• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Sarana MCK

4.4.1 Proses pengadaan infrastruktur pada kasus 1

Kasus pertama, yaitu permukiman kumuh yang berlokasi di jalan Nusa kambangan Gang Dahlia dan Gang Cempaka, Banjar Jematang Desa Dauh Puri Kauh. Permukiman kumuh yang berada di Banjar Jematang, Desa Dauh Puri Kauh diperkirakan muncul sekitar tahun 1990-an. Lahan permukiman ini merupakan lahan warisan milik warga setempat yang telah dibagi-bagi. Pemilik lahan masih merupakan warga asli dari Banjar Jematang. Pada tahap awal perkembangan permukiman, proses pengadaan infrastruktur diawali oleh beberapa pihak-pihak yang terlibat di dalamnya yaitu pemilik lahan dan warga yang ingin menyewa lahan tersebut.

Jaringan infrastruktur yang pertama kali diadakan adalah jalan umum yang ada di bagian timur lahan yang disewakan. Jalan ini masih berupa jalan tanah yang disediakan oleh pemilik lahan untuk pengontrak selebar ±2meter. Sementara untuk infrastruktur lainnya seperti jaringan air bersih (sumur bor, sumur gali) serta fasilitas MCK dibuat oleh warga permukiman sebagai penyewa lahan.

masing penyewa lahan. Semakin banyaknya warga pendatang yang menyewa lahan di lokasi ini, begitu pula dengan hunian yang juga semakin bertambah banyak. Jumlah hunian yang semakin bertambah dari waktu ke waktu ini secara tidak langsung membentuk jalan-jalan kecil yang menghubungkan kelompok hunian satu dengan yang lainnya. Kondisi jalan ini berupa jalan tanah dengan lebar ±0,8 meter hingga ±1,5 meter. Untuk infrastruktur lainnya seperti listrik, sumur, saluran drainase, pembuangan limbah serta sarana MCK, diadakan secara swadaya oleh penyewa lahan (pihak 1), yang kemudian dapat digunakan bersama oleh penyewa kamar kost (pihak 2). Mereka cukup membayar kepada pemilik kost (pihak 1) atas pemakaian fasilitas yang disediakan tadi.

Pada tahap berikutnya yaitu perencanaan, pihak yang terkait didalamnya adalah pemerintah dengan dibantu oleh pihak desa setempat. Menurut Kepala Dusun/Kelian Banjar Jematang, dahulu pernah terjadi wabah penyakit muntaber di lingkungan permukiman kumuh ini yang disebabkan oleh kondisi lingkungan permukiman yang buruk dan air tanah yang tercemar. Melihat kondisi permukiman yang sangat buruk di lokasi ini, pemerintah merasa perlu untuk turun langsung mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Pemerintah mulai merencanakan pengadaan infrastruktur yang masih diperlukan dan memperbaiki infrastruktur yang sudah ada pada permukiman tersebut. Pembiayaan pada perencanaan ini sepenuhnya dibantu oleh pemerintah setempat yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar.

Pada tahap pelaksanaan, dikerjakan oleh petugas dari pemerintah dengan dibantu oleh pihak banjar serta warga permukiman. Tahap ini mulai dilaksanakan

pada tahun 1998 (8 tahun setelah permukiman ini muncul). Infrastruktur yang dibantu oleh pemerintah adalah sebagai berikut:

a) Pelebaran serta pengaspalan jalan lingkungan yang mengelilingi permukiman tersebut. Pada awalnya lebar jalan tersebut adalah 2 meter, dan kini diperlebar menjadi 4 meter dengan mengambil sedikit lahan permukiman warga asli maupun lahan sewa pada permukiman kumuh tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala dusun, perbaikan ini diperkirakan dilakukan pada tahun 1998. Selain itu dilakukan juga pemavingan jalan permukiman yang awalnya merupakan jalan tanah dengan kondisi yang buruk.

Gambar 4.47 Perbaikan jalan oleh pemerintah (Dinas PU)

b) Pengadaan pompa air sebanyak 4 buah yang dapat digunakan secara komunal atau bersama pada permukiman kumuh. Berdasarkan angka tahun yang terdapat pada pompa di permukiman kumuh ini, pompa ini diperkirakan dibangun oleh pemerintah pada tahun 1992. Letak pompa air tersebar pada permukiman kumuh ini sehingga dapat dijangkau oleh warga setempat.

Pemavingan pada jalan/gang kecil pada permukiman

kumuh

Pengaspalan dan pelebaran jalan lingkungan

c) Pembangunan MCK umum sebanyak 3-4 buah. Pembangunan ini dilakukan bersamaan dengan pengadaan pompa air pada tahun 1992.

d) Pengadaan saluran drainase sepanjang 15 meter yang dikerjakan pada tahun 2009 hingga 2010. Pekerjaan ini dilkerjakan oleh pihak pemerintah dengan dibantu warga permukiman secara bergotong royong.

Pembangunan ini dilakukan karena pada permukiman ini sering terjadi banjir saat hujan turun akibat dari air sungai yang meluap.

Tahap berikutnya adalah pengelolaan, yang dilakukan oleh pihak pemilik lahan, warga permukiman, pihak banjar, serta pihak swasta. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini misalnya, pemakaian infrastruktur yang tersedia dengan baik, gotong royong di lingkungan permukiman setiap 2 minggu sekali yang diadakan oleh pihak banjar, serta pemungutan sampah oleh pihak swasta dengan biaya operasional sebesar Rp. 5000,-/bulan. Selain itu, untuk pengelolaan kamar mandi/WC umum dikenakan biaya operasional sebesar Rp. 5000,-/bulan untuk setiap orangnya. Biaya ini dibayarkan ke pemilik kontrakan yang menyalurkan listrik untuk operasional sumur pompa pada kamar mandi umum tersebut. Pemilik lahan kurang berperan dalam tahap ini, karena pemilik hanya menyewakan lahan sedangkan bangunan yang ada adalah milik penyewa lahan dan merupakan tanggung jawab mereka pula.

Dalam proses pengadaan infrastruktur di lokasi ini khususnya, terdapat beberapa pihak yang yang terkait antara lain:

1) Pemilik lahan

Pemilik lahan dalam hal ini merupakan pihak pertama yang mengadakan jaringan infrastruktur pada awal lahan mereka disewakan kepada para pendatang.

Jaringan infrastruktur yang diadakan adalah jaringan jalan berupa jalan tanah selebar ±2 meter pada bagian selatan lahan yang disewakan. Untuk selanjutnya pemilik lahan menyerahkan sepenuhnya kepada warga yang menyewa lahan mereka.

2) Penyewa lahan/warga permukiman

Penyewa lahan/warga permukiman memiliki peran penting dalam proses pengadaan infrastruktur pada hunian masing-masing maupun pada permukiman itu sendiri. Jalan lingkungan yang ada di tengah-tengah permukiman pada awalnya dibuat oleh warga permukiman dengan kondisi seadanya yang berupa jalan tanah dan adapula yang sudah berupa perkerasan. Satu ruas jalan kecil menjadi tanggung jawab satu ruas permukiman (biasanya terdiri dari beberapa kontrakan) yang berada di jalan tersebut. Pada hunian masing-masing, warga juga membuat sarana permukiman seperti kamar mandi yang digunakan sesara pribadi maupun bersama, serta saluran pembuangan yang dihubungkan dengan saluran pembuangan makro permukiman ini.

3) Pemerintah

Pihak pemerintah yang berperan dalam pengadaan infrastruktur di permukiman kumuh ini adalah Dinas PU Kota Denpasar. Pihak pemerintah turun tangan setelah melihat kondisi lingkungan permukiman kumuh di lapangan, khususnya di Banjar Jematang yang sangat buruk. Beberapa tahun yang lalu

sempat terjadi wabah muntaber di permukiman ini, melihat peristiwa tersebut pemerintah turun langsung untuk memberi bantuan pada permukiman kumuh ini dalam bentuk pengadaan dan perbaikan infrastruktur.

Pengadaan infrastruktur yang dilakukan antara lain, pengadaan pompa air di empat titik pada permukiman yang lokasinya tersebar, pengadaan 8 kamar mandi umum yang tersebar pada 4 titik. Perbaikan infrastruktur yang dilakukan pemerintah yakni dalam bentuk pelebaran dan pengaspalan jalan utama permukiman, pemavingan beberapa jalan lingkungan di permukiman, serta perbaikan saluran drainase/got. Bantuan ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi pada permukiman ini.

4) Pihak desa

Kepala desa dalam hal ini berperan sebagai perantara antara pemerintah dengan warga permukiman kumuh. Selain itu, pihak desa juga memberikan bantuan berupa pengadaan senderan sungai yang membentang dari arah utara hingga barat permukiman. Senderan sungai yang dibangun yakni sepanjang 110 meter. Diharapkan nantinya dengan adanya senderan sungai ini, tidak terjadi banjir lagi pada permukiman yang berada di dekat sungai tersebut seperti beberapa tahun terakhir.

5) Pihak banjar

Pihak banjar dalam hal ini berperan sebagai pihak yang megajukan permohonan bantuan kepada desa ataupun pemerintah terkait pengadaan dan perbaikan infrastruktur di permukiman bersangkutan. Pihak banjar juga tetap

mengontrol serta mengawasi kondisi dari permukiman, selain mengurusi masalah administrasi kependudukan.

6) Pihak swasta

Pihak swasta berperan pada tahap pengelolaan infrastruktur, dalam hal ini pengelolaan sampah rumah tangga. Beberapa warga permukiman menggunakan jasa petugas kebersihan untuk mangambil sampah yang mereka hasilkan. Warga cukup membayar biaya operasional per bulannya, dan petugas pun akan mengambil sampah secara rutin pada jam-jam tertentu.