• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

E. Persepsi Pasien Mengenai Kelengkapan Resep dan Kemudahan

Menurut American Society of Hospital Pharmacists (2003), pasien ataupun orang yang dipercayanya memiliki hak untuk mengetahui semua aspek perawatan kesehatan yang dijalani, termasuk yang berhubungan dengan terapi obat. Pasien harus berperan aktif dalam penggunaan obat dengan banyak bertanya serta belajar tentang prosedur dan pengobatan yang mereka terima. Secara umum apabila pasien lebih banyak tahu, kekhawatiran akan terjadinya pengobatan yang tidak benar dapat dikurangi dan kesalahan dalam pengobatan dapat dicegah. Maka dari itu, perlu dilakukan upaya-upaya pemberdayaan pasien untuk semakin tahu dan memahami tentang apa yang menjadi hak dan kewajiban pasien dalam aspek pelayanan resep.

Lewat penelitian ini diharapkan bahwa masyarakat yang menjadi konsumen, dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan kesehatan terkait kelengkapan dan kemudahan pembacaan tulisan dalam resep. Pasien sebagai konsumen, memiliki hak yang dilindungi Undang-Undang, sehingga bukan jamannya lagi untuk bersikap pasif, termasuk dalam kegiatan pelaporan kesalahan medikasi sebagai bagian dari national monitoring program. Pengalaman dari pasien dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan patient safety dan pengembangan pelayanan edukasi yang bernilai sebagai pencegahan errors di masa mendatang.

No

1. Persepsi pasien mengenai kelengkapan resep

Tabel XIII. Persepsi pasien mengenai kelengkapan resep (%) (%) (%)

Pernyataan (SS+S) N (TS+STS) Kecenderungan

1 Resep harus memuat identitas dokter 90 5 5 Setuju

2 Resep tidak perlu mencantumkan

tanggal penulisan 5 0 95 Tidak Setuju

3 Resep harus memuat identitas pasien 85 9 6 Setuju

4 Resep tidak perlu mencantumkan jumlah obatnya, cukup nama obatnya saja

14 6 80 Tidak Setuju

5 Resep harus mencantumkan aturan

pakai 95 3 2 Setuju

6 Resep harus mencantumkan nama

pasien 94 1 5 Setuju

7 Resep harus mencantumkan berat

badan dan umur pasien 49 30 21 Setuju

8 Resep tidak perlu mencantumkan

alamat pasien 33 21 46 Tidak Setuju

9 antumkan tanda

80 9 11 Setuju

Resep harus menc tangan dokter

Gambar 32 . Persepsi pasien mengenai kelengkapan resep

85 49 80 80 46 95 90 0 10 20 30 40 50 70 90 94 95 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SS+S (P) % N TS+STS Keterangan :

SS = Sangat Setuju S = Setuju N = Netral TS =Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju P = Pernyataan seperti pada Tabel XIII

Responden memiliki persepsi yang baik mengenai pentingnya semua

aspek kel ila lebih

dicermati akan nampak bahwa responden belum sepenuhnya memahami pentingnya aspek berat badan, umur dan alamat pasien untuk dicantumkan dalam

r se dakse juan ya cukup b

yang ditunjukkan oleh responden, ketika menjawab pernyataan mengenai keharusan aspek berat badan dan umur pasien dicantumkan dalam resep. Persentase responden yang m ju apabila resep tidak menca

a jumlah ng cu p besar 3%). Hasil t

d menganggap b a data ngenai berat badan,

u ercant pada am me ataupu

r hingga tidak perlu ditul n kem li dalam sep. Melih a ini, diharapkan para tenaga kesehatan dapat termotivasi untuk mengadakan Komu i form i-Edukasi yan em dayakan masyarakat, terkait apa saja aspek kelengkapan resep dan arti pentingnya bagi keberhasilan terapi dan pencapaian patient safety. Diharapkan masyarak t tidak hanya sebatas tahui dan m hami saja, namun juga dapat bersikap tegas dalam berkomunikasi dengan pihak penyedia layanan kesehatan ketika terjadi sesuatu yang tidak benar

ataupu rb i norm

resep.

2. pasien mengenai kemudahan pembacaan tulisan dalam resep engkapan resep untuk dicantumkan dalam resep, namun b

esep. Hal ini terlihat dari persenta keti tu ng esar (21%)

enyatakan setu lamat p

ntumkan asien pun, berada pada

imungkinkan karena r

ya ku (3 tersebu

esponden mur, dan ala

ahw me

mat pasien telah t umah sakit, se

um rek dis n data base

iska ba re at realit

nikas -In as g m ber

a menge

ema

n be eda dar a dan aturan yang ada, terkait dengan kelengkapan

Persepsi (legibility)

Tabel X

resep No

(%) (%) (%)

gan IV. Persepsi pasien mengenai kemudahan pembacaan tulisan dalam

Pernyataan (SS+S) N (TS+STS) Kecenderun 1

dengan jelas agar tidak terjadi kesalahan Tulisan dalam resep harus ditulis

dalam pelayanan resep di apotek 86 8 6 Setuju 2 Tulisan dalam resep harus ditulis tidak

jelas agar tidak sembarang orang bisa

membacanya 26 18 56 Tidak Setuju

3 Tulisan dalam resep harus dapat dibaca

dengan jelas 75 16 9 Setuju

4

tidak mudah ditiru u

Tulisan tidak jelas harus dipertahankan karena menjadi ciri khas dokter dan agar

34 21 45

Tidak Setuj 5

dapat membaca tulisan dokter walaupun Apoteker di apotek rumah sakit harus secara umum tulisan tersebut sangat

sulit dibaca 88 4 8 Setuju

6

rumah sakit maka pasien harus kembali Jika tulisan dalam resep tidak dapat dibaca jelas oleh Apoteker di apotek

ke dokter 47 6 47 -

Gambar 33 . Persepsi pasien mengenai kemudahan pembacaan tulisan dalam resep (P) 86 88 47 45 47 0 20 30 40 50 60 70 90 % 75 56 10 80 100 1 2 3 4 5 6 SS+S N TS+ST Keterangan :

SS = Sangat Setuju S = Setuju N = Netral TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju P = Pernyataan seperti pada Tabel XIV

Berdasarkan hasil penelitian, sejumlah 62% responden menyatakan

bahwa resep terima tidak n ti te e

di ni adalah kenyataan bahwa m

ya ti dengan ar res yang m eka peroleh

dokter, bahkan terkadang resep tidak di at. Pa al akan ngat me waktu pasien di apotek, apabila sebelu enin lkan ru praktek d

pa astika bahwa resep yang diterima

te Undang-Undang Republik Indonesia No. 8

Ta n Konsu n, Bab I, Pasal 5, yang menya

ba men adalah: membaca atau mengikuti petun k

in an prosedur pemakaian atau anfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.

c derungan perilaku responden yang tidak mencermati resep yang diterim , ditemukan pada responden yang tingkat pendidikannya rendah (SD<SLTP). Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Holt and H

bahwa tingkat pendidikan akan berpengaruh pada tingkat pengetahuan dan kesadaran responden dalam menjaga dan mempertahankan kesehatan.

bel XIV. dan gambar 33. memperlihatkan bahwa sebagian besar responden (86%) menginginkan apabila resep ditulis dengan jelas. Responden (75%) menganggap bahwa tulisan dalam resep tetap harus jelas dan terbaca

b di

hak ia

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Bab III, Pasal 4, yang mereka jelas da dak rbaca. Hal m narik yang temukan dalam penelitian i

ng tidak pernah mencerma

asih banyak pasien

ben ep er dari

lih dah as nghem t a

m m gga ang okter,

sien mencermati resep untuk mem n jelas dan

rbaca. Hal ini juga diatur dalam

hun 1999 Tentang Perlindunga me II takan

hwa salah satu kewajiban konsu formasi d ju pem Ke en anya all (1990) Ta

ahkan oleh pasien, sekalipun pasien tidak memahami artinya. Hal ini menja pasien sebagai konsumen, dimana Undang-Undang Republik Indones

menyata

). Di sisi lain, terdapat 26% responden menyatakan setuju, d

litian juga menunju

kan bahwa konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang apoteker adalah harus dapat membaca tulisan dokter dalam resep walaupun secara umum tulisan tersebut sangat sulit dibaca. Sebagian besar responden (88%) cenderung setuju dengan pernyataan tersebut, dikarenakan adanya opini bahwa dalam pendidikannya baik apoteker maupun asisten apoteker pasti telah lulus dalam kelas membaca resep, maka sudah sewajarnya jika mereka mampu mengatasi dengan baik segala macam ketidakjelasan tulisan dalam resep.

Menanggapi masalah adanya ketidakjelasan tulisan dalam resep, responden menolak alasan bahwa resep ditulis tidak jelas agar tidak sembarangan orang bisa membacanya (56%

an 18% lainnya menjawab netral menanggapi ketidakjelasan resep untuk kerahasiaan informasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya anggapan responden bahwa tulisan dokter dalam resep memang sengaja dibuat tidak jelas demi kebaikan pasien itu sendiri, yaitu untuk menjamin kerahasiaan resep agar resep tidak disalahgunakan ataupun ditiru dan dipalsukan. Hasil pene

kkan bahwa masih cukup banyak responden (34%) yang menganggap bahwa tulisan yang tidak jelas merupakan bagian yang melekat sebagai ciri khas seorang dokter

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui terdapat persentase yang sama antara responden yang menjawab setuju ataupun tidak setuju terhadap pernyataan nomor enam. Kecenderungan responden menjawab setuju dikarenakan bahwa

responden merasa tidak keberatan jika harus kembali ke dokter untuk meminta penjelasan atas tulisan dalam resep yang tidak jelas, bahkan responden tidak segan meminta

alik dari apotek ke ruang p

dapat dilayani di apotek karena tidak lengkap atau tidak terbaca (%) dokter untuk menuliskan kembali resep tersebut. Responden menganggap pihak apotek terlalu sibuk karena masih harus melayani pasien lain yang menunggu pelayanan obat, dan menurut responden hal ini merupakan tanggung jawab pasien atas diri mereka sendiri untuk segera memperoleh kesembuhan. Responden yang cenderung menjawab tidak setuju berpendapat bahwa konfirmasi resep sepenuhnya adalah tanggung jawab apoteker. Responden merasa keberatan apabila sebagai pasien, mereka harus bolak-b

raktek dokter dan kembali lagi ke apotek, terlebih dalam kondisi yang tidak sehat.

Apabila resep tidak dapat dilayani di apotek rumah sakit, maka hal yang akan dilakukan oleh responden, ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel XV. Tindakan responden pasien apabila resep yang diperoleh tidak

No Tindakan Persentase

1 Kembali ke dokter untuk memperoleh kejelasan resep 56

2 Meminta apoteker menghubungi dokter untuk konfirmasi resep

demi kualitas pelayanan yang baik

31

3 Meminta dokter menulis ulang resep 9

4 Lapor pihak rumah sakit supaya pihak rumah sakit dapat melayani dengan baik

3

5 Pindah ke apotek lain 1

Dokumen terkait