• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Usulan dan Prioritas Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Permukiman 1. Pengembangan Permukiman Perkotaan

4.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (PBL) .1 Petunjuk Umum

4.2.3 Profil Pembangunan Penataan Bangunan

Penataan bangunan di Kota Jepara selama ini belum menimbulkan banyak permasalahan. Hal tersebut disebabkan Kota Jepara termasuk kategori kota sedang. Penataan bangunan di Kota Jepara tertuang dalam RUTK Kota jepara yang dijadikan pedoman untuk:

1) Pemberian ijin mendirikan bangunan den pemanfaatan bangunan

2) Penertiban letak, ukuran bangunan gedung dan bukan gedung serta bukan bangunan 3) Penyusunan rancang bangunan gedung den bukan gedung

4) Jaminan kepastian hukum dalam pelaksanaan pembangunan, termasuk kepastian untuk mendapatkan pelayanan, kondisi yang selaras dan serasi dalam melakukan kegiatannya. Adapun muatan rencana muatan rencana tata bangunan dan lingkungan adalah :

1) Rencana tapak pemanfaatan ruang lingkungan perkotaan, meliputi; a) Rencana perpetakan lahan lingkungan perkotaan (kavlIng) b) Rencana tata letak bangunan den pemanfaatan bangunan

c) Rencana tata letak jaringan pergerakan lingkungan perkotaan hingga pedestrian den jalan setapak , perparkiran, halte, den penyeberangan

d) Rencana tata letak jaringan utilitas lingkungan perkotaan e) Rencana ruang hijau dan penghijauan

2) Arahan pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan yang meliputi;

a) Ketentuan letak dan penampang (pra rencana tehnik) bangunan gedung dan bangunan bukan gedung

b) Ketentuan letak dan penampang (pra rencana tehnik) jaringan pergerakan

c) Ketentuan letak dan penampang (pra rencana tehnik) jaringan utilitas lingkungan perkotaan d) Ketentuan (pra rencana tehnik) sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien

lantai bangunan, ketinggian bangunan, pertandaan, bahan bangunan, dan ketentuan bangunan lainnya.

3) Pedoman pengendalian pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan yang meliputi: a) Ketentuan administrasi pengendalian pelaksanaan rencana dan program, misalnya melalui

mekanisme perijinan mendirikan bangunan

IV-31

bangunan, hak bangunan di etas tanah / di bawah tanah

c) Arahan pengendalian pelaksanaan berupa ketentuan penata pelaksanaan / manajemen pelaksanaan bangunan

d) Mekanisme pelaporan, pemantauan, dan evaluasi program (balk yang dilakukan oleh instansi yang berwenang maupun keterlibatan masyarakat dalam pengawasan), serta pengenaan sanksi (berupa teguran, pencabutan iiin, perdata maupun pidana).

Produk rencana tata bangunan dan lingkungan mencakup: 1) Tujuan pembangunan lingkungan dan bangunan

Tujuan pembangunan lingkungan dan bangunan dirumuskan sesuai dengan permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi keterdesakan penanganan lingkungan tersebut 2) Rencana Tapak pemanfaatan Ruang lingkungan

a) Materi yang di atur

Tata letak bangunan gedung dan bukan gedung, tata letak bukan bangunan; serta tata letak jaringan pergerakan serta utilitas yang terutama akan dibangun, sempadan bangunan, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, koefisien daerah hikau, koefisien tapak basement, sempadan jalan, daerah pengawasan jalan, daerah milik jalan, daerah manfaat jalan, daerah pengawasan jalan, daerah milik utilitas, daerah pengawasan utilitas, b) Kedalaman materi yang di atur

Geometric tapak pemanfaatn ruang yang dirinci untuk tiap bangunan dan jaringan pergerkan serta utilitas.

c) Pengelompokan materi yang diatur:

perpetakan bangunan

penggunaan dan mass bangunan

jaringan pergerakan dan jaringan utilitas menurut penggunaannya 4.2.4 Permasalahan Penataan Bangunan

Analisa Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi

Permasalahan utama penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Jepara adalah masih banyak dijumpai adanya suatu lingkungan permukiman yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak terkendali yang mengakibatkan degradasi lingkungan karena perkembangan lingkungan tidak disertai dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai apabila ini terjadi maka daerah-daerah yang mempunyai potensi budaya lambat laun akan hilang, padahal sebenarnya lingkungan

IV-32

permukiman tadi mempunyai potensi untuk dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu masih rendahnya kepedulian penanganan kawasan kumuh termasuk sharing pendanaan dan menumbuhkan gerakan masyarakat dalam penanganan kawasan kumuh. Kurang diperhatikannya sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga, serta kurang ditegakkannya aturan keselamatan bangunan.

Selain itu, masih banyak bangunan gedung yang dibangun tanpa dilengkapi dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), atau sudah dilengkapi IMB namun masih belum memenuhi persyaratan teknis seperti rawan kebakaran. Juga masih banyak bangunan gedung yang dibangun tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga rawan banjir, longsor, kumuh, rawan kriminalitas. Terkait dengan dikeluarkannya UU bangunan gedung, Pemerintah Kabupaten Jepara belum memiliki Perda tentang Tata Bangunan dan Lingkungan meskipun Pengendalian pembangunan penataan bangunan gedung dan lingkungan merupakan urusan wajib yang menjadi urusan pemerintah kabupaten dan merupakan pelayanan pemerintah kabupaten kepada masyarakat dalam mewujudkan penyelenggaraan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang tertib dan andal.

Penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Jepara, juga belum berjalan dengan baik. Pengaturan mengenai fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap penyelenggaraan bangunan gedung, belum berfungsi dengan baik. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung masih terbatas melalui mekanisme perijinan, dan belum mampu menumbuhkembangkan kapasitas masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan belum diterapkan sanksi secara tegas dan konsisten bagi pelanggar ketentuan undang-undang.

Permasalahan yang dihadapi :

 Belum tersosialisasinya Undang-undang Bangunan Gedung kepada masyarakat dengan baik.  Masih banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan aturan

keselamatan bangunan gedung;

 Masih ada penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara yang kurang tertib dan tidak efisien;

 Masih banyaknya asset negara berupa tanah dan gedung yang belum teradministrasikan dengan baik.

IV-33

 Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan lama bersejarah serta heritage, yang perlu ditingkatkan kondisinya;

Penyalahgunaan peruntukan bangunan gedung dan alih fungsi rumah menjadi tempat usaha masih banyak terjadi. Banyak berdiri bangunan gedung yang tidak layak dan sering menjadi masalah bagi lingkungan, keselamatan, kesehatan dan kenyamanan masyarakat sekitar. Selain itu, banyak bangunan gedung yang tidak tertib dan tidak memiliki izin. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UU-BG) yang mulai berlaku sejak tanggal 16 Desember 2002, belum mampu menertibkan permasalahan tersebut dan menjadi alat ukur bagi bangunan gedung agar sesuai dengan fungsi dan lingkungan.

Setelah diterbitkannya UU-BG itu, diperlukan adanya aturan lain. Pada 10 September 2005 telah disahkan Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU N0.28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Bangunan Gedung lainnya, sebagai salah satu tindak lanjut kepada para penyelenggara bangunan gedung di Indonesia. PP 36 Tahun 2005 merupakan satu-satunya Peraturan Pemerintah di bidang bangunan gedung yang cukup lengkap dan komprehensif dalam upaya sosialisasi semua pihak yang berkepentingan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang bangunan gedung.

Ruang lingkup UU No. 28 tahun 2002 menyangkut pengaturan mengenai fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap penyelenggaraan bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup. UU tersebut diharapkan dapat mendukung pencapaian bangunan gedung yang berfungsi, andal dan efisien sesuai dengan kondisi sosial budaya Indonesia; kejelasan status kepemilikan bangunan gedung; kesempatan bagi daerah dan masyarakat mengatur secara bertahap persyaratan bangunan gedung sesuai dengan kondisi sosial budaya daerah dan masyarakat masing-masing; mengendalikan penyelenggaraan bangunan gedung melalui mekanisme perijinan, pengawasan dan penertiban yang bernasis tata pemerintahan yang baik; menumbuhkembangkan kapasitas masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan bangunan gedung; melakukan pembinaan yaitu pengaturan pengawasan, sosialisasi dan pemberdayaan bersama-sama Pemda dan masyarakat; serta menerapkan sanksi secara tegas dan konsisten bagi pelanggar ketentuan undang-undang.

IV-34

PP No.36/2005 yang mengatur fungsi, persyaratan dari administrasi hingga teknis, serta penyelenggaraaan dan bagaimana meningkatkan peran serta masyarakat dan pembinaannya, juga belum tersosialisasi dengan baik.

Sosialisasi peraturan tersebut sangat penting untuk memberikan arahan dan pemahaman kepada aparat pemerintah/pemerintah daerah, asosiasi profesi, asosiasi perusahaan dan stakeholder penyelenggaraan bangunan gedung. Sosialisasi ini akan menjelaskan pentingnya Peraturan Perundang-Undangan Bidang Bangunan Gedung dalam setiap penyelenggaraan bangunan gedung di Indonesia dengan menyesuaikan peraturan pelaksanaanya yang spesifik untuk masing-masing daerah. Melalui Sosialisasi itu, masyarakat dapat memahami bahwa Peraturan Perundang-undangan Bidang Bangunan Gedung dalam setiap penyelenggaraan Bangunan Gedung sebagai norma yang digunakan disetiap penyelenggaraan bangunan sehingga tercipta bangunan gedung yang andal, serasi, selaras, serta harmoni dengan lingkungannya. Selain itu, diharapkan stakeholder dapat mengerti dan memahami untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri.

Demikian pula perda tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Jepara belum dibuat, sehingga arahan-arahan dalam undang-undang Bangunan Gedung belum dapat dijalankan dengan baik.

Diharapkan dengan bantuan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah diharapkan dapat segera menyiapkan tindak lanjutnya serta penyesuaian peraturan pelaksanaannya bagi kabupaten Jepara dalam bentuk Peraturan Daerah.

Secara umum permasalahan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut :

 Masih kurang ditegakkannya aturan keselamatan bangunan gedung;

 Masih lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah; Masih rendahnya kualitas pelayanan publik dalam pelayanan perizinan bangunan gedung;

 Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien;  Belum optimalnya peran penyedia jasa konstruksi dalam menerapkan profesionalisme;  Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap peraturan bangunan gedung.

4.2.5 Program yang diusulkan

Program ini diusulkan merupakan kegiatan untuk mewujudkan tata bangunan dan lingkungan yang terkendali sebagai bagian wujud struktural pemanfaatan ruang perkotaan, tertib

IV-35

dan keselamatan bangunan, serta terpeliharanya fungsi dan keserasian bangunan dan lingkungan yang mempunyai nilai, tradisi, dan sejarah bangsa yang luhur. Program ini terdiri atas kegiatan: (a) penyusunan rencana, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan tata bangunan dan

lingkungan (RTBL) di Kabupaten Jepara serta penyusunan pedoman rencana teknik bangunan (RTB) yang merupakan arahan tiga dimensi bangunan dan lingkungan sebagai wujud struktural pemanfaatan ruang kota mengacu pada kondisi fisik, sosial, dan budaya guna membentuk jati diri kota;

(b) pengendalian tertib dan keselamatan bangunan melalui penyusunan peraturan daerah penataan bangunan di tingkat kabupaten, pedoman teknis dan prosedur pembangunan, serta standar bangunan dan lingkungan;

(c) pemasyarakatan dan penyuluhan produk teknis yang telah dibuat;

(d) peningkatan pengelolaan pembangunan dan pemanfaatan gedung negara, melalui peningkatan pengelolaan teknis, pengendalian pelaksanaan yang lebih efisien dan efektif, pembinaan teknis aparat dan mitra pembangunan, inventarisasi gedung-gedung negara, dan pemeliharaan kualitas bangunan;

(e) peningkatan kualitas lingkungan dan dukungan Sarana dan Prasarana Penataan Lingkungan Permukiman Nelayan, permukiman kumuh, dan tradisional;

(f) penanggulangan kemiskinan di perkotaan melalui bantuan langsung untuk rehabilitasi rumah penduduk berpenghasilan rendah;

(g) penataan dan revitaslisasi penataan bangunan gedung/bersejarah dan lingkungannya. 4.3 PENYEHATAN LINGKUNGAN DAN PERMUKAIMAN (PLP)

4.3.1 Pengelolaan Air Limbah

Dokumen terkait