• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan Pengelolaan Sampah Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

G. Tempat Pembuangan Akhir

III. Zonasi Lingkup Pelayanan

4.3.2.4 Permasalahan Pengelolaan Sampah Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

Timbulan sampah di Kabupaten Jepara sebagian besar berasal dari sampah rumah tangga, pemukiman, pertokoan, pasar, industri, jalan dan taman serta area-area publik lainnya.

Volume Timbulan sampah per harinya mencapai 622 m3 per-hari, bila diperkirakan penambahan sampah tiap tahun berkisar 2,5 % maka dalam kurun waktu 5 tahun mendatang volume sampah mencapai 720 m3 per-hari.

Timbulan sampah yang ada dalam pengelolaannya tidak semuanya terangkut, hal ini terkait dengan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi, termasuk di dalamnya sumber daya manusia, sarana prasarana dan lingkup pelayanan.

Permasalahan pengelolaan sampah di Kabupaen Jepara adalah sebagai berikut :  Kurangnya sarana dan prasarana Pemeliharaan dan Operasional TPA  Tanah Urug sulit didapatkan untuk proses control landfill di TPA

 Volume sampah tiap harinya bertambah banyak, termasuk pengolahan IPLT dan pengolahan limbah lainnya

IV-60

Sedang permasalahan secara menyeluruh dikarenakan : a. Makin Besarnya Timbulan Sampah

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan laju timbulan sampah yang tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana, dan sarana persampahan yang memadai, berdampak pada pencemaran lingkungan yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dengan selalu mengandalkan pola kumpul-angkut-buang, maka beban pencemaran akan selalu menumpuk di lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Meningkatnya laju pertumbuhan industri dan konsumsi masyarakat secara, umum berdampak pula pada, perubahan komposisi dan karakteristik sampah yang dihasilkan terutama semakin banyaknya penggunaan plastik, kertas, produkproduk kemasan dan komponen bahan yang mengandung B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) serta, non biodegradable. Pengurangan volume sampah merupakan, suatu keharusan untuk menyikapi kondisi tersebut diatas.

b. Rendahnya Kualitas dan Tingkat Pengelolaan Persampahan

Tingkat pelayanan sampah saat ini hanya mencapai kurang lebih 40%, dengan kualitas pelayanan yang belum memadai. Kondisi tersebut masih jauh dari standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan yaitu 60% dengan pelayanan pengumpulan/pengangkutan minimal seminggu 2 kali.

Sedangkan masyarakat yang tidak mendapatkan akses pelayanan serta tidak cukup memiliki lahan untuk proses pengolahan setempat cenderung membuang sampahnya disembarang tempat dan melakukan pembakaran sampah secara terbuka.

Selain itu buruknya kualitas TPA telah memicu berbagai kasus protes masyarakat di sekitar lokasi TPA.

c. Keterbatasan Lahan TPA

Keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA secara efektif. Keterbatasan lahan TPA juga memaksa dikeluarkannya kebijakan desentralisasi penanganan sampah di sumber yang telah mentriger kreasi pembakaran sampah dengan "incinerator" skala kecil yang tidak ramah lingkungan dan cenderung hanya akan menambah masalah ernisi dikemudian hari.

IV-61

d. Kemampuan kelembagaan

Lembaga atau instansi pengelola persampahan merupakan motor penggerak seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai TPA. Kondisi kebersihan suatu kota atau wilayah merupakan output dari rangkaian pekerjaan manajemen pengelolaan persampahan yang keberhasilannya juga ditentukan oleh faktor-faktor lain. Kapasitas dan kewenangan instansi pengelola persampahan menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang yang harus dipikul dalam menjalankan rodsa pengelolaan yang biasanya tidak sederhana, bahkan cenderung cukup rumit sejalan dengan makin besarnya kategori kota.

Pelayanan persampahan di lapangan juga dilaksanakan langsung oleh Dinas. Dalam hal ini Dinas yang berfungsi sebagai regulator sekaligus menjalankan kegiatan sebagai operator. Akibatnya sulit dilakukan pengawasan yang obyektif sehingga kualitas pelayanan menjadi tidak terjamin.

Ketimpangan tersebut masih belum didukung oleh SDM (sumber daya manusia) yang memadai terutama ditinjau dari kuantitas dan kualitas. Upaya-upaya peningkatan kualitas personil yang telah dilakukan berupa training bidang persampahan. Para tenaga terdidik tersebut pada umumnya telah menempati togas diluar sektor persampahan.

e. Kemampuan pembiayaan

Perhatian terhadap pengelolaan persampahan masih belum memadai. Secara umum alokasi pembiayaan untuk sektor persampahan masih rendah dari total anggaran APBD, rendahnya biaya tersebut pada umumnya karena pengelolaan persampahan masih belum menjadi prioritas dan menggunakan pola penanganan sampah yang ala kadarnya tanpa memperhitungkan faktor keselamatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Demikian juga dengan rendahnya dana penarikan retribusi, sehingga biaya pengelolaan sampah masih menjadi beban APBD. Rendahnya biaya pengelolaan persampahan pada umumnya karena masalah persampahan belum mendapatkan perhatian yang cukup selalu akan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah termasuk pencemaran lingkungan di TPA. f. Rendahnya Investasi Dunia Usaha/Swasta

Sektor persampahan masih belum dapat menarik minat pihak swasta seperti beberapa kasus yang ada di lapangan. Keraguan pihak swasta untuk bermitra dengan perneriniah

IV-62

kota/kabupaten dalam pengelolaan sampah karena tidak adanya iklim yang kondusif serta cenderung menimbulkan biaya tinggi serta merugikan investasi swasta yang telah ditanamkan.

Upaya untuk menarik pihak swasta kedalam kornponen kegiatan pengelolaan sampah belum dilakukan secara memadai termasuk memberikan insentif baik berupa pengurangan pajak bea masuk bahan atau instalasi yang berkaitan dengan proses pengolahan sampah seperti geomembrane untuk lapisan dasar kedap air di TPA, incinerator berteknologi ramah lingkungan dan lain-lain.

g. Peraturan Perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Secara umum kondisi kebersihan di Kabupaten Jepara masih cukup baik, hanya di beberapa kawasan permukiman kumuh kondisinya masih buruk.. Salah satu penyebabnya adalah masih kurangnya pendidikan yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini serta tidak dilakukannya penerapan sanksi hukurn (pidana) dari Perda yang ada secara efektif. Bahkan mungkin masyarakat belum sepenuhnya mengetahui adanya ketentuan dalam penanganan sampah termasuk adanya sanksi hukum yang berlaku.

Standar Pemenuhan Kebutuhan pelayanan sampah

1) Sampah Permukiman / domistik : 2,00 – 2,50 liter/ orang/ hari

2) Sampah Pasar / industri / faktor sosia diperhitungkan 20 % dari domistik 3) Cakupan pelayanan 60 %

Tabel 4.14

Proyeksi Penduduk Dan Kepadatan Penduduk tahun 2012-2016 Di Kabupaten Jepara

No Kecamatan Jml Pddk r Proyeksi 2009 2012 2013 2014 2015 2016 1 Kedung 72,058 0.0091 74,043 74,717 75,397 76,083 76,775 2 Pecangaan 77,097 0.0091 79,221 79,942 80,669 81,403 82,144 3 Kalinyamatan 57,854 0.0091 59,448 59,989 60,535 61,086 61,641 4 Welahan 73,037 0.0091 75,049 75,732 76,421 77,117 77,818 5 Mayong 83,265 0.0091 85,559 86,337 87,123 87,916 88,716 6 Nalumsari 71,182 0.0091 73,143 73,809 74,480 75,158 75,842 7 Batealit 76,729 0.0091 78,843 79,560 80,284 81,015 81,752 8 Tahunan 98,052 0.0091 100,753 101,670 102,595 103,529 104,471 9 Jepara 77,355 0.0091 79,486 80,209 80,939 81,676 82,419

IV-63 No Kecamatan Jml Pddk r Proyeksi 2009 2012 2013 2014 2015 2016 10 Mlonggo 77,128 0.0091 79,253 79,974 80,702 81,436 82,177 11 Pakis Aji 54,377 0.0091 55,875 56,384 56,897 57,414 57,937 12 Bangsri 95,590 0.0091 98,223 99,117 100,019 100,929 101,848 13 Kembang 66,461 0.0091 68,292 68,913 69,541 70,173 70,812 14 Keling 61,411 0.0091 63,103 63,677 64,257 64,841 65,431 15 Donorojo 57,554 0.0091 59,140 59,678 60,221 60,769 61,322 16 Karimunjawa 8,823 0.0091 9,066 9,149 9,232 9,316 9,401 Total 1,107,973 1,138,497 1,148,857 1,159,312 1,169,861 1,180,507

Sumber : Hasil Analisis Team, 2011

Tabel 4.15

Proyeksi timbulan sampah pada tahun 2012 No. Kecamatan PENDUDUK PROYEKSI

2012

Timbulan sampah ( liter ) Total sampah ( l ) Permukiman Fakt sosial

1 Kedung 74,043 88,852 17,770 106,622 2 Pecangaan 79,221 95,065 19,013 114,078 3 Kalinyamatan 59,448 71,337 14,267 85,605 4 Welahan 75,049 90,059 18,012 108,071 5 Mayong 85,559 102,671 20,534 123,205 6 Nalumsari 73,143 87,772 17,554 105,326 7 Batealit 78,843 94,611 18,922 113,534 8 Tahunan 100,753 120,904 24,181 145,085 9 Jepara 79,486 95,383 19,077 114,460 10 Mlonggo 79,253 95,103 19,021 114,124 11 Pakis Aji 55,875 67,050 13,410 80,460 12 Bangsri 98,223 117,868 23,574 141,442 13 Kembang 68,292 81,950 16,390 98,340 14 Keling 63,103 75,723 15,145 90,868 15 Donorojo 59,140 70,967 14,193 85,161 16 Karimunjawa 9,066 10,879 2,176 13,055 JUMLAH 1,138,497 1,366,196 273,239 1,639,435

Sumber : Hasil Analisis Team, 2011

Tabel 4.16

Proyeksi timbulan sampah pada tahun 2016

No. Kecamatan PENDUDUK PROYEKSI

2016

Timbulan sampah ( liter ) Total sampah

( l ) permukiman Fakt sosial

1 Kedung 76,775 92,130 18,426 110,556 2 Pecangaan 82,144 98,573 19,715 118,288 3 Kalinyamatan 61,641 73,970 14,794 88,764 4 Welahan 77,818 93,382 18,676 112,059 5 Mayong 88,716 106,459 21,292 127,751 6 Nalumsari 75,842 91,010 18,202 109,212 7 Batealit 81,752 98,103 19,621 117,723

IV-64

No. Kecamatan PENDUDUK PROYEKSI

2016

Timbulan sampah ( liter ) Total sampah

( l ) permukiman Fakt sosial

8 Tahunan 104,471 125,365 25,073 150,438 9 Jepara 82,419 98,903 19,781 118,683 10 Mlonggo 82,177 98,613 19,723 118,335 11 Pakis Aji 57,937 69,524 13,905 83,429 12 Bangsri 101,848 122,217 24,443 146,661 13 Kembang 70,812 84,974 16,995 101,969 14 Keling 65,431 78,518 15,704 94,221 15 Donorojo 61,322 73,586 14,717 88,303 16 Karimunjawa 9,401 11,281 2,256 13,537 JUMLAH 1,180,507 1,416,609 283,322 1,699,930

Sumber : Hasil Analisis Team, 2011

Dari hasil perhitungan proyeksi timbulan sampah tersebut timbunan sampah yang akan dilayani pada tahun 2012 sebesar 1,639,435 liter atau 1600 m3, sedang pada tahun 2016 pelayanan sebesar 1,699,930 m3. Hal ini sangat meningkat tajam, untuk itu diperlukan beberapa prioritas pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan anggaran antara lain untuk pemukiman diutamakan pada kecamatan yang lokasinya strategis seperti Jepara,Tahunan, Welahan, Kelinyamatan, Pecangaan dan Mayong, sedang untuk pelayanan pasar / faktor sosial di laksanakan pada semua Kecamatan.

Sedang pada tahun 2016 diharapkan ada kenaikan pelayanan sekitar 96,4 % dari tahun 2012 atau rata rata naik 19 % per tahun. Dengan demikian diperlukan kenaikan sarana /prasarana persampahan ± 19 % /tahun.

Karena pada th 2012 kenaikannya sangat tajam dari tahun 2016 padahal keuangan daerah sangat terbatas maka diperlukan jalan keluar dengan melakukan beberapa usaha untuk peningkatan kinerja. Peningkatan kinerja / pelayanan ini dapat dicapai dengan :

 Pengurangan volume sampah merupakan, suatu keharusan untuk menyikapi kondisi tersebut diatas.

 Meningkatkan kualitas dan Tingkat Pengelolaan Persampahan dengan meningkatkan jumlah sarana prasarana minimal 8 % per tahun

 Keterbatasan Lahan TPA diatasi dengan pengelolaan TPA secara efektif. Keterbatasan lahan TPA juga memaksa dikeluarkannya kebijakan desentralisasi penanganan sampah di sumber yang telah mentriger kreasi pembakaran sampah dengan "incinerator" skala kecil yang tidak ramah lingkungan dan cenderung hanya akan menambah masalah ernisi dikemudian hari.  Meningkatkan Kemampuan kelembagaan dengan memberikan tanggung jawab yang penuh yang harus dipikul dalam menjalankan rodsa pengelolaan dengan memberikan pelayanan

IV-65

persampahan di lapangan kepada pihak ketiga.

 Meningkatkan SDM (sumber daya manusia) yang memadai terutama ditinjau dari kuantitas dan kualitas. Upaya-upaya peningkatan kualitas personil yang telah dilakukan berupa training bidang persampahan. Para tenaga terdidik tersebut pada umumnya telah menempati togas diluar sektor persampahan.

 Memberikan perhatian yang cukup dengan menaikan pembiayaan untuk sektor persampahan dalam anggaran APBD.

 Meningkatkan kerja sama dengan pihak swasta kedalam kornponen kegiatan pengelolaan sampah, berupa pengurangan pajak bea masuk bahan atau instalasi yang berkaitan dengan proses pengolahan sampah seperti geomembrane untuk lapisan dasar kedap air di TPA, incinerator berteknologi ramah lingkungan dan lain-lain.

 Sosialisasi dan mengimplementasikan Peraturan Perundangan dan Penegakan Hukum

Selain itu dari analisis permasalahan pengelolaan persampahan sebagaimana tersebut di atas, maka perlu kiranya dilakukan suatu terobosan untuk menangani permasalahan sampah dengan teknologi yang mampu memusnahkan sampah dan mampu menghasilkan tenaga listrik dan gas.

Selain hal tersebut, pembinaan kepada masyarakat secara terus menerus perlu dilakukan untuk mengurangi beban pengelolaan sampah, serta mendorong investasi di bidang pengelolaan persampahan melalui kemitraan pemerintah dan swasta (KPS).

Dokumen terkait