• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Sarana MCK

4.4.2 Proses pengadaan infrastruktur pada kasus 2

Permukiman kumuh pada kasus kedua berlokasi di Jalan Resimuka Barat Gang VII, Banjar Buana Asri, Desa Tegal Kertha. Proses pengadaan infrastruktur pada permukiman kumuh berbeda dengan kasus permukiman kumuh pertama.

Terdapat 3 tahap pada proses pengadaan infrastruktur di permukiman ini yaitu tahap awal perkembangan, tahap pengelolaan, serta perbaikan. Pada awalnya lahan permukiman ini merupakan lahan sawah dan tegalan yang kemudian mulai disewakan oleh pemiliknya pada tahun 1995-an dan terus berkembang hingga kini.

Pada tahap awal perkembangan pada permukiman ini, infrastruktur yang yang sudah tersedia adalah jalan pada utara permukiman yaitu jalan resimuka barat. Pada saat lahan permukiman mulai disewakan, disediakan jalan lingkungan atau gang oleh pemilik lahan yang berupa jalan tanah. Jalan ini membatasi antara lahan 1 (utara) dan lahan 2 (selatan) dengan pemilik yang berbeda. Semakin

terbentuklah jalan-jalan kecil yang menghubungkan antara jalan utama pada permukiman dengan hunian warga.

Gambar 4.48 Proses terbentuknya jaringan jalan pada permukiman kumuh

Infrastruktur lainnya seperti sumber air bersih, kamar mandi, saluran pembuangan dibangun oleh penghuni atau penyewa lahan itu sendiri, karena yang disewakan dalam hal ini hanya lahan dan bukan bangunan. Pada proses awal, pihak yang berperan adalah pemilik lahan dan penyewa lahan itu sendiri.

Berbeda dengan proses pengadaan infrastruktur permukiman kumuh yang pertama, tahap berikutnya pada permukiman kumuh ini adalah tahap pengelolaan.

Hal ini dikarenakan pihak pemerintah belum ada turun langsung dalam proses pengadaan infrastruktur dalam bentuk apapun. Menurut koordinator pembangunan Desa Tegal Kertha Bapak Gede Darma Subawa:

”....Tidak adanya bantuan dari pihak Desa maupun pemerintah dikarenakan lahan tersebut merupakan lahan milik pribadi yang kemudian disewakan. Untuk memberikan bantuan, harus mengikuti prosedur yang ada agar tidak menimbulkan protes dari warga lain.

Selain itu lahan ini hanya milik 2 orang pribadi, sehingga peluang memperoleh bantuan dari Desa maupun pemerintah sangat kecil.”

Lahan sawah/ tegalan

Berdasarkan penuturan dari salah seorang pihak desa, tidak adanya bantuan langsung dari pemerintah maupun desa, disebabkan oleh status lahan yang merupakan lahan pribadi sehingga pada wilayah permukiman kumuh ini bukan prioritas utama untuk diberikan bantuan dalam hal sarana dan prasarana umum. Tindakan ini dimaksudkan agar nantinya tidak muncul kecemburuan sosial dari warga setempat yang juga tidak memperoleh bantuan.

Pada proses pengelolaan infrastruktur pada permukiman ini dilakukan oleh pemilik serta penyewa lahan, pihak banjar, serta pihak swasta. Secara keseluruhan proses pengelolaan infrastruktur dilakukan oleh warga permukiman yang menyewa lahan ini. Terdapat 1 warga yang ditunjuk oleh warga lainnya untuk menjadi koordinator atau kepala di lingkungan ini. Kepala inilah yang nantinya akan mengkoordinir pengelolaan jaringan infrastruktur yang ada serta fasilitas bersama pada permukiman. Kegiatan yang dilakukan secara rutin adalah gotong royong setiap 1 bulan 1 kali yang melibatkan seluruh warga permukiman. Untuk pengelolaan sampah, pihak banjar bekerja sama dengan pihak swasta untuk memungut sampah yang ada pada permukiman ini. Warga cukup membayar biaya operasional Rp. 10.000/bulan dan meletakkan sampah-sampah mereka didepan rumah di pinggir jalan lingkungan, agar petugas sampah dapat dengan mudah mengambil sampah tersebut.

Proses berikutnya adalah perbaikan jaringan infrastruktur yang ada. Pada tahun 1998 pemilik lahan bekerja sama dengan warga permukiman memperbaiki jalan lingkungan yang ada pada permukiman tersebut. Kegiatan yang dilakukan adalah pemavingan jalan lingkungan dari timur permukiman hingga ke barat

permukiman yang berbatasan dengan sungai. Untuk pembiayaan pada kegiatan ini ditanggung oleh pemilik lahan serta warga permukiman yang juga ikut berpartisipasi. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengadaan infrastruktur secara keseluruhan di permukiman kumuh ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Pemilik lahan

Pemilik lahan pada permukiman ini berjumlah 2 orang yaitu Bapak Cip dan Bapak Kembar. Peran dari pemilik lahan dalam proses pengadaan infrastruktur pada permukiman ini sangat besar, baik pada awal mulai disewakannya lahan tersebut hingga pada saat dilakukannya perbaikan jaringan jalan dalam bentuk pemavingan beserta perbaikan saluran drainase. Untuk pembiayaan pekerjaan tersebut ditanggung oleh pemilik lahan dengan dibantu oleh penyewa lahan pada permukiman ini.

2) Penyewa lahan/warga permukiman

Penyewa lahan atau warga permukiman merupakan pihak yang ikut berpartisipasi dalam proses-proses yang ada, baik dari awal perkembangan permukiman hingga saat ini. Peran penyewa lahan dalam pengadaan infrastruktur permukiman dilakukan khususnya pada hunian masing-masing yaitu dengan membuat sarana MCK, mengadakan sumur gali maupun sumur bor sebagai sumber air bersih, serta membuat saluran-saluran pembuangan limbah rumah tangga. Penyewa lahan juga ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan perbaikan lingkungan dengan memberikan sejumlah uang untuk biaya operasional perbaikan jaringan jalan maupun saluran drainase yang digunakan secara komunal.

3) Pihak banjar

Pihak banjar tidak banyak berperan dalam proses pengadaan infrastruktur pada permukiman ini. Pihak banjar hanya terlibat dalam proses pengelolaan infrastruktur, khususnya dalam pengelolaan persampahan. Pihak banjar bekerja sama dengan pihak swasta untuk memungut sampah yang sudah terkumpul pada permukiman tersebut. Pihak banjar hanya menerima biaya operasional dari warga permukiman sebesar Rp. 10.000,- / bulan.

4) Pihak swasta

Sama dengan pihak banjar, pihak swasta disini ikut berperan dalam proses pengelolaan persampahan yang bekerja sama dengan pihak banjar. Sampah-sampah yang diambil oleh petugas Sampah-sampah akan dibawa ke TPS yang dekat dengan lokasi permukiman ini yaitu TPS Monang Maning. Selain mengambil sampah pada permukiman kumuh ini, petugas juga mengambil sampah pada permukiman lain disekitar permukiman kumuh.