• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Evaluasi Indikator Ekologi

5.1.2 Perubahan Komposisi Komunitas

Komposisi komunitas merupakan keanekaragaman dan kelimpahan seluruh spesies yang ada dalam suatu komunitas. Perubahan komposisi komunitas merupakan salah satu indikator yang penting dalam menilai integritas suatu ekosistem termasuk kesehatan ekosistem, fungsi dan ketahanannya terhadap gangguan. Beberapa karakteristik dari komposisi komunitas dalam suatu habitat adalah kelimpahan/kekayaan spesies (richness spesies), keanekaragaman (diversity) dan keseragaman/kemerataan (evenness) (Pomeroy et al. 2004). Data komposisi komunitas (keanekaragaman dan keseragaman) sebelum penetapan DPL tidak ditampilkan karena tidak adanya ketersediaan data.

5.1.2.1 Komunitas Ikan Karang

a. Kelimpahan Ikan Karang Kelompok Target

Pusat Penelitian Terumbu Karang-Universitas Hasanuddin (PPTK-UH) dan COREMAP II (2006) menemukan 83 individu ikan karang yang terdiri dari 20 spesies di perairan Desa Mattiro Labangeng pada tahun 2005. Jumlah ini terdiri atas 55 ekor ikan kelompok mayor yang didominasi oleh jenis ikan

Halichoeres sp., 4 ekor kelompok ikan indikator dari jenis ikan Canthigaster sp., dan 24 ekor kelompok ikan target yang didominasi olehikan Lutjanus lutjanus. Namun, hasil pengamatan tersebut tidak memberikan informasi sepenuhnya tentang keberadaan spesies ikan karang. Hal ini dikarenakan tidak menampilkan kelimpahan ikan pada tahun tersebut. Berbeda dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh LIPI tahun 2008, didapatkan ikan karang sebanyak 189 individu yang terdiri dari 6 famili dan 13 spesies pada luasan area 125 m2 dengan kelimpahan individu ikan karang sebesar 1.51/m2. Hasil penelitian pada perairan yang sama pada tahun 2010 ditemukan lebih banyak individu, yaitu 286 individu yang terdiri dari 16 famili dan 53 spesies pada luasan area 125 m2 dengan kelimpahan individu ikan karang sebesar 2.28/m2 (Lampiran 2). Perbandingan distribusi dan kelimpahan ikan karang di perairan Desa Mattiro Labangeng pada tahun 2008 dan 2010 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Distribusi ikan karang menurut famili, jumlah spesies dan individu di DPL Desa Mattiro Labangeng

No Nama Famili

Jumlah Spesies dan Individu 2008* 2010**

Spesies Individu/125 m2 Spesies Individu/125 m2 Ikan Target 1 Acanthuridae 0 0 1 2 2 Caesionidae 0 0 5 55 3 Haemulidae 0 0 2 2 4 Lethrinidae 0 0 1 1 5 Lutjanidae 1 4 2 3 6 Scaridae 0 0 1 2 7 Scolopsidae 0 0 1 2 8 Serranidae 0 0 2 4 9 Siganidae 1 33 2 8 37 79 Ikan Indikator 10 Chaetodontidae 1 2 3 5 11 Ephippidae 0 0 1 1 2 6 Ikan Mayor 12 Apogonidae 0 0 5 21 13 Labridae 2 4 6 20 14 Pempheridae 1 4 0 0 15 Pomacentridae 7 142 19 158 16 Pomachantidae 0 0 1 1 17 Zanclidae 0 0 1 1 150 201

Total spesies dan individu 13 189 53 286 Kelimpahan 1.512 2.288

Keterangan: * : COREMAP II-LIPI (2008); ** : Studi ini (2010)

Tabel diatas menunjukkan adanya kenaikan kelimpahan berdasarkan kelompok ikan, baik kelompok ikan target, ikan indikator maupun ikan mayor. Manuputty dan Djuwariah (2009), menentukan kriteria kelimpahan ikan di terumbu karang khususnya di DPL adalah berdasarkan kelompok ikan target, karena kelompok ikan ini bernilai ekonomis dan merupakan target tangkapan nelayan. Ukuran dan kelimpahan ikan karang seperti Serranidae dan Lutjanidae dapat meningkat di DPL dalam jangka waktu yang relatif singkat (McClanahan et al. 2005; Russ et al. 2005). Kelompok Ikan Target diantaranya adalah Serranidae

(Rock Cods), Lutjanidae (Snappers), Lethrinidae (Emperors), Haemulidae

(Sweetlips), dan Scaridae (Parrotfishes) (English et al. 1997; Manuputty dan Djuwariah 2009).

Kelompok ikan target pada tahun 2010 mengalami kenaikan dibandingkan pengamatan pada tahun 2008 dan tahun 2005, dimana berturut-turut dari tahun

56

2005, 2008 dan 2010 kelimpahan kelompok ikan target adalah 24 ekor, 37 ekor dan 79 ekor. Dengan demikian penentuan kriteria kelimpahan berdasarkan kelompok ikan target, didapatkan kelimpahan ikan target pada tahun 2005 termasuk kategori “Sedikit” hal ini karena jumlah individu ikan target yang didapatkan kurang dari 25 individu yakni sebanyak 24 individu, sedangkan pada tahun 2008 termasuk kategori “Sedang” hal ini karena jumlah individu ikan target didapatkan 37 individu, sementara pada tahun 2010 didapatkan jumlah individu kelompok ikan target sebanyak 79 ekor sehingga kelimpahan ikan pada tahun ini termasuk dalam kategori “Banyak”.

Data transek pada pengamatan tahun 2008 dan 2010 untuk kelimpahan ikan karang tertinggi secara umum adalah genera Pomacentridae sebanyak 142 individu pada tahun 2008 dan 158 individu pada tahun 2010. Jenis ikan ini masuk dalam kelompok ikan mayor dengan rasio antar kelompok yang paling tinggi. Husain (2000) menyatakan bahwa padatnya jenis-jenis ikan ini berhubungan dengan feeding habit kebanyakan ikan-ikan dari famili Pomacentridae yang

planktivores di daerah terumbu. Pada saat sekumpulan ikan Pomacentridae mencari makan, mereka cenderung membentuk schooling yang besar dan memenuhi massa air di terumbu karang. Lieske dan Myers (1994) lebih lanjut menyatakan bahwa penyebaran ikan karang ini juga merujuk pada daerah reef top

dan reef edge karena memberikan penyebaran spasial secara vertikal daerah terumbu karang.

b. Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Komunitas Ikan Karang

Menurut Mc Naughton dan Wolf (1998), bahwa umumnya keanekaragaman mengarah kepada keanekaragaman jenis, yang pengukurannya melalui jumlah jenis dalam komunitas dan kelimpahan relatifnya. Keanekaragaman merupakan sifat yang khas dari komunitas yang berhubungan dengan banyaknya jenis dan jumlah individu tiap jenis sebagai komponen penyusun komunitas (Helvoort 1981). Hasil indeks keanekaragaman dan keseragaman komunitas ikan karang pada kawasan penelitian ditampilkan pada Lampiran 3 dan Tabel 11.

Tabel 11 Indeks keanekaragaman dan keseragaman komunitas ikan karang

No Indeks Pengamatan Tahun

2008 2010

1 Keanekaragaman (H') 1.731 3.244

2 Keseragaman (E) 0.675 0.817

Berdasarkan Tabel diatas, indeks keanekaragaman Shannon (H‟) pada tahun 2010 sebesar 3.24 sedangkan indeks keanekaragaman pada tahun 2008 sebesar 1.73. Menurut Gray (1981), tinggi rendahnya indeks keanekaragaman komunitas, tergantung pada banyaknya jumlah jenis dan jumlah individu masing- masing jenis. Jika jumlah jenis banyak dan jumlah individu masing-masing jenis hampir merata maka indeks keanekaragaman akan semakin tinggi. Margalef (1972) lebih lanjut menuliskan bahwa indeks Keanekaragaman Shannon pada umumnya memiliki kisaran nilai 1.5 – 3.5 dan hanya sedikit sekali yang mencapai 4.5. Di sisi lain, pada pengamatan pada tahun 2010 jumlah individu di setiap spesies adalah sama atau hampir sama. Kondisi tersebut ditunjukkan dari hasil perhitungan indeks keseragaman yang hampir mendekati nilai 1. Hal berbeda ditunjukkan pada tahun 2008 dengan nilai indeks keseragaman sebesar 0.675 yang diartikan bahwa terdapat beberapa jenis biota yang memiliki jumlah individu relatif banyak dan beberapa jenis lainnya relatif lebih sedikit.

5.1.2.2 Komunitas Megabentos

a. Kelimpahan Megabentos

Hasil analisis pengamatan biota megabentos tahun 2010 di DPL Desa Mattiro Labangeng ditemukan 14 individu megabentos pada luasan area 50 m2 yang terdiri dari 5 jenis, yaitu Diadema urchin, Mushroom, Sea cucumber, Lobster, Giant clam dengan kelimpahan sebesar 28 individu/5000 m2. Hal ini lebih banyak dibandingkan dengan pengamatan yang dilakukan oleh LIPI pada tahun 2008 yang hanya menemukan 2 individu megabentos pada luasan area 50 m2 yang terdiri dari 2 jenis, yaitu Mushroom dan Giant clam yang berukuran besar dengan kelimpahan sebesar 4 individu/5000 m2. Distribusi biota megabentos di DPL Desa Mattiro Labangeng dapat dilihat pada Tabel 12.

58

Tabel 12 Jumlah biota megabentos di DPL Desa Mattiro Labangeng tahun 2008 dan 2010

No Biota Megabentos Tahun

2008* 2010**

1 Diadema urchin 0 1

2 Mushroom 1 8

3 Sea cucumber 0 2

4 Lobster 0 1

5 Giant clam sizes:

< 20 cm (small Giant clam) 0 1

>20 cm (large Giant clam) 1 1

Total Individu 2 14

Keterangan: * : COREMAP II-LIPI (2008); ** : Studi ini (2010)

Populasi biota ekonomis penting yang telah dilindungi seperti kima raksasa (Tridacna) dan lobster menunjukkan nilai yang sangat rendah (masing- masing 1 individu) pada lokasi penelitian. Organisme kima yang berukuran kurang dan lebih dari 20 cm masing-masing hanya yang ditemukan 1 individu, fenomena ini diduga berhubungan dengan masih tingginya aktifitas pengumpulan kima yang dilakukan sebelum adanya penandaan DPL, akibatnya organisme ini mengalami keterlambatan pemulihan. Organisme ini umumnya dimanfaatkan untuk konsumsi maupun komersil oleh masyarakat setempat pada kebanyakan pulau daerah ini. Populasi kima mungkin akan terus berkurang hingga tingkat kritis jika tidak dilakukan usaha perlindungan. Sementara Giant clam ditemukan dengan ukuran kecil (< 20 cm) sebanyak 1 individu dan ukuran yang besar (> 20 cm) sebanyak 1 individu.

b. Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Komunitas Megabentos

Hasil indeks keanekaragaman dan keseragaman komunitas megabentos ditampilkan pada Tabel 13 berikut,

Tabel 13 Indeks keanekaragaman dan keseragaman komunitas megabentos

No Indeks Pengamatan Tahun

2008 2010

1 Keanekaragaman (H') 0.693 1.352

2 Keseragaman (E) 1.000 0.840

Berdasarkan Tabel 13, indeks keanekaragaman Shannon (H‟) pada tahun 2010 adalah 1.352, nilai ini lebih tinggi dibandingkan indeks keanekaragaman

pada tahun 2008 yaitu 0.693 (Lampiran 4). Hasil indeks keseragaman tahun 2010 dengan nilai 0.84 menunjukkan adanya jumlah individu yang terkonsentrasi pada satu atau beberapa jenis. Sedangkan nilai indeks keseragaman pada tahun 2008 dengan nilai 1 menunjukkan bahwa jumlah individu di setiap spesies adalah sama atau hampir sama. Rahayuningsih (2009) menyatakan bahwa nilai keseragaman yang tinggi menunjukkan bahwa kelimpahan individu pada suatu tempat hampir merata, tidak ada dominasi yang sangat menonjol. Hal yang sama menurut Kartono (2006) keanekaragaman terkait dengan kelimpahan jenis dan keseragaman jenis. Nilai keseragaman yang tinggi menunjukkan tidak ada jenis secara tunggal yang dominan.

Dokumen terkait