BAB II PENGATURAN AIR MINUM DEPOT ISI ULANG DAN
E. Permasalahan Yang Dihadapi Konsumen Air Minum Depot
air minum bagi masyarakat. Pelaku usaha AMD isi ulang dalam menyediakan produk air minum melakukan proses pengolahan air bersih menjadi air minum dan menjualnya secara langsung kepada konsumen di lokasi pengolahan. AMD isi ulang belakangan ini merupakan pilihan yang paling sering digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai alternatif air minum yang praktis dan efisien. Faktor dominan yang menjadi penyebabnya adalah harga AMD isi ulang yang cukup ekonomis dan sangat terjangkau. Tetapi dibalik itu tersembunyi ancaman yang sangat mengerikan karena harga yang terjangkau tersebut ternyata tidak dibarengi dengan kualitas air minum yang terjamin khususnya dari segi aspek kesehatan untuk mengkonsumsinya.
Produk air minum yang dijual kepada konsumen tersebut harus layak untuk dikonsumsi yaitu harus memenuhi persyaratan air minum yang layak untuk dikonsumsi yaitu harus bersih, sehat, higienis dan juga standar kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Namun demikian, seringkali produk air minum AMD isi ulang tidak sesuai atau tidak memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan.
Permasalahan yang seringkali dihadapi oleh konsumen berkaitan dengan adanya AMD isi ulang yaitu mengenai standar kesehatan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Pelanggaran mengenai standar kesehatan ini
mengakibatkan produk AMD isi ulang yang dihasilkan tidak higienis dan menimbulkan masalah kesehatan seperti diare dan sakit perut atau bahkan yang lebih ekstrim berujung pada kematian.
Hasil penelitian kualitas 120 (seratus dua puluh) sampel AMD isi ulang dari 10 (sepuluh) kota besar di Indonesia oleh Departemen Teknologi Industri Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2002 lalu menemukan bahwa, kualitas air minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang bervariasi dari satu depot dengan depot lainnya. Hasil penelitian itu juga mendapatkan, hampir 16% (enam belas persen) dari sampel tersebut terkontaminasi mikroorganisme, terutama bakteri coliform yang berlebihan.70 Selain itu ada juga depot yang tidak memenuhi standar pH, dimana pH air minum yang layak dikonsumsi antara 6,5 (enam koma lima) sampai 8,5 (delapan koma lima) sedangkan kandungan bakteri MPN Coliform yang masih aman harus kurang dari 2 (dua) APM per 100 (seratus) mililiter.71 Masih buruknya kualitas AMD isi ulang banyak terkait dengan karakteristik air baku, teknologi produksi, dan/atau proses operasi dan pemeliharaan (sanitasi) dalam proses produksi yang diterapkan di depot isi ulang.
70
Astaqauliyah, “Fenomena Air Minum Depot Isi Ulang”, dikutip dari <http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1962894-fenomena-air-minum-depot-isi/> pada tanggal 17 September 2010.
71
“Banyak Depot Air Minum Yang Tidak Memenuhi Standar Sanitasi”, dikutip dari
Menurut Fujiro, salah satu pelopor bisnis air minum isi ulang di Indonesia, dalam artikelnya menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan kualitas depot air minum menjadi buruk, yaitu : 72
1. Pre Treatment Karbon yang buruk, biasaya digunakan carbon local yang
memang hanya bisa menyerap kotoran di dalam air 3 (tiga) hingga 4 (empat) bulan lamanya. Padahal karbon ini sangat memegang peranan penting dalam kualitas air karena karbonlah yang menyaring besi, keruh, kuning hingga bau dalam air.
2. Karbon yang dimaksud pada angka 1 tidak 100% (seratus persen) melainkan ada campuran pasir aktif yang bisa didapat dengan harga yg sangat murah dengan perbandingan 75% (tujuh puluh lima persen) pasir dan 25% (dua puluh lima persen) karbon.
3. Pipa PVC yang digunakan biasanya adalah yang murah dan tidak pernah dilakukan pembersihan di dalam pipanya. Padahal bagian dalam itu harus selalu dicek kebersihannya yang kemudian disterilisasi dengan alkohol 70% (tujuh puluh persen).
4. Pompa yang digunakan adalah pompa biasa yang terbuat dari besi padahal seharusnya yang terbuat dari pompa stainless steel untuk mendorong hingga masuk ke galon.
5. Lampu Ultra Violet yang hanya bekerja maksimal membunuh bakteri dan virus selama 2-3 bulan tidak diganti setelah melebihi waktunya.
6. Awamnya supplier yang tidak tau prosedur air minum yang sesungguhnya dan memberikan spesifikasi yang sangat minim untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
7. Awamnya pemilik depot dalam hal maintenance atau pemeliharaan, prosedur cuci galon, pengisian dan cara pengoperasian mesin air yang baik dan benar.
8. Tidak adanya pelatihan dan pendidikan tentang filtrasi dari air baku hingga air setelah proses filtrasi, serta tidak adanya kesadaran untuk belajar lebih dalam lagi.
Pemeriksaan kualitas air secara berkala menjadi kendala sebab kesadaran pelaku usaha terhadap peraturan masih lemah. Pihak pemerintah yang melakukan pengawasan pun terkadang mengalami kendala terkait dengan hal itu karena masih minimnya kesadaran pelaku usaha untuk membuat laporan berkala terkait higienitas serta sanitasi lingkungan depot air
72
Fudjiro, “Kualitas Depot Air Minum Jelek?”, dikutip dari <http://fujiro.com/kualitas-depot-air-minum-jelek/> pada tanggal 17 September 2010.
isi ulang. Padahal sesuai ketentuan, pengecekan kualitas air dilakukan secara berkala sesuai ketentuan peraturan yang berlaku tetapi pengusaha air minum isi ulang biasanya tidak peka atau bahkan tidak mengetahui tentang peraturan tersebut.
Banyak pelaku usaha depot air isi ulang belum taat aturan uji kelayakan. Seringkali antara jumlah depot yang ada dan yang telah mengurus izin serta melaporkan tidak sebanding. Hal ini dikarenakan himbauan pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan kurang direspon oleh pelaku usaha depot isi ulang dengan alasan ketika awal mendirikan usaha depot air minum isi ulang telah mendapat rekomendasi dari produsen air isi ulang dimana produsen itu sendiri telah mendapat rekomendasi resmi dari pihak balai obat dan makanan atau dari lembaga yang serupa. 73
Pelaku usaha AMD isi ulang juga memakai kemasan returnable milik AMDK. Hal ini tentu saja telah mengelabui konsumen dalam memberikan informasi yang benar mengenai produk AMD isi ulang tersebut. Dengan pemakaian botol galon yang masih berlabel milik AMDK maka informasi yang diperoleh konsumen mengenai produk tersebut adalah tidak sesuai antara isi dan label pada kemasannya.
Permasalahan ini seringkali menimbulkan kesalahpahaman dan membingungkan konsumen dalam hal perbedaan antara produk AMD isi
73
“Masih Banyak Pengusaha Depot Air Isi Ulang di Deli Serdang Belum Taat Uji Kelayakan”, Harian Sinar Indonesia Baru pada tanggal 17 Juli 2009.
ulang dan AMDK. Dalam pemakaian kemasan returnable terdapat beberapa prinsip :74
a. Kemasan tidak dijual
b. Kemasan dipinjamkan dengan atau tanpa jaminan c. Kemasan mengandung merek produsen
d. Kemasan tidak boleh diisi barang lain untuk diperdagangka e. Secara hukum kemasan tetap milik produsen.
Berdasarkan prinsip di atas, maka seringkali pelaku usaha AMD isi ulang dalam menjual produknya telah melanggar prinsip returnable tersebut. Pemakaian botol galon milik AMDK yang masih berlabel oleh pelaku usaha AMD isi ulang telah melanggar ketentuan UUPK dan juga Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, karena isi tidak sesuai dengan keterangan yang tertera pada label di botol galon.
Keterangan yang ada pada botol galon AMDK yang masih berlabel dan dipakai oleh AMD isi ulang telah melanggar ketentuan UUPK, dimana hal ini dapat dikategorikan sebagai memberikan informasi yang tidak benar, menyesatkan dan mengelabui konsumen. Konsumen yang membeli produk AMD isi ulang mengira bahwa air minum yang dibelinya dari pelaku usaha AMD isi ulang memiliki kualitas yang sama dengan AMDK sesuai merek dan label yang tercantum pada botol galon tersebut. Padahal kenyataannya, produk AMD isi ulang yang mereka beli adalah tidak sama dengan produk AMDK. Dalam hal ini, pelaku usaha hanya menggunakan botol galon AMDK sedangkan isinya bukanlah produk yang sama.
74
Pemakaian botol galon AMDK oleh pelaku usaha AMD isi ulang dengan label dan keterangan yang ada pada kemasannya, telah mengelabui konsumen karena isi atau air minum yang dimasukkan ke dalam botol galon tersebut bukanlah produk AMDK melainkan produk AMD isi ulang secara
home industry dengan proses produksi menggunakan peralatan yang
sederhana dengan proses penjernihan atau suling (filterisasi), disinfeksi (sinar ultra violet dan ozon untuk sterilisasi) untuk pemanasan. 75
Jadi AMD isi ulang tersebut bukan merupakan produk isi ulang
(refill) atau bukan produksi dari perusahaan AMDK, melainkan AMD isi
ulang yang dibuat oleh perusahaan yang berbeda. Hal inilah yang kemudian dapat dianggap telah menyesatkan konsumen. Umumnya AMD isi ulang dimiliki oleh perorangan (home industry), meskipun tidak tertutup kemungkinan ada yang sudah dikelola dalam bentuk perusahaan, sehingga penggunaan istilah “isi ulang” dapat menyesatkan atau menyebabkan
misleading dalam masyarakat dan harus diluruskan. Dengan dikeluarkan dan
diberlakukannya Kepmen Perindag tahun 2004 seharusnya pelaku usaha tidak menggunakan nama Depot Air Minum Isi Ulang atau nama lainnya, melainkan wajib mengganti namanya menjadi Depot Air Minum. 76
Permasalahan lain yang dihadapi konsumen berkaitan dengan produk AMD isi ulang yaitu mengenai informasi yang menyesatkan pada iklan produk sehingga konsumen menjadi korban penipuan atas informasi yang tidak benar pada iklan produk AMD isi ulang. Penggunaan tanda SNI (Standar
75
Ibid., hal. 31.
76
Nasional Indonesia), ozone, UV, standar Departemen Kesehatan dan air baku yang tidak bertanggung jawab telah menyesatkan dan mengelabui konsumen. Penggunaan label SNI menjadi bentuk pelanggaran oleh depot air minum isi ulang karena yang berhak untuk menggunakan segel dan mencantumkan SNI adalah AMDK seperti yang telah tercantum dalam Kepmen Perindag Pasal 7 tentang stockist air minum isi ulang, langsung isi dan botol galon yang harus dilakukan cuci ulang. Selain itu, label SNI dikeluarkan dari pusat sehingga sangat tidak mungkin depot air minum lokal mendapatkannya.
Pelanggaran lain yang dilakukan oleh depot air minum isi ulang selain pemasangan segel di kemasan air minum isi ulang, mereka juga memasarkan air minumnya di toserba (toko serba ada) padahal itu tidak diperbolehkan karena sesuai ketentuannya depot air minum isi ulang tidak boleh stockist dan harus langsung isi ulang di tempat.
Sebagai pelaku usaha, seharusnya produsen AMD isi ulang memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur kepada konsumen mengenai produknya seperti yang diamanatkan oleh UUPK, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat merugikan masyarakat sebagai konsumen.
Adapun berdasarkan ketentuan UUPK tersebut maka terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha AMD isi ulang terhadap pemakaian botol galon AMDK yang masih berlabel, juga mengenai kualitas standar air minum. Pasal-pasal yang dilanggar tersebut antara lain Pasal 4 huruf a dan c, Pasal 7 huruf b dan d, dan Pasal 8. apabila dikaitkan dengan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan, maka ketentuan yang telah dilanggar oleh pelaku usaha AMD isi ulang yaitu Pasal 3 Ayat (1) dan (2), Pasal 5 Ayat (1), Pasal 6 Ayat (1), Pasal 12, Pasal 13 Ayat (1) dan Pasal 14.
Adanya ketimpangan yang tengah terjadi hingga kini dimana hal hal kualitas air bersih yang dikelola oleh depot air minum isi ulang maupun pengawasannya maka kinerja pemerintah dalan hal ini birokrasi dalam melakukan regulasi dan praktek pelaksanaannya perlu dipertanyakan.
BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN AIR MINUM DEPOT ISI ULANG SERTA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH,
INSTANSI TERKAIT TERHADAP PENGELOLAAN AIR MINUM DEPOT ISI ULANG