• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Usulan dan Prioritas Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Permukiman 1. Pengembangan Permukiman Perkotaan

4.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (PBL) .1 Petunjuk Umum

4.3.1 Pengelolaan Air Limbah .1 Petunjuk Umum

4.3.1.4 Permasalahan Yang Dihadapi

Pengelolaan limbah, terutama tinja manusia di Kabupaten Jepara, masih sangat kurang. Persoalan utamanya adalah belum diolahnya lumpur tinja (sludge) secara baik. Tingkat pelayanan air limbah selama 10 tahun terakhir cukup baik, tumbuh rata-rata 8,6 persen per tahun. Namun, pertumbuhan tersebut tidak diikuti peningkatan pengolahan lebih lebih lanjut terhadap lumpur tinja dari tangki septik dan jamban. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pemanfaatan Instalasi Pengolah Limbah Tinja (IPLT) yang telah dibangun untuk mengolah tinja domestik tersebut, yaitu lebih kecil dari 30 persen serta masih tingginya pemanfaatan sebagai tempat pembuangan limpur tinja domestik.

Pembuangaan air limbah rumah tangga di lingkungan perumahan banyak menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah masalah sanitasi. Permasalahan sanitasi ini akan berdampak pada kualitas lingkungan dan pada akhirnya berdampak pada kesehatan masyarakat. Sanitasi yang buruk dapat terlihat dari hasil pengujian kualitas air sumur di beberapa wilayah di Kabupaten Jepara yang menunjukkan rata-rata parameter bakteriologisnya tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu permasalahan sanitasi menjadi sangat penting dan mendesak untuk diperhatikan.

Masalah sanitasi ini berkaitan dengan pertama, perilaku masyarakat untuk bergaya hidup bersih dan sehat. Kedua, masalah pengolahan air limbah rumah tangga (septic) yang baik serta memenuhi persyarakat teknis yang telah ditentukan.

IV-38

Secara umum permasalahan mengenai air limbah di Kota Jepara yang ada saat ini, diuraikan sebagai berikut :

- Tingkat pelayanannya masih tergolong rendah, sehingga masyarakat setempat belum banyak yang bisa menikmati prasarana ini

- Untuk saluran pembuangan air limbah, masalahnya adalah masih terkonsentrasinya saluran air limbah pada satu tempat (tidak merata), sehingga mudah terjadi pencemaran.

- Untuk MCK, masalah yang dihadapi adalah kurang dimanfaatkannya sarana Air limbah oleh penduduk, penyebabnya adalah masih kurang populernya sarana MCK di kalangan penduduk, sehingga pemeliharaannya juga kurang.

- Penyuluhan kepada msyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah untuk kesehatan msayarakat masih kurang.

Tabel 4.3

Proyeksi Kebutuhan Pelayanan Limbah Tinja dan Air Limbah

No. Kecamatan PROYEKSI

PENDUDUK 2012 Kebutuhan Pelayanan PROYEKSI PENDUDUK 2016 Kebutuhan Pelayanan Limb Tinja ( m3) / th Air limbah (m3 / hr ) Limb Tinja ( m3) / th Air limbah (m3 / hr ) 1 Kedung 74,043 444 148 76,775 461 154 2 Pecangaan 79,221 475 158 82,144 493 164 3 Kalinyamatan 59,448 357 119 61,641 370 123 4 Welahan 75,049 450 150 77,818 467 156 5 Mayong 85,559 513 171 88,716 532 177 6 Nalumsari 73,143 439 146 75,842 455 152 7 Batealit 78,843 473 158 81,752 491 164 8 Tahunan 100,753 605 202 104,471 627 209 9 Jepara 79,486 477 159 82,419 495 165 10 Mlonggo 79,253 476 159 82,177 493 164 11 Pakis Aji 55,875 335 112 57,937 348 116 12 Bangsri 98,223 589 196 101,848 611 204 13 Kembang 68,292 410 137 70,812 425 142 14 Keling 63,103 379 126 65,431 393 131 15 Donorojo 59,140 355 118 61,322 368 123 16 Karimunjawa 9,066 54 18 9,401 56 19 JUMLAH 1,138,497 6831 2277 1,180,507 7083 2361

Apabila perhitungan dilakukan berdasarkan cakupan pelayanan seperti tersebut diatas maka pada tahun 2012 pelayanan limbah tinja 6.831 m3 / th dan menjadi 7.083 m3 /th pada tahun 2016. Sedang pelayanan air limbah dari tahun 2012 sebesar 2.277 m3 / hr menjadi 2.361 m3 / hr pada tahun 2016.

Yang perlu diperhatikan bagi pengelola IPLT adalah apabila pelayanan yang diberikan berdasarkan tabel tersebut maka setiap tahunnya harus ada kenaikan pelayanan rata rata 20 % per tahun Sehingga perlu pemikiran pembangunan IPLT lagi apa tidak diperlukan pengkajian ulang mengingat sekarang ini instalasi yang ada juga baru dimanfaatkan 30%

IV-39

Pada dasarnya hal yang diperlukan untuk menangani permasalahan sanitasi di Kota Jepara adalah dengan meningkatkan pelayanan penyediaan prasarana sanitasi yang dibarengi dengan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya penggunaan jamban bagi kesehatan lingkungan dan kesehatan dirinya sendiri.

Kebutuhan sarana fisik jamban jamak diasumsikan bahwa peningkatan pelayanan secara swadaya dan bantuan oleh pemerintah.

Sistem prasarana yang dianjurkan untuk jamban yang akan dibangun menggunakan tanki septik dengan lubang udara. Sedang untuk saluran pembuangan air limbah diusahakan supaya tidak memusat.

Dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Jepara yang sudah menggunakan jamban dan hanya sebagian kecil yang menggunakan non jamban. Meskipun demikian, peningkatan pelayanan sanitasi masih perlu ditingkatkan, baik mengenai penyuluhan maupun penyediaan fasilitas sanitasinya. Khusus untuk kegiatan penyuluhan, perlu ditekankan pada penduduk pengguna non jamban, terutama yang menggunakan selokan/kali sebagai tempat pembuangan supaya mulai menggunakan jamban. Karena hal ini menyangkut kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan dan kesopanan.

Pengolahan air limbah bekas rumah tangga perlu ditingkatkan, mengingat secara teknis pelaksanaan masih memungkinkan untuk wilayah Kota Jepara, terutama pada halaman penduduk masih cukup luas, sehingga syarat-syarat konstruksi SPAL masih dapat dipenuhi.

Untuk meningkatkan pelayanan Air limbah yang ada pada saat ini diperlukan tindakan perbaikan, pembuatan baru didahului dengan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan arti penting kebersihan, terutama ditinjau dari sisi Air limbah atau pemanfaatan jamban.

Dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kebersihan, diharapkan pemanfaatan dan populasi jamban yang dimiliki penduduk akan semakin meningkat. Agar pelaksanaan kegiatan ini berjalan lancar maka diperlukan kerjasama yang balk antara instansi terkait dengan masyarakat.

Pelaksanaan program fisik komponen Air limbah yang bersifat umum dibiayai oleh Pemerintah baik melalui APBN maupun APBD, sedang yang bersifat sendiri dibiayai oleh masyarakat sendiri. 4.3.1.5 Analisa Permasalahan dan Rekomendasi

Pada dasarnya hal yang diperlukan untuk menangani permasalahan sanitasi di Kota Jepara adalah dengan meningkatkan pelayanan penyediaan prasarana sanitasi yang dibarengi dengan

IV-40

penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya penggunaan jamban bagi kesehatan lingkungan dan kesehatan dirinya sendiri.

Kebutuhan sarana fisik jamban jamak diasumsikan bahwa peningkatan pelayanan secara swadaya dan bantuan oleh pemerintah.

Sistem prasarana yang dianjurkan untuk jamban yang akan dibangun menggunakan tanki septik dengan lubang udara. Sedang untuk saluran pembuangan air limbah diusahakan supaya tidak memusat.

Dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Jepara yang sudah menggunakan jamban dan hanya sebagian kecil yang menggunakan non jamban. Meskipun demikian, peningkatan pelayanan sanitasi masih perlu ditingkatkan, baik mengenai penyuluhan maupun penyediaan fasilitas sanitasinya. Khusus untuk kegiatan penyuluhan, perlu ditekankan pada penduduk pengguna non jamban, terutama yang menggunakan selokan/kali sebagai tempat pembuangan supaya mulai menggunakan jamban. Karena hal ini menyangkut kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan dan kesopanan.

Pengolahan air limbah bekas rumah tangga perlu ditingkatkan, mengingat secara teknis pelaksanaan masih memungkinkan untuk wilayah Kota Jepara, terutama pada halaman penduduk masih cukup luas, sehingga syarat-syarat konstruksi SPAL masih dapat dipenuhi.

Untuk meningkatkan pelayanan Air limbah yang ada pada saat ini diperlukan tindakan perbaikan, pembuatan baru didahului dengan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan arti penting kebersihan, terutama ditinjau dari sisi Air limbah atau pemanfaatan jamban.

Dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kebersihan, diharapkan pemanfaatan dan populasi jamban yang dimiliki penduduk akan semakin meningkat. Agar pelaksanaan kegiatan ini berjalan lancar maka diperlukan kerjasama yang balk antara instansi terkait dengan masyarakat.

Pelaksanaan program fisik komponen Air limbah yang bersifat umum dibiayai oleh Pemerintah baik melalui APBN maupun APBD, sedang yang bersifat sendiri dibiayai oleh masyarakat sendiri.

Sistem Prasarana yang diusulkan

Sistem yang diusulkan adalah pembangunan sarana dan prasaran sanitasi yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungannya. Pengelolaan air limbah mencakup pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga, non rumah tangga, industri, serta melindungi mutu air tanah.

IV-41

Kegiatan pengelolaan limbah meliputi :

(a) Pembuatan IPAL komunal Terpadu bagi limbah cair rumah tangga kapasitas minimal 20 m3/hari dan pembuatan mesin pembakar lumpur IPAL.

(b) Pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan instalasi pengolah lumpur tinja (IPLT) di kawasan berkepadatan tinggi, kawasan kumuh, daerah rawan penyakit dan daerah yang mengalami penurunan kualitas sumber daya air;

(c) Pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana khusus bagi kawasan kumuh dan padat; (d) Pembangunan sistem pengelolaan air limbah terpusat yang meliputi pembangunan sistem

jaringan pengumpul air limbah dan bangunan pengolah air limbah;

(e) Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah serta kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat;

(f) Pembangunan sarana pengelolaan air limbah perdesaan melalui percontohan dan pemasyarakatan pembuatan sarana sanitasi sederhana seperti jamban keluarga, jamban jamak, sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK); (g) Pelaksanaan penyuluhan guna meningkatkan pemahaman pentingnya kebersihan

lingkungan dan pemeliharaan sarana yang telah dibangun 4.3.2 Pengelolaan Persampahan

Dokumen terkait