• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permintaan Faktor Produksi dan Produksi Cengkeh

DAFTAR GAMBAR

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Konsep dan Teori

3.1.2. Permintaan Faktor Produksi dan Produksi Cengkeh

Pada pasar produk dan pasar faktor produksi yang bersaing sempurna, fungsi penawaran mencerminkan kuantitas produk yang ditawarkan sebagai fungsi dari harga produk dan harga faktor produksi. Suatu fungsi penawaran perusahaan yang memaksimumkan keuntungan dapat diturunkan dari fungsi keuntungan yang dicapai melaui dua syarat yaitu syarat order pertama (first order condition) dan syarat order kedua (second order condition). Menurut syarat order pertama, fungsi keuntungan akan maksimum jika turunan pertama dari fungsi tersebut terhadap faktor produksi sama dengan nol, berarti nilai produk marginal

harus sama dengan harga masing-masing faktor produksi yang digunakan. Syarat order kedua terpenuhi jika turunan kedua dari fungsi tersebut terhadap faktor produksi lebih kecil dari nol, berarti fungsi produksi cembung ke arah titik asal atau berada pada daerah rasional (Rational Stage of Production) (Beattie and Taylor, 1995; Henderson and Quandt, 1980; Koutsoyiannis, 1975 dalam Lifianthi, 1999).

Selanjutnya materi pokok teori produksi bertumpu pada fungsi produksi, yaitu suatu fungsi yang menggambarkan hubungan teknis antara faktor produksi dan hasil produksinya. Faktor produksi dapat dibedakan menjadi faktor produksi tetap dan tidak tetap tergantung pada sisi produsen dalam jangka waktu tertentu. Dalam jangka pendek, faktor produksi terdiri dari faktor produksi tetap dan tidak tetap, dimana faktor teknologi belum berubah. Sedangkan dalam jangka panjang, semua faktor produksi adalah tidak tetap dan teknologi belum berubah. Setelah produsen berada pada posisi jangka waktu yang sangat panjang, maka faktor produksi dan teknologi adalah tidak tetap. Dengan menyederhanakan persoalan, maka dapat dimisalkan bahwa pada tingkat teknologi tertentu fungsi produksi cengkeh adalah sebagai berikut:

QC = QC (PU, LA) ... (8) dimana:

QC = Jumlah produksi cengkeh (unit) PU = Jumlah faktor produksi pupuk (unit) LA = Jumlah faktor produksi lainnya (unit)

29

Jika diketahui harga cengkeh, harga faktor produksi pupuk, dan harga faktor produksi lainnya masing-masing adalah HQC, HPU, dan HLA, maka keuntungan produsen cengkeh dapat dirumuskan sebagai berikut:

π = HQC * QC (PU, LA) – (HPU * PU + HLA * LA) ... (9) Keuntungan maksimum dapat tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan di atas terhadap masing-masing faktor produksinya sama dengan nol dan dapat dirumuskan sebagai berikut:

∂π / ∂PU = HQC * PU' – HPU = 0 atau HPU = HQC * PU'...(10)

∂π / ∂LA = HQC * LA' – HLA = 0 atau HLA = HQC * LA' ...(11) dimana PU' dan LA' merupakan produk marginal dari faktor produksi PU dan LA. Dari persamaan (10) dan (11) diketahui bahwa HQC, HPU, dan HLA merupakan variabel eksogen, sedangkah PU dan LA merupakan variabel endogen. Oleh karena itu, fungsi permintaan faktor produksi PU dan LA dapat dirumuskan sebagai berikut:

PUD = PUD (HPU, HLA, HQC) ...(12) LAD = LAD (HLA, HPU, HQC)...(13) dimana PUD dan LAD masing-masing adalah permintaan terhadap faktor produksi pupuk dan faktor produksi lainnya. Dengan mensubstitusi persamaan (12) dan (13) ke persamaan (8), maka fungsi produksi (penawaran) cengkeh dapat dirumuskan sebagai berikut:

QCS = QCS (HQC, HPU, HLA) ...(14) 3.1.3. Permintaan Cengkeh dan Produksi Rokok Kretek

Faktor produksi utama dari pabrik rokok kretek adalah cengkeh, karena cengkeh merupakan faktor produksi bagi pabrik rokok kretek atau merupakan

pemintaan turunan (derived demand) dari pabrik rokok kretek. Oleh sebab itu fungsi permintaan cengkeh dapat didefinisikan sebagai fungsi dari harga cengkeh, harga faktor produksi lain, dan harga rokok kretek. Fungsi permintaan faktor produksi yaitu cengkeh dan produksi (penawaran) rokok kretek dapat diturunkan dari fungsi produksi pabrik rokok kretek, yang dirumuskan sebagai berikut:

QR = QR (CE, LT)...(15) dimana:

QR = Jumlah produksi rokok kretek (unit) CE = Jumlah faktor produksi cengkeh (unit) LT = Jumlah faktor produksi lainnya (unit)

Jika diketahui harga rokok kretek, harga faktor produksi cengkeh, dan harga faktor produksi lainnya masing-masing adalah HQR, HCE, dan HLT, maka keuntungan produsen rokok kretek dapat dirumuskan sebagai berikut:

π = HQR * QR (CE, LT) – (HCE * CE + HLT * LT) ...(16) Keuntungan maksimum dapat tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan di atas terhadap masing-masing faktor produksinya sama dengan nol dan dapat dirumuskan sebagai berikut:

∂π / ∂CE = HQR * CE' – HCE = 0 atau HCE = HQR * CE'...(17)

∂π / ∂LT = HQR * LT' – HLT = 0 atau HLT = HQR * LT'...(18) dimana CE' dan LT' merupakan produk marginal dari faktor produksi CE dan LT. Dari persamaan (17) dan (18) diketahui bahwa HQR, HCE, dan HLT merupakan variabel eksogen, sedangkah CE dan LT merupakan variabel endogen. Oleh karena itu, fungsi permintaan faktor produksi CE dan LT dapat dirumuskan sebagai berikut:

31

CED = CED (HCE, HLT, HQR)...(19) LTD = LTD (HLT, HCE, HQR) ...(20) dimana CED dan LTD masing-masing adalah permintaan terhadap faktor produksi cengkeh dan faktor produksi lainnya. Dengan mensubstitusi persamaan (19) dan (20) ke persamaan (15), maka fungsi produksi (penawaran) rokok kretek dapat dirumuskan sebagai berikut:

QRS = QRS (HQR, HCE, HLT) ...(21) 3.1.4. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan antar negara atau perdagangan internasional sudah ada sejak dahulu namun masih dalam jumlah dan ruang lingkup yang terbatas. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya taraf kehidupan yang bersamaan dengan kemajuan teknologi informasi menyebabkan peningkatan kebutuhan masyarakat. Peranan perdagangan internasional sangat penting, karena pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki, yaitu negara yang hidup terisolasi, tanpa mempunyai hubungan perdagangan dengan negara lain. Terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya perdagangan internasional diantaranya keterbatasan suatu negara dalam sumberdaya alam, sumberdaya modal, tenaga kerja, teknologi dan perbedaan dalam penawaran dan permintaan antar negara. Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Di samping itu, teori perdagangan internasional juga mengkaji dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang diperolehnya (gains from trade). Kebijakan perdagangan internasional membahas masalah-masalah serta pengaruh

pembatasan perdagangan, serta hal-hal yang menyangkut proteksionisme baru (new protectionism) (Salvatore, 1997).

Gambar 2 memperlihatkan proses terciptanya harga komoditi relatif ekuilibrium dengan adanya perdagangan internasional. Kurva S dan kurva D melambangkan kurva penawaran dan kurva permintaan terhadap komoditi cengkeh di kedua negara. Sumbu tegak melambangkan harga-harga relatif untuk komoditi X (Px/Py, atau jumlah komoditi Y yang harus dikorbankan oleh suatu negara dalam rangka memproduksi satu unit tambahan komoditi X), sedangkan sumbu mendatar melambangkan kuatitas komoditi X (cengkeh). Secara teoritis, suatu negara (negara A) akan mengekspor komoditi cengkeh ke negara lain (negara B) apabila harga domestik di negara A (sebelum terjadinya perdagangan) relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang relatif lebih rendah di negara A tersebut disebabkan karena adanya kelebihan penawaran (excess supply) yaitu produksi domestik melebihi konsumsi domestik, sebesar BE. Dalam hal ini faktor produksi di negara A dalam memproduksi cengkeh relatif berlimpah. Dengan demikian negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Negara B mengalami kekurangan penawaran cengkeh karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik (excess demand), sebesar B’E’ sehingga harga menjadi lebih tinggi. Pada kesempatan ini negara B berkeinginan untuk membeli komoditi cengkeh dari negara lain yang harganya lebih murah.

Apabila kemudian terjadi komunikasi antar negara A dan negara B, maka akan terjadi perdagangan antara kedua negara tersebut. Sebelum terjadinya perdagangan internasional harga cengkeh di negara A adalah sebesar Pa,

33

sedangkan di negara B sebesar Pb. Penawaran di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih besar dari Pa, sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari Pb. Pada saat harga internasional sama dengan Pw, maka di negara B terjadi kelebihan permintaan sebesar B’E’, sedangkan di negara A terjadi kelebihan penawaran sebesar BE. Perpaduan antara kelebihan penawaran di negara A dan kelebihan permintaan di negara B akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional, yaitu sebesar Pw. Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan mengekspor cengkeh sebesar BE, dan negara B akan mengimpor cengkeh sebesar B’E’.

X X

Gambar 2. Kurva Terjadinya Perdagangan Internasional

Db 0 0 Da 0 E’ A’ B’ Pb E* A’’ Pw A* Pa E B A Dw Sb Sw Sa Px/Py Px/Py Impor Ekspor X Perdagangan Internasional Negara B

Negara A Px/Py

Sumber: Salvatore, 1997

Kondisi nilai tukar seperti terdepresiasinya rupiah terhadap dollar merupakan faktor yang dapat menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kanan. Nilai tukar menggambarkan daya saing suatu negara dalam perdagangan internasional. Terdepresiasinya rupiah terhadap dollar membuat harga cengkeh

Indonesia menjadi relatif lebih murah sehingga mendorong terjadinya peningkatan jumlah penawaran ekspor (Mankiw, 2000). Mekanisme pengaruh perubahan kurs terhadap volume ekspor dapat dilihat pada Gambar 3. Seandainya di negara A terjadi depresiasi kurs seperti yang terlihat pada penurunan kurs dari e1 menjadi e2

akan meningkatkan ekspor bersih dari NX1 ke NX2. Peningkatan dalam ekspor bersih ini akan menggeser kurva pengeluaran yang direncanakan ke atas dan meningkatkan pendapatan dari Y1 ke Y2. Peningkatan hasil produksi ini terjadi karena adanya peningkatan ekspor bersih sebagaimana ditunjukkan pada gambar perpotongan Keynesian. Penurunan kurs yang terjadi ini menyebabkan terjadinya peningkatan hasil produksi pada kurva investasi dan tabungan (IS). Kurva IS meringkas hubungan antara kurs dan pendapatan, semakin rendah kurs maka semakin tinggi tingkat pendapatan. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa penurunan kurs (depresiasi) menyebabkan terjadinya peningkatan volume ekspor. Selanjutnya dapat dijelaskan pula bagaimana mekanisme peningkatan volume ekspor yang disebabkan penurunan kurs pada gambar perdagangan internasional. Semula sebelum terjadinya penurunan kurs, besarnya nilai excess supply di negara A sebesar BE. Setelah terjadinya penurunan kurs menyebabkan terjadinya peningkatan excess supply menjadi FG. Kondisi ini mengakibatkan kurva penawaran dunia mengalami pergeseran dengan titik awal yang sama. Pergeseran kurva penawaran dunia dari Sw menjadi Sw1 menyebabkan tingkat harga dunia yang terjadi lebih rendah dan volume perdagangan internasional meningkat dari 0Q1 menjadi 0Q2. Negara pengimpor merespon perubahan harga ini dengan meningkatkan jumlah impornya. Besarnya volume ekspor negara A setelah depresiasi kurs (FG) sama dengan besarnya volume impor negara B (FG).

35 Kurs Rp/$ (e) b). Kurva Perpotongan Keynesian NX1 NX2 Ekspor bersih (NX) Pengeluaran aktual Y = E Produk (Y) Produk (Y) Y2 c). Kurva IS a). Kurva Ekspor Bersih Negara A

Pw Pw1 Sa Pengeluaran direncanakan E = C + I + G + NX Q1 Q2 X Px/Py Px/Py Px/Py ΔNX Kurs Rp/$ (e) e1 e2 e2 e1 Y1 Sb Db Da Sw Sw1 Dw 0 F’ B’ E’ G’ X E G X F B Pengeluaran (E)

Negara A Perdagangan Internasional Negara B

Gambar 3. Mekanisme Pengaruh Kurs terhadap Volume Ekspor Sumber: Mankiw, 2000