BAB III : ANALISIS HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM
A. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap
1. Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri Rantau
159/Pid.Sus/2019/PN.Rap.
a. Kronologis Kasus
Terdakwa Musa pada hari Sabtu, tanggal 01 Desember 2018, sekitar pukul 01.45 Wib, di sebuah cangkruk yang terletak di Santiara Desa Damuli Pekan Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhanbatu Utara. Kejadiannya berawal ketika terdakwa datang ke rumah Sdr. Kasim (DPO) dengan tujuan untuk membeli narkotika jenis sabu. Selanjutnya Sdr. Kasim (DPO) memberikan 1 (satu) bungkus plastik klip narkotika jenis sabu kepada terdakwa. Kemudian terdakwa mengeluarkan 3 (tiga) buah bong/alat hisap sabu yang dibawanya dari rumah.
Terdakwa bersama-sama dengan Sdr. Kasimi (DPO) memasukkan narkotika jenis sabu ke dalam kaca pirex lalu membakarnya dengan menggunakan korek api gas
88
lalu terdakwa dan Sdr. Kasim (DPO) menghisapnya secara bergantian. Tidak berapa lama kemudian datang 2 (dua) orang anggota Polisi ke cangkruk tersebut. Melihat hal tersebut, kemudian Sdr. Kasim (DPO) melarikan diri keluar dari cangkruk, sedangkan terdakwa berhasil ditangkap.
Setelah berhasil menangkap terdakwa lalu dilakukan penggeledahan dan ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 0,14 gr netto, 1 (satu) unit handphone merk nokia, 2 (dua) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 1,16 gr netto, 3 (tiga) buah bong terbuat dari botol kaca dikemas dengan pipet, 1 (satu) unit handphone merk samsung, dan 1 (satu) buah timbangan elektrik. Terdakwa tidak ada memiliki izin dari pihak berwenang untuk menggunakan narkotika jenis sabu tersebut. Narkotika jenis sabu yang ditemukan dari terdakwa adalah positif mengandung metamfetamine dan termasuk Narkotika Golongan I No. Urut 61 Lampiran I UU Narkotika sebagaimana Berita Acara Analisis Laboratorium Barang Bukti Narkotika Cabang Medan.
b. Dakwaan
Berdasarkan kronologis kasus tersebut, Terdakwa Musa didakwa dengan dakwaan alternatif, terdiri dari:
1) Dakwaan Kesatu: Pasal 114 ayat (1) UU Narkotika, yaitu:
“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”.
2) Dakwaan Kedua: Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika, yaitu:
“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”.
c. Tuntutan
Adapun tuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa Musa adalah sebagaimana tertuang dalam Surat Tuntutan Kejaksaan Negeri Labuhan Batu No. Reg.
Perk. PDM-83/Euh.2/RP-RAP/02/2019, yang pada pokoknya sebagai berikut:
1) “Menyatakan Terdakwa Musa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I, bukan tanaman”, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan kedua Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika;
2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Musa berupa pidana penjara selama 8 (delapan) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dan agar terdakwa tetap ditahan dan denda senilai Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) subsidair 6 (enam) bulan penjara.
3) Menyatakan, barang bukti, berupa:
a) 1 (satu) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 0,14 gr netto;
b) 1 (satu) unit handphone merk Nokia;
c) 2 (dua) bungkus plastik klip berisi Narkotika jenis sabu seberat 1,16 gr netto;
d) 3 (tiga) buah bong terbuat dari botol kaca dikemas dengan pipet;
e) 1 (satu) unit handphone merk Samsung;
f) 1 (satu) buah timbangan elektrik;
4) Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah)”.
Dengan demikian, Penuntut Umum lebih memilih dakwaan kedua berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di depan persidangan bahwasanya terdakwa dijebak oleh seorang pengedar narkotika untuk bersama-sama menggunakan sabu-sabu, kemudian tanpa diduga didatangi oleh Petugas Polri untuk melakukan penangkapan. Logikanya, darimana Petugas Polri mengetahui bahwasanya Terdakwa Musa dan Sdr. Kasim (DPO) sedang menghisap sabu-sabu di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Kecurigaan timbul, sebab Sdr. Kasim dinyatakan Daftar Pencarian Orang (DPO) oleh Penyidik Polres Labuhanbatu.
Adapun ancaman pidana yang diancamkan kepada terdakwa adalah pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan denda Rp. 1 miliar subsidair 6 (enam) bulan penjara.
Ancaman pidana penjara tersebut sangat tidak berdasar hukum, namun situasi dan kondisi di lapangan telah dikondisikan sedemikian rupa agar Terdakwa Musa menjadi terdakwa sendiri tanpa Sdr. Kasim yang dimasukkan ke dalam DPO.
d. Pertimbangan Hukum
Terdakwa yang didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga majelis hakim memperhatikan fakta-fakta hukum yang terungkap di depan persidangan memilih langsung Dakwaan Alternatif Kedua sebagaimana diatur Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika, yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. Setiap Orang;
2. Tanpa Hak atau Melawan Hukum;
3. Memiliki, Menyimpan, Menguasai atau Menyediakan;
4. Narkotika Golongan I Bukan Tanaman.
Ad.1) Unsur “Setiap Orang”
Menurut Buku II Mahkamah Agung RI tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Edisi Revisi Tahun 1997, kata “setiap orang” identik dengan kata
“barangsiapa” atau “hij” sebagai siapa saja yang harus dijadikan terdakwa atau dader atau setiap orang sebagai subjek hukum (pendukung hak dan kewajiban) yang dapat dimintai pertanggungjawaban dalam segala tindakannya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dengan dihadapkannya Terdakwa Musa oleh Penuntut Umum di depan persidangan dengan identitas selengkapnya di atas sebagaimana termuat dalam surat dakwaan penuntut umum dan diakui pula oleh terdakwa sebagai dirinya sendiri yang diajukan dalam perkara ini. Berdasarkan pemeriksaan persidangan terdakwa sehat jasmani dan rohaninya serta dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya, maka dengan demikian unsur “setiap orang”
telah terpenuhi pada diri terdakwa.
Ad.2) Unsur “Tanpa Hak atau Melawan Hukum”
Pengeertian “tanpa hak atau melawan hukum” adalah perbuatan secara bersama-sama menguasai suatu benda yang bertentangan dengan sifat dan hak yang dimiliki atas benda tersebut. Dengan kata lain, kepemilikan benda tersebut tanpa adanya izin dari yang berhak atau berwenang dalam hal ini Menteri Kesehatan RI sebagaimana yang diatur undang-undang.
Pasal 8 ayat (1) UU Narkotika menyebutkan Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Pasal 8 ayat (2) UU Narkotika
menyebutkan dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk Reagensia Diagnostik, serta Reagensia Laboratorium setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri atas Rekomendasi kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, diketahui bahwa Terdakwa Musa ditangkap oleh Saksi RJS dan Saksi S yang merupakan Anggota Polri pada hari Sabtu, tanggal 01 Desember 2018, sekira pukul 01.45 Wib di Santiara Desa Damuli Pekan Kec. Kualuh Selatan, Kab. Labuhanbatu Utara karena melakukan tindak pidana narkotika jenis sabu dengan barang bukti yang ditemukan dari terdakwa, berupa: 1 (satu) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 0,14 gr netto, 1 (satu) unit handphone merk Nokia, 2 (dua) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 1,16 gr netto, 3 (tiga) buah bong terbuat dari botol kaca dikemas dengan pipet, 1 (satu) unit handphone merk Samsung, dan 1 (satu) buah timbangan elektrik.
Terdakwa mengakui narkotika jenis sabu-sabu tersebut adalah milik Sdr. Kasim (DPO) dengan tujuan terdakwa untuk dijual agar mendapatkan keuntungan dan bukan untuk ilmu pengetahuan dan oleh karena itu majelis hakim berkesimpulan unsur ini telah terpenuhi.
Ad.3) Unsur “Memiliki, Menyimpan, Menguasai atau Menyediakan”
Pengertian unsur “memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan” adalah alternatif sifatnya. Artinya, bahwa perbuatan terdakwa tidak harus memenuhi semua elemen dari unsur tersebut, tetapi apabila salah satu elemen unsur tersebut terpenuhi
oleh perbuatan terdakwa, maka telah cukup untuk dinyatakan bahwa perbuatan terdakwa memenuhi unsur ketiga tersebut.
Memiliki adalah berarti kepunyaan (mempunyai hak), menyimpan maksudnya adalah menaruh di tempat yang aman supaya jangan rusak, hilang, dan sebagainya, menguasai adalah berkuasa atas sesuatu, sedangkan menyediakan maksudnya adalah mempersiapkan segala sesuatu.
Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut, yaitu bahwasanya terdakwa ditangkap pada hari Sabtu, tanggal 01 Desember 2018, sekira pukul 01.45 Wib di Santiara Desa Damuli Pekan Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhanbatu Utara. Setelah mendapat informasi dari masyarakat, Saksi RJS dan Saksi S pada hari Sabtu, tanggal 01 Desember 2018 sekira pukul 01.45 Wib, tiba di Santiara Desa Damuli Pekan, Kec.
Kualuh Selatan, Kab. Labuhanbatu Utara. Lalu Saksi RJS dan Saksi S melihat 2 (dua) orang laki-laki dengan ciri-ciri seperti yang diinformasikan masyarakat sedang duduk di atas tikar di dalam pondok (cangkruk). Kemudian saat Saksi RJS dan Saksi S mendekati laki-laki tersebut dan langsung melakukan penangkapan dan hanya berhasil menangkap laki-laki yang mengaku bernama Musa, sedangkan teman terdakwa bernama Kasim (DPO) berhasil melarikan diri lalu dari terdakwa ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 0,14 gr netto, 1 (satu) unit handphone merk nokia, 2 (dua) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 1,16 gr netto, 3 (tiga) buah bong terbuat dari botol kaca dikemas dengan pipet, 1 (satu) unit handphone merk Samsung, dan 1 (satu) buah timbangan elektrik dan dari hasil interogasi lisan bahwasanya terdakwa mengakui narkotika jenis
sabu tersebut adalah milik Kasim (DPO). Selanjutnya, terdakwa beserta barang bukti dibawa ke Kantor Kepolisian setempat untuk proses hukum lebih lanjut.
Berdasarkan uraian pertimbangan tersebut dan dikaitkan dengan fakta-fakta hukum yang terungkap di depan persidangan, maka majelis hakim berpendapat bahwasanya adapun yang menjadi wujud dari perbuatan terdakwa adalah memiliki narkotika jenis sabu dimana pada saat penangkapan terdakwa ditemukan barang bukti, berupa: 1 (satu) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 0,14 gr netto, 2 (dua) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 1,16 gr netto dan setelah diinterogasi terdakwa mengakui menguasai narkotika jenis sabu tersebut. Dengan demikian, majelis berkesimpulan unsur “memiliki” telah terbukti dalam perbuatan yang dilakukan terdakwa.
Ad.4) Unsur “Narkotika Golongan I Bukan Tanaman”
Mengenai pengertian narkotika ada disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 UU Narkotika, yang berbunyi:
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU Narkotika”.
Pada saat terdakwa ditangkap, ditemukan barang bukti berupa: 1 (satu) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 0,14 gr netto, 2 (dua) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 1,16 gr netto adalah milik Sdr. Kasim (DPO).
Narkotika jenis sabu-sabu yang ditemukan dari terdakwa tersebut adalah positif mengandung metamfetamine dan termasuk Narkotika Golongan I No. Urut 61
Lampiran I UU Narkotika sebagaimana Berita Acara Analisa Laboratorium Barang Bukti Narkotika pada Labfor Bareskrim Polri Cabang Medan No. Lab.
14669/NNF/2018 An. Musa yang dibuat oleh pemeriksa Zulni Erma, Hendri D.
Ginting, S.T., yang diketahui oleh Dra. Melta Tarigan, M.Si., selaku Waka Laboratorium Forensik Cabang Medan.
Berdasarkan Berita Acara Penimbangan Barang Bukti dari PT. Pegadaian (Persero) Rantauprapat No. 1063/12.10102/2018, tertanggal 03 Desember 2018 menerangkan barang bukti yang disita dari Terdakwa Musa, berupa: 1 (satu) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 0,44 gr bruto dan nettonya seberat 0,14 gr, 2 (dua) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 1,76 gr bruto, dengan nettonya seberat 1,16 gr. Berdasarkan Berita Acara Analisis Laboratorium Barang Bukti Narkotika/Psikotropika, barang bukti yang ditemukan adalah positif mengandung metamfetamine dan terdaftar dalam Golongan I No. Urut 61 Lampiran UU Narkotika. Barang bukti tersebut adalah milik Kasim (DPO) dan narkotika jenis sabu tersebut bukan berbentuk tanaman yaitu sesuatu yang ditanam yang dapat hidup tumbuh berkembang sehingga termasuk ke dalam pengertian bukan tanaman. Dengan demikian majelis hakim berkesimpulan bahwa “Narkotika Golongan I Bukan Tanaman” telah terpenuhi.
Dikarenakan semua unsur dari Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika telah terpenuhi, maka terdakwa harus dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan Alternatif Kedua.
Dalam persidangan, majelis hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan/atau alasan pemaaf, maka terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dikarenakan terdakwa telah dinyatakan terbukti bersalah melakukan tindak pidana, maka berdasarkan Pasal 193 ayat (1) KUHAP, terdakwa haruslah dijatuhi pidana, namun mengenai lamanya pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa, majelis hakim tidak sependapat dengan Penuntut Umum yang menuntut terdakwa dengan pidana penjara 8 (delapan) tahun penjara, akan tetapi majelis hakim mempunyai pendapat sendiri mengenai lamanya pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa, agar pidana yang akan dijatuhkan kelak memenuhi rasa keadilan, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut:
Adapun konsep tujuan pemidanaan menurut Muladi terdapat teori tujuan pemidanaan integratif. Berangkat dari asumsi dasar bahwasanya tindak pidana merupakan gangguan terhadap keseimbangan, keselarasan, dan keserasian dalam kehidupan masyarakat yang menimbulkan kerusakan individual dan masyarakat.
Tujuan pemidanaan adalah untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh tindak pidana,139 maka diharapkan pemidanaan yang dijatuhkan hakim mengandung unsur-unsur yang bersifat:
1) “Kemanusiaan dalam artian bahwa pemidanaan yang dijatuhkan hakim tetap menjunjung tinggi harkat dan martabat pelaku;
2) Edukatif dalam artian bahwa pemidanaan tersebut, mampu membuat orang sadar sepenuhnya atas perbuatan yang dilakukan dengan menyebabkan
139 Muladi dalam Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Pidana Umum dan Khusus, (Bandung:
Alumni, 2012), hlm. 70.
pelaku mempunyai sikap jiwa yang positif dan konstruktif bagi usaha penanggulangan kejahatan;
3) Keadilan dalam arti bahwa pemidanaan tersebut dirasakan adil, baik oleh terhukum maupun oleh korban ataupun oleh masyarakat”.140
Dalam penegakan hukum dan keadilan, integritas moral (akhlakul karimah) dari para hakim sangat mutlak diperlukan, dan menurut Paul Scholten: “Bahwa keputusan hakim bukan saja berdasarkan pada suatu ketentuan yuridis (legalitas) semata, akan tetapi juga suatu keputusan berdasarkan hati nurani”.141 Jadi, kesemuanya itu menunjuk kepada pendapat bahwasanya keputusan hakim bukanlah semata-mata soal teknis formalitas belaka, akan tetapi juga sangat erat bertalian dengan moral dan kesusilaan, serta rasa keadilan.
Majelis hakim dalam hal ini memiliki pendapat yang senada dengan pendapat para sarjana tersebut, dimana pidana yang akan dijatuhkan kepada terdakwa haruslah memenuhi unsur moral dan kesusilaan, serta rasa keadilan secara moral (moral justice), baik bagi terdakwa ataupun bagi masyarakat, dan majelis hakim memandang bahwa tuntutan dari penuntut umum adalah terlalu berat dan tidak sesuai dengan rasa keadilan, bagi terdakwa jika dikaitkan dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan sebagaimana diuraikan di bawah ini:
Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan dapat diketahui jika barang bukti yang ditemukan pada saat terdakwa ditangkap, yaitu berupa: 1 (satu) bungkus
140 Ibid.
141 Sadriyah Mansur, “Penjatuhan Pidana di Bawah Ancaman Pidana Minimum dari Ketentuan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika”, Madani Legal Review Vol. 1 (1), Juni (2017), hlm. 83-103.
plastik yang berisikan narkotika jenis sabu dan berdasarkan Berita Acara Analisis Laboratorium Barang Bukti Narkotika Cab. Medan No. 14669/NNF/2018, tertanggal 10 Desember 2018 dengan berat netto hanya 0,14 gr dan 2 (dua) bungkus plastik klip yang berisi kristal putih dnegan berat netto 1,16 gr.
Berdasarkan Berita Acara Analisis Laboratorium Barang Bukti Narkotika Cab.
Medan No. 12453/NNF/2016, tertanggal 16 November 2016 bahwasanya narkotika yang ditemukan pada saat terdakwa ditangkap hanya seberat 0,36 gr dan 1,16 gr dimana terhadap barang bukti tersebut Penuntut Umum tidak membuktikan mana barang bukti milik terdakwa dan barang bukti yang dimiliki oleh Sdr. Kasim (DPO). Selain itu, selama proses pemeriksaan persidangan terdakwa tidak pernah memiliki narkotika jenis sabu dalam jumlah yang banyak dan tidak pernah melakukan peredaran gelap narkotika atau terkait dengan jariingan sindikat peredaran narkotika, sehingga dapat disimpulkan terdakwa bukanlah pengedar atau bandar narkotika.
Adapun salah satu dakwaan Jaksa Penuntut Umum, yaitu Dakwaan Subsidair yang telah dinyatakan terpenuhi oleh perbuatan terdakwa, Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika menganut adanya ketentuan pidana minimum khusus, yaitu pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun serta pidana denda secara kumulatif. Namun, berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan dihubungkan dengan uraian pertimbangan majelis hakim tersebut, dengan memperhatikan aspek rasa keadilan, majelis hakim menyimpangi ketentuan pidana minimum khusus yang ada dalam pasal tersebut, yaitu dengan menjatuhkan pidana penjara dibawah atau lebih rendah dari pidana minimum tersebut. Dengan berpijak pada esensi untuk menimbulkan efek jera
bagi terdakwa, majelis sependapat dengan Penuntut Umum mengenai keharusan penerapan pidana denda yang ada dalam pasal tersebut.
Majelis juga sependapat dengan besaran nominal pidana denda yang akan dijatuhkan terhadap diri terdakwa, namun majelis tidak sependapat mengenai lamanya pidana penjara sebagai pola subsidiaritas dari pidana denda tersebut yang dituntut oleh Penuntut Umum, dimana majelis hakim menilai bahwasanya pidana tersebut terlalu berat bagi terdakwa, sehingga selanjutnya majelis akan menentukan pidana penjara tersebut sebagaimana dalam diktum putusan ini. Sikap dan pendapat majelis hakim ini adalah hal yang dimungkinkan dan sesuai dengan Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 03 Tahun 2015 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan, dan senada pula dengan Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI No. 2198K/Pid.Sus/2015, tertanggal 27 November 2015.142
Dalam perkara ini, terhadap terdakwa dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka penangkapan dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Oleh karena terdakwa ditahan dan penahanan terhadap terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan.
Adapun barang bukti yang diajukan di persidangan, selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut:
142 Majalah Hukum Varia Peradilan Tahun XXXI 368, Juli 2016, hlm. 183-193.
Barang bukti, berupa: 1 (satu) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 0,14 gr netto, 1 (satu) unit handphone merek Nokia, 2 (dua) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 1,16 gr netto, 3 (tiga) buah bong terbuat dari botol kaca dikemas dengan pipet, 1 (satu) unit handphone merk Samsung, dan 1 (satu) buah timbangan elektrik yang telah dipergunakan untuk melakukan kejahatan dikhawatirkan akan dipergunakan untuk mengulangi kejahatan, maka perlu ditetapkan agar barang bukti tersebut dimusnahkan.
Dalam menjatuhkan pidana terhadap terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan, terdakwa:
1) Keadaan Memberatkan:
a) Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat
b) Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah yang sedang giat-giatnya memberantas narkotika.
2) Keadaan Meringankan:
a) Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak mengulangi perbuatan tersebut;
b) Terdakwa bersikap sopan dan berterus terang di persidangan;
c) Terdakwa belum pernah dihukum.
Dikarenakan terdakwa dijatuhi pidana, maka haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara.
e. Amar Putusan
Adapun amar Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat No.
159/Pid.Sus/2019/PN.Rap., sebagai berikut:
1) “Menyatakan Terdakwa Musa tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Tanpa Hak Menguasai Narkotika Golongan I Bukan Tanaman”, sebagaimana dalam Dakwaan Alternatif Kedua;
2) Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karenanya dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun, dan denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan.
3) Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4) Menetapkan terdakwa tetap ditahan;
5) Menetapkan barang bukti, berupa:
a) 1 (satu) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 0,14 gr netto;
b) 1 (satu) unit Handphone merk Nokia;
c) 2 (dua) bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu seberat 1,16 gr netto;
d) 3 (tiga) buah bong terbuat dari botol kaca dikemas dengan pipet;
e) 1 (satu) unit handphone merk Samsung;
f) 1 (satu) buah timbangan elektrik;
6) Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp.5.000,- (lima ribu rupiah)”.
Dalam perkara narkotika pada Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat No.
159/Pid.Sus/2019/PN.Rap., An. Terdakwa Musa, didakwa Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika dengan ancaman pidana penjara minimal 4 (empat) tahun dan maksimal 12 (dua belas) tahun. Akan tetapi, majelis hakim tidak sependapat dengan tuntutan penuntut umum yang menuntut 8 (delapan) tahun penjara. Begitu juga dengan ketentuan pidana Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika mengenai pidana penjara minimal 4 (empat) tahun. Dalam konteks ini, hakim lebih memilih mempertimbangkan sendiri
dengan menyatakan bahwasanya lamanya pidana penjara tersebut terlalu berat bagi terdakwa, sehingga majelis hakim akan menentukan pidana penjara sebagaimana amar putusan dalam perkara tersebut.
2. Pertimbangan Hukum Putusan Pengadilan Negeri Rantauprapat No.
626/Pid.Sus/2020/PN.Rap.
a. Kronologis Kasus
Pada hari Minggu, tanggal 26 April 2020, sekitar pukul 19.30 Wib, terdakwa Husin pergi ke SPBU yang berlokasi di Jalan H. Adam Malik, Kel. Lobusona, Kec.
Rantau Selatan, Kab. Labuhanbatu, untuk membeli narkotika jenis sabu-sabu. Pada pukul 20.00 Wib, terdakwa bertemu dengan Pendi (DPO) di depan SPBU tersebut dan menyerahkan uang sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah) kepada Pendi, lalu Pendi menyerahkan 2 (dua) bungkus plastik klip tembus pandang berisi Narkotika jenis sabu-sabu kepada terdakwa. Terdakwa memasukkan sabu-sabu tersebut ke Kotak Rokok Ziga milik terdakwa.
Kemudian, terdakwa meninggalkan tempat tersebut dengan berjalan kaki menuju rumah terdakwa di Jalan Tugu Juang 45, Kel. Lobusona, Kec. Rantau Selatan, Kab. Labuhanbatu. Setelah itu, pada hari Minggu tanggal 26 April 2020, sekitar pukul 20.30 Wib, bertempat di Jalan Tugu Juang 45, Kel. Lobusona, Kec. Rantau Selatan, Kab. Labuhanbatu, Saksi DM, Saksi JG, dan Saksi JHP (Petugas Kepolisian Polres Labuhanbatu) melakukan penangkapan terhadap terdakwa Husin dan membawa ke Polres Labuhanbatu.
Dalam Berita Acara Penimbangan Barang Bukti dari PT. Pegadaian (Persero) Rantauprapat No. 327/04.10102/2020, tertanggal 27 April 2020, menerangkan barang bukti yang disita dari terdakwa berupa:
1. 1 (satu) bungkus klip tembus pandang, berisi narkotika jenis sabu dengan
1. 1 (satu) bungkus klip tembus pandang, berisi narkotika jenis sabu dengan