• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Perilaku

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR KAMPANYE PRIDE (Halaman 62-69)

Di akhir program, terwujud pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan melalui penguatan lembaga adat lokal Pawang Uteun di Kemukiman Leupung untuk menyelamatkan hutan seluas minimal 3000 ha.

Konflik kepentingan dalam penguasaan sumber daya alam yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat pada beberapa tahun belakangan ini semakin mengemuka di antara berbagai isu

tersebut sering muncul kepermukaan k

Lembaga Pawang Uteun (Pawang tradisional dan sudah diakui kehidupan sosial budaya masyar

yang ada dalam masyarakat lembaga Pawang Uteun disebut juga dengan Panglima Uteun atau Pawang Glee atau Peutua Glee dan memiliki aturan serta hukum tersendiri dalam pelaksanaanya (pengelola kawasan).

Unt

telah dihasilkan sebuah peta hutan ulayat yang dibuat bersama-sama dengan masyarakat secara partisitif yang nantinya akan dikelola oleh lembaga adat pawang uteun di kemukiman Leupung seluas 3000 ha dengan menerapkan kearifan lokal yang ada untuk menyelamatkan kawasannya.

Pemetaan ini dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan yang dim

PRA (partcipatory Rural Appraisal) selama satu hari yang diikuti oleh 21 peserta dengan capaian hasil adanya kesepakatan bahwa masyarakat setuju utuk melakukan pemetaan hutan ulayat seluas 3000 ha yang akan dikelola oleh lembaga adat pawang Uteun, kemudian ada pelatihan penggunaan GPS kepada masyarakat yang akan digunakan dalam dalam pengambilan data survei. Mereka juga diajarkan bagaimana cara membuat peta nantinya setelah m

Yang terakhir peserta bersama-sama membentuk kelompok kerja untuk melakukan survei ke lapangan. Pada saat PRA ini juga dilakukan pembuatan peta dasar (peta sketsa), dalam peta dasar ini digunakan tanda-tanda umum yang dikenal masyarakat untuk batas-batas kawasan, misalnya pohon beringin dan sebagainya. Meminta masukan awal dari ketua masyarakat, tokoh adat (yang san

informasi yang telah dihasilkan baru kemudian dimunculkan dala

gat mengenal kawasan ) untuk mendapatkan koreksian atau masukan dan input terhadap peta dasar.

Kemudian setelah melakukan PRA mereka melakukan survei untuk pengambilan data yang diikuti oleh 12 orang selama 8 hari. Pemetaan lapangan dilakukan yaitu berangkat dari titik awal pemetaan dan kembali ketitik awal lagi. Setiap anggota tim memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda ada yang memetakan sumberdaya, mencatat titik koordinat yang telah diambil. Setelah data didapatkan tim kembali ke gampong untuk membuat peta. Data yang sudah didapat dituliskan diatas kerta milimeter block A3 dengan menggambarkan titik koordinat yang kemudian di overlaykan pada peta dasar, kemudian dilanjutkan dengan memindahkan peta hasil koreksi ini ke data digital. Setelah semuanya dihasilkan peta itu kemudian didiskusikan lagi dengan masyarakat dengan membuat pertemuan lanjutan, dan setelah mendapat persetujuan dari wakil masyarakat mengenai

m satu bentuk peta (peta ulayat).

Walaupun masyarakat sudah sepakat untuk menghidupkan kembali

mbaga ad a, hal ini

apat kita lihat dari pertemuan dan semangat masyarakat, mereka sudah mulai enyusun draf tingkat gampong dan draf ini akan diplenokan di tingkat mukim an setelah disetujui bersama tokoh adat yang ada di kemukiman Leupung baru kan disahkan. Namun sampai akhir kampanye belum didapatkan draf atau acuan ang mengatur dan menjelaskan peran dan fungsi Pawang Uteun sehingga belum apat dideklarasikan, hal ini dikarena banyak keterbatasan yang dimilki dan

rnyata untuk membuat sebuah draf kesepakan waktu satu tahun tidak cukup arena banyak proses yang harus dilalui. Maka ini akan menjadi tidak lanjut yang arus terus dilakukan pada tahun berikutnya.

Sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang baik juga dapat kita lihat dari einginan masyarakat untuk ikut dilibatkan secara langsung dalam usaha pengelolaan. ebelum kampanye dilakukan 40.0 % mayarakat pelibatan langsung masyarakat akan lebih aik dalam sebuah pengelolaan dan setelah dilakukan kampanye persentasenya meningkat enjadi 50,2 %, jadi disini terjadi peningkatan sebesar 10,2 % dimana kontribusi dari ampanye sebesar 71, 56 %. Untuk jelasnya dapat kita lihat pada dibawah ini.

rafik 6: Pelibatan Masyarakat secara langsung sebagai sistem pengelolaan sumberdaya utan yang baik- Kelompok Target (N=442)

le at pawang Uteun dengan menerapakan kearifan lokal yang ad d m d a y d te k h k S b m k G h Sebelum sesudah 40.00% 50.20% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%

Sistem pengelolaansumberdaya hutan yang baik

pelibatan masyarakat secara langsung

Sebelum sesudah 39.10% 41.40% 37.50% 38.00% 38.50% 39.00% 39.50% 40.00% 40.50% 41.00% 41.50%

Sistem pengelolaansumberdaya hutan yang baik

pelibatan masyarakat secara langsung

Grafik 7: Pelibatan Masyarakat secara langsung sebagai sistem pengelolaan sumberdaya

hutan yang baik- Kelompok Kontrol (N=100)

.2.2 Sasaran Antara II

Pada akhir program, kegiatan Peudeep Lampoh di Kemukiman Kueh, enerapkan prinsip-prinsip ekologi dan keanekaragaman hayati untuk memberi anfaat ekonomi, sosial, dan ekologi pada setidaknya 1000 ha lahan sehingga engurangi ancaman pembukaan hutan, untuk pertanian/perkebunan.

Peu udeep lampoh adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghidupkan kebunan/pertanian dengan menerapkan prinsip-prinsip keanekaragaman hayati dan ekologi.

Masyarakat sangat menyadari bahwa kegiatan pembukaan lahan sangat berpengaruh pada penurunan debit air sehingga mereka mau melakukan kegiatan peu udeep lampoh untuk mengurangi dampak tersebut dan telah terjadi peningkatan sebesar 64,0 %, dimana sebelum kampanye dilakukan mereka mengatakan bahwa kegiatan pembukaan lahan berpengaruh pada penurunan debit air sebesar 42,8 % dan setelah kampanye menjadi 67,9 % pada kelompok target. Sementara pada kelompok kontrol dari 23.0 % menjadi 32.0 %.

5

m m m

kembali kebun-kebun yang sudah lama ditinggalkan akibat konflik militer (1998-2005). Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi baik itu kegiatan penebangan maupun pembukaan areal hutan untuk per

Sebelum sesudah 23.00% 32.00% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00%

Dampak pembukaan lahan terhadap penurunan debit air berpengaruh Sebelum sesudah 42.00% 67.90% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%

Dampak pembukaan lahan terhadap penurunan debit air

berpengaruh

Grafik 8 : Pembukaan lahan berpengaruh pada penerunan debit air sungai- kelompok target (N=442)

Untuk terlaksanakannya kegiatan peu udeep lampoh telah dilakukan diskusi dengan masyarakat mulai dari identifikasi kelompok yang ada, jenis tanaman yang akan ditanam dan pernah ada dilokasi sampai membicarakan bagaimana aturan main yang nanti akan dilakukakan dalam kegiatan ini. Kegiatan Peu Udeep Lampoh saat ini sudah dilakukan di kemukiman kueh dengan menerapkan prinsip-prinsip keanekaragaman hayati dan ekologi pada dan untuk Grafik 9: Pembukaan lahan berpengaruh pada penerunan debit air sungai- kelompok kontrol (N=100)

tahap awal telah menanam 1500 bibit yang terdiri dari Durian, Sawo, Pinang, Asam Jawa dan Trembesi pada lahan seluas 100 Ha di gampong Nusa dengan jumlah petani yang terlibat 50 orang. Untuk keberlanjutannya kegiatan ini akan terus dilakukan pada gampong yang lain yang ada di kemukiman Kueh yaitu Keuh, Nada Umbang dan Aneuk Paya. Dalam kegiatan ini masyarakat juga diajak untuk membiasakan menulis (identifikasi keanekaragaman hayati yang ada dilampohnya sesbelum dan satu tahun setelah dilakukan penanaman).

5.2.3 Sasaran Antara III

Pada akhir kampanye, masyarakat Mukim Lhoknga sepakat membangun inisiatif Pawang Uteun untuk pengelolaan berkelanjutan dan penyelamatan hutan ulayat seluas 500 ha.

Pada sasaran antara ini perubahan dan peningkata pengetahuan masyarakat dapat kita lihat pada sasaran antara I karena hal yang dilakukan sama yaitu mengajak masyarkat untuk kembali kepada kearifan lokal yang mereka miliki. Selain itu juga pada sasaran ini kita hanya sebatas membangun inisiasi mereka,

enanaman diberbagai tempat. Ternyata pada akhir program kampanye telah n

pamun demikian beberapa aksi juga sudah mulai mereka lakukan yaitu seperti dilakukan 6 kali diskusi (dihadiri 47 peserta dari keseluruhan diskusi yang dilakukan)yang membahas inisiasi pawang uteun di kemukiman Lhoknga. Hingga diskusi terakhir (Duek Pakat) yang dilakukan dengan tujuan:

9 Membangun kesepakatan masyarakat mukim Lhoknga untuk kembali menerapkan hokum adat dalam pengelolaan SDA khususnya hutan.

9 Memperkuat kembali peran dan fungsi lembaga adat (Pawang Uteun) dalam pengelolaan sumber daya hutan

Sehingga menghasilkan kesepakatan masyarakat mukim Lhoknga tentang penerapan kembali hokum adat dalam pengelolaan SDA khususnya hutan.

Adanya Rencana Tindak Lanjut kegiatan penguatan peran lembaga adat lokal (Pawang Uteun) dalam pengelolaan sumber daya alam masyarakat sepakat untuk meghidupkan kembali lembaga adat pawang uteun dan pada saat itu ada rencana tindak lanjut yang akan dilakukan untuk memperkuat lembaga tersebut. Rencana tindak lanjut dari Duek Pakat Adat mukim Lhoknga adalah mereka menginginkan pemetaan hutan ulayat seperti yang sudah kita lakukan di kemukimana Leupung sehingga akan memperjelas batas pengelolaan nantinya.

6 Tinjauan Kritis Kegiatan Kampanye Bangga

Program Kampanye Bangga di wilayah kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung yang di laksanakan oleh PeNA sampai saat ini telah diimplementasi dalam beberapa jenis kegiatan yang digagas agar terjadinya perubahan prilaku masyarakat dalam melakukan kegiatan pengelolaan SDA yang ada di wilayah mereka melaui enguatan Lembaga Adat Pawang Uteun dan pendidikan konservasi. Melalui enguatan lembaga adat ini nantinya diharapkan mereka dapat kembali mengelola

lokal yang dimiliki. Sebelum menyusun rencana angga Melestarikan Alam selalu terlebih dahulu t pra-kampanye. Diskusi ini

i.

seperti yang terjadi di krueng Sarah. Akibat dari pengrusakan hutan itu juga turun kepemukiman dan telah memakan ternak mereka seperti yang terjadi di erlukan

dkan perubahan prilaku ogram.

Keberadaan wilayah target kampanye yang juga merupakan wilayah yang terkena dampak tsunami yang banyak mendapatkan bantuan pemulihan menjadi suatu hambatan sosial yang sangat berarti dalam mencapai tujuan dan sasaran kampanye yang telah direncanakan. Fakta saat ini menunjukkan bahwa nilai-nilai sosial dalam kehidupan masyarakat telah memudar dan mengalir begitu saja sejalan dengan banyaknya aliran dana yang mereka dapatkan dari pihak donor, semangat, kebersamaan, keswadayaan dan gotong royong dari masyarakat menjadi hancur terbawa arus mengikuti aliran dana bantuan.

p p

kawasannya sesuai dengan kearifan kerja di wilayah target Kampanye B

melakukan berbagai kegiatan seperti studi literatur pada masa awal kampanye. Selain itu Kampanye bangga juga melakukan berbagai diskusi baik itu stakeholder workshop, fokus group diskusi serta survai masyaraka

bertujuan untuk melihat permasalahan observasi apa yang terdapat di lokasi target (kemukiman kueh, Lhoknga dan Leupung). Dari diskusi ini ditemukan ancaman yang sedang terjadi yaitu penebangan liar, pembukaan lahan dan kebakaran hutan. Masyarakat di kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung saat ini sangat merasakan bahwa penebangan liar yang terjadi didaerahnya sudah semakin tak terkendali apalagi selama masa rehabilitasi dan rekontruksi Aceh pasca bencana tsunami dan ini sangat mengancam keselaman hutan yang mereka milik

Masyarakat sudah mulai khawatir dampak akan ditimbulkan oleh penebangan liar tersebut yang biasanya kalau turun hujan mereka bisa aman dan santai saja tapi sekarang sudah mulai terjadi banjir akibat sungai yang meluap seperti pembukaan lahan mereka juga sudah merasakan gangguan binatang yang kemukiman Kueh.

Untuk melakukan sebuah pemasaran yang baik memang selalu dip

berbagai kegiatan seperti yang disebutkan diatas tadi untuk mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh pasar sehingga dapat mengurangi resiko tidak lakunya produk yang akan dijual.

Dari seluruh rangkaian kegiatan yang telah disusun secara bersama sebagaimama yang tercantum dalam Rencana Kerja PeNA untuk program Kampanye Bangga Melestarikan Alam pada kenyataannnya tidaklah semuanya dapat memberi dampak yang signifikan dalam mewuju

Dari hasil survei yang dilakukan paska kampanye, bahwa masyarakat sudah perlindungan hutan dan juga perlindungan sum

merek

lai dari pertemuan masyarakat, even, pembuatan materi cetak sampa

f dalam mewujudkan perubahan prilaku masya

tinya maka pawang uteun dibantu oleh masyarakat akan lebih mudah mengelola, menjaga hutan. mulai terlibat dalam usahan penanaman,

ber mata air. Selai iti dari pertemuan yang dilaksanakan dengan masyarrakat sudah dapat terlihat semangat dari mereka untuk melindungi kawasannya melalui penguatan lembaga adat yang mereka miliki dengan menerapkan kembali kearifan lokal yang sudah pernah ada. Hal ini terlihat dari kesediaan mereka untuk mengikuti pertemuan dan menyumbangkan pikirannya untuk kemajuan gampongnya.

Maka dengan demikian dapatlah kita simpulkan bahwa masyarakat yang ada dikemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung saat ini sudah berada pada tahap aksi (mereka sudah mulai melakukan kegiatan)

6.1

Program Kampanye dengan Pendekatan Sosial

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR KAMPANYE PRIDE (Halaman 62-69)

Dokumen terkait