• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

DAFTAR GAMBAR

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

ekspor dan harga cengkeh ekspor, konsumsi cengkeh industri rokok kretek dan produksi rokok kretek, dan harga cengkeh domestik Indonesia.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, konsumsi, dan harga cengkeh Indonesia.

3. Menganalisis dampak perubahan faktor ekonomi terhadap produksi, konsumsi, dan harga cengkeh Indonesia tahun 1999-2006.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan masukan bagi individu atau instansi-instansi yang terkait seperti petani/produsen, eksportir, maupun pemerintah dalam mengambil keputusan dan menerapkan kebijakan-kebijakan dalam kaitannya dengan produksi, konsumsi, dan harga cengkeh Indonesia. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis produksi, konsumsi, dan harga cengkeh Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian yang membahas mengenai produksi, konsumsi, dan harga cengkeh Indonesia secara umum, baik impor maupun ekspor cengkeh yang dianalisis tidak berdasarkan negara asal impor dan negara tujuan ekspor. Model penelitian ini belum menganalisis kebutuhan cengkeh untuk industri lain dan rumahtangga. Penelitian ini juga belum mencakup masing-masing produksi cengkeh perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan besar swasta. Data yang digunakan adalah data time series selama periode 27 tahun yaitu dari tahun 1980-2006.

2.1. Gambaran Umum Komoditi Cengkeh 2.1.1. Sejarah dan Penyebaran Tanaman Cengkeh

Daerah asal tanaman cengkeh sempat mengundang perdebatan dalam ruang lingkup internasional. Wiesner mengatakan cengkeh berasal dari Pulau Makian di Maluku Utara, sedangkan Toxopeus berpendapat, selain dari Maluku cengkeh juga berasal dari Irian (Hadiwijaya, 1986). Nicola Ponti dari Venesia mengungkapkan bahwa daerah asal cengkeh adalah Banda. Di daerah kepulauan Maluku ditemukan tanaman cengkeh tertua di dunia dan daerah ini merupakan satu-satunya produsen cengkeh terbesar di dunia (Bintoro, 1986).

Penyebaran tanaman cengkeh keluar Pulau Maluku dimulai sejak tahun 1769. Bibit tanaman ini mula-mula diselundupkan oleh seorang kapten dari Perancis ke Rumania, selanjutnya disebarkan ke Zanzibar dan Madagaskar. Penyebaran tanaman cengkeh ke wilayah Indonesia seperti Jawa, Sumatera, dan Kalimantan baru dimulai pada tahun 1870. Sampai saat ini tanaman cengkeh telah tersebar ke seluruh dunia. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar, juga tumbuh subur di Zanzibar, India, dan Sri Lanka (Hadiwijaya, 1986).

2.1.2. Taksonomi dan Morfologi Tanaman Cengkeh

Cengkeh (Syzygium aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Taksonomi tanaman cengkeh menurut beberapa ahli botani adalah sebagai berikut (http://id.wikipedia.org/wiki/Cengkeh):

13 Kingdom : Plantae Filum : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium

Spesies : S. Aromaticum (L.) Merr. & Perry.

Cengkeh termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20m-30m dan cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2cm-3cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7.5cm-12.5cm. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedang bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun (Najiyati, S. dan Danarti, 1992)

Menurut Hadiwidjaja (1986) varietas-varietas unggul cengkeh yang ditanam antara lain:

1. Cengkeh Siputih: (1) helai daun besar dan berwarna kuning atau hijau muda, (2) cabang kurang rimbun, dan (3) bunga besar, warna kuning, dan berjumlah belasan per rumpun.

2. Cengkeh Sikotok: (1) helai daun kecil, warna hijau sampai hijau tua kehitam-hitaman, dan lebih mengkilap, (2) cabang rimbun dan rendah, semua ranting tertutup daun, dan (3) bunga kuning kemerahan, tiap rumpun 20-50 bunga.

3. Cengkeh Zanzibar: (1) bentuk daun panjang ramping dan berwarna hijau gelap, (2) bunga berwarna lebih merah dengan produksi tinggi, dan (3) merupakan jenis terbaik.

2.1.3. Budidaya Tanaman Cengkeh

Di Indonesia, budidaya tanaman cengkeh cocok pada ketinggian 0-900 m dpl (paling optimum pada 300-600 m dpl) atau terletak pada ketinggian

lebih dari 900 m dpl, dengan hamparan lahan yang menghadap laut. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari langsung. Cengkeh menghendaki iklim yang panas dengan curah hujan cukup merata, karena tanaman ini tidak tahan kemarau panjang. Angin yang terlalu kencang dapat merusak tajuk tanaman. Untuk pertumbuhannya, curah hujan optimal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh antara 1500-4500 mm/tahun. Cengkeh menghendaki sinar matahari minimal 8 jam per hari. Suhu yang optimal untuk tanaman ini adalah 22°C -30°C, dengan kelembaban udara antara 60 persen sampai 80 persen. Tanaman cengkeh juga menghendaki tanah yang subur, gembur

15

tidak berbatu, berdrainase baik, dan kedalaman air tanah pada musim hujan tidak lebih dangkal dari 3m dari permukaan tanah dan pada musim kemarau tidak lebih dari 8m (Hadiwijaya, 1986).

2.1.4. Manfaat Cengkeh

Cengkeh banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Asia dan Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Bagian utama dari tanaman cengkeh yang bernilai komersial adalah bunganya, yang sebagian besar digunakan dalam industri rokok, yaitu hingga sekitar 90 persen. Selain digunakan sebagai bahan baku rokok kretek, cengkeh juga digunakan untuk industri farmasi dan industri makanan (Lampiran 2). Minyak cengkeh yang berasal dari bunga cengkeh, gagang/tangkai dan daun cengkeh mengandung eugenol dan bersifat anestetik dan antimikrobial. Eugenol tersebut dapat digunakan untuk aromaterapi, mengobati sakit gigi, menghilangkan bau nafas, dan dapat mengendalikan beberapa jamur patogen pada tanaman. Bunga cengkeh dalam bentuk tepung digunakan dalam proses pembuatan makanan yang dimasak dengan suhu tinggi (www.deptan.go.id). Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Tiongkok dan Jepang. Minyak cengkeh juga digunakan dalam campuran tradisional choji (1 persen minyak cengkeh dalam minyak mineral) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang mereka (http://id.wikipedia.org/wiki/Cengkeh).