• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persamaan Antara Kelembagaan Penyelenggara Pemilu 2004 Indonesia dengan Kelembagaan Penyelenggara Pilihan Raya 2004 Malaysia

BAB V ANALISA DATA

A. Persamaan Antara Kelembagaan Penyelenggara Pemilu 2004 Indonesia dengan Kelembagaan Penyelenggara Pilihan Raya 2004 Malaysia

A.1 Kelembagaan

1. Model lembaga penyelenggara pemilu di kedua Negara (KPU dan SPR)

adalah sama yaitu Independen, artinya KPU dan SPR tidak terikat kepada badan eksekutif, dapat mengatur anggaran sendiri dan dapat membuat kerangka hukum sendiri, contohnya peraturan-peraturan KPU dan peraturan- peraturan SPR.

2. Kedua lembaga penyelenggara pemilihan umum ini bersifat Permanen yaitu

lembaga ini bukanlah lembaga musiman yang hanya akan muncul pada waktu-waktu tertentu. Dikarenakan karena pemilu di kedua Negara dilaksanakan secara kontiniu (teratur) yaitu setiap lima tahun sekali.

3. Sumber dana dari kedua lembaga penyelanggara pemilu ini berasal dari

anggaran yang diberikan oleh pemerintah masing-masing melalui departemen keuangan. Contohnya pada KPU anggaran berasal dari APBN dan ADPB.

4. Pertanggungjawaban kedua lembaga penyelenggara pemilu harus ditujukan

kepada lembaga legislative dan kepala Negara. Seperti di Indonesia, pertanggungjawaban KPU di tujukan kepada DPR dan Presiden sedangkan SPR pertanggungjawabannya ditujukan kepada Dewan Rakyat dan Yang DiPertuan Agong.

A.2. Struktur Organisasi

1. Kedua lembaga penyelenggara pemilihan umum sama-sama memiliki alat

kelengkapan, yang fungsinya membantu lembaga dalam hal persiapan dan pelaksanaan pemilu. Alat kelengkapan KPU terdiri dari Divisi, Badan Urusan Rumah Tangga, dan Dewan Kehormatan KPU, sedangkan alat kelengkapan SPR terdiri dari Komisi Persiapan Pilihan Raya Negri, Komisi Koordinasi Persiapan Pilihan Raya dan Komisi Pemantau Persiapan Pilihan Raya.

2. Mekanisme pembagian kerja anggotanya cenderung sama. Pada KPU 2004,

setiap anggota masuk kedalam alat-alat kelengkapan KPU, seperti didalam divisi-divisi, sedangkan pada SPR 2004, anggota-anggota masuk ke dalam satu komisi yang bernama Komisi Pemantau Persiapan Pilihan Raya.

3. Baik pada KPU dan SPR, masing-masing memiliki secretariat yang bersifat

independent. KPU dan SPR mengarahkan sekretariatnya dalam melaksanakan kebijakan yang mereka tetapkan, mengawasinya dan meminta pertanggung jawaban pelaksanaan tugas kepada secretariat.

A.3 Keanggotaan

1. Dari status keanggotaan, KPU dan SPR sama-sama bersifat temporer, artinya

KPU dan SPR memberi batasan waktu kepada para anggotanya untuk memegang jabatan.

2. Model keanggotaan KPU dan SPR juga sama, yaitu Non-Partisan, artinya

berdasarkan kemampuan mereka (expert based) untuk menduduki jabatan di dalam lembaga penyelanggara pemilihan umum.

3. Sifat keanggotaan KPU dan SPR sama-sama bersifat Full-Time, yaitu

anggota-anggotanya harus bekerja sepenuh waktu pada lembaga ini dan tidak boleh memegang jabatan pada lembaga lain.

4. Penetapan Sekretaris dan wakilnya pada KPU dan SPR juga sama, para

sekretaris dan wakil sekretaris dipilih oleh KPU dan SPR itu sendiri.

5. Persamaan juga terdapat pada status anggota/staf kesekretariat, yaitu para staff secretariat KPU dan SPR berstatus pegawai negeri.

B. Perbedaan Antara Kelembagaan penyelenggara Pemilu 2004 Indonesia

dengan Kelembagaan Penyelenggara Pilihan Raya 2004 Malaysia

B.1 Keanggotaan

1. Proses perekrutan anggota KPU dan SPR berbeda, pada KPU proses

perekrutan dilakukan dengan cara yaitu pemerintah menyaring sejumlah nama calon anggota, kemudian mengusulkan calon-calon kepada DPR untuk diuji kelayakan dan kepatutannya. Calon-calon yang berhasil lulus kemudian diangkat sebagai anggota KPU oleh Presiden dan pemilihan ketua dilakukan oleh para anggota KPU yang telah diangkat. Sedangkan proses perekrutan anggota SPR dilakukan secara sepihak yaitu oleh Seri Paduka Yang di Pertuan Agong setelah berunding dengan Majlis Raja-Raja, proses ini dilakukan tanpa adanya uji kelayakan seperti KPU. Pemilihan ketua juga dilakukan oleh Yang dipertuan Agong.

2. Perbedaan juga terdapat pada jumlah anggota di kedua lembaga penyelenggara pemilu. Pada KPU, jumlah anggotanya yaitu 11 orang, yang terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan sembilan orang anggota. Sedangkan anggota SPR berjumlah dari 7 orang yang terdiri dari seorang Ketua, sorang Wakil Ketua dan lima orang anggota.

3. Masa kerja bagi anggota kedua lembaga juga berbeda. Masing-masing

anggota KPU mempunyai masa kerja hingga lima tahun, sedangkan masa kerja anggota SPR tidak dibatasi sampai berapa tahun, tapi dibatasi hingga mereka berusia 65 tahun, terhitung sejak usia diangkat menjadi anggota SPR.

4. Komposisi keanggotaan secretariat jenderal juga berbeda. Pada KPU

komposisi keanggotan sekreatriat jenedral terdiri dari seorang sekretaris jenderal, seorang wakil sekreatris jenderal dan kepala-kepala divisi. Sedangkan pada secretariat jenderal SPR komposisi keanggotaan terdiri dari seorang sekretaris jenderal dan dua orang wakil sekreatris jenderal, yang masing-masing mempunyai jabatan untuk mengurus bagian operasional dan bagian pengurusan.

B.2. Struktur Organisasi Sekretariat

Perbedaan dapat terlihat pada jumlah biro atau unit-unit yang terdapat dalam Sekretariat Jenderal KPU dan SPR. Dalam Sekretariat Jenderal KPU terdapat 10 biro dan SPR hanya memiliki 3 biro.

Demikianlah pemaparan dari penyusun mengenai perbandingan lembaga penyelenggara pemilihan umum dari dua Negara, yaitu Indonesia dan Malaysia.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data pada Bab V, terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara Kelembagaan Penyelenggara Pemilihan Umum Indonesia 2004 dengan Kelembagaan Penyelenggara Pilihan Raya 2004 Malaysia, baik dalam hal keanggotaan dan struktur organisasi. Berikut kesimpulan persamaan dan perbedaan dari analisa data tersebut.

A.1 Persamaan antara Kelembagaan Penyelengara Pemilihan Umum 2004 Indonesia (KPU) dengan Kelembagaan Penyelenggara Pilihan Raya 2004 Malaysia (KPU)

1. Model kedua lembaga penyelenggara pemilu yaitu KPU dan SPR sama-sama

Independen dan bersifat permanent. Pertanggungjawaban juga diberikan kepada lembag legislative dan kepala Negara masing-masing Negara.

2. KPU dan SPR sama-sama memiliki alat kelengkapan dan anggota-

anggotanya juga masuk kedalam divisi/unit-unit yang terdapat dalam alat kelengkapan tersebut.

3. Status keanggotaan anggota-anggota KPU dan SPR sama-sama temporer,

bersifat full-time dan non partisan. Dan para anggotanya juga dibatasi masa kerjanya.

4. Secretariat jenderal KPU dan SPR sama-sama bersifat independent, segala

SPR bersatus pegawai negeri. Dan sekretaris dan wakilnya dipilih oleh KPU dan SPR sendiri.

A.2. Perbedaan Antara Kelembagaan Penyelengara Pemilihan Umum 2004 Indonesia (KPU) dengan Kelembagaan Penyelenggara Pilihan Raya 2004 Malaysia (KPU)

1. Proses perekrutan anggota SPR dan KPU berbeda, anggota KPU dilantik

oleh Presiden setelah diuji kelayakan dan kepatutan oleh DPR, pemilihan ketua KPU juga dilakukan oleh para 11 anggota KPU yang telah terpilih. Sedangkan perekrutan anggota SPR dilakukan secara sepihak yaitu dipilih oleh Yang diPertuan Agong sesudah berunding dengan Majlis Raja-Raja.

2. Jumlah anggota KPU terdiri dari 11 orang dan anggota SPR berjumlah 7

orang.

3. Masa kerja anggota KPU selama 5 tahun, sedangkan masa kerja anggota SPR

dibatasi hingga anggota tersebut berusia 65 tahun.

4. Komposisi keanggotaan Sekretariat Jenderal kedua lembaga berbeda,

Sekretariat Jenderal KPU terdiri dari seorang sekretaris jenderal, wakil sekretaris jenderal dan kepala-kepala divisi, sedangkan Sekretariat Jenderal SPR terdiri dari seorang sekretaris jenderal dan dua orang wakil sekretaris jenderal.

5. Biro-biro yang terdapat dalam Sekretariat Jenderal KPU ialah 10 biro,

B. Saran

Penyusun memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Sifat independent KPU dan SPR tetap dipertahankan, maskudnya KPU dan

SPR sebagai lembaga penyelenggara pemilu dalam menjalankan tugasnya tidak terpengaruh oleh pihak-pihak lain yang dapat menggangu jalannya suatu pemilihan umum. Hal tersebut juga harus sejalan dengan model keanggotaan kedua lembaga yang bersifat non-partisan, hal ini dimaksudkan agar para anggota dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal tanpa mementingkan kepentingan partainya apabila anggota-anggota tersebut dipilih dari wakil-wakil partai politik yang ikut dalam pemilihan umum. Selain itu dengan model anggota yang non partisan, maka suatu lembaga penyelenggara pemilihan umum dapat menerima kepercayaan awam, karena mereka duduk dalam jabatan tersebut tidak mewakili suatu partai.

2. Seperti SPR jumlah anggota lembaga penyelenggara pemilihan umum tidak

perlu banyak, karena ini akan menyebabkan terbukanya peluang untuk terjadi penyimpangan atau ketidaksamaan visi antara sesama anggota.

3. Proses perekrutan yang dilakukan KPU sebaiknya tetap dipertahankan,

karena sebelumnya calon-calon anggota tersebut menjalani berbagai tahapan seperti fit and proper test. Dengan begitu masyarakat dapat mepercayai anggota-anggota tersebut untuk menjabat di dalam KPU karena telah dibuktikan oleh kemampuan mereka dengan menjalani fit and proper test. Apabila perekrutan anggota dilakukan secara sepihak, seperti SPR, maka dapat terjadi masalah dan menimbulkan kecurigaan pada masyarakat

mengenai kualitas atau kejujuran para anggota apabila terjadi suatu hal yang dianggap masyarakat sebagai suatu kejanggalan dalam pemilu.

4. Pembagian kerja dalam Sekretariat Jenderal sebaiknya dipersempit, hal ini

dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dalam mengkoordinasi kerja serta dapat menghemat biaya operasional.

5. Lembaga penyelenggara pemilihan umum hendaknya agar lebih terbuka

dalam memberikan informasi yang diperlukan masyarakat, seperti KPU.

Demikianlah keseluruhan hasil perbandingan yang dapat disajikan. Penyusun mengharapkan agar saran-saran diatas dapat diperhatikan bagi kedua lembaga penyelenggara pemilihan umum.