• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Sarana mandi cuci kakus (MCK)

4.3.3 Permukiman kumuh Banjar Pekandelan (kasus 3)

Berdasarkan Keputusan Walikota, permukiman kumuh di Banjar Pekandelan, Desa Pemecutan Klod terletak di Jalan Kertapura Gang Segina VI.

Pada awalnya lahan permukiman ini merupakan lahan milik banjar yang disewakan kepada pendatang. Lahan ini disewakan dengan tujuan memperoleh keuntungan, sehingga uang hasil dari sewaan tersebut dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan oleh banjar. Jumlah KK pada lingkungan permukiman ini adalah 196 KK dengan total jumlah warga sebanyak 448 jiwa.

Gambar 4.34 Peta lokasi permukiman kumuh Banjar Pekandelan

1. Jaringan jalan

Terdapat 3 tipe jalan pada permukiman ini, yaitu jalan lingkungan dan jalan permukiman/gang, serta jalan kecil pada 1 blok hunian (kost). Jalan lingkungan yaitu Jalan Kertapura adalah jalan umum yang menjadi akses utama

U

menuju Gang Segina VI, dimana gang ini merupakan jalan pada permukiman kumuh. Jalan lingkungan memiliki lebar ±4 meter dengan material berupa aspal.

Tipe jalan yang kedua adalah jalan permukiman (Gang Segina VI), dengan kondisi jaringan jalan permukiman/gang ini awalnya masih berupa jalan tanah, namun sejak tahun 1996 permukiman ini memperoleh bantuan berupa perbaikan jalan dari pemerintah yang diusulkan oleh pihak banjar. Untuk saat ini kondisi jalan lingkungan berupa perkerasan semen dengan lebar ±4 meter, sementara ke arah timur lebar jalan ±3 meter. Jalan pada bagian ujung timur permukiman bisa dilalui untuk menuju gang yang ada di sebelah selatan, namun bukan merupakan permukiman dengan kondisi yang kumuh. Jalan ini juga terlihat sudah rusak dengan adanya bopeng-bopeng pada sebagian jalan.

Gambar 4.35 Kondisi jaringan jalan pada permukiman kumuh kasus 3

Jalan permukiman selebar 3-4 meter merupakan jalan utama (makro) yang terletak di tengah-tengah

permukiman 4 m

3 m

3 m 3 m

Jalan menuju permukiman lain (kiri), jalan buntu (kanan)

U

Tipe jalan ketiga adalah jalan kecil yang ada pada 1 blok hunian dalam bentuk kost. Jalan ini dibangun oleh pemilik kontrakan (penyewa lahan pihak pertama) yang merupakan akses bagi penghuni kost dengan lebar ±1,5 meter.

Kondisi jalan sudah berupa perkerasan yang menggunakan material semen. Selain digunakan sebagai akses keluar masuk, jalan ini juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan aktifitas lainnya seperti mencuci, menjemur pakaian, serta meletakkan peralatan rumah tangga. Kamar kost yang disewakan terdiri dari 2 deret kamar menghadap ke utara dan selatan yang berhadapan langsung dengan jalan kecil yang ada di depannya.

Gambar 4.36 Kondisi jaringan jalan kecil pada permukiman kumuh kasus 3

Jalan umum yang ada pada hunian dalam bentuk kost

Jalan utama permukiman (3 m)

U

Sebagian badan jalan yang dimanfaatkan oleh penghuni kost

2. Air bersih

Sumber air bersih di lokasi permukiman ini menggunakan sumur bor, sumur gali, serta ada bebrapa yang sudah menggunakan PAM. Berbeda dengan kasus permukiman kumuh sebelumnya, sumber air bersih yang digunakan pada masing-masing hunian tidak berdasarkan pada tipe hunian namun tergantung pada kemampuan dari masing-masing keluarga. Berdasarkan fungsinya, sumber air bersih yang digunakan dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu, sumber air bersih yang digunakan secara komunal serta sumber air bersih yang digunakan secara pribadi.

Gambar 4.37 Kondisi jaringan air bersih pada permukiman kumuh kasus 3

pemilik kontrakan (penyewa lahan pihak pertama) yang disediakan khusus untuk penghuni kost dalam 1 blok hunian tersebut. Terdapat 2 sumur gali pada hunian ini, dimana masing-masing sumur memfasilitasi kebutuhan 1 deret kamar. Air bersih untuk kamar mandi pada hunian ini juga berasal dari sumur. Air ini didistribusikan melalui saluran berupa pipa yang dibuat secara manual oleh pemilik kontrakan. Pada awalnya air yang ditimba ditampung terlebih dahulu dalam ember pada ujung pipa, kemudian air akan mengalir melalui pipa dengan kemiringan tertentu menuju penampungan yang ada dikamar mandi.

Selain menggunakan sumur gali sebagai air bersih secara komunal, pada beberapa hunian juga menggunakan sumur bor, terutama pada 1 blok hunian yang berupa kost. Sumur bor ini diadakan oleh pemilik kontrakan sebagai penyewa lahan pihak kedua. Sumur bor juga khusus digunakan bagi penghuni kost pada 1 blok hunian tersebut.

Gambar 4.38 Kondisi jaringan air bersih (sumur bor) pada permukiman kumuh kasus 3

Berbeda dengan permukiman kumuh pada kasus sebelumnya, pada permukiman kumuh di lokasi ini sudah terdapat beberapa hunian yang menggunakan PAM sebagai sumber air bersih. Hunian yang digunakan sampel merupakan rumah dari kepala permukiman.

Tangki air Mesin pompa

Gambar 4.39 Kondisi jaringan air bersih (PAM) pada permukiman kumuh kasus 3

3. Pengelolaan limbah

Limbah dibagi menjadi 3 jenis yaitu limbah yang berasal dari air hujan berupa saluran drainase, limbah rumah tangga, serta limbah sampah.

a. Jaringan drainase

Jaringan drainase pada permukiman di lokasi ini memiliki kondisi dan fungsi yang cukup baik. Saluran drainase dibuat memanjang di pinggir jalan dari jalan besar hingga masuk ke jalan permukiman. Lebar saluran ini ±20 cm dengan kondisi sebagian terbuka pada bagian barat dan sebagian lagi ditutup menggunakan semen.

Menurut Kepala di lingkungan permukiman ini, saluran drainase berfungsi dengan baik dikarenakan sudah terdapat Sanimas (sanitasi berbasis masyarakat) di permukiman ini, sehingga tidak ada lagi warga yang membuang air limbah baik dari dapur maupun kamar mandi ke saluran drainase. Saluran drainase disini hanya difungsikan sebagai saluran air hujan yang nantinya akan bermuara ke sungai yang letaknya agak jauh dengan permukiman.

Meter Air

Gambar 4.40 Kondisi saluran drainase pada permukiman kumuh kasus 3

b. Limbah rumah tangga

Sistem pembuangan limbah di permukiman kumuh ini sudah menggunakan Sanimas. Sanimas adalah program untuk menyediakan prasarana air limbah bagi masyarakat di daerah kumuh padat perkotaan.Sanimas merupakan bantuan dari pemerintah pada tahun 1996. Sanimas merupakan kerjasama antara Dinas Pekerjaan Umum (PU), Bremen Overseas Research and Development Agency (BORDA), Badan Lingkungan Hidup (BLH), serta kelompok swadaya

masyarakat. Dengan adanya sanimas ini kondisi pembuangan air limbah menjadi tertata sehingga tidak dapat mengurangi polusi di sekitar lingkungan permukiman kumuh ini.

U

Sungai Permukiman

kumuh (kasus 3) Sungai

Saluran drainase di sepanjang jalan utama permukiman dari barat hingga timur permukiman

Saluran drainase bermuara ke sungai yang letaknya jauh dari permukiman

Dalam satu hunian terdapat beberapa bak kontrol dengan jumlah yang berbeda-beda pada tiap hunian tergantung jumlah pembuangan yang ada pada hunian tersebut. Pada bak kontrol ini terdapat pipa-pipa saluran yang terhubung antara hunian satu dengan yang lainnya. Limbah rumah tangga ini nantinya akan dialirkan menuju saluran komunal yang ada di tepi jalan.

Pada gambar berikut akan ditunjukkan bagaimana keterkaitan antara sistem pembuangan limbah secara mikro yaitu pada satu hunian yang menuju sistem pembuangan limbah secara makro atau komunal.

Gambar 4.41 Saluran pembuangan limbah hunian pada permukiman kumuh kasus 3

Pada contoh hunian yang digunakan sebagai sampel, terdapat 7 buah bak kontrol yang letaknya tersebar pada area servis di rumah ini. Area servis tersebut misalnya, tempat cuci, dapur, kamar mandi, serta tempat selip. Menurut kepala keluarga rumah ini, yang juga merupakan salah satu panitia program pengadaan

Bak kontrol komunal Bak kontrol

Septic tank komunal

Jalan utama permukiman

Saluran pembuangan U

Sanimas di lingkungan ini, menyebutkan bahwa bak kontrol memang diletakkan di dekat area-area yang menghasilkan limbah seperti area servis. Limbah rumah tangga yang dialirkan melalui saluran pembuangan pada masing-masing hunian ini, kemudian akan dialirkan menuju saluran pembuangan komunal yang ada di sepanjang jalan utama dan bermuara pada septictank komunal di ujung jalan permukiman untuk selanjutnya diolah kembali.

Gambar 4.42 Kondisi bak kontrol pada saluran pembuangan limbah

Limbah rumah tangga yang dihasilkan oleh tiap-tiap hunian akan dialirkan melalui saluran yang ada di pinggir jalan. Limbah tersebut nantinya akan diolah sedemikian rupa, hingga air limbah ini dapat dibuang ke got tanpa menimbulkan polusi. Dalam saluran pengolahan limbah ini diberi pemisah berupa sekat-sekat sebanyak 13 buah yang berfungsi untuk membantu proses pengolahan limbah tersebut. Terdapat juga 13 buah bak kontrol yang dapat dilihat dari atas permukaan jalan. Setelah melalui proses pengolahan tersebut, air limbah yang

Bak kontrol 1 Bak kontrol 2 Bak kontrol 3

Bak kontrol 4 Bak kontrol besar

di pinggir jalan

sudah bersih akan ditampung pada septictank komunal yang ada di ujung jalan, dan kemudian air tersebut akan dialirkan menuju got.

Gambar 4.43 Bak kontrol komunal pada saluran pembuangan limbah (sanimas)

c. Persampahan

Pada permukiman ini, sampah dipungut oleh petugas yang dibayar oleh warga melalui dusun atau banjar. Terdapat juga bak sampah umum yang terdapat di ujung jalan dekat dengan jalan besar. Selain itu terdapat juga beberapa titik yang digunakan oleh warga sebagai tempat membuang sampah secara tidak bertanggung jawab yang menyebabkan kondisi lingkungan permukiman ini terlihat kotor.

Septictank komunal 13 buah bak kontrol

pengolahan limbah U

Gambar 4.44 Kondisi persampahan di permukiman kumuh kasus 3