses pemilihan alternatif terbaik oleh masyarakat, misalnya melalui pola pendanaan bersama (cost sharing) antara pemerintah dan masyarakat.

d. Menempatkan kelompok pengguna dalam pengambilan keputusan pada seluruh tahapan pembangunan serta pengelolaan sarana dan prasarana persampahan.

Pengambilan keputusan dalam pembangunan sarana dan prasarana persampahan sebaiknya dilakukan pada lapisan paling bawah, yaitu masyarakat pengguna/penerima prasarana dan sarana persampahan. Mereka harus mampu menentukan jenis pelayanan yang dibutuhkan, teknologi yang diterapkan, pitihan pembiayaan, dan sistem pengelolaannya termasuk jenis kelembagaannya. Peningkatan kemampuan masyarakat dalam pengambilan keputusan dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan prinsip partisipatif (participatory approach) yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Pendekatan tanggap kebutuhan menuntut masyarakat untuk memahami betul sistem persampahan sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kemampuannya.

e. Meningkatkan kemampuan masyarakat di bidang teknik, pembiayaan, dan kelembagaan, dalam pembangunan dan pengelolaan sarana dan prasarana persampahan.

Dalam aspek teknik, masyarakat perlu dilatih untuk mengenali dan memahami karakteristik teknologi yang tepat guna serta sesuai dengan kondisi daerahnya. Untuk itu, dukungan dalam bentuk bantuan teknis sangat diperlukan. Selain itu, diperlukan juga pelatihan administrasi pembukuan bagi kelompok masyarakat pengguna. Pengetahuan administrasi pembukuan diperlukan untuk menjamin transparansi di antara pelaku. Peningkatan kemampuan dapat dilakukan pula melalui kerjasama kelembagaan, studi banding, ataupun melalui magang. Terkait dengan pengembangan kelembagaan, masyarakat perlu mengetahui struktur organisasi pengelola prasarana dan sarana persampahan beserta fungsi dan tata kerjanya, kaitan dengan lembaga sejenis, kaitan dengan pemegang saham, tata cara pengembangan pelayanan sarana prasarana persampahan beserta tata cara menggali dana yang dibutuhkan, dan tata cara menyusun laporan keuangan kepada masyarakat yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Menyusun norma, standar, pedoman, dan manual (nspm) sektor persampahan. NSPM akan menjadi alat yang efektif untuk melaksanakan pembinaan teknis bagi masyarakat pengguna. NSPM tersebut disusun sebagai upaya memperbaiki kualitas pelayanan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, operasi, pemeliharaan, dan pengelolaan. Panduan ini seyogyanya mudah dipahami dan dimengerti oleh kalangan awam, serta menampilkan gambar yang provokatif dan informatif.

g. Mendorong konsolidasi penelitian, pengembangan, dan diseminasi pilihan teknologi untuk mendukung prinsip pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan inventarisasi teknologi tepat guna dalam pengelolaan persampahan yang sudah ada, perlu dilakukan sehingga masyarakat dapat memanfaatkannya sebagai pedoman dalam pembangunan sarana dan prasarana persampahan. Agar masyarakat mudah mengakses informasi-infomasi tersebut diperlukan kesiapan lembaga yang bertanggung jawab terhadap kegiatan inventarisasi tersebut. Kegiatan lain yang perlu ditingkatkan adalah sosialisasi dan diseminasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah daerah, masyarakat, dan pelaku lain di bidang persampahan.

h. Mengembangkan motivasi masyarakat melalui pendidikan formal dan informal. Upaya pengembangan motivasi masyarakat tersebut dilakukan melalui penyadaran masyarakat, pendidikan di sekolah, dan pelatihan partisipatif yang melibatkan keluarga dan masyarakat. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat melalui metode partisipatif terbukti efektif dalam meningkatkan manfaat dan pelayanan persampahan.

i. Meningkatkan pelestarian dan pengelolaan lingkungan, khususnya sumber daya air dan kaitannya dengan persampahan.

Terkait dengan upaya menyelamatkan kelestarian sumber daya air, maka diperlukan strategi terpadu untuk meningkatkan pengelolaan persampahan, mengingat kegiatan rumah tangga yang menghasilkan sampah dan ada proporsi dari timbulan sampah tersebut yang dibuang langsung ke badan air. Karenanya, diperlukan upaya untuk menanggulangi persoalan tersebut, antara lain melalui peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya upaya 3R. Karenanya diperlukan pengembangan dan pelaksanaan peraturan dan penegakan hukum, penerapan sistem insentif, dan disinsentif dalam pengelolaan persampahan.

j. Mempromosikan perubahan pendekatan dalam pengelolaan sarana dan prasarana persampahan.

Diperlukan adanya perubahan pendekatan dalam pembangunan sarana dan prasarana persampahan dari pendekatan yang berdasarkan batas administratif menjadi pendekatan sistem. Pendekatan sistem regional merupakan altematif dan strategi terbaik untuk mengatasi kendala pengelolaan antar batas wilayah administratif, sehingga dapat mengatasi masalah secara komprehensif, integratif, dan koordinatif.

k. Meningkatkan kualitas pengelolaan sarana dan prasarana persampahan yang dilakukan oleh masyarakat pengguna.

Bantuan kepada Unit Pengelola Sarana (UPS) perlu ditingkatkan, melalui bantuan teknis, bantuan pengelolaan administrasi, bantuan pengembangan sumber daya manusia, dan bantuan pengembangan komunikasi yang baik dengan masyarakat pengguna. Peningkatan kualitas pengelolaan juga perlu dilakukan terhadap sistem yang telah terbangun tetapi tidak berkelanjutan.

Upaya-upaya khusus dapat dilakukan melalui beberapa tahap; tahap pertama, melakukan inventarisasi atas sistem yang tidak berfungsi; tahap kedua, melakukan kajian untuk menemukan penyebab dari tidak berfungsinya sistem tersebut. Tahap terakhir adalah melakukan rencana kerja bersama masyarakat pengguna untuk memperbaiki sistem tersebut.

l. Meningkatkan kepedulian masyarakat pengguna.

Kepedulian masyarakat perlu dipromosikan dalam rangka menumbuhkan rasa memiliki terhadap sarana dan prasarana persampahan yang dibangun. Kepedulian masyarakat tersebut perlu dibangun dan dibangkitkan dengan upaya-upaya kampanye penyadaran tentang pentingnya pengelolaan persampahan bagi kesehatan masyarakat.

m. Menerapkan upaya khusus pada masyarakat yang kurang beruntung untuk mencapai kesetaraan pelayanan persampahan.

Dalam upaya keberlanjutan pelayanan persampahan, kesenjangan berpartisipasi dalam seluruh tahapan pembangunan harus dihilangkan. Oleh karenanya diperlukan upaya-upaya khusus untuk mendorong masyarakat yang kurang beruntung dan perempuan dapat berpartisipasi secara aktif antara lain dengan membangkitkan keberanian mengemukakan pendapat melalui pendekatan sosio-kultural.

n. Mengembangkan pola monitoring dan evaluasi hasil pembangunan prasarana dan sarana persampahan.

Pola monitoring dan evaluasi perlu lebih berorientasi pada pencapaian tujuan dan ketepatan sasaran, terutama dalam hal tingkat pemanfaatan dan pelayanan sarana dan prasarana persampahan yang diterima/dilakukan oleh masyarakat, tidak hanya semata-mata pencapaian target fisik, yang seringkali menghasilkan data dan informasi yang tidak tepat.

Mengembangkan Komponen kegiatan monitoring dan evaluasi Monitoring dan evaluasi di tingkat masyarakat pengguna

Temuan yang diperoleh untuk menentukan langkah perbaikan dalam mencapai sasaran ditetapkan dan disepakati bersama oleh masyarakat. Indikator kinerja pembangunan sarana dan prasarana persampahan pada tingkatan ini juga

Monitoring dan evaluasi di tingkat kabupaten

Pemerintah daerah (kabupaten) mempunyai kewenangan untuk mengembangkan pola monitoring dab evaluasi sesuai dengan karakteristik wilayahnya. Untuk mendapatkan informasi hasil monitoring dan evaluasi di tingkat masyarakat pengguna, aparat pemerintah kabupaten harus proaktif serta melaporkannya ke jenjang pemerintah yang lebih tinggi, yakni pemerintah pusat yang diwakili oleh pemerintah propinsi.

o. Mengembangkan dan menyebarluaskan indikator kinerja pembangunan sarana prasarana persampahan

Indikator kinerja diperlukan sebagai sarana untuk terus melakukan monitoring hasil pembangunan sarana prasarana persampahan pada setiap tahapan secara berkesinambungan sehingga pencapaian tujuan dalam setiap tahapan dapat diketahui. Dengan demikian, indikator tersebut perlu dikembangkan sesuai dengan karakteristik daerah dan disebarluaskan kepada berbagai pihak.

Tabel 7-30 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.01/PRT/M/2014

JenisPelayananDasar Standar PelayananMinimal Penca-Waktu

paian Ket Indikator Nilai Penyehatan Lingkungan Permukiman Pengelolaan sampah Tersedianya fasilitas penguranga n sampah di perkotaan. 20% 2019 membidangiDinas g PU persentase pengangkut

an sampah 70% 2019 membidangiDinas yg PU persentase

pengoperasi

an TPA 70% 2019 membidangiDinas yg PU

7.4.2.2 Sasaran Program

Untuk menangani sampah yang ada di Kabupaten Lampung Timur, maka penanganan sampah dilakukan dengan beberapa tahap kegiatan berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Untuk Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan pengurangan volume sampah dengan menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam. Sedangkan untuk masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.

Dalam sistem pengelolaan persampahan regional, maka Kabupaten Lampung Timur merencanakan membangun lokasi TPA baru yaitu ke TPA Sumber Rejo Kecamatan Way Jepara dengan sistem pengolahan sanitary landfill serta peningkatan dan perluasan TPA Rantau Jaya Udik. Dalam sistem perencanaan untuk Kabupaten lampung Timur terbatas pada pelayanan kawasan dan penyediaan sarana persampahan berupa Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah sehingga diperoleh minimalisasi beban sampah yang akan diangkut menuju TPA.

Dalam pengembangan sistem pengelolaan persampahan bagi kawasan perencanaan, maka pertimbangan dari sistem pengelolaan persampahan dengan strategi sebagai berikut : 1. Penggunaan Teknologi Pengolahan Sampah Terpadu menuju “Zero Waste” yang ramah

lingkungan.

2. Penyediaan sarana dan prasarana persampahan berdasarkan kebutuhan dan pelayanan penduduk pendukungnya.

3. Pengolahan sampah Regional dengan polaSanitaryLand-fill/controlled landfill.

4. Dalam sistem perencanaan untuk kawasan perkotaan baru terbatas pada pelayanan kawasan dan penyediaan sarana persampahan berupa Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan Tempat Pengolahan Sampah 3 R Terpadu (TPS3RT).

5. Pengolahan pada sumber sampah, sehingga dapat mereduksi sampah menuju TPA. 6. Dukungan dan peran aktif masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang hijau dan

bersih menjadi kunci penentu keberhasilan pengelolaan lingkungan yang berbasiskan sanitasi.

Dalam melakukan pengolahan sampah di Kabupaten Lampung Timur yang diarahkan sebagai kawasan perkotaan, maka diperlukan perkiraan terhadap timbulan sampah yang akan dihasilkan sebagai panduan dan dasar dalam pengelolaan dan operasional persampahan di masa yang akan datang.

7.4.2.3 Usulan Kebutuhan Program

Adapun rencana pengembangan dan pengolahan persampahan di Kabupaten Lampung Timur adalah sebagai berikut :

1. Rencana pengembangan prasarana persampahan di Kabupaten Lampung Timur adalah sebagai berikut :

a. Strategi Pengembangan

Sebagai salah satu langkah antisipatif dalam masalah penanganan sampah ini, maka perlu diketahui perkiraan jumlah produksi sampah di Kabupaten Lampung Timur. Tempat pembuangan sampah bagi Kabupaten Lampung Timur diletakan di kawsasan rawan sampah seperti pasar, perkantoran, perdagangan dan jasa serta kawasan padat permukiman.

b. Rencana Struktur Sistem Persampahan

Dalam suatu kota seperti halnya Kabupaten Lampung Timur, masalah persampahan merupakan sesuatu yang rutin dan sudah barang tentu membutuhkan perhatian serius. Hal ini dikarenakan sebagian besar sampah yang biasanya bahan organik dapat membusuk, sehingga menjadi masalah yang besar bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk itu perlu penanganan yang terorganisir agar tidak menimbulkan masalah yang membahayakan terutama untuk kesehatan.

c. Rencana Pengembangan Sistem Persampahan

Rencana pengelolaan sampah di Kabupaten Lampung Timur dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu untuk jangka pendek-menengah dan jangka panjang. Rencana jangka pendek-menengah yaitu untuk lima tahun pertama pengelolaan sistem persampahan dilakukan dengan menerapkan sistem pembuangan yang berlangsung selama ini. Sistem tersebut adalah sebagai berikut :

• Sistem pengumpulan sampah dari rumah tangga ke TPS dilakukan dengan menggunakan gerobak sampah. Sistem pengelolaan ini diharapkan dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.

• Sistem pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dilakukan dengan menggunakan truk biasa/dump truck/ amroll yang terutup dengan kontainer agar sampah tidak berhamburan dan gas H2S tidak tercium masyarakat pemakai jalan yang dilalui rute angkutan sampah tersebut.

• Tempat Pembuangan Akhir Sampah diatur lokasinya yaitu < 5 km dari pusat kota atau >1 km dari permukiman.

• Untuk saat ini diperlukan Mobil pembakar sampah (incenarator)

• Pada kawasan-kawasan tertentu, seperti pusat kota perlu sistem pengambilan dari pintu ke pintu (door to door) maka dibutuhkan pengadaan motor sampah dengan kapasitas 1,5 m3.

2. Untuk rencana jangka panjang dari pengelolaan sampah dilakukan dengan menerapkan sistem pemisahan sampah untuk sampah biodegradable (basah) dan non biodegradable. Pemisahan ini dilakukan dari mulai di rumah tangga sehingga akan lebih mudah untuk membedakan pada proses pengolahannya. Untuk mengenalkan sistem ini maka perlu disosialisasikan kepada masyarakat untuk memisahkan sampahnya. Sosialisasi ini diperkirakan akan memakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar hingga 5 tahun.

Pemisahan sampah dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke TPA sehingga dapat menghemat lahan TPA dan juga dapat memanfaatkan sampah basah yang selama ini dibuang ke TPA menjadi kompos. Sistem pengelolaan ini akan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA sekitar 40% - 60%.

Pengelolaan sistem pembuangan sampah ini dilakukan dengan menerapkan pembuangan sampah basah oleh rumah tangga minimal 2 hari sekali sementara untuk sampah kering pembuangan dilakukan seminggu sekali atau seminggu dua kali. Pembuangan sampah basah setiap dua hari sekali diupayakan untuk mencegah bau yang ditimbulkan oleh sampah ini. Berbeda dengan sampah basah maka sampah kering dapat bertahan lenbih lama sehingga frekuensi pengangkatannya dapat dilakukan lebih sedikit. Pengelolaan sampah basah dilakukan secara tersebar tidak terpusat. Diupayakan pengelolaan ini dilakukan oleh setiap kecamatan. Sampah basah yang diukumpulkan