• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daerah

Pementasan teater di sekolahSumber: www.bpkpenabur.or.id

Pertunjukan teater adalah tahap terakhir dalam seluruh rangkaian kegiatan berteater. Untuk mementaskan teater, dibutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang sehingga pementasan akan berhasil dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan oleh panitia dan penonton. Sebagai tulang punggung pementasan, para pemain harus melakukan latihan dengan mengeksplorasi teknik olah tubuh, olah pikir, dan olah suara. Demikian juga dengan komponen-komponen yang lain. Mereka harus merancang pertunjukan dengan baik dan melaksanakan rancangan bersama-sama. Dengan demikian, persiapan menjadi matang sampai saat pertunjukan tiba.

Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran ini bertujuan agar siswa mampu mengapresiasi seni teater melalui kemampuannya dalam:

• mengeksplorasi teknik olah tubuh, olah pikir, dan olah suara, • merancang pertunjukan teater

daerah setempat,

• menerapkan prinsip kerja sama dalam berteater,

• menyiapkan pertunjukan teater daerah setempat di sekolah, dan • menggelar pertunjukan teater

Peta Konsep

• Olah tubuh • Merancang

• Olah pikir • Menyiapkan • Olah suara • Menggelar

Kata

Kunci

Berekspresi melalui Teater Daerah Teknik berlatih teater

Teknik olah tubuh

Merancang pertunjukan

teater

Menerapkan prinsip kerja sama

dalam berteater

Teknik olah pikir Teknik olah suara

Membentuk kelompok pementasan Mempersiapkan

pementasan

Melaksanakan tugas sesuai bidang

Bekerja sama dengan bidang lain dalam menyiapkan

pementasan Menyiapkan pertunjukan teater daerah Menggelar pertunjukan teater daerah

Pelajaran 4 Pertunjukan Teater Daerah 41

A. Mengeksplorasi Teknik Olah Tubuh, Olah Pikir, dan

Olah Suara

Dapat dikatakan bahwa akting merupakan salah satu jenis keterampilan. Sebagaimana jenis-jenis keterampilan yang lain, pemerolehannya harus melalui proses pelatihan. Kamu pun sebenarnya bisa menjadi pemain teater. Syaratnya kamu harus berniat sungguh-sungguh dan mau berlatih. Akan tetapi, harus diingat, bahwa keterampilan berakting tidak dapat diperoleh dalam waktu singkat, kamu harus rajin belajar dan berlatih secara terus-menerus.

Mengenai cara berlatih, kamu telah mempelajarinya di Semester 1. Berikut ini akan dijelaskan secara lebih mendalam mengenai teknik olah tubuh, olah pikir, dan olah suara yang merupakan dasar dari pelatihan teater.

1. Teknik Olah Tubuh

Gambar 4.1

Anggar merupakan salah satu teknik olah tubuh

Sumber: uwadmnmeb.uwyo.edu

Tubuh seorang pemeran teater harus bagus dan menarik. Pengertian bagus dan menarik di sini bukanlah tampan atau cantik. Maksudnya, tubuh harus lentur, sanggup memainkan semua peran, dan mudah diarahkan. Tubuh tidak boleh kaku.

Berikut adalah latihan-latihan dasar untuk melenturkan tubuh. a. Latihan tari agar aktor mengenal

g e r a k b e r i r a m a d a n d a p a t mengatur waktu.

b. Latihan samadi silat agar mengenal dirinya sendiri dan percaya diri. c. Latihan anggar supaya mengenal arti semangat.

d. Latihan renang agar aktor mengenal pengaturan napas.

2. Teknik Olah Pikir

Mengeksplorasi teknik olah pikir dapat dilakukan dengan latihan konsentrasi. Pengertian konsentrasi secara harfiah adalah pemusatan pikiran atau perhatian. Makin menarik pusat perhatian, makin tinggi kesanggupan memusatkan perhatian. Pusat perhatian seorang pemain adalah sukma atau jiwa dari peran atau karakter yang akan dimainkan. Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian seorang pemain, cenderung dapat merusak proses pemeranan. Maka, konsentrasi menjadi sesuatu hal yang penting untuk pemeran.

Tujuan dari konsentrasi ini yaitu mencapai kondisi kontrol mental dan fisik di atas panggung. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang pemeran harus dapat mengontrol tubuhnya setiap saat. Langkah awal yang perlu diperhatikan adalah mengasah kesadaran dan mampu menggunakan tubuhnya dengan efisien. Dengan konsentrasi pemeran akan dapat mengubah dirinya menjadi orang lain, yaitu peran yang dimainkan.

Dunia teater adalah dunia imajiner atau dunia rekaan. Dunia tidak nyata yang diciptakan seorang penulis lakon dan diwujudkan oleh pekerja teater. Dunia ini harus diwujudkan menjadi sesuatu yang seolah-olah nyata dan dapat dinikmati serta menyakinkan penonton. Kekuatan pemeran untuk mewujudkan dunia rekaan ini hanya bisa dilakukan dengan kekuatan daya konsentrasi. Misalnya, seorang pemeran melihat sesuatu yang menjijikkan (meskipun sesuatu itu tidak ada di atas pentas) maka ia harus menyakinkan kepada penonton bahwa sesuatu yang dilihat benar-benar menjijikkan. Kalau pemeran tingkat konsentrasinya rendah, dia tidak akan dapat menyakinkan penonton.

Latihan konsentrasi bisa dilakukan dengan melatih lima indra yang ada pada tubuh. Latihan ini dimaksudkan untuk mendapatkan pengalaman tentang berbagai suasana yang kemudian disimpan dalam ingatan sebagai sumber ilham.

3. Teknik Olah Suara

Dalam pementasan, pemeran mengucapkan kata-kata yang dirangkai menjadi kalimat-kalimat untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Kata-kata diucapkan dengan mulut. Suara dari mulut yang membunyikan kata-kata itu disebut vokal. pemeran harus memiliki vokal yang kuat agar kata-kata yang ia ucapkan jelas. Latihan dasar untuk menguatkan vokal, antara lain berdeklamasi dan menyanyi.

Dalam kegiatan teater, suara mempunyai peranan penting karena digunakan sebagai bahan komunikasi yang berwujud dialog. Dialog merupakan salah satu daya tarik dalam membina konflik-konflik dramatik. Kegiatan mengucapkan dialog ini menjadi sifat teater yang khas.

Dialog yang diucapkan oleh seorang pemeran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pementasan naskah drama atau teks lakon. Hal ini disebabkan karena dalam dialog banyak

terdapat nilai-nilai yang bermakna. Jika lontaran dialog tidak sesuai sebagaimana mestinya, nilai yang terkandung tidak dapat dikomunikasikan kepada penonton. Hal ini merupakan kesalahan fatal bagi seorang pemeran.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang pemeran tentang fungsi ucapan, yaitu sebagai berikut.

a. Ucapan yang dilontarkan oleh pemeran bertujuan untuk menyalurkan kata dari teks lakon kepada penonton.

b. Memberi arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi suara. c. Memuat informasi tentang sifat dan perasaan peran, misalnya umur, kedudukan

sosial, kekuatan, kegembiraan, putus asa, marah, dan sebagainya.

Gambar 4.2

Dialog antar pemain

Pelajaran 4 Pertunjukan Teater Daerah 43

d. Mengendalikan perasaan penonton seperti yang dilakukan oleh musik. e. Melengkapi variasi.

Ketika pemeran mengucapkan dialog harus mempertimbangkan pikiran-pikiran penulis. Jika pemeran melontarkan dialognya hanya sekadar hasil hafalan saja, dia mencabut makna yang ada dalam kata-kata. Ekspresi yang disampaikan melalui nada suara membentuk satu pemaknaan berkaitan dengan kalimat dialog. Proses pengucapan dialog mempengaruhi ketersampaian pesan yang hendak dikomunikasikan kepada penonton.

B. Merancang Pertunjukan Teater Daerah

Kegiatan merancang pertunjukan teater dapat dilakukan dalam beberapa tahapan. Dalam berteater, kegiatan ini disebut dramatisasi cerita drama. Pada prinsipnya, dramatisasi adalah memahami dan mengeksplorasi naskah secara sungguh-sungguh, kemudian membuat rencana untuk mementaskan naskah tersebut bersama seluruh anggota kelompok.

1. Memilih Lakon dan Cerita Teater Daerah

Memilih lakon dan cerita adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah. Dibutuhkan konsentrasi dan kejelian serta pengalaman yang memadai supaya pemilihan tersebut sesuai dengan tema.

Kesesuaian lakon dan tema adalah dua hal yang sangat penting, keduanya mendasari berhasil tidaknya teater digelar. Misalnya, tema yang telah ditetapkan yaitu tentang percintaan, maka cerita yang dibuat harus berhubungan dengan hal yang berbau cinta seperti cerita Romeo dan Juliet. Tema lain misalnya tentang kejenakaan atau kekocakan, maka pilihlah cerita Si Kabayan. Jika bertema cerita anak, pilihlah cerita Si Kancil dan Buaya.

Sumber cipta lakon bisa berasal dari mana saja. Insprirasi muncul bisa dari kehidupan sehari-hari, kisah-kisah masa lampau, dan hubungan antara manusia dan alam atau fenomena alam. Dalam kehidupan teater tradisi, pemilihan lakon biasanya bersumber pada cerita-cerita yang telah ada. Cerita tersebut bisa berupa mite, legenda, sage, cerita panji, dan cerita hiburan atau jenaka (komedi).

a. Mite

Mite adalah cerita yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang adanya makhluk halus, roh, atau dewa-dewi. Cerita ini

Pelatihan 1

Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!

1. Sebutkan empat latihan dasar untuk melenturkan tubuh! 2. Bagaimana cara melatih konsentrasi?

berkembang di masyarakat dan merupakan perwujudan kesetian mereka terhadap para leluhur. Contohnya adalah Nyi Roro Kidul.

b. Legenda

Legenda adalah cerita yang dihubungkan dengan keanehan dan keajaiban alam atau asal muasal terjadinya tempat tertentu. Isi ceritanya tentang terjadinya nama-nama sebuah tempat seperti gunung, danau, sungai, dan hutan. Contohnya adalah cerita legenda Gunung Tangkuban Perahu, Asal Mula Candi Prambanan, dan Terjadinya Danau Toba.